Anda di halaman 1dari 14

Berita Indonesia Dunia Viral Liputan Mendalam Majalah

Siswi SMP 147 bunuh diri di sekolah, KPAI:


Hampir semua sekolah tak punya tim
pencegahan perundungan
20 Januari 2020

GETTY IMAGES

Catatan KPAI pada 2018, korban perundungan di sekolah mencapai 107 anak. Sementara perisakan di
media sosial sebanyak 109 anak.

Sekolah di Indonesia didesak membuat sistem pengaduan yang melindungi korban


perundungan, menyusul kasus bunuh diri seorang murid di SMP Negeri 147 Jakarta pekan
lalu.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut, sejak Permendikbud tahun 2015 tentang
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan disahkan, mayoritas sekolah tak
memiliki sistem tersebut.

Sementara catatan lembaga itu pada 2018 menyebut, korban perundungan di sekolah mencapai
107 anak.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur, AKBP Hery Purno, mengatakan hingga saat ini polisi telah
memeriksa pihak sekolah terkait meninggalnya murid berinisal N.

Mereka yang diperiksa di antaranya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan wali kelas. Kendati
demikian, pemeriksaan yang sudah berlangsung sejak Jumat pekan lalu itu, belum menemukan titik
terang.

"Kita masih dalami, nanti kalau sudah semua kita dapatkan keterangan, nanti akan kita sampaikan,"
ujar Hery Purnomo kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu
(19/01).

Mengapa ada anak yang tega 'membully' anak lain dengan kejam?

Apa yang Anda lakukan jika anak Anda menjadi pelaku perundungan?

Perundungan di tempat kerja: 'Karyawan yang kerap dirundung lebih rentan terkena sakit
jantung hingga diabetes'

Sejauh ini, kata dia, polisi masih menggali adanya dugaan unsur perundungan dalam kasus bunuh
diri N. Untuk itu polisi akan memeriksa keluarga korban pada Senin (20/01) dan mengonfirmasi
sejumlah tangkapan layar percakapan WhatsApp yang diduga dilakukan N dengan seorang
temannya --yang kini beredar di media sosial.

"Yang jelas itu (informasi percakapan di media sosial) menjadi salah satu materi penyelidikan
apakah yang bersangkutan punya masalah dengan teman-teman sekolah, atau pihak sekolah, atau
masalah lain yang melibatkan korban berniat untuk bunuh diri," imbuhnya.

Selain pihak sekolah dan keluarga, polisi juga akan meminta keterangan teman-teman N.

"Nanti teman-teman yang punya kaitan atau berhubungan dengan yang bersangkutan, pasti akan
kita mintai keterangan semuanya."

Kasus tersebut terjadi pada Selasa (14/01) lalu. Wakil Sarpas dan Humas SMP N 147 Jakarta,
Misnetty, mengatakan seorang muridnya berinisal N meninggal setelah lompat dari lantai empat
gedung sekolahnya.

Saat itu, ia berada berada di sekolah dan


mendengar suara seseorang yang jatuh.

"Kemudian saya mendengar ada teriakan-teriakan


karena saya tidak melihat langsung. Lalu saya
buka pintu dan keluar ada siswa yang jatuh," ujar
Misnetty kepada Kompas.com.

Investigasi: Skandal Adopsi


Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal
dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode
KOMPAS

Kepala SMPN 147 Jakarta, Narsun, membantah N sebagai korban perundungan di sekolah oleh teman-
temannya.

Korban lantas di bawa ke salah satu klinik terdekat dan kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Tugu Ibu.
Tapi karena keterbatasan alat, korban dipindah ke Rumah Sakit Kramat Jati.

"Dua hari dirawat, ya (Kamis 16 Januari meninggal)," imbuh Misnetty.

Sementara Kepala SMPN 147 Jakarta, Narsun, membantah N sebagai korban perundungan.

"Terkait bullying, bukan bullying, tidak ada bullying di sekolah, kalau kita fokus memberi materi di
pendidikan pada siswa jadi tidak ada aksi bullying," kata Narsun kepada Kompas.com, Jumat
(17/01).

KPAI: Sekolah di Indonesia tak punya sistem perlindungan


Pasca meninggalnya N, beredar di media sosial tangkapan layar percakapan WhatsApp yang
diduga dilakukan korban dengan seorang temannya. Dari percakapan tersebut, mengindikasikan N
mengalami penganiayaan di rumahnya dan merasa diabaikan teman di sekolahnya.

Gambar percakapan itu membuat warganet menduga N bunuh diri karena dirisak.
Menanggapi dugaan perundungan yang terjadi pada N, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
menyebut akan mendalaminya. Komisioner Retno Listiyarti mengatakan pada Senin (20/01) ia akan
menemui langsung pihak sekolah untuk memastikan laporan Dinas Pendidikan yang menyebut
tidak ada tindakan perundungan pada korban.

"Pada Sabtu (18/01) saya tanyakan hasil koordinasi Dinas Pendidikan dan SMP N 147, mereka
menyatakan tidak ada bullying, tapi KPAI tak main percaya informasi itu.

"Karena biasanya kalau tanya pihak sekolah apakah gara-gara bullying, sudah pasti dijawab tidak,"
ujar Retno Listiyarti kepada BBC, Minggu (19/01).

"Jadi ini perlu didalami," sambungnya.

Sejauh pengamatan KPAI, hampir semua sekolah tidak memiliki sistem pengaduan yang
melindungi korban dan saksi perundungan. Padahal sistem tersebut wajib dibentuk sekolah sesuai
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Tindak Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan.

Sistem yang dimaksud itu berupa tim pencegahan yang terdiri dari kepala sekolah, perwakilan guru,
siswa, dan orang tua.

Di peraturan itu juga disebutkan sekolah wajib memasang papan layanan pengaduan tindak
kekerasan yang mudah diakses oleh siswa, orang tua, atau guru. Papan layanan itu memuat nomor
telepon dan alamat email.

Tapi karena ketiadaan tim pencegahan, menurut Retno, tidak ada siswa yang berani melaporkan
kasus perundungan.
GETTY IMAGES

Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan mewajiban sekolah membentuk tim pencegahan yang
melindungi korban dan saksi perundungan.

"Sekolah tak punya sistem pengaduan sehingga mereka enggan mengadu dan melapor. Kalau
mengadu atau melapor, ya sama saja bunuh diri atau sama dengan mencari masalah baru. Sudah
dibully, mengadu, jadi masalah."

"Guru-guru juga sebenarnya sih saya yakin tahu bahwa ada pembully-an di sekolah, hanya
kepekaan orang dewasa di sekitar anak yang kurang."

"Jadi memang mencari informasi yang tepat ke anak, syaratnya anak percaya sama kita (guru). Ini
yang kurang dilakukan. Jadi informasi detail soal bully, bertanya langsung ke siswa, karena mereka
yang paling tahu."

Pengamatan KPAI, perundungan yang dialami siswa tidak hanya berbentuk kekerasan fisik tapi
juga verbal. Sayangnya, kekerasan verbal kerap dianggap lumrah oleh guru.

"Misalnya seorang anak gemuk, lalu dipanggil gembrot, pasti dia tak mau. Itu bullying. Atau anak
yang kurus dipanggil ceking, juga pasti tak mau," tukas Retno.

"Nah kebanyakan guru bilang, 'sabar saja, hindari, atau tak usah diladeni'."

"Jadi sebenarnya bullying yang menentukan korban. Kalau korban merasa tak nyaman, itu
perisakan. Jadi tak bisa kita bilang, 'baru digituin aja marah'. Itu enggak bisa."

Catatan KPAI pada 2018, korban perundungan di sekolah mencapai 107 anak. Sementara
perisakan di media sosial sebanyak 109 anak.

'Perlu ada yang peduli dan mendengar'


Psikolog Anak, Seto Mulyadi, menyebut perundungan atau perisakan kepada anak dan remaja bisa
berdampak pada tindakan bunuh diri jika terjadi terus menerus dan tidak diselesaikan.

"Remaja itu kompleks, karena punya harga diri dan ketika tidak ada satupun yang memahami,
maka teralienasi ke tempat lain alias bunuh diri," ujar Seto Mulyadi kepada BBC News Indonesia,
Minggu (19/02).
GETTY IMAGES

Psikolog Anak, Seto Mulyadi, menyebut perundungan atau perisakan kepada anak dan remaja bisa
berdampak pada tindakan bunuh diri jika terjadi terus menerus dan tidak diselesaikan.

Itu mengapa sejak lama ia mendesak pemerintah yakni Kementerian Pendidikan agar serius
membentuk tim atau satuan tugas di tiap sekolah yang fungsinya melindungi anak dari
perundungan.

"Itu sudah lama kami lontarkan. Kami akan tegaskan lagi kepada Menteri Nadiem bahwa kasus-
kasus di sekolah karena anak-anak tidak didengar suaranya," imbuhnya.

"Sebab kalau ada masalah, bisa cepat mengadu ke situ, jadi anak tahu."

Ia menjelaskan, usia remaja sangat rentan ketika menghadapi masalah. Pilihan pada tindakan
mengakhiri hidup akan muncul jika remaja atau anak tersebut tak mendapat tempat untuk 'bercerita'
atau 'didengar'.

"Secara psikologis, siapapun yang akan mengakhiri hidup sudah sampai pada satu titik dia betul-
betul sendirian di dunia ini, makanya perlu ada yang peduli dan yang mau mendengar."

Jika Anda, sahabat, atau kerabat memiliki kecenderungan bunuh diri, segera hubungi dokter
kesehatan jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit terdekat.

Anda juga dapat mencari informasi mengenai depresi dan kesehatan jiwa dengan mengontak
sejumlah komunitas untuk mendapat pendampingan seperti LSM Into The Light melalui
intothelightid.orgdan Yayasan Pulih pada laman yayasanpulih.org.

Berita terkait
Mengapa ada anak yang tega 'membully' anak lain dengan
kejam?
20 September 2019

Kasus perundungan di Thamrin City dan sisi gelap menjadi


'penonton'
18 Juli 2017

Apa yang Anda lakukan jika anak Anda menjadi pelaku


perundungan?
20 Juli 2017

Berita Utama
Kampung mayoritas Muslim di India habis dilindas buldoser
4 jam yang lalu

Twitter menjadi X: Makna di balik huruf 'X' yang memikat dunia selama ratusan tahun
3 jam yang lalu

Kualitas udara DKI Jakarta disebut sudah 'sangat krisis', Pemprov siapkan razia uji emisi
12 Agustus 2023

Majalah
Makan siang di rumah menantu, ayah dan ibu mertua tewas misterius
10 Agustus 2023

Tujuh daerah di Indonesia terpapar gelombang 'panas ekstrem', bagaimana kondisi di negara-
negara Asia lainnya?
10 Agustus 2023

Ratusan ribu warga Kabupaten Malang terancam dicoret dari peserta BPJS penerima bantuan
iuran - Imbas UU Kesehatan baru?
11 Agustus 2023

Mayor Dedi dan puluhan prajurit TNI 'unjuk kekuatan' di Polrestabes Medan
10 Agustus 2023

Skenario apa saja yang bisa ditempuh Ferdy Sambo untuk mendapat keringanan hukuman?
10 Agustus 2023
Kandidat capres Ekuador ditembak mati usai kampanye, seberapa panas politik di sana?
10 Agustus 2023

'Kader' NU di bursa bakal cawapres: Seberapa besar peluang Khofifah, Cak Imin, dan Yenny
Wahid?
10 Agustus 2023
'Phillip sangat dicintai keluarganya,' Pemerintah Selandia Baru minta OPM bebaskan pilot Susi
Air
9 Agustus 2023

'Saya direndahkan dan trauma,' kesaksian korban dugaan pelecehan seks di Miss Universe
Indonesia, panitia acara dituduh 'membiarkan'
9 Agustus 2023

Paling banyak dibaca

1 Kelaparan di Papua: Pemerintah akan buat gudang stok pangan, pengamat minta
'kembalikan pola pertanian era Soeharto'

2 Kampung mayoritas Muslim di India habis dilindas buldoser

3 'Saya direndahkan dan trauma,' kesaksian korban dugaan pelecehan seks di Miss
Universe Indonesia, panitia acara dituduh 'membiarkan'

4 Kualitas udara DKI Jakarta disebut sudah 'sangat krisis', Pemprov siapkan razia uji emisi

5 Makan siang di rumah menantu, ayah dan ibu mertua tewas misterius

Alasan Anda dapat mempercayai BBC News

Peraturan Penggunaan Cookies

Mengenai BBC Hubungi BBC

Kebijakan tentang Privasi Do not share or sell my info

© 2023 BBC. BBC tidak bertanggung jawab atas konten dari situs eksternal. Baca tentang peraturan baru
terkait link eksternal.

Anda mungkin juga menyukai