Anda di halaman 1dari 2

KASUS I

Seorang remaja putri menenggak obat serangga karena tidak bisa melanjutkan sekolah ke
SMP. Remaja 15 tahun itu meninggal pada Rabu (10/4/2013) dini hari, setelah dirawat
intensif selama 12 jam di RSUD Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Rina putus sekolah sejak setahun lalu karena orangtuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya. Dia beberapa kali memprotes dan mengamuk karena tidak disekolahkan ke
sekolah menengah seperti tiga kakaknya yang kini duduk di bangku SMP dan SMA.
Orangtua Rina, Hande dan Nasir, merasa tak bisa berbuat banyak untuk memenuhi
permintaan Rina. Warga Tondrolima, Kecamatan Matakali, itu hanya berusaha sebisa
mungkin menenangkan Rina ketika putri mereka itu mengamuk.
Pada Selasa (9/4/2013), Rina kembali mengamuk dan memprotes orangtuanya yang menurut
dia tidak adil karena tidak menyekolahkan dia. Seperti sebelum-sebelumnya, Rina
mengancam minum racun serangga. Kedua orangtua Rina tidak menghiraukan ancaman itu.
Hande malah pergi ke kebun dan meninggalkan Rina yang masih mengamuk.
Kali ini Rina membuktikan ancamannya minum racun serangga jika orangtuanya tidak
mendaftarkan dia ke sekolah seperti teman-teman SD-nya. Rina ditemukan dalam keadaan
lemas oleh keluarganya. Mereka langsung melarikannya ke rumah sakit. Namun, setelah 12
jam dirawat, dia mengembuskan napas terakhirnya pada dini hari tadi.
Menurut keluarganya, Rina mengaku sering merasa malu dan minder karena semua temannya
bisa mengenyam pendidikan di sekolah umum. Dia pernah didaftarkan di SMP terbuka.
Namun, Rina merasa malu karena SMP terbuka itu tidak seperti sekolah umum.
Hande dan Nasir, yang menjadi petani kelapa sawit, mengaku tidak mampu membiayai
pendidikan semua anaknya. Mereka memutuskan Rina tidak melanjutkan pendidikan agar
kakak-kakaknya bisa menamatkan pendidikan.
Hande tidak menyangka putri keempat dari tujuh bersaudara itu nekat mengakhiri hidup.
“Saya bingung dan tidak bisa berbuat banyak. Sebagai orangtua, tentu kami ingin semua anak
kami bisa sukses dan berpendidikan. Tapi, karena kondisi ekonomi yang tidak
memungkinkan, ya jadinya seperti ini,” ujar Hande, yang mengaku merasa sangat bersalah.
Jenazah Rina kini sudah dibawa pulang ke rumah keluarga di Dusun Tondrolima, Kecamatan
Matakali, Polewali Mandar. Rencananya dia akan dimakamkan siang ini.[1]
PENJELASAN
Kasus di atas merupakan salah satu permasalahan yang dapat di ambil dengan penyelesaian
masalahnya melalui pendekatan kognitif dan yang menjadi alasan kenapa kasus di atas dapat
diselesaikan dengan pendekatan kognitif adalah merujuk kepada apa yang menjadi penjelasan
dari kognitif itu sendiri, yaitu dimana perilaku/sikap seseorang berasal dari pemikiran atau
persepsi nya sendiri,dan dimana pada kasus di atas seorang korban (Rina) melakukan
tindakan yang dipengaruhi oleh pemikirannya yang dimana Rina merasa orang tua nya tidak
adil terhadap nya yang tidak menyekolahkannya seperti kakak-kakaknya, sehingga korban
(Rina) salah dalam mengartikan keadaan kedua orang tua nya
Di dalam kasus ini seorang pekerja sosial juga dapat mengambil beberapa Teknik seperti
wawancara,memberikan informasi dan nasehat,serta diskusi

KASUS II
Kesal kepada orang tuanya, membuat Angie (15), remaja putri asal kecamatan Cluring
Banyuwangi ini kabur dari rumah. Orang tuanya pun kelimpungan. Kasus ini bahkan
berimbas pada orang lain.
Informasi menyebutkan, ngie menghilang dari rumah orang tuanya Sabtu (28/1/12) sekitar
pukul 14.00 WIB. Karena khawatir hal buruk menimpa anaknya, hal itu dilaporkan pihak
keluarga ke Polsek Cluring.
Kini, orang tua Angie dapat bernafas lega lagi. Karena putrinya tersebut berhasil ditemukan
oleh polisi. Angie didapati bersama Untung (21), teman laki-lakinya di depan RSUD
Genteng, Selasa (31/1/12).
“Sekitar pukul 12.00 WIB tadi, Angie kita dapati bersama temannya berinisial UT,” jelas
Kasi Humas Polsek Cluring, Aiptu Eko Laksono, kepada detiksurabaya.com, di kantornya.
Selanjutnya baik Angie maupun Untung, langsung diamankan ke Polsek Cluring.[2]
PENJELASAN
Dan di kasus ke dua merupakan salah satu kasus yang dimana sama dengan kasus di atas
yang dapat diselesaikan dengan pendekatan kognitif, dimana korban (Angie) kabur dari
rumah, di sini seorang pekerja sosial dapat menolong dengan Teknik wawancara,diskusi dan
memberi nasehat.

aimiftah.https://wordpress.com/2013/06/16/analisis-kasus-pada-tugas-perkembangan-remaja-
kognitif/

Anda mungkin juga menyukai