Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Belakangan ini, kita sering mendengar kasus-kasus kejahatan yang menyangkut
tentang tindak pelecehan seksual. Pelecehan seksual sebagai tindakan melecehkan
kehormatan orang lain, baik yang dilakukan oleh individu maupun kelompok kepada
seseorang yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang bersangkutan
tersebut.Pelecehan seksual ini kini telah menjadi masalah sosial yang cukup serius dan
memprihatinkan di Indonesia.
Tindak kejahatan ini seringkali dialami oleh kaum wanita. Namun belakangan ini,
pelecehan seksual tidak hanya dialami oleh wanita dewasa saja, tetapi juga banyak dialami
oleh anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Seperti beberapa waktu lalu, masyarakat
dibuat geger dengan salah satu peristiwa yang dialami anak laki-laki di salah satu Taman
Kanak-kanak ternama di Jakarta yang dilakukan oleh seorang laki-laki penderita pedofilia.
Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari
kalangan pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah
merupakan persoalan yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami
perkembangan seperti Indonesia ini.
Menurut Van Bemmelen, kejahatan adalah:“Tiap kelakukan yang bersifat tindak
susila yang merugikan yang menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu
masyarakat tertentu. Sehingga masyarakat itu berhak mencelanya dan menyatakan
penolakannya atas kelakukan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena
kelakuan tersebut”. Sementara itu, menurut Bonger, “Setiap kejahatan bertentangan dengan
kesusilaaan, kesusilaan berakar dalam rasa sosial dan lebih dalam tertanam daripada agama,
kesusilaan merupakan salah satu kaidah pergaulan” Salah satu masalah yang dihadapi remaja
dan menjadi masalah bagi lingkungannya adalah aktivitas seksual yang akhir-akhir ini
nampak menjurus pada hal-hal negatif. Dikatakan negatif karena para remaja bersikap dan
bertingkah laku yang menyimpang, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai macam
perilaku seksual disalurkan dengan sesama jenis kelamin, dengan anak yang belum berumur,
dan sebagainya.
Perilaku penyimpangan seksual dapat berpotensi dilakukan juga oleh anak, biasanya
disebabkan oleh informasi salah yang ia dapatkan. Orangtua berperan penting sebagai pihak

1
pemfilter informasi yang didapatkan oleh anak, sehingga anak tidak terjebak dalam
informasi salah yang dapat menyebabkan perilaku menyimpang pada anak. Maka dari itu,
bimbingan oleh orangtua mengenai pendidikan seks sejak usia dini dirasa begitu penting.
Kata seks masih sering menjadi hal yang tabu dan diperdebatkan, bahkan masyarakat
menghindari dan anti pati terhadap pendidikan seks. Namun, apabila pendidikan seks
digunakan pada situasi dan kondisi yang tepat dan benar, maka pendidikan seks bukanlah
hal yang harus diperdebatkan.
Oleh karena itu pelecehan seksual ini merupakan masalah sosial serius yang segera
membutuhkan penyelesain, agar tidak ada lagi korban akibat pelecehan seksual ini. Selain
pihak pemerintah, kita terutama kaum wanita yang lebih rentan terhadap tindak kejahatan
pelecehan seksual ini, juga harus lebih waspada dan menghindari gaya berbusana yang dapat
mengundang terjadinya tindak pelecehan seksual.

1.2. Rumusan Masalah


Hasil observasi terhadap pelecehan seksual yang terjadi dimasyarakat dan penelitian
terkait dengan hasil peninjauan mengindikasikan berbagai masalah yang dialami oleh
sebagian masyarakat yang bermuara pada perlakuan baik itu kepada seorang laki maupun
perempuan. Namun karena berbagai keterbatasan yang ada pada peneliti maka masalah yang
akan di pecahkan dalam penelitian ini dibatasi yaitu: ”apakah pelecehan seksual ini terjadi
baik itu dipekerjaan, dilingkungan, maupun ditempat umum?” Masalah diatas menurut
peneliti akan dapat di jawab melalui pemecahan dua sub masalah di bawah ini, yaitu:

1. Bagaimana upaya untuk mengatasi permasalahan pelecehan seksual yang ada


dipekerjaan, dilingkungan maupun ditempat umum?
2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan masyarakat supaya masalah pelecehan seksual
tidak terjadi lagi dipekerjaan, dilingkungan maupun ditempat umum?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan umum penelitian tentang pelecehan seksual dipekerjaan, dilingkungan
maupun ditempat umum adalah untuk mengatasi supaya pelecehan seksual tidak terjadi lagi
dengan cara bentuk perlawanan yang di jabarkan dalam tujuan khusus yaitu:

1. Mengatasi permasalahan pelecehan seksual yang ada dipekerjaan, dilingkungan maupun


ditempat umum

2
2. Mengupayakan supaya masalah pelecehan seksual tidak terjadi lagi dipekerjaan,
dilingkungan maupun ditempat umum

1.4. Manfaat Penulisan


Bagi sipenulis sangat menambah wawasan sekali, karna kita dapat mengetahui sudah
sejauh mana pelecehan seksual ini terjadi yang dilakukan oleh masyarakat dan kita dapat
mengetahui juga kendala atau faktor yang membuat kejadian tersebut selalu terjadi.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pelecehan Seksual


Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga
menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada diri orang
yang menjadi korban pelecehan. Pelecehan seksual terjadi ketika pelaku mempunyai
kekuasaan yang lebih dari pada korban. Kekuasaan dapat berupa posisi pekerjaan yang lebih
tinggi, kekuasaan ekonomi, "kekuasaan" jenis kelamin yang satu terhadap jenis kelamin yang
lain, jumlah personal yang lebih banyak.
Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, meliputi: main mata, siulan nakal,
komentar yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di
bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan
dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual sampai
perkosaan.Pelecehan juga dapat berupa komentar/perlakuan negatif yang berdasar pada
gender, sebab pada dasarnya pelecehan seksual merupakan pelecehan gender, yaitu pelecehan
yang didasarkan atas gender seseorang, dalam hal ini karena seseorang tersebut adalah
perempuan.
Seperti: " Tugas perempuan kan di belakang....", "Tidak jadi dinikahi, karena sudah
tidak perawan lagi....".
Pelaku kekerasan seksual yang biasanya merupakan keluarga dekat, misalnya: teman
dekat, kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan
sebagainya.Menurut data statistik kejahatan seksual WHO 1993, 60-78% pelaku tindak
kekerasan seksual adalah orang yang dikenal korban. Dalam banyak kasus lainnya, perkosaan
dilakukan oleh orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik
yang menawarkan bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu tempat.Pelecehan
seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di bus, pabrik, supermarket, bioskop,
kantor, hotel, trotoar, dsb baik siang maupun malam.
Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan
atau kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan ataupun
tidak. Kalau janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan,
dimutasikan, dsb. Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun

4
dapat membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh tekanan,
dsb.Hampir semua korban pelecehan seksual adalah perempuan tidak memandang status
sosial ekonomi, usia, ras, pendidikan, penampilan fisik, agama, dsb.
Ada beberapa pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat
menjerat seseorang pelaku pelecehan seksual:
1. Pencabulan pasal 289-296.
2. Penghubungan pencabulan pasal 295-298 dan pasal 506.
3. Persetubuhan dengan wanita di bawah umur pasal 286-288.

2.2. Faktor Pendorong Pelecahan Seksual


Pelecehan seksual dapat terjadi dan dialami oleh seseorang karena suatu faktor yang
melatarbelakanginya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pelecehan
seksual antara lain:
a) Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan seseorang yang tidak sehat atau tidak normal bisa menjadi pemicu
tindak pelecehan seksual seperti gangguan kejiwaan, keinginan seks abnormal, pedofilia dan
lain sebagainya.
b) Faktor Biologis Manusia
Secara biologis seseorang memang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi seperti
oksigen, air, tidur, pakaian, pangan dan termasuk kebutuhan seks/bereproduksi. Kebutuhan
biologis akan seks ini muncul secara sendirinya dalam diri seseorang karena akibat dari
hormon seks yang terdapat dalam manusia terutama setelah mengalami masa pubertas.
Kebutuhan akan seks yang tidak tersalurkan inilah menjadi salah satu pemicu tindak
pelecehan seksual.
c) Kurangnya Perhatian Dari Orang Tua
Seseorang yang tidak mendapat perhatian dari orang tuanya cenderung akan melakukan
hal-hal untuk mencari perhatian dari orang lain, tetapi terkadang cara yang mereka tempuh
adalah cara-cara yang negatif seperti melakukan tawuran pelajar, narkoba dan juga termasuk
melakukan pelecehan seksual. Hal-hal tersebut dapat dilakukannya karena tidak adanya
seseorang yang mendidik dan selalu mengingatkannya akan bahaya jika melakukan tindakan
pelecehan seksual kepada orang lain.
d) Kurangnya Pengetahuan Dan Pendidikan Tentang Seks
Pendidikan dan pengetahuan tentang seks merupakan hal penting bagi seseorang,
seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang seks dan bahaya tindakan pelecehan

5
seksual menjadi tidak berpikir terlebih dahulu dalam melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan seks termasuk saat akan melakukan tindak pelecehan seksual.
e) Cara Berbusana Yang Kurang Sopan
Pelecehan seksual terutama yang terjadi pada wanita tidak hanya karena kesalahan dari
pelakunya, tetapi cara berpakaian yang tidak sopan dan cenderung terbuka seorang wanita
juga bisa memicu tindak pelecehan seksual terjadi kepadanya.
f) Kurangnya Iman Dan Taqwa
Seseorang yang tidak mempercayai adanya Tuhan dan tidak takut dosa, akan
melakukan apapun yang dia inginkan walaupun itu hal-hal negatif, seperti melakukan
tindakan pelecehan seksual terhadap orang lain karena dia tidak takut akan mendapatkan
balasan dari Tuhan.
g) Pergaulan
Seseorang yang bergaul di lingkungan yang kurang baik akan lebih mudah menjadi
korban maupun pelaku tindak pelecehan seksual. Karena seseorang yang berteman dengan
orang yang bermoral buruk akan mudah terpengaruh menjadi orang yang bermoral buruk
pula dan akan lebi mudah mendapatkan perlakuan yang buruk, termasuk menajadi korban
pelecehan seksual.
h) Pengalaman Mengalami Pelecehan Seksual Di Masa Lalu
Seseorang yang pernah mengalami tindakan pelecehan seksual pada masa lalu biasanya
akan merasa dendam dan ingin membalsakan dendamnya dengan cara melakukan tindakan
pelecehan seksual kepada orang lain agar orang tersebut juga bisa merasakan penderitaan
yang sama dengannya.

2.3. Dampak dari Tindak Pelecehan Seksual


Pelecehan seksual merupakan salah satu masalah sosial yang berdampak negatif bagi
manusia terutama bagi korbannya. Pelecehan seksual ini menimbulkan beberapa dampak
antara lain:
a) Hilangnya Semangat Hidup
Seseorang yang sudah pernah mengalami pelcehan seksual apalgi yang tergolong serius
seperti pemerkosaan, akan kehilangan semangat hidupnya dan menganggap bahwa dirinya
sudah tidak berharga lagi. Hal ini juga bisanya diikuti dengan tindakan mencoba bunuh diri
dan manyakiti dirinya sendiri karena menganggap dirinya telah kotor dan tidak pantas untuk
hiddup lagi.

6
b) Trauma
Korban tindak pelecehan seksual bisanya akan merasa trauma dengan hal-hal yang
berhubungan dengan tindak pelecehan seksual yang dialaminya. Seperti tauma terhadap laki-
laki, tempat saat terjadi pelecehan seksual maupun trauma terhadap orang asing dan
cenderung akan takut dan berteriak jika melihat ataupun mengingat hal-hal yang
berhubungan dengan tindak pelecehan seksual yang dialaminya.
c) Mengalami Gangguan Kejiwaan
Pelecehan seksual yang terjadi pada seseorang akan mebuat orang tersebut merasa
sangat terpuruk dan marah. Jika seseorang tidak mampu mengontrol dirinya dan manahan
penderitaan yang dialaminya maka orang tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan.
d) Tertular Penyakit Kelamin
Pelaku pelecehan seksual bisa saja menlarkan penyyakit kelamin yang dialaminya
kepada korban pelecehan seksual saat melakukan tindak pelecehan seksual kepada
korbannya.
e) Kehilangan Rasa Percaya Diri
Biasa korban pelecehan seksual akan merasa sudah tidak punya kehormatan lagi dan
akan cenderung mengucilkan diri dari lingkungan sekitar karena merasa malu.
f) Mengalami Kekerasaan Fisik
Tindakan pelecehan seksual juga bisa terjadi dengan diawali oleh tindakan kekerasan
fisik yang dilakukan oleh pelaku terhadap korbannya. Karena umumnya korban akan
memberontak saat akan mengalami pelecehan seksual, sehingga pelaku melakukan
kekerasaan fisik untuk melumpuhkan korbannya.

2.4. Pelecehan dan Kekerasan Seksual Pada Remaja Putri


Remaja adalah aset berharga suatu bangsa. Mereka yang nantinya dharapkan menjadi
penerus kelangsungan suatu negara dalam segala hal. Dari data proyeksi populasi remaja di
Indonesia yang dilakukan BKKBN ternyata untuk setiap 5 tahun ke depan populasi usia ini
diperkirakan akan terus mengalami kenaikan jumlah. Upaya menyejahterakan remaja salah
satunya adalah dengan melindungi usia ini dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan
terhadap hak asasi mereka sebagai manusia sehingga nantinya mereka akan siap sebagai
manusia dewasa yang sejahtera secara fisik, mental dan spiritual.
Kekerasan yang termasuk sering dialami usia remaja, terutama remaja wanita, adalah
kekerasan seksual. Hal ini mencakup segala perlakuan mulai dari pelecehan sampai
perkosaan. Menurut data statistik kejahatan seksual WHO tahun 1993, korban kejahatan

7
seksual di mayoritas negara-negara di dunia adalah usia di bawah 15 tahun, berkisar di antara
36-62%.Data di Indonesia belum dapat disimpulkan karena laporan yang sangat sedikit.
Namun wacana di banyak media massa cukup dapat menyimpulkan bahwa kekerasan seksual
pada remaja wanita di Indonesia sangat memprihatinkan.

2.5. Pelecehan dan Kekerasan Seksual Pada Anak


Menurut WHO (2004 dalam Lidya, 2009) kekerasan terhadap anak adalah suatu
tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik,
emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial
yang secara nyata ataupun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup,
martabat, atau perkembangannya, tindakan kekerasan diperoleh dari orang yang bertanggung
jawab, dipercaya, atau berkuasa dalam perlindungan anak tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud kekerasan terhadap anak adalah perilaku salah baikdari orang tua, pengasuh,
dan lingkungan dalam bentuk perlakuan kekerasan fisik, psikis, maupunmental yang
termasuk didalamnya eksploitasi, mengancam, dan lain-lain terhadap anak. Azevedo &
Viviane mengklasifikasikan bentuk kekerasan psikologis pada anak:
a) Kekerasan Anak Secara Fisik
Kekerasan anak secara fisikadalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap
anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka
fisik atau kematian kepada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat
persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau
rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok
atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada,
perut, punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik
umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orangtuanya, seperti anak nakal
atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah disembarang tempat,
memecahkan barang berharga.
b) Kekerasan Anak Secara Psikis
Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikkan, penyampaian kata-kata kasar
dan kotor, memperlihatkan buku, gambar atau film pornografi pada anak. Anak yang
mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaftif, seperti
menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu orang
lain.

8
c) Kekerasan Anak Secara Seksual
Kekerasan anak secara seksual dapat berupa perlakuan prakontak seksual antara anak
dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism),
maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest,
perkosaan, eksploitasi seksual). Pemukulan pada daerah “bokong” anak dapat menumbuhkan
perasaan nikmat seksual secara dini. Mereka tidak dapat mengerti mengenai perasaan
tersebut. Setelah dewasa mereka melakukan keanehan seksual ini biasanya mereka mencari
pelacur. Selain itu anak korban pemukulan merasa dirinya tidak berharga, karena terbiasa
merasa sakit karena pukulan, anak-anak ini akan mudah menyerahkan tubuhnya untuk
diperlakukan secara tidak senonoh setelah dewasa, sehingga ia mudah menjadi korban
pelacuran.
d) Kekerasan Anak Secara Sosial
Kekerasan anak secara sosialdapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak.
Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian
yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan
dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak.
Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang
terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh, memaksa anak
untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa
memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan
fisik, psikis dan status sosialnya.

2.6. Dampak dari Pelecehan Seksual


Banyak akibat yang ditimbulkan oleh kekerasan seksual. Sebagai remaja yang masih
berkembang, hal ini akan sangat membekas dan meninggalkan efek lama baik secara fisik
atau mental. Angka bunuh diri pada wanita yang mengalami kekerasan seksual dari pria yang
tinggal bersamanya 5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami hal
tersebut.
Berbagai penyakit menular seksual dapat ditularkan melalui kekerasan seksual.
Walaupun organ reproduksi remaja wanita sudah berkembang, kekerasan seksual yang
dialami mulai dari manipulasi organ seksual sampai pemerkosaan dapat melukai organ
reproduksi dan menimbulkan infeksi, penyakit organ reproduksi lainnya, kehamilan yang
tidak diinginkan bahkan aborsi.

9
Rasa takut dan malu korban akibat intimidasi dan budaya masyarakat menyebabkan
tidak terdeteksinya penyakit dan kehamilan sehingga kadang ditemukan dalam keadaan
lanjut.Problem kesehatan mental yang dihadapi oleh remaja putri yang mengalami pelecehan
dan kekerasan seksual bisa berupa depresi atau kecemasan yang berlangsung lama, atau
sindrom stress pasca trauma. Beberapa menunjukkan mekanisme mengingkari dengan beralih
pada alkohol atau obat terlarang untuk menghilangkan rasa sakit. Kebanyakan dari mereka
mengisolasi diri mereka dan menarik diri dari lingkungan.
Di antara dampak sosial yang dilami korban adalah menurunnya prestasi
sekolah/kerja, lebih sering absen, tidak mengambil mata kuliah yang diajarkan dosen tertentu,
nilai di menurun, mendapat balas dendam dari pelaku atau teman si pelaku, kehilangan
kehidupan pribadi karena menjadi “yang bersalah”, menjadi objek pembicaraan, kehancuran
karakter/reputasi, kehilangan rasa percaya pada orang dengan tipe/posisi yang serupa pelaku,
kehilangan rasa percaya pada lingkungan yang serupa, mengalami stress luar biasa dalam
berelasi dengan partner, dikucilkan, pindah universitas/fakultas; kehilangan pekerjaan dan
kesempatan mendapat referensi, kehilangan karir. Di samping itu juga terdapat dampak
psikologis/fisiologis, yaitu: depresi, serangan panik, kecemasan, gangguan tidur, penyalahan
diri, kesulitan konsentrasi, sakit kepala, kehilangan motivasi, lupa waktu, merasa dikhianati,
kemarahan dan hingga pikiran bunuh diri.

2.7. Solusi dalam Mencegah Kekerasan dan Pelecehan Seksual


Cara-cara mencegah pelecehan seksual:
1. Pelajari persoalan pelecehan seksual.
2. Mampu bertindak asertif dan berani mengatakan tidak (menolak).
3. Menyebarkan informasi tentang pelecehan seksual.
4. Mau bertindak sebagai saksi.
5. Membantu korban.
6. Membentuk kelompok solidaritas.
7. Mengkampanyekan jaminan keamanan, khususnya bagi perempuan.
8. Mengkampanyekan penegakan hukum bagi hak-hak perempuan.
Berikut ini adalah peran penting dalam mencegah terjadinya kekerasan dan
pelecehan seksual:
a) Orang Tua
Para orang tua seharusnya lebih memperhatikan kehidupan anaknya. Orang tua dituntut
kecakapannya dalam mendidik dan menyayangi anak-anaknya. Jangan membiarkan anak hidup dalam

10
kekangan, mental maupun fisik. Sikap memarahi anak habis-habisan, apalagi tindakan kekerasan (pemukulan
danpenyiksaan fisik) tidaklah arif, karena hal itu hanya akan menyebabkan anak merasa
tidak diperhatikan, tidak disayangi. Akhirnya anak merasa trauma, bahkan putus asa.
b) Guru
Peran seorang guru dituntut untuk menyadari bahwa pendidikan di Negara kita bukan
saja untuk membuat anak pandai dan pintar, tetapi harus juga dapat melatih mental anak
didiknya. Peran guru dalam memahami kondisi siswa sangat diperlukan. Sikap arif, bijaksana,
dan toleransi sangat diperlukan. Idealnya seorang guru mengenal betul pribadi peserta didik, termasuk
status sosial orang tua murid sehingga ia dapat bertindak dan bersikap bijak.
c) Masyarakat
Anak-anak kita ini selain bersentuhan dengan orang tua dan guru, mereka pun tidak bisa
lepas dari berbagai persinggungan dengan lingkungan masyarakat dimana dia berada. Untuk itu
diperlukan kesadaran dan kerjasama dari berbagai elemen di masyarakat untuk turut memberikan
nuansa pendidikan positif bagi anak-anak.Salah satu elemen tersebut adalah pihak pengelola stasiun
TV. Banyak risetmenyimpulkan bahwa pengaruh media (terutama TV) terhadap perilaku anak cukup
besar. Berbagai tayangan kriminal di berbagai stasiun TV, tanpa kita sadari telah
menampilkan potret-potret kekerasan yang tentu akan berpengaruh pada pembentuk mental
pribadi anak dan terhadap kejahatan seksual.
d) Pemerintah Dan Sosial Worker
Pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap kemashlahatan rakyatnya, termasuk
dalam hal ini adalah menjamin masa depan bagianak-anak kita sebagai generasi penerus. Pemerintah
dirasa sangat perlu memperbaiki undang-undang, terutama mengenai hak-hak wanita dan
anak-anak, memperberat hukuman bagi pelaku dan memberikan pendidikan mengenai
kekerasan seksual pada wanita dan remaja putri sehingga paradigma kekerasan dan pelecehan
seksual sebagai sesuatu yang lumrah menjadi hilang. Masyarakat perlu menggalang kekuatan
yang dapat menekan pemerintah untuk segera mengatasi masalah ini dengan melibatkan
pekerja sosial atau dunia internasional yang peduli pada masalah kekerasan terhadap wanita
dan anak-anak.
Para pekerja sosial yang peduli dalam masalah kekerasan seksual pada remaja dapat
menyelenggarakan penggalangan kesadaran akan pentingnya mengetahui hak-hak asasi
wanita dan anak-anak. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penyuluhan mengenai kiat-
kiat mencegah pelecehan seksual.Peran penyedia layanan kesehatan terutama dokter sangat
penting. Peran pemerintah dalam memberikan rasa aman yang kurang sangat berpengaruh
terhadap adanya kekerasan seksual.

11
Beberapa negara masih mengabaikan perlindungan terhadap wanita dan anak-anak
karena budaya dan paradigma yang telah mengakar pada masyarakat mengenai derajat wanita
yang masih rendah, tidak menganggap isu ini penting, atau tidak memiliki perangkat hukum
yang baik dalam melindungi hak wanita dan anak-anak.
Beberapa langkah untuk menjaga diri dari pemerkosaan:
1. Menunjukkan sikap tegas terhadap segenap bentuk perilaku yang mencurigakan.
2. Selalu bersikap waspada.
3. Tidak boleh berjalan di tempat gelap dan sunyi.
4. Berpakaian sewajarnya.
5. Sediakan selalu senjata di dalam tas, seperti misalnya korek api, deodoran semprot, dan
sebagainya.
6. Jika pergi ke suatu tempat asing, bawa alamat lengkap, denah dan jalur kendaraan
sehingga tidak terlihat bingung. Bertanyalah ke tempat-tempat resmi, seperti kantor
polisi.
7. Jangan mudah menerima ajakan untuk bepergian atau menginap di tempat yang belum
dikenal.
8. Jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum dikenal.
9. Berhati-hati jika diberi minum orang.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian : Kuantitatif


3.2. Lokasi dan waktu : Jalan Cucak Rawa Prumnas Mandala Medan

: Kamis, 20 Maret 2018

: 12.25 s/d 14.00 WIB

3.3. Populasi dan Sample


Tetangga pelaku perempuan berinisial T pelecehan seksual terhadap temannya berinisial
N

3.4. Instrument
1. Observasi
Observasi ini dilakukan di jalan cucak rawa prumnas mandala Medan. Kami meneliti
tentang bagaimana korban dilecehkan oleh sipelaku padahal temannya serta apa
alasannya pelaku tersebut melakukannya terhadap sikorban.
2. Interview
Interview nama narasumber di jalan cucak rawa prumanas mandala Medan yaitu Ibu
Rosima Hayan

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian kelompok kami di dalam penelitian ini adalah cara mengatasi
pelecehan seksual atau pelecehan seksual tidak terjadi lagi dipekerjaan, dilingkungan
maupun ditempat umum.

2. Definisi Operasional
Defenisi operasional dalam cara mengatasi pelecehan seksual atau pelecehan seksual
tidak terjadi lagi dipekerjaan, dilingkungan maupun ditempat umum.

13
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Permasalahan


Data yang telah terkumpul, permasalahan yang timbul di lingkungan tersebut ialah
kurangnya perhatian orangtua dalam mendidik anaknya. Akibat yang ditimbulkan dari si anak
terjadinya pelecehan seksual. Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya, seperti kejadian
korban ini jadwal dia les dari Senin-Rabu les diluar Kamis-Sabtu les private meskipun jadwal
sianak bersekolah dipagi hari dan disiangnya les akan tetapi orangtua harus menanyakan
aktivitas yang telah dilakukannya di sepanjang hari itu. Jika ada temannya yang usil atau
melakukan hal-hal yang sudah melenceng supaya memberikan nasehat bahwa teman seperti
itu harus lebih berhati-hati dalam berteman. Selama wawancara berlangsung, ketika
narasumber menjelaskan kronologi kejadiannya, diceritakan kejadian yang sebenarnya yaitu:
Pada saat sebelum kejadian pelecehan seksual terjadi terhadap korban, pelaku sering
memegang badan korban pada saat les. Ia pikir hal tersebut biasa saja karena pelaku adalah
guru lesnya, pada saat soal latihan diberikan guru les (pelaku) kepada korban dan sikorban
tidak mengerti materinya disinilah kesempatan guru lesnya memegang tubuh korban seperti
tidak disengaja padahal sipelaku memiliki tujuan tertentu.

Permasalahan dari sikorban tersebut, dari hasil pengamatan peneliti terhadap pelaku.
Orangtua tidak menanyakan kepada anaknya aktivitas yang telah dia lakukan sepanjang hari
itu. Orangtua kurang terbuka kepada anaknya sehingga yang dialami korban terjadi akibat
kurang adanya perhatian orangtua kepada anaknya. Demikian permasalahan yang dapat
ditemukan peneliti dilapangan, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masalah yang
dihadapi korban dalam kejadian pelecehan seksual tersebut di Jalan cucak rawa Prumnas
Mandala yang di jabarkan dalam dua sub masalah di bawah ini, yaitu:

1. Minimnya perhatian orangtua terhadap anaknya sehingga anak pun tidak terbuka atas
kejadian yang terjadi kepada dirinya pada saat les.
2. Kurangnya tegasnya orangtua atas keajdian pelecehan seksual terjadi terhadap anaknya.
dalam mendidik anak orantua harus mendidiknya dengan baik dan benar dan
memberikan perhatian yang lebih kepada anaknya supaya keajdian tersebut tidak terjadi
lagi.

14
4.2 Alternatif Masalah
Dengan diadakannya pembagian sub masalah, sehingga dapat di berikan alternatif
atau penyelesaian mengenai masalah-masalah tersebut yang di jabarkan dalam beberapa sub
alternatif, yaitu: Pelecehan seksual adalah suatu perilaku tidak baik yang merendahkan harga
diri orang lain yang dilakukan suatu pihak kepada pihak lain, yang berkaitan langsung dengan
jenis kelamin pihak tersebut. Pelecehan seksual tidak hanya terjadi jika menyangkut hal-hal
secara fisik seperti mencolek, ataupun memegang bagian tubuh tertentu, akan tetapi secara
non fisik seperti siulan nakal, kata-kata yang mengandung pelecehan dan lain sebaginya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pelecehan seksual antara lain:
Kondisi kejiwaan, Faktor biologis manusia, Kurangnya perhatian dari orang tua, Kurangnya
pengetahuan dan pendidikan tentang seks, Cara berbusana yang kurang sopan, dan lain-lain.
Dampak dari tindakan pelecehan seksual seperti hilangnya semangat hidup, hilang rasa
percaya diri, trauma dan masih banyak lagi. Di Indonesia ada beberapa hukum yang
mengatur tindak pelecehan seksual salah satunya diatur dalam KUHP pasal 289-296.
Sebenarnya tindak pelcehan seksual dapat dicegah, salah satunya dari pihak perempuan agar
berpakaian yang sopan dan tidak terbua agar tidak menjadi pemicu tindak pelecehan seksual
terjadi.
Akhirnya kita mengetahui sebagian kecil dari kejadian –kejadian yangpernah ada
atau yang sedang terjadi,pelecehan seksual bukanlah hal baru ternyata pelecehan seksual
sudah ada sejak dulu dan tersebar dimana-mana hanya saja susah untuk menghentikannya.Ini
tugas dari kita generasi baru untuk menjaga dunia dari tangan-tangan tidak bermoral dan juga
dari kepolisian harus lebih mempertegas tentang hukum yang berlaku.

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pelecehan seksual adalah suatu perilaku tidak baik yang merendahkan harga diri
orang lain yang dilakukan suatu pihak kepada pihak lain, yang berkaitan langsung dengan
jenis kelamin pihak tersebut. Pelecehan seksual tidak hanya terjadi jika menyangkut hal-hal
secara fisik seperti mencolek, ataupun memegang bagian tubuh tertentu, akan tetapi secara
non fisik seperti siulan nakal, kata-kata yang mengandung pelecehan dan lain sebaginya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pelecehan seksual antara lain:
Kondisi kejiwaan, Faktor biologis manusia, Kurangnya perhatian dari orang tua, Kurangnya
pengetahuan dan pendidikan tentang seks, Cara berbusana yang kurang sopan, dan lain-lain.
Dengan pemaparan permasalahan yang di temukan di lapangan dan disertai dengan
alternatif penyelesaiannya, dapat di simpulkan bahwa permasalahan yang terjadi karena
kurangnya perhatian orangtua terhadap anaknya.

5.2 Saran
Dari berbagai informasi yang telah kita dapatkan bahwa pelecehan seksual sangat
berbahaya karena akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya mulai dari beban mental
yang diderita oleh korban,penyakit yang akan diderita oleh pelaku dan juga oleh korban dan
lain sebagainya. Maka dari itu kita harus bisa menjaga diri dengan cara mendekat diri kepada
yang Maha Kuasa, pertebal iman kita supaya kita selalu dilindungi-Nya.

16

Anda mungkin juga menyukai