Anda di halaman 1dari 11

AKHLAK KEPADA MALAIKAT DALAM PERSPEKTIF PEKERJA SOSIAL

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mentoring

Dosen pengampu :
Fadhullah

Oleh:
Elvina Nurfita Sari (19.04.232)

1A Pekerja Sosial

PROGRAM STUDI PEKERJA SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat, nikmat, serta hidayah – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mentoring dengan tema Akhlak kepada Malaikat dalam Perspektif
Pekerja ssosial dengan tuntas dan tanpa halangan apapun. Dan semoga segala
kegiatan kita senantiasa dalam lindungan dan ridho dari – Nya. Aamiin.

Terima kasih kami ucapkan kepada para pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak, Fadhullah yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Mohon maaf bila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan atau
kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi perbaikan kualitas penulisan karya ilmiah kami selanjutnya.

Dan terakhir, semoga dengan adanya makalah ini menambah wawasan, baik
pada diri kami atuapun para pembaca akan pembagian logika.

Bandung, 2 Mei 2020


Akhlak kepada Malaikat dalam Perspektif Pekerjaan Sosial
Iman kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua, sehingga pembahasan
dalam materi ini merupakan kelanjutan dari rukun iman kepada Allah sebagai rukun
iman yang pertama. Iman kepada Malaikat itu sendiri mengandung makna bahwa
kita harus percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Malaikat diciptakan dari
cahaya (nur) yang diberi tugas oleh Allah dan melaksanakan tugas-tugas tersebut
sebagaimana perintah-Nya. Indikator dari orang beriman adalah memiliki keyakinan
yang kuat dalam hatinya bahwa di alam semesta ini terdapat Malaikat dan keyakinan
tersebut diucapkan melalui lisannya. Wujud kongkrit dari iman tersebut adalah
dibuktikan seorang muslim dalam perbuatan sehari-harinya.
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, tentu akan beriman pula kepada para
Malaikat. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena Malaikat merupakan salah
satu ciptaan-Nya yang harus diyakini eksistensinya dalam alam semesta ini.
Malaikat adalah ciptaan Allah yang berasal dari cahaya (nur) dan senantiasa
mengabdi kepada Allah serta tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya. Malaikat ini
merupakan makhluk Allah yang selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
kepada mereka dengan penuh ketaatan, bahkan malaikat juga bersujud kepada
manusia, berbeda dengan iblis yang menentang perintah bersujud kepada manusia
tersebut. Hal ini disebabkan karena iblis diciptakan Allah dari api (naar). Jadi jika
kita dilihat dari pengertian di atas bahwa kita juga merupakan makhluk Allah yang
percaya akan adanya Allah serta beriman kepada Allah berarti kita juga sebagai
manusia harus percaya akan adanya malaikat yang diutus oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu serta melaksanakan perintahnya Allah, oleh karena itu
mengapa kita sebagai peksos harus beriman kepada malaikat terlebih bagi kita yang
menganut agama Islam yang dimana Rasulullah juga beriman kepada malaikat
sebagaimana yang terdapat pada Q.S Al-Baqarah 285
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat."
(Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali."
Sebagai muslim yang memiliki iman kepada Malaikat, seseorang akan menunjukkan
beberapa perilaku yang mengindikasikan dari rasa keimanannya itu sendiri. Di antara
tanda-tanda perilaku dari orang yang beriman kepada Malaikat antara lain:
a. Bertindak hati-hati dalam berperilaku keseharian
b. Memiliki kepedulian social dalam hidup dengan masyarakat sekitar
c. Perilaku yang ditampilkan mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya
d. Selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu
e. Berpikiran positif terhadap berbagai kejadian yang terjadi sekitarnya
Jika kita kupas dari poin-poin di atas maka kehidupan seorang peksos yang
berakhlak kepada Malaikat ada di dalamnya yang dimana perduli akan kehidupan
sosial dengan masyarakat sekitar dan hal itu telas tertanam dalam hati manusia
sebagai peksos yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi dan adanya hal yang
mampu menjadi contoh terhadap lingkungan sekitarnya ya kerap kita ketahui bahwa
seorang pekerja sosial yang professional diajarkan untuk berusaha menjadi seorang
pemimpin, setidaknya dapat memimpin dirinya sendiri atas egonya yang ada, dan
selalu berusaha memperbaiki diri sendiri waktu ke waktu agar perannya yang
membantu orang-orang untuk memperbaiki diri mereka atas kedisfungsian sosial
mereka maka dirinya sendiri harus bagus dan baik dan seorang peksos juga harus
memiliki pikiran yang positif terhadap sesuatu dimana sebagai pekerja sosial kita
diajarkan untuk menghargai pendapat individu maka jelas di sini telah terlihat
bagaimana sudut paandang dan cara berakhlak kepada Malaikat sesuai dengan
perspektif pekerja sosial.
Kisah Seorang Hamba yang Menghindar dari Malaikat Izrail
Dalam kitab al-Majallis as-Saniyyah karya Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi Al Fusyni
diceritakan, ada seorang laki-laki yang berusaha menghindar dari kematian. Pada
suatu hari, malaikat maut Izrail ‘alaihis salam datang menghadap Nabi Sulaiman bin
Dawud ‘alaihis salam. Tiba-tiba Izrail ‘alaihis salam menajamkan pandangan dan
mengarahkannya kepada seorang lelaki yang duduk bersama beberapa tamu Nabi
Sulaiman. Namun tak lama kemudian Izrail pergi. Laki-laki itu bertanya, "Wahai
nabi Allah! Siapa dia?" "Dia adalah malaikat maut," jawab sang nabi. Laki-laki itu
kembali berkata, "Wahai nabi Allah! Tadi aku melihat dia selalu melirik kepadaku.
Aku menjadi sangat takut. Jangan-jangan dia hendak mencabut nyawaku.
Selamatkan aku dari cengkeramannya." "Bagaimana caranya agar aku bisa
menyelamatkanmu?" tanya sang nabi. "Anda suruh saja angin untuk membawaku ke
negeri Hindia. Mungkin saja dengan begitu dia akan kehilangan jejakku. Dan tidak
akan bisa menemukanku," jawab laki-laki itu. Kemudian Nabi Sulaiman
memerintahkan angin untuk menghantarkanya sampai ke ujung negeri Hindia dalam
waktu sekejap saja. Saat itu juga angin segera melaksanakan sebagaimana yang
diperintahkan oleh sang nabi. Sesampainya di sana, malaikat maut kemudian
mencabut nyawa laki-laki itu. Setelah itu malaikat maut itu kembali menghadap Nabi
Sulaiman ‘alaihis salam. Nabi kemudian bertanya, "Kenapa tadi anda melirik kepada
laki-laki itu dengan tatapan yang tajam?" Malaikat maut menjawab, "Aku merasa
sangat heran. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di Negeri Hindia.
Namun keberadaannya saat itu sangat jauh dari negeri itu. Hingga akhirnya tiba-tiba
ada angin yang membawanya sampai ke negeri itu. Lalu kucabut nyawanya di negeri
itu pula, sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah subhanahu wata’ala."
Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Setiap manusia tidak bisa menghindar dari
takdir kematian. Karena itu sudah ketetapan Allah SWT. Bagi manusia yang takut
akan datangnya kematian, ia mungkin bisa hanya berdiam diri di rumahnya untuk
menghindar dari kematian, namun jika telah tiba saatnya ditentukan kematian
kepadanya, niscaya Malaikat maut akan mendatangi tempat di mana ia akan mati di
tempat tersebut.
Dalam kisah di atas telah mengambarkan bahwa Allah telah mengutus Malaikat
Izrail untuk mencabut nyawa manusia begitu juga dengan Malaikat lainnya yang
diutus oleh Allah sesuai dengan perintah Allah kepada para Malaikat oleh karena itu
kita harus mempercayai bahwa Malaikat itu ada dan dalam Islam telah mengajarkan
bagaimana Akhlak kepada Allah, Malaikat, Rasulullah, dan banyak lagi yang di
bahas dalam Islam, jadi karena kita membahas tentang Akhlak kepada malaikat maka
cara yang harus kita lakukan untuk menunjukkan bahwa kita berakhlak kepada
Malaikat adalah dengan percaya bahwa Malaikat itu ada dan di utus oleh Allah
sebagai perentara, salah satu contoh Malaikat Jibril yang diutus oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu maka bisa dikatakan bahwa Malaikat Jibril merupakan
perentara dari Allah dalam menyampaikan sesuatu kepada mereka yang dikehendaki
seperti Nabi-nabi, Waliyullah dan lain sebagainya, dengan begitu bagi kita yang
tidak ditakdirkan untuk bertemu dengan para Malaikat namun kita harus percaya
bahwa Malaikat itu ada melalui kisah-kisah yang ada pada sebelumnya. Sebagaimana
salah satu hadits dimana Malaikat bertemu dengan Rasulullah dimana Malaikat
meminta kepada Rasulullah untuk mengajarkannya Islam dan hadits tersebut sebagai
berikut:
‫ا‬BBَ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذاتَ يَوْ ٍم إِ ْذ طَلَ َع َعلَ ْين‬ َ ِ‫ بَ ْينَ َما نَحْ نُ ُجلُوْ سٌ ِع ْن َد َرسُوْ ِل هللا‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَيْضا ً قَا َل‬ ِ ‫ع َْن ُع َم َر َر‬
‫س إِلَى النَّبِ ِّي‬ َ َ َ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫ى‬ َّ ‫ت‬ ‫ح‬
َ ، ٌ
‫د‬ B‫ح‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬َّ
َ ِ ِ َ َ ِ‫ن‬‫م‬ ُ ‫ه‬ B ُ ‫ف‬‫ْر‬
‫ع‬ ‫ي‬ َ ‫ال‬‫و‬ ، ‫ر‬ َ ‫ف‬B َّ
‫الس‬ ‫ر‬
ُ B َ ‫ث‬َ ‫أ‬ ‫ه‬ B
ِ َ َ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ى‬ ‫ر‬ ُ ‫ي‬ َ ‫ال‬ ، ‫ْر‬
ِ ‫ع‬ َّ
‫ش‬ ‫ال‬ ‫د‬ ‫ا‬‫و‬ ‫س‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫د‬‫ش‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ِّ
ِ َ َ ِ ِ َ ِ َ‫د بَي‬Bُ ‫َر ُج ٌل َش ِد ْي‬
ُ ْ َ ‫ث‬‫ال‬ ‫اض‬
َ َ‫ فَق‬،‫ يَا ُم َح َّمد أَ ْخبِرْ نِي ع َِن ْا ِإل ْسالَ ِم‬:‫ال‬
‫ال‬BB َ َ‫ض َع َكفَّ ْي ِه َعلَى فَ ِخ َذ ْي ِه َوق‬ َ ‫صلى هللا عليه وسلم فَأ َ ْسنَ َد ُر ْكبَتَ ْي ِه إِلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو‬
‫ؤتِ َي‬Bْ ُ‫الَةَ َوت‬B‫الص‬ َّ ‫وْ ُل هللاِ َوتُقِ ْي َم‬B‫هَ إِال هللاُ َوأ َّن ُم َح َّمدًا َر ُس‬Bَ‫هَ َد أ ْن الَ إِل‬B‫الَ ُم أَ ْن ت َْش‬B‫ ْا ِإل ِس‬: ‫َرسُوْ ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬
َ َّ َ
:‫ال‬B َ َ‫ ق‬،ُ‫ ِّدقُه‬B‫ُص‬ َ ‫أَلُهُ َوي‬B‫هُ يَ ْس‬Bَ‫ا ل‬Bَ‫ فَ َع ِج ْبن‬، َ‫ َد ْقت‬B‫ص‬ َ : ‫ا َل‬Bَ‫بِ ْيالً ق‬B‫ ِه َس‬Bْ‫ َوتَ ُح َّج ْالبَيْتَ إِ ِن ا ْستَطَعْتَ إِلَي‬   َ‫ضان‬ َ ‫ال َّزكاَةَ َوتَصُوْ َم َر َم‬
‫ال‬B َ Bَ‫ ق‬.‫ ِّر ِه‬B‫ر ِه َو َش‬B ِ B‫َر َخ ْي‬ ِ ‫د‬Bَ‫ؤ ِمنَ بِ ْالق‬Bْ Bُ‫ أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر َوت‬: ‫فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ْا ِإل ْي َما ِن قَا َل‬
‫أ ْخبِرْ نِي ع َِن‬BBَ‫ ف‬:‫ال‬B َ َ Bَ‫ ق‬. َ‫ َراك‬B َ‫ك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإِنَّهُ ي‬ َ َّ‫د هللاَ َكأَن‬Bَ ُ‫ أَ ْن تَ ْعب‬:‫ قَا َل‬،‫ان‬ ِ ‫ال فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ْا ِإلحْ َس‬ َ َ‫ ق‬، َ‫ص َد ْقت‬
َ
‫رى‬B َ ُ َ
َ Bَ‫ا َوأ ْن ت‬BBَ‫ ة َربَّتَه‬B‫ َد األ َم‬Bِ‫ال أ ْن تَل‬B ْ َ َ ْ َ َ َ ْ
َ Bَ‫ ق‬،‫ قَا َل فَأخبِرْ نِي ع َْن أ َما َراتِهَا‬.‫ َما ال َم ْس ُؤوْ ُل َعنهَا بِأ ْعل َم ِمنَ السَّائِ ِل‬:‫ قَا َل‬،‫السَّا َع ِة‬ ْ
‫ائِ ِل ؟‬B ‫الس‬ ْ َ َ
َّ ‫د ِري َم ِن‬B ‫ يَا ع َم َر أت‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫ت َملِيًّا‬
ُ ُ ‫ق فَلَبِ ْث‬ َ َ‫ ثُ َّم ا ْنطَل‬،‫ْال ُحفَاةَ ْال ُع َراةَ ْال َعالَةَ ِرعَا َء ال َّشا ِء يَتَطَا َولُوْ نَ فِي ْالبُ ْنيَا ِن‬
‫ قَا َل فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَتـَا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬. ‫ هللاُ َو َرسُوْ لُهُ أَ ْعلَ َم‬:‫ت‬ ُ ‫قُ ْل‬

[‫]رواه مسلم‬
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-
laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak
tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami
yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan
kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam)
seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka
bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi
bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia
bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “Engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan
hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “,
kemudian dia berkata: “anda benar”.  Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku
tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda:“Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allahseakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihat engkau”. Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat
(kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata:  Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau
bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang
bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-
lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam
sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya “ Tahukah engkau siapa yang
bertanya ?”. aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda:
“Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian
“. (Riwayat Muslim)
Ayat-ayat Al- quran yang menceritakan tentang akhlak kepada Malaikat
1. QS AT Tahrim 6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Penjelasan bahwa dari ayat tersebut memiliki makna yang sangat indah dimana kita
sebagai Peksos juga merupakan manusia biasa yang tak luput dari kata lupa dan
khilaf oleh karena itu kita juga memiliki kewajiban dalam menginggatkan saudara-
saudara kita lainnya jika mereka lupa akan mengerjakan kewajibannya atau lainnya
maka tugas kita sebagai peksos adalah membantu menyadarkan mereka dari
kekhilafan yang mereka lakukan agar supaya kita semua dapat selamat dari siksaan
api neraka yang dimana bahan bakarnya adalah manusia,dan batu dan sungguh
Malaikat yang menjaga neraka tersebut keras, kasar, dan jelas bahwa malaikat tidak
akan ingkat atas apa yang diperintahkan oleh Allah.
2. Q.S An-Nisa’ ayat 136:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Penjelasan bahwa Allah menjelaskan kembali dalam Al-quran yang di mana jika
kita beriman maka kita merupakan orang yang percaya dan meimanin
Allah,Malaikat-malaikat,Kitab-kitab,rasul-rasul dan beserta hari akhir, jika tidak
maka termasuk kafir yang dikatakan sesat.
3. Al-Baqarah 285
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat."
(Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali."
Penjelasan bahwa di dalam ayat tersebut Allah kembali menjelaskan bahwa sebelum
kita telah ada seorang Rasul Allah yang beriman kepada Malaikat dan ini merupakan
suatu contoh yang harus kita yakinin sebagai umat yang beriman kepada Rasulullah.

4. QS. Al Baqarah:98
َ‫َم ْن َكانَ َع ُد ًّوا هَّلِل ِ َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ِجب ِْري َل َو ِمي َكا َل فَإ ِ َّن هَّللا َ َعد ٌُّو لِ ْل َكافِ ِرين‬
Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
Penjelasan dari tafsir Jalalayn sebagai berikut (Barang siapa yang menjadi musuh
Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya dan Jibril) ada yang membaca Jibriil
ada pula yang membaca Jabriil atau Jabrail (dan Mikail) diathaf atau dihubungkan
kepada malaikat dari jenis mengathafkan yang khas kepada yang umum. Ada pula
yang membaca Mikail yaitu dengan hamzah serta ya dan ada pula Mikail dengan
tambahan hamzah saja, (maka sesungguhnya Allah menjadi musuh bagi orang-orang
yang kafir"). Orang itu ditempatkan pada suatu posisi untuk menyatakan keadaannya.
Maka dalam hal tersebut telah kita lihat bahwa mereka yang menjadi musuh-musuh
Allah, malaikat-malaikat, dan rasul-rasul maka musuh Allah ada orang kafir.
5. QS. Al Baqarah:3
َ‫صلَ ٰوةَ َو ِم َّما َر َز ْق ٰنَهُ ْم يُنفِقُون‬ ِ ‫ٱلَّ ِذينَ ي ُْؤ ِمنُونَ بِ ْٱل َغ ْي‬
َّ ‫ب َويُقِي ُمونَ ٱل‬
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Penjelasan dimana tafsir dari ayat di atas adalah sebagai berikut (Orang-orang yang
bertakwa itu adalah) orang-orang yang beriman kepada perkara gaib, yaitu segala
sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indera dan tersembunyi, yang
diberitakan oleh Allah atau Rasulullah seperti hari Akhir. Dan orang-orang yang
mendirikan salat, yakni menunaikannya sesuai ketentuan syariat yang meliputi
syarat, rukun, wajib dan sunnahnya. Dan mereka adalah orang-orang yang gemar
menginfakkan sebagian rezeki yang mereka terima dari Allah, baik yang sifatnya
wajib seperti zakat, maupun yang tidak wajib seperti sedekah, demi mengharap
pahala dari Allah
Hal berikut merulpakan bagaimana cara kita sebagai seorang peksos yang melihat
kondisi daerah kita masing-masing di tengah wabah virus corona saat ini jadi jika
kita lihat dari penjelasan bagaimana seorang muslim berakhlak kepada malaikat dan
kembali saya ingatkan
Sebagai muslim yang memiliki iman kepada Malaikat, seseorang akan menunjukkan
beberapa perilaku yang mengindikasikan dari rasa keimanannya itu sendiri. Di antara
tanda-tanda perilaku dari orang yang beriman kepada Malaikat antara lain:
a. Bertindak hati-hati dalam berperilaku keseharian
b. Memiliki kepedulian social dalam hidup dengan masyarakat sekitar
c. Perilaku yang ditampilkan mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya
d. Selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu
e. Berpikiran positif terhadap berbagai kejadian yang terjadi sekitarnya
Tempat tinggal saya alhamdulillah belum ada kasus tentang virus corona namun
bekan berarti hal diatas tidak kita lakukan , walaupun tidak ada kasus tentang virus
corona namun kepedulian terhadap masyarakat sekitar harus tetap ada dengan
bagaimana dapat diciptakan melalui dengan berbagai hal salah satu contohnya jika di
tempat sya tidak ada masyarakat yanbg terkena covid 19 namun masyarakat terkena
dampak nya dimana perekonomian menurun karena adanya pembatasan dalam
pengiriman barang sedangkan di daerah saya kebanyakan orang bekerja sebagai
petani yang dimana hasil tani tersebut dikirim ke Medan Sumatera Utara sedangkan
hal tersebut sangat dibatasi oleh karena itu bagi kita seorang peksos yang dapat
membantu mereka baik dengan cara memberi masukan atau berupa material yang
ada dengan hal tersebut kita sudah menjalankan salah satu cara bagaimana bentuk
akhlak kepada Malaikat nya Allah.
Jika saya lihat di daerah saya maka harapan tidak sesuai dengan realita yang ada,
kebanyakan masyarakat malah menjadi lebih ego dan hanya memikirkan diri mereka
sendiri tanpa melihat dan peduli akan masyrakat di sekitar malah poin untuk tetap
memperbaiki diri dari waktu ke waktu tidak saya lihat karena semakin banyak hal
buruk yang dilakukan oleh orang contohnya tadi malam tepat jam 3 lewat tanggal 2
mei rumah saya kemalingan dan hal tersebut memperlihatkan keegoan masyarakat
yang tinggi demi perekonomian mereka tanpa memikirkan dampak dan hal tersebut
merupakan hal yang tidak berusaha memperbaiki diri dan menahan ego , dimana
saya pernah mendengar ceramah seorang ustad di tv yang menganjurkan kita agar
lebih meningkatkan keimanan namun hal ini tidak berlaku di daerah saya padahal
kepala desa telah melalukan bentuk kepedulian terhadap masyarakat dengan
mengalihkan dana desa terhadap masyarakat namun ketidak puasan hadir di dalam
diri seseorang yang tidak mencerminkan berakhlak kepada Malaikat.

Hal-hal yang harus kita lakukan agar meminimalisir perkembangan penularan covid
19 menurut saya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat di sekitas saya
dan hal tersebut nyata sampai sekarang alhamdulillah belum ada kasus positif.
I. Harus menanamkan keyakinan terhadap diri bahwa kita tidak akan terkena
virus
II. Harus adanya kerja sama antara masyakat untuk peraturan jika keluar masuk
kampung mencuci tangan dan penyemprotan diri setelah keluar dari suatu
daerah
III. Adanya penjaga di gerbang depan dengan mencatat mereka yang keluar
masuk kampung
IV. Adanya peningkatan dalam keimanan berupa memperbanyak ibadah serta
meminta kepada Allah agar dihindarkan dari segala penyakit
Mjungkin yang saya lihat di daerah saya seperti itu dan hal tersebut dapat dikatakan
bentuk (cerminan tingkah laku yang beriman kepada rasul) memiliki akhlak yang
baik terhadap rasul dengan cara peduli akan kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://abddullahpeduliaqidahakhlak.blogspot.com/2014/03/iman-kepada-
malaikat.html
https://islam.nu.or.id/post/read/86381/nabi-sulaiman-dan-kisah-lelaki-menghindar-
dari-malaikat-izrail
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-98
https://tafsirweb.com/221-quran-surat-al-baqarah-ayat-3.html

Anda mungkin juga menyukai