Anda di halaman 1dari 14

Sebagai profesional maupun personal dalam menghadapi korban 

kekerasan
seksual sama-sama perlu memperhatikan tindakan seperti berikut:

1. Kembangkan empati

Saat bertemu korban kekerasan seksual perlu mengembangkan empati


dalam tragedi yang telah dialami olehnya. Dengan hal tersebut kita dapat
berpikir jernih untuk membantu menuntaskan tragedi tersebut. 

"Dengan empati kita bisa membantu korban dan orang-orang lain yang
mungkin juga ikut terdampak pada tragedi tersebut," kata Gina.

2. Perhatikan kondisi psikis

Tidak hanya memperhatikan kondisi fisik korban tetapi juga peelu


memperhatikan kondisi psikiatrik korban. Menurut Gina, dengan melakukan
hal tersebut kita bisa membantu mengarahkan bertemu dokter untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat bagi korban. 

3. Netral dan tidak menghakimi

Bersikap netral dan tidak menghakimi tidak hanya berlaku untuk


pelaku kekerasan seksual, tetapi berlaku juga untuk korban.

Perlu diketahui juga perlu untuk menggunakan bahasa yang netral dan tidak
menghakimi, bahasa yang juga tidak
memberikan exposure terhadap kekerasan seksual.

4. Memberikan rasa aman

Wajib untuk kita memberikan rasa aman dan meyakinkan bahwa


kerahasiannya akan terjaga. 

5. Melaporkan kekerasan seksual yang terjadi

"Hanya dengan melaporkanlah kita dapat melindungi korban dan calon-calon


korban lainnya," kata Gina.

6. Hindari Menanyakan 'Mengapa'


 

Ketika ada korban dari kekerasan seksual yang datang, untuk sebisa
mungkin hindari menanyakannya dengan sebuah tanya "mengapa". 
7. Tidak bergosip atas kejadian tersebut

Proses pemberitaan yang berlebihan memiliki resiko yang menyebabkan


korban mengalami re-traumatisasi.

Korban atau orang lain yang pernah mengalami hal serupa akan terpapar
kembali dengan adanya pemberitaan tragedi tersebut, yang pada akhirnya
terjadi re-traumatisasi yang dapat memperburuk kondisi korban.

8. Menyediakan waktu mendengarkan keluh kesah si korban

Sediakan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesah dari korban dan
juga menolong dengan mencarikan atau mengantarkan ke tenaga
profesional.

9. Berikan dukungan

Tetap menjaga hubungan baik dengan menanyakan kabar dari si korban dan
menyisihkan waktu untuk memberikan perhatian dan dukungan. 

10. Membangun rasa hormat

Terutama apabila kita sebagai audiens, yang tidak mengetahui korban


secara dekat, wajib untuk membangun hubungan positif yang didasari pada
rasa hormat, kenyamanan, dan keamanan. 

Hargai privasi korban dan keluarga korban. Apabila tidak terlalu kenal dan
dekat, tidak perlu untuk mencari informasi yang terlalu detail. 

Penulis : Vina Muthi A.

jika Siswa Alami Kekerasan Seksual, Lakukan 5 Langkah Ini Kompas.com -


28/03/2022, 20:31 WIB BAGIKAN: Komentar Lihat Foto Ilustrasi kekerasan
seksual pada perempuan.(SHUTTERSTOCK) Penulis Sandra Desi Caesaria | Editor
Dian Ihsan KOMPAS.com - Kekerasan seksual bisa terjadi pada remaja, baik laki-
laki maupun perempuan. Pelaku kekerasan seksual tidak pandang bulu
melakukannya. Bahkan kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja, seperti
lingkungan masyarakat, sekolah maupun lingkup keluarga sekali pun. Dampak
yang terjadi akibat kekerasan seksual tidak bisa dianggap remeh, untuk itu perlu
perhatian serius. Seperti depresi, trauma, gangguan kesehatan, melakukan
penyimpangan seksual, hingga menjadi pelaku kekerasan seksual. Siapa saja
tidak tahu kapan dan di mana kekerasan seksual bisa terjadi. Karena, kekerasan
seksual bisa menimpa orang lain ataupun diri sendiri. Baca juga: Orangtua, Ini 6
Cara Mengedukasi Kekerasan Seksual pada Anak Lantas, apa yang harus
dilakukan jika mengalami kekerasan seksual? Berikut langkah-langkah yang perlu
dilakukan jika mengalami kekerasan seksual, seperti dilansir dari laman
Direktorat SMP Kemendikbud Ristek.  1. Pahami kekerasan seksual terjadi bukan
salah korban Masih banyak ditemukan orang kerap menyalahkan korban
kekerasan seksual. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang terkadang justru
membuat korban merasa menerima kekerasan seksual akibat ulahnya sendiri.
Perlu diingat, tidak ada satu orang pun yang berhak mendapat kekerasan
seksual, apapun alasannya. Korban kekerasan seksual adalah orang yang paling
dirugikan, tidak seharusnya korban merasa bersalah. 2. Pastikan keamanan dan
keselamatan Ketika kamu atau orang terdekatmu mengalami kekerasan seksual,
hal yang harus dilakukan adalah memastikan terlebih dahulu keamanan dan
keselamatan diri. Segera jauhi tempat terjadinya kekerasan seksual dan minta
bantuan pertolongan. Jika kekerasan seksual terjadi di rumah, cobalah mencari
perlindungan di rumah keluarga lainnya. Bila kasus kekerasan seksual terjadi di
lingkungan sekolah, segera melarikan diri dari tempat kejadian dan meminta
pertolongan kepada guru. 3. Simpan bukti-bukti kekerasan seksual Setelah
merasa aman, segera simpan seluruh bukti-bukti kekerasan seksual. Misalnya,
pakaian, foto, video, rekaman percakapan, atau bisa juga saksi-saksi yang
melihat kekerasan seksual. Bukti-bukti tersebut sangat membantu dalam proses
penanganan kasus. Baca juga: 3 Tips Hindari Pelecehan Seksual di Dunia Maya
ala Pakar Unair Namun, hindari menyebarluaskan bukti di media sosial, karena
berpotensi terjerat Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
4. Berusaha terbuka dan bercerita ke orang yang dipercaya Hindari untuk
memendam permasalahan yang dialami. Memendam masalah justru bisa
memperburuk keadaan. Berusahalah untuk terbuka dan menceritakan masalah
yang dialami kepada orang yang tepat. Dengan menceritakan masalah, orang
tersebut juga bisa membantu mencarikan bantuan dan solusi untuk masalah
kekerasan seksual yang dialami. 5. Cari informasi dari lembaga yang
memberikan bantuan hukum Korban kekerasan seksual sangat penting mencari
informasi dari lembaga-lembaga terkait yang bisa memberikan bantuan hukum.
Sebagai referensi, beberapa lembaga yang memberikan layanan adalah Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, dan sebagainya. Setelah mencari informasi, cobalah
untuk mengadu kepada lembaga-lembaga tersebut dan laporkan kepada pihak
kepolisian. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi dampak yang lebih parah
pada diri sendiri. Pelaku juga perlu tahu bahwa apa yang dilakukannya salah dan
harus mendapat konsekuensi dari perilakunya agar tidak mengulangi lagi. Lalu
tidak ada lagi yang mencontoh tindakan pelaku kekerasan seksual. Itulah
beberapa hal yang harus dilakukan apabila kamu, kawan terdekat, keluargamu
atau orang yang kamu kenal mengalami kekerasan seksual. Jangan pernah takut
untuk mengungkapkan permasalahan yang kamu hadapi. Stop kekerasan
seksual, mari bersama lawan kekerasan seksual! Dapatkan update berita pilihan
dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup
Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link
https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi
Telegram terlebih dulu di ponsel.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jika Siswa Alami Kekerasan
Seksual, Lakukan 5 Langkah Ini",

KOMPAS.com - Saat ini, perundungan atau bullying masih sering ditemukan di


lingkungan sekolah. Karena itu, perilaku ini perlu menjadi perhatian khusus oleh
banyak pihak. Maka, dibutuhkan solusi untuk mengatasi kasus perundungan.
Berbagai hal terus dilakukan, seperti halnya Pemerintah Indonesia juga terus
melakukan upaya-upaya penanggulangan tindak perundungan di sekolah. Salah
satunya adalah dengan menggandeng UNICEF Indonesia untuk bersama-sama
membentuk program “Roots”. Baca juga: Jelang Pendaftaran SNMPTN 2022,
Sekolah dan Siswa Harus Bersiap Diri Roots adalah sebuah program pencegahan
perundungan berbasis sekolah yang telah telah dikembangkan oleh UNICEF
Indonesia sejak 2017 bersama Pemerintah Indonesia, akademisi, serta praktisi
pendidikan dan perlindungan anak. Melansir laman Direktorat SMP
Kemendikbud Ristek, Senin (27/12/2021), fokus dari program ini adalah
mengatasi perundungan di sekolah dengan melibatkan teman sebaya. Beberapa
siswa yang memiliki pengaruh terhadap teman-teman di sekolahnya akan
dibentuk menjadi agen perubahan yang dapat membawa dampak positif
terhadap tindak perundungan. Berikut ini adalah detail dari program Roots: 1.
Melakukan survei Pada tahap awal dari program Roots adalah melakukan survei
terhadap para peserta didik dan juga guru seputar perundungan di lingkungan
sekolahnya. Mereka diberikan pertanyaan-pertanyaan simpel mengenai
perundungan seperti pernahkan melakukan perundungan, pernahkah menjadi
korban perundungan, apa yang dilakukan ketika melihat perundungan, dan
sebagainya. Adapun survei dilakukan secara anonim agar identitas responden
tetap terjaga rahasianya. Dengan dilakukan survei, nantinya bisa diketahui data
terkait perundungan yang dapat dijadikan landasan pemetaan tindakan
selanjutnya. Baca juga: Komisi X DPR: Siswa SMK Harus Mampu Ciptakan Usaha
Baru 2. Pemilihan agen perubahan Untuk pemilihan agen perubahan
menggunakan teori jejaring sosial. Metode yang dilakukan adalah setiap peserta
didik setiap angkatan diminta menuliskan 10 nama teman terdekatnya. Nantinya
akan ada sekitar 40 agen perubahan di sekolah Hal ini sangat penting karena
dalam jejaring sosial ingin didapat data mengenai peserta didik mana saja yang
paling berpengaruh dan paling didengar oleh peserta didik lainnya. Pemilihan
agen perubahan ini bertujuan untuk bisa memengaruhi peserta didik lain agar
peduli terhadap kasus perundungan yang terjadi di sekolahnya. 3. Pelatihan
agen perubahan Nantinya, para agen perubahan yang sudah terpilih tadi
selanjutnya akan menjalani sesi pelatihan selama 15 pertemuan. Pelatihan ini
memberikan materi seputar perundungan kepada agen perubahan. Agar efektif,
pelatihan dilakukan satu kali dalam seminggu sehingga program ini
diestimasikan berjalan selama satu semester. Di sini, peran fasilitator menjadi
kunci dalam sesi pelatihan. Fasilitator bisa berasal dari guru di sekolah ataupun
pembina ekstrakurikuler. Namun, fasilitator haruslah sosok yang dekat dan
dapat dipercaya oleh para agen perubahan. 4. Kampanye antiperundungan
Lankah selanjutnya ialah setelah para agen perubahan diberi pelatihan
mengenai perundungan, satuan pendidikan bisa merayakan acara puncak
dengan mengadakan kampanye antiperundungan. Acara ini wajib diikuti oleh
seluruh warga sekolah mulai dari peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan.
Puncak acara dari kampanye ini dapat diselenggarakan dengan berbagai ide
kreatif dari para agen perubahan. Bisa berbentuk penandatanganan deklarasi
anti perundungan, pertunjukan seni, ataupun ide-ide kreatif lainnya. Baca juga:
AMSO 2021, Tumbuhkan Intelektual Siswa Sekolah Angkasa 5. Evaluasi program
Kemudian, lakukan survei ulang dan evaluasi usai program Roots dijalankan.
Apakah ada perubahan pada tingkat kasus perundungan atau tidak. Jika
program berhasil, maka kasus perundungan akan turun. Namun, jika ternyata
semakin banyak yang melaporkan kasus perundungan bisa juga berarti telah
banyak warga sekolah yang semakin peduli dengan masalah perundungan di
lingkungannya. Perundungan memang bukanlah masalah yang dapat
disepelekan. Oleh karena itu, satuan pendidikan bisa mencoba mengaplikasikan
program Roots untuk menekan kasus perundungan di sekolahnya. Dapatkan
update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari
bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link
https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi
Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Program Roots, Atasi


Perundungan di Sekolah",
5 Posko Aduan untuk Melapor Kasus Kekerasan
Seksual
Reporter
Tempo.co
Editor
Nurhadi
Jumat, 4 Februari 2022 19:28 WIB

Ilustrasi kekerasan seksual. Doc. Marisa Kuhlewein (QUT) and Rachel Octaviani
(UPH)

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kekerasan seksual terhadap
perempuan dan anak kian marak terjadi. Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen
PPPA) mencatat sebanyak 8.800 kasus kekerasan seksual terjadi
sepanjang Januari-November 2021. Angka tersebut kian
meningkat seiring dengan situasi pandemi. 

Sering kali korban kekerasan seksual tidak berani menyuarakan


apa yang telah mereka alami. Melansir dari lpsk.go.id, hal itu
disebabkan oleh sulitnya akses untuk melapor. Selain itu, banyak
di antara korban yang tidak berani untuk melapor karena
berbagai ancaman yang diterima dari pelaku. Padahal, laporan
atau pengaduan tersebut sangat penting untuk meneruskannya
ke ranah hukum, sehingga korban mendapat keadilan. 

Dihimpun Tempo dari berbagai sumber, berikut lima posko aduan


yang dapat diakses untuk melaporkan kasus kekerasaan
seksual: 

1. Call Center SAPA 129

Dilansir dari laman resmi Kemen KPPA, Call Center Sahabat


Perempuan dan Anak atau SAPA 129 bertujuan
untuk mempermudah akses bagi korban atau pelapor dalam
melakukan pengaduan kasus kekerasan seksual, serta
pendataan kasusnya. Selain menerima pengaduan, SAPA 129
juga melayani penjangkauan, pengelolaan kasus, akses
penampungan sementara, layanan mediasi, dan pelayanan
pendampingan korban. 

2. Komnas Perempuan 
Komisi Nasional Anti Kekerasan Perempuan atau Komnas
Perempuan juga dapat menerima posko pengaduan kasus
kekerasan seksual. Diberitakan Tempo pada 11 November 2021,
untuk melapor ke Komnas Perempuan dengan mengirim berkas
ke email pengaduan@komnasperempuan.go.id. Selain itu, bisa
melapor langsung melalui media sosial resmi Komnas
Perempuan. 

3. Komnas HAM 

Selain Kemen KPPA dan Komnas Perempuan, Komisi Nasional


Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM juga dapat menjadi
alternatif untuk melapor kasus kekerasan seksual. Pelapor bisa
mengirim berkasnya secara langsung ke alamat Komnas HAM.
Pun dapat melalui aduan online, dengan mengisi berkas pada
laman http://pengaduan.komnasham.go.id/. Komnas HAM juga
menerima layanan konsultasi melalui nomor 08111129129. 

4. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) 

Dalam pers rilis lpsk.go.id, Ketua LPSK, Abdul Haris mengatakan,


LPSK hadir untuk memastikan perlindungan dan hak saksi dan
korban agar kejahatan bisa terungkap. Pengajuan perlindungan
ke LPSK dapat melalui call center di nomor 148, WhatsApp di
nomor 085770010048, dan melalui akun media sosial LPSK.

5. Kantor Polisi Terdekat 


Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) akan melayani
korban ketika membuat laporan ke polisi. Namun sebelum itu,
dianjurkan untuk meminta pendampingan hukum. Jika korban
membutuhkan pemantauan atas proses pelaporannya dan butuh
surat rekomendasi, maka Komnas Perempuan akan
mengeluarkan surat rekomendasi yang ditujukan ke kepolisian. 

HARIS SETYAWAN

Apa itu kekerasan seksual ?


#GerakBersama #AmanBersama
Mari Gerak Bersama!
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) telah menerbitkan Permendikbudristek tentang
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan
Pendidikan Tinggi atau Permen PPKS. Langkah ini merupakan komitmen
serius Kemendikbudristek dalam upaya pencegahan dan penanganan
kekerasan seksual di lingkungan pendidikan Indonesia untuk memastikan
terpenuhinya hak dasar atas pendidikan bagi seluruh warga negara. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk perwujudan Pasal 31 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan khususnya Tujuan 4 mengenai Pendidikan dan Tujuan 5
mengenai Kesetaraan Gender, dengan memastikan upaya menghentikan
kekerasan seksual di lingkungan satuan pendidikan berjalan tanpa
menghambat warga negara dalam mengakses dan melanjutkan
pendidikannya.
Definisi, Jenis, dan Bentuk

Dampak dan Tantangan

Definisi kekerasan seksual


Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan,
dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena
ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat
penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi
seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan dengan aman dan
optimal.

Apa itu “ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender”?


Menurut Komnas Perempuan (2017), “ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender”
adalah sebuah keadaan terlapor menyalahgunakan sumber daya pengetahuan,
ekonomi dan/ atau penerimaan masyarakat atau status sosialnya untuk
mengendalikan korban.

Jenis kekerasan, termasuk juga kekerasan seksual


Berdasarkan jenisnya, kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi kekerasan
seksual yang dilakukan secara:

1. verbal,
2. nonfisik,
3. fisik, dan
4. daring atau melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Contoh Bentuk Kekerasan Seksual

 
Selain pemerkosaan, perbuatan-perbuatan di bawah ini termasuk kekerasan seksual.

1. berperilaku atau mengutarakan ujaran yang mendiskriminasi atau


melecehkan penampilan fisik, tubuh ataupun identitas gender orang lain
(misal: lelucon seksis, siulan, dan memandang bagian tubuh orang lain);
2. menyentuh, mengusap, meraba, memegang, dan/atau menggosokkan
bagian tubuh pada area pribadi seseorang;
3. mengirimkan lelucon, foto, video, audio atau materi lainnya yang bernuansa
seksual tanpa persetujuan penerimanya dan/atau meskipun penerima
materi sudah menegur pelaku;
4. menguntit, mengambil, dan menyebarkan informasi pribadi termasuk
gambar seseorang tanpa persetujuan orang tersebut;
5. memberi hukuman atau perintah yang bernuansa seksual kepada orang lain
(seperti saat penerimaan siswa atau mahasiswa baru, saat pembelajaran di
kelas atau kuliah jarak jauh, dalam pergaulan sehari-hari, dan sebagainya);
6. mengintip orang yang sedang berpakaian;
7. membuka pakaian seseorang tanpa izin orang tersebut;
8. membujuk, menjanjikan, menawarkan sesuatu, atau mengancam seseorang
untuk melakukan transaksi atau kegiatan seksual yang sudah tidak disetujui
oleh orang tersebut;
9. memaksakan orang untuk melakukan aktivitas seksual atau melakukan
percobaan pemerkosaan; dan

10. melakukan perbuatan lainnya yang merendahkan, menghina, melecehkan,


dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena
ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat
berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu
kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan
pendidikan dengan aman dan optimal.

Kata kunci yang menjadi indikator suatu kekerasan adalah paksaan. Kegiatan apa


pun yang mengandung paksaan adalah kekerasan.

Sumber:

Krug, E. G., Mercy, J. A., Dahlberg, L. L., & Zwi, A. B. (2002). The world report on
violence and health. The lancet, 360(9339), 1083-1088.
Miller, S. (2017). Many Women Experience Paralysis During Sexual
Assualt. Diakses dari https://www.livescience.com/59388-sexual-assault-
paralysis.html
Möller, A., Söndergaard, H. P., & Helström, L. (2017). Tonic immobility during
sexual assault–a common reaction predicting post ‐traumatic stress disorder and
severe depression. Acta obstetricia et gynecologica Scandinavica, 96(8), 932-938. 
Harvard Law School Halt (2021). How to Avoid Victim Blaming. Diakses
dari https://orgs.law.harvard.edu/halt/how-to-avoid-victim-blaming/.
Tempo.co (2019). Baiq Nuril: Saya Tak Akan Menyerah Mencari Keadilan. Diakses
dari https://nasional.tempo.co/read/1222460/baiq-nuril-saya-tak-akan-menyerah-
mencari-keadilan/full&view=ok
Komnas Perempuan (2020). Catatan Kekerasan Terhadap Perempuan Thaun
2019. Diakses
dari https://drive.google.com/file/d/18fePLROxYEoNbDuFvH9IEshykn_y9RpT/
view
Dikti Kemendikbud (2020). Menciptakan Kampus Aman dan Nyaman Bebas dari
Perundungan dan Kekerasan Seksual. Diakses dari http://www.dikti.go.id/kabar-
dikti/kabar/menciptakan-kampus-aman-dan-nyaman-bebas-dari-perundungan-dan-
kekerasan-seksual/
Itjen Kemendikbud (2020). Wujudkan Kampus Merdeka dari Kekerasan Berbasis
Gender, Puspeka Gelar Webinar. Diakses
dari https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/wujudkan-kampus-merdeka-
dari-kekerasan-berbasis-gender-puspeka-gelar-webinar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020). Cara Puspeka Kemendikbud
Kurangi Tingkat Kekerasan Berbasis Gender. Diakses
dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/11/cara-puspeka-kemendikbud-
kurangi-tingkat-kekerasan-berbasis-gender
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020). Kemendikbud Dorong Penciptaan
Kampus Merdeka yang Sehat secara Holistik. Diakses
dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/12/kemendikbud-dorong-
penciptaan-kampus-merdeka-yang-sehat-secara-holistik

Anda mungkin juga menyukai