Sering terdengar di bibir masyarakat mengenai kekerasan seksual apalagi pada seusia
remaja. Kekerasan seksual telah terjadi lebih dari 2000 kasus di Indonesia. Ini membuat dampak
yang sangat buruk bagi individu maupun kelompok. Menurut WHO pada tahun 2017, kekerasan
seksual didefinisikan sebagai setiap tindakan seksual, usaha melakukan tindakan seksual,
komentar atau menyarankan untuk berperilaku seksual dengan paksaan kepada seseorang.
Korbannya bahkan dari usia dini maupun usia lanjut. Kekerasan seksual dapat menyebabkan
tekanan psikologis dan fisik karena hubungan gender yang tidak setara.
Tentu saja hukum di negara Indonesia memiliki pasal-pasal yang mengatur kekerasan
seksual. Contohnya dalam pasal 28 G, yaitu “setiap orang berhak atas perlindungan diri,
kehormatan, dan martabat, serta rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu”. Itu berarti siapapun memiliki hak untuk membela dirinya
ketika dilecehkan atau saat dirinya merasa terancam. Dan selama ini, penanganan kasus tindak
kekerasan seksual mengacu pada kitab undang-undang hukum pidana (KUHP). Itu artinya,
pelaku dari kekerasan seksual ini akan dihukum sesuai dengan ketentuan yang ada.
Lalu pada UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dalam KUHP. Tentu
saja agar menghindari kekerasan seksual kepada remaja, orang tua perlu memberikan edukasi
kepada anaknya semasa dini tentang melindungi diri dari bahaya dunia luar. Apalagi sekarang di
sosial media sudah banyak hal-hal negatif karena mayoritas penduduk sudah menggunakan
sosial media sebagai patokan sehari-hari. Tidak hanya itu, kekerasan seksual pun banyak diawali
dari bersosial media.
Apa saja faktor terjadinya kekerasan seksual yang perlu kita waspadai? Kekerasan
seksual rentan terjadi pada perempuan. Lalu tingkat pendidikan, pendidikan yang rendah rentan
sekali menjadi korban kekerasan seksual. Tingkat ekonomi, kekerasan seksual cenderung terjadi
pada golongan ekonomi kurang, akibat rendahnya tingkat pengawasan dari orang tua. Dan
kerentanan lingkungan. Kita harus berhati-hati di manapun kita berada. Apalagi pada lingkungan
yang bebas dan tanpa pengawasan orang dewasa.
Salah satu faktor yang paling banyak terjadi kekerasan seksual pada remaja adalah
pergaulan. Pergaulan adalah jembatan bagi seorang remaja untuk mengekspresikan diri dan dapat
berinteraksi dengan banyak orang. Dalam pergaulan, tentu saja kita harus tetap berhati-hati
bahkan dengan orang terdekat atau disekitar kita. Kasus kekerasan seksual pada remaja
didominasi oleh gaya dan perilaku pertemanan. Jadi, sebagai seorang remaja kita harus tetap
menjaga diri, menjaga sikap, perilaku kepada siapapun apalagi kepada lawan jenis. Kekerasan
seksual akan sangat berdampak pada diri seseorang kelak sampai ia menikah nantinya.
Disusun oleh :
Juliana Jasmine
2208010129
Kelompok 3 Farmasi C
Pelecehan seksual bukan semata tentang seks. Inti dari masalah ini adalah
penyalahgunaan kekuasaan atau otoritas, meskipun pelaku mungkin mencoba untuk meyakinkan
korban dan dirinya sendiri bahwa perilaku pelecehan yang ia lakukan sebenarnya adalah
ketertarikan seksual dan keinginan romantis semata. Kebanyakan pelecehan seksual dilakukan
oleh laki-laki terhadap perempuan. Namun, ada juga kasus pelecehan perempuan terhadap laki-
laki, dan juga dengan sesama jenis (baik sesama laki-laki maupun perempuan).
Pada dasarnya kekerasan seksual tidak mengenal usia dan jenis kelamin. Saat ini para
pelaku pelecehan seksual sudah tidak lagi hanya menargetkan perempuan sebagai korban
pelecehan, namun laki-laki pun sudah mulai dijadikan sebagai korban pelecehan seksual.
1. Pelecehan gender: Pernyataan dan perilaku seksis yang menghina atau merendahkan
wanita. Contohnya termasuk komentar yang menghina, gambar atau tulisan yang
merendahkan wanita, lelucon cabul atau humor tentang seks atau wanita pada umumnya.
2. Perilaku menggoda: Perilaku seksual yang menyinggung, tidak pantas, dan tidak
diinginkan. Contohnya termasuk mengulangi ajakan seksual yang tidak diinginkan,
memaksa untuk makan malam, minum, atau kencan, mengirimkan surat dan panggilan
telepon yang tak henti-henti meski sudah ditolak, serta ajakan lainnya.
3. Penyuapan seksual: Permintaan aktivitas seksual atau perilaku terkait seks lainnya
dengan janji imbalan. Rencana mungkin dilakukan secara terang-terangan atau secara
halus.
4. Pemaksaan seksual: Pemaksaan aktivitas seksual atau perilaku terkait seks lainnya
dengan ancaman hukuman. Contohnya seperti evaluasi kerja yang negatif, pencabutan
promosi kerja, dan ancaman pembunuhan.
5. Pelanggaran seksual: Pelanggaran seksual berat (seperti menyentuh, merasakan, atau
meraih secara paksa) atau penyerangan seksual.
Ada juga pelecehan seksual menurut perilaku yaitu komentar seksual tentang tubuh anda,
ajakan seksual, sentuhan seksual, grafiti seksual, isyarat seksual, lelucon kotor seksual,
menyebarkan rumor tentang aktivitas seksual orang lain, menyentuh diri sendiri secara seksual di
depan orang lain, berbicara tentang kegiatan seksual sendiri di depan orang lain, menampilkan
gambar, cerita, atau benda seksual
.
Disusun oleh :
Devita Krisna Jati Mulya
2208010132
Kelompok 3 Farmasi C
Apa itu kekerasan seksual pada remaja? Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan
merendahkan, menghina, melecehkan, atau menyerang tubuh, dan fungsi reproduksi seseorang,
karena ketimpangan relasi kuasa atau gender, yang berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik
termasuk yang mengganggu kesehatan mental. Kasus kekerasan terhadap anak dan remaja
selama ini menjadi persoalan besar di seluruh dunia dan Indonesia. United Nation Children’s
Fund (UNICEF) melaporkan kasus kekerasan pada remaja di dunia mencapai 120 juta (Anthony,
2015). Jenis kasus kekerasan yang sering terjadi pada anak dan remaja meliputi kekerasan fisik,
kekerasan psikologis, penelantaran, bullying dan kekerasan seksual (Hartono,2015). Di antara
jenis kekerasan tersebut, kekerasan seksual yang paling mendominasi (Mulyadi.S ;
Erlinda,2016). Kekerasan seksual akan mempengaruhi perkembangan dan masa depan remaja.
Menurut Gaskil dan Perry (2012) dampak kekerasan seksual akan berpengaruh pada
pertumbuhan fisik, psikologis dan perkembangan psikososial. Selain itu, mereka dapat
mengalami depresi, stres pasca trauma, kegelisahan, pikiran bunuh diri, gangguan makan, dan
isolasi sosial yang dapat berlanjut hingga dewasa ( Haileye, Gordana & Dragana, 2013). Studi
lainnya melaporkan dampak kekerasan seksual dapat menganggu kesehatan mental seperti bunuh
diri, kehamilan yang tak diinginkan, komplikasi ginekologi dan HIV.
Jadi, kekerasan seksual pada bisa dikategorikan menjadi 2 yaitu kontak langsung dan
tanpa kontak.
1. Keluarga yang mengalami broken home alias lingkungan keluarga yang tidak sehat.
2. Pola asuh orang tua yang tidak sehat.
3. Mudahnya mendapatkan konten pornografi.
4. Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran.
5. Rentannya ketahanan keluarga.
6. Kecendrungan korban kejahatan seksual yang belum tertangani.
7. Rendahnya efek jera.
8. Efek cegah dari norma dan hukum.
Nah, berikut beberapa cara menghindari pelecehan seksual yang bisa diterapkan:
1. Jangan percaya penuh. Jadi, untuk menghindari pelecehan seksual, akan lebih baik bila kamu
sedikit menjaga jarak dengan mereka yang bukan anggota keluarga atau kerabat yang benar-
benar dekat.
2. Hindari Obrolan Berbau Porno Obrolan berbau pornografi dapat membuat orang lain berpikir
bahwa kamu terbiasa dengan hal-hal yang berbau seksual. Oleh sebab itu, hindari obrolan yang
terlalu menjurus ke arah pornografi, terutama dengan orang yang baru dikenal. Dikhawatirkan,
lawan bicara sengaja memancing obrolan panjang agar ujung-ujungnya bisa membuat kamu
terbawa suasana sehingga tanpa sadar berbicara hal-hal berbau porno.
3. Kuasai beberapa metode melumpuhkan lawan. Walaupun sering diidentikan sebagai kelompok
lemah, wanita harus bisa memberikan perlawan kepada pelaku tindak kejahatan seksual. Kamu
tidak perlu menjadi ahli bela diri tertentu, cukup belajar beberapa teknik atau gerakan yang dapat
digunakan ketika menghadapi tindak kekerasan.
4. Berani bersikap tegas. Kamu tidak dilarang untuk bersikap ramah kepada siapa pun. Namun,
kamu tetap harus menjaga image diri agar tidak dicap sebagai orang yang selalu berpikiran dan
bersikap terbuka terhadap hal apa pun, apalagi bila berurusan dengan orang yang baru dikenal.
Apabila dipaksa atau mengalami perilaku tidak senonoh di luar dugaan, segera ambil tindakan.
Di samping itu, laporkan pula tindakan pelecehan seksual tersebut kepada pihak berwajib agar
pelaku segera ditindak.
5. Bersikap percaya diri. Menurut salah satu komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi,
wanita yang terlihat tidak percaya diri dan tampak lemah lebih berisiko mengalami kekerasan
seksual ketimbang mereka yang percaya diri. Pasalnya, mereka yang tidak percaya diri biasanya
lebih takut melawan dan berbicara ketika menjadi korban kekerasan. Oleh karena itu, jadilah
lebih percaya diri.
6. Mempersiapkan alat pelindung diri. Di tengah banyaknya laporan terkait kekerasan seksual,
maka setiap orang harus lebih mempersiapkan diri agar terhindar dari masalah tersebut. Salah
satu bentuk persiapannya adalah membawa alat perlindungan diri seperti semprotan cabe atau
alat setrum di dalam tas. Alat-alat tersebut dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan
terburuk ketika menghadapi kekerasan dalam bentuk apa pun, termasuk kekerasan seksual.
Pelecehan seksual dapat terjadi pada siapa saja dan di mana saja. Baik pria maupun wanita,
keduanya sama-sama berisiko mengalami perilaku bejat tersebut.
7.Tambah wawasan serta edukasi lingkunganmu mengenai fakta dan mitos kekerasan seksual.
Banyak kasus yang terjadi dan terus terjadi karena minimnya informasi mengenai kekerasan
seksual
Disusun oleh :
Astianisa Zahra
2208010178
Kelompok 3 Farmasi C
Laporan terbaru WHO menyatakan bahwa hampir 736 juta wanita atau hampir sepertiga
wanita di dunia pernah mengalami kekerasan fisik dan seksual. Satu dari empat wanita berusia
antara 15-24 tahun mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pasangan mereka. WHO
menyatakan bahwa studi kasus ini adalah yang terbesar mengenai kekerasan terhadap wanita.
Data analisi WHO menyurvei dari tahun 2000 hingga tahun 2018 untuk mengemukakan data
terbaru. Namun studi ini tidak memasukan data saat pandemi covid 19 terjadi.
Sekitar 641 juta wanita mengaku pernah mengalami kekerasan dalam bentuk pelecehan
dari pasangan mereka. Di luar itu, 6% wanita mengaku pernah diserang orang yang bukan suami
atau pasangan mereka.
Laporan WHO menunjukan bahwa negara berpenghasilan rendah lebih beresiko dalam
hal kekerasan fisik dan seksual bagi wanita oleh pasangan mereka."Kekerasan terhadap
perempuan mewabah di setiap negara dan budaya, menyebabkan kerugian bagi jutaan
perempuan dan keluarga mereka, dan ini diperburuk oleh pandemi Covid-19," kata Direktur
Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus."Tapi tidak seperti Covid-19, kekerasan terhadap
perempuan tidak bisa dihentikan dengan vaksin," ucapnya.
WHO meminta kepada negara negara anggota PBB agar lebih aktif dalam bekerja sama
dengan organisasi masyarakat sipil dengan tujuan untuk memastikan ketersediaan layanan
perempuan dan pengumpulan data lebih lanjut untuk melakukan studi program."Kami ingin
melihat kemauan dan investasi yang meningkat serta komitmen baru dari negara-negara untuk
menghapus kekerasan terhadap perempuan," kata Claudia Garcia-Moreno."Saya berharap angka-
angka ini menjadi peringatan bagi pemerintah," lanjutnya.
"Ada pembicaraan lima tahun lalu, tapi sekarang diperlukan lebih banyak tindakan jika
kita ingin memenuhi target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu menghapus kekerasan
terhadap perempuan pada tahun 2030." kata Garcia-Moreno.
Disusun oleh :
Salsa Putri
2208010158
Kelompok 3 Farmasi C
Kasus kekerasan seksual semakin marak akhir-akhir ini, data Komnas Perempuan
menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual di Indonesia meningkat terus setiap tahunnya.
Hal ini membuktikan masih lemahnya perlindungan hukum dalam kasus-kasus kekerasan
seksual di Indonesia. Peraturan hukum terkait kekerasan seksual sebenarnya sudah ada, namun
secara substansi ternyata masih memiliki banyak kekurangan sehingga dianggap belum bisa
menanggulangi kekerasan seksual selama ini.
Pada tahun 2015, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) menyatakan bahwa kasus
pelecehan seksual sebanyak 1.726 kasus, anak-anak mengalami kasus pelecehan seksual
sekitar 58% (Amr, 2016). Berdasarkan Data Perlindungan Anak Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) per 31 Desember 2020 yaitu pada tahun 2018 anak sebagai korban kekerasan
seksual yaitu sebanyak 182 korban. Pada tahun 2019 mengalami kenaikan dengan jumlah
korban yaitu 190, dan pada tahun 2020 mengalami kenaikan dengan jumlah korban anak yaitu
sebanyak 419. Jika dihitung dari 2018 anak sebagai korban kekerasan seksual mengalami
peningkatan sebanyak 237 korban (KPAI, 2021).
Hampir dari setiap kasus yang diungkap, pelakunya adalah orang yang dekat dengan
korban dan tidak sedikit pula pelakunya adalah orang yang memiliki dominasi atas korban,
seperti orang tua dan guru. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Kekerasan
seksual, antara lain:
1. Faktor rendahnya pendidikan dan ekonomi.
Selain itu, berdasarkan survei Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan
Teknologi pada tahun 2020, kekerasan seksual terjadi di semua jenjang pendidikan dan 27 persen
dari aduan terjadi di universitas. “Pada tahun 2015 sekitar 77 persen dosen menyatakan
kekerasan seksual terjadi di kampus dan 63 persen dari mereka tidak melaporkan kasus
kekerasan seksual ke pihak kampus,” katanya acara Nonton Bersama Virtual dan Webinar “16
Hari Anti Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan atau 16 Days of Activism Against Gender
Violence”.
Berdasarkan data yang dipaparkan di atas, dapat kita tarik benang merah bahwa kondisi
lingkungan pendidikan di Indonesia terutama dalam lingkup perguruan tinggi sangatlah
memprihatinkan. Pantaskah, lingkungan kampus yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman
untuk menimba ilmu malah menjadi sarang kekerasan seksual? Tentunya, tidak, bukan. Kita
semua tentunya menginginkan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman bagi siapapun.
Pasal pelecehan seksual pada Pasal 290 KUHP mengancam pelakunya dengan hukuman
penjara maksimal selama 7 tahun, apabila:
1. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa
orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya, bahwa umumnya belum lima belas tahun atau kalau
umurnya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin;
3. Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya
bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas yang
bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.
Tidak ada yang tahu pasti kebenarannya. Tentunya, para aparat penegak hukum sudah
berupaya sebaik mungkin dalam menjalankan tugasnya. Namun, faktanya masih banyak
terdengar kasus-kasus yang tak kunjung mendapatkan keadilan. Tak jarang pula, kita mendapati
adaya oknum-oknum penegak hukum yang tidak bertanggung jawab bekerja sama dengan pelaku
untuk menjalankan alibinya. Memutarbalikkan fakta yang ada serta bermain dengan uang dan
kedudukannya, demi mempertahankan keegoisan dan harga dirinya itu yang akhirnya berakhir
pada ketidakadilan yang diperoleh korban.
Bahkan, banyak pula korban yang akhirnya menutupi kasus tersebut dan tidak mau
melaporkannya karena merasa takut. Banyak diantaranya yang merasa takut karena diancam
berbagaimacam hal oleh si pelaku. Tak jarang pula, korban diancam akan di DO yang tentunya
itu merupakan ketakutan utama para mahasiswa. Namun, beberapa juga sudah merasa kalah
sebelum menuntut keadilan akan kedudukan, status, maupun relasi dari si pelaku yang akhirnya
menimbulkan anggapan seperti, “Percuma saja menuntut keadilan kalau juga nantinya akan
kalah dengan mereka yang berkuasa”. Hal-hal inilah, yang membuat kasus-kasus kekerasan
seksual di kampus terkadang hanya terselesaikan secara kekeluargaan atau bahkan terbungkam
tanpa mendapatkan keadilan dan akhir dari kasus tersebut
Tentunya tidak. Menyerah begitu saja tentu bukan solusinya. Masih banyak cara yang
bisa dicoba untuk memperoleh keadilan. Lalu, apa yang harus kita lakukan jika mendapati tindak
kekerasan seksual dilakukan di lingkungan kampus? “Lapor!” tentunya. Bagi beberapa korban
mungkin hal tersebut sangatlah sulit untuk dilakukan. Namun, rasa takut itu haruslah dilawan
karena kita berhak menuntut keadilan atas hak asasi kita yang dilanggar dan itu juga merupakan
langkah pertama yang sangat perlu dilakukan untuk memperoleh keadilan atas diri kita sendiri.
Lalu, bagimanakah cara kita melapor?
Disusun oleh :
Safia Mustafa Husein Al-Amrani
2208010183
Kelompok 3 Farmasi C
Kekerasan seksual adalah setiap tindakan seksual atau segala upaya untuk mendapatkan
tindakan seksual melalui kekerasan atau pemaksaan, tekanan atau tekanan pada individu untuk
tujuan seksual atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan orientasi seksual seseorang,
terlepas dari hubungan penyerang dengan korban. Kekerasan seksual terjadi dalam berbagai
situasi damai atau konflik bersenjata, yang tersebar luas di seluruh dunia dan dianggap sebagai
salah satu pelanggaran hak asasi manusia yang paling luas dan umum.
Bunuh diri bagi korban akibat kekerasan seksual seringkali disebut sebagai “pembunuhan
demi kehormatan” - yang terjadi sebagai respons terhadap serangan seksual. Meskipun
perempuan dan anak perempuan mengalami lebih banyak kekerasan seksual dibandingkan laki-
laki, kekerasan seksual dapat terjadi pada siapa saja dan pada usia berapa pun. Kekerasan
seksual bisa jadi dilakukan oleh orang tua, pengasuh, maupun kenalan yang bukan orang asing
yang berkelakuan seperti halnya pasangan intim. Kekerasan seksual menjadi tidak hanya
merupakan kejahatan "kejahatan nafsu", melainkan juga bisa dikatakan sebagai tindakan agresi
yang sering ditujukan untuk mengekspresikan kekuasaan dan dominasi atas korban.
Kekerasan seksual terus mendapat stigma yang tinggi di seluruh dunia, dan oleh karena
itu tingkat deteksi pelecehan bervariasi antar wilayah. Namun, secara umum, kasus kekerasan
seksual seringkali tidak dilaporkan dalam banyak kasus. Oleh karena itu, keterbatasan data yang
tersedia tentang masalah ini cukup mengkaburkan skala masalah yang sebenarnya. Selain itu,
kekerasan seksual sering menjadi hal yang diabaikan oleh penelitian dan survei. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah ini untuk memperkuat gerakan
kontra yang terkoordinasi.
Kekerasan seksual dalam konflik rumah tangga lebih banyak terjadi daripada kekerasan
seksual di luar rumah. Sedangkan itu, pemerkosaan terhadap perempuan oleh laki-laki juga
sangat umum terjadi dalam perang dan dianggap sebagai sarana perang psikologis untuk
mempermalukan musuh dan mengecilkan hati anggotanya dengan berfokus pada kasus
penaklukan laki-laki dan perempuan atau penangkapan pejuang. Praktek kekerasan seksual jelas
dilarang baik dalam IHRL, hukum humaniter internasional kebiasaan, dan HHI. Tetapi,
mekanisme pelaksanaannya masih rapuh atau bahkan tidak ada di banyak wilayah di seluruh
dunia.
Dari perspektif sejarah, kekerasan seksual malah dipandang dan dianggap sebagai hal
yang "normal" bahkan cukup familiar yang hanya terjadi pada perempuan di masa perang dan
bahkan di masa damai. Hal ini menyebabkan hilangnya indikasi cara, metode, dan luasnya jenis
kekerasan ini pada periode tersebut. Hal tersebut terus berlangsung sampai akhir abad kedua
puluh ketika persepsi orang tentang kekerasan seksual mulai berubah dan secara bertahap mulai
bergeser dari masalah umum dan sekunder ke sebuah kejahatan yang harus diberantas.
Disusun oleh :
Hayat Hussein Saleh Aziz
2208010182
Kelompok 3 Farmasi C
Setiap orang berhak untuk menjalani hidupnya dengan cara yang sesuai untuknya tanpa
menghadapi pelecehan, apa pun sumber atau bentuknya. Di antaranya mungkin pelecehan
seksual, yang di mana dari 10 wanita yang dilecehkan hanya 4 yang berbicara. Artinya, enam di
antaranya tidak mengatakan apa yang terjadi pada mereka dan pastinya hal itu membuat
persentase wanita dilecehkan yang terpantau dan dipublikasikan lebih sedikit daripada jumlah
yang sebenarnya terjadi.
Jika seorang wanita atau gadis merasa tidak nyaman atau merasa terancam, dia harus
mempercayai perasaannya dan menjauhi bahaya yang mungkin mengancamnya, seperti menjauh
dari tempat-tempat yang dapat membuatnya terkena bahaya atau saling menjaga dan membantu
satu sama lain bila bersama dengan orang lain yang merasakan hal serupa.
Berbicara atau speak up tentang pelecehan dan ancaman seksual dapat bermanfaat bagi
perempuan dan anak perempuan tidak bersalah dan tidak pantas untuk menjadi sasaran pelecehan
semacam ini. Masalah ini tidak boleh diremehkan.
Berbagai bentuk dukungan yang diterima oleh korban pelecehan seksual, baik dari teman
atau pusat konseling khusus tentu akan sangat membantuk korban. Bentuk dukungan seperti
berbicara tentang pengalaman penyerangan yang dia alami akan membantunya memulihkan
keadaannya dan bisa jadi menjadi pengembang suatu mekanisme baru untuk membela diri.
Penting bagi seorang wanita untuk menyadari potensi bahaya yang mungkin dihadapinya,
memercayai nalurinya, dan berlatih menghindari bahaya dan membela dirinya sendiri. Perilaku
sadar, percaya diri dan percaya diri perempuan dan anak perempuan dapat menjauhkan mereka
dari pelecehan.
Teruntuk pelatihan bela diri, bisa melalui kursus khusus bidang bela diri dan, misalnya
kursus WenDo yang bertujuan melatih perempuan dan anak perempuan untuk mengembangkan
rasa percaya diri dan mempelajari serta mengembangkan mekanisme dan metode bela diri,
sehingga kaum perempuan dapat meningkatkan kemampuannya dalam usaha perlindungan diri
dari berbagai bentuk kekerasan dan pelecehan.
Disusun oleh :
Alviano Fadel Muhammad Rizqillah
2208010173
Kelompok 3 Farmasi C
Seperti yang kita ketahui, kekerasan seksual apa pun bentuknya menjadi salah satu
permasalahan di masyarakat akhir-akhir ini. Maraknya kekerasan seksual, baik di luar rumah
maupun dalam rumah yang seharusnya adalah tempat yang aman menjadikan segala bentuk
kekerasan seksual sebagai momok menakutkan yang sebenarnya tak seorang pun dapat luput
darinya. Kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa pun, baik perempuan maupun laki-laki bahkan
pria yang kuat sekalipun.
Walaupun pakaian yang dikenakan baik-baik, tetap saja akan ada orang yang berpikiran
kotor yang bisa jadi berniat melecehkan. Walaupun kita adalah seorang pria gagah yang kuat dan
kekar, bisa saja ada seseorang yang berniat melecehkan secara seksual ketika melihat kita walau
dengan tatapan pertama. Artinya, orang yang aneh bahkan paling aneh eksis di muka bumi ini
dan siap menerkam ketika sudah menemukan sasaran yang tepat. Rare people do exist.
Lalu, kalau kita sebenarnya tak bisa luput dari ancaman kekerasan seksual di mana pun
dan kapanpun, bagaimana cara menghindarinya?
Kita tak bisa seratus persen mencegahnya, tetapi peminimalisiran menjadi sekecil
mungkin sangat bisa dilakukan. Untuk meminimalisir tindakan kekerasan seksual, kita perlu
mengetahui dulu apa saja faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbuatan biadab tersebut:
Dari keenam faktor dan subfaktor di atas, bisa ditarik pengertiannya bahwa untuk
meminimalisir dan mencegah terjadinya kekerasan seksual, kita perlu meng-counter
permasalahan-permasalahan di atas dengan solusi:
Kekerasan seksual merupakan bentuk kejahatan yang serius. Kekerasan seksual tidak
dibenarkan oleh agama dan norma mana pun. Walaupun mereka ini tak bisa seratus persen
dicegah, tetapi bisa diminimalisir hingga titik terendah. Kekerasan seksual harus diberantas
dengan cara-cara yang setimpal. Bersama-sama kita berupaya mewujudkan lingkungan yang
aman dan tentram, dan tentunya bebas dari kekerasan apa pun.
Sebagai masyarakat yang beragama, segala sesuatu yang kita lakukan akan
dipertanggung jawabkan di akhir nanti, baik di dunia maupun di akhirat. Camkan ini baik-baik,
karena apa yang kita tuai itulah yang kita tanam di masa lalu.
Karma is real.
Penutup
Artikel yang kami buat secara garis besar berisikan tentang bagaimana situasi kekerasan
seksual yang terus marak pada zaman sekarang. Banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi
pada lingkungan sekitar yang tidak menutup kemungkinan terjadi dilakukan oleh orang paling
terdekat. Selain itu, artikel yang kami muat juga memuat edukasi-edukasi pencegahan dalam
kekerasan seksual yang kami harap dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih atas dukungannya, dan terima kasih pula telah membaca.