DOSEN PENGAMPU:
Mica Siar Meiriza
OLEH KELOMPOK 7 :
PENDIDIKAN EKONOMI
KELAS C
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Keterangan:
Untuk masing-masing komoditas penghitung nilai tambahnya didasarkan pada selisih
nilai produksi perubahan tiap komoditas dari kapas sampai dengan kemeja. Misalkan:
a. Nilai tambah kapas besar tetap Rp. 10.000,- (Karena nilai produksinya belum
mengalami perubahan menjadi komoditas lain).
b. Nilai tambah benang Rp. 5.000,- => merupakan selisih antara nilai produksi kapas
dengan benang. Nilai tambah kain Rp. 2.500,- => selisih antara nilai prorduksi
benang dengan kain.
c. Nilai tambah kemeja Rp. 7.500,- => selisih antara nilai produksi kain dengan kemeja.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari perubahan
komoditas kapas menjadi kemeja sebesar Rp. 25.000,- . Dengan adanya perhitungan
nilai tambah tersebut maka akan terhindar dari adanya perhitungan ganda. Dengan
demikian metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana Y merupakan PDB, P harga barang dari unit ke-1 hingga unit ke-n, Q
jumlah barang dari jenis ke-1 hinggan jenis ke-n.
Y = C + I + G (X - M)
4
lama (durable goods) seperti mobil, mesin cuci, dan lain lain; pengeluaran untuk
barang-barang tidak tahan lama (nondurable goods) seperti makanan, pakaian dan lain
lain; pengeluaran untuk jasa-jasa (services)seperti jasa kesehatan, potong rambut, dan
lain lain.
Pengeluaran Investasi atau Pembentukan Model Domestik Bruto (I) adalah
total nilai pasar dari pembelian bangunan-bangunan yang baru dihasilkan dan peralatan-
peralatan tahan lama milik produsen, ditambah nilai perubahan di dalam volume
persediaan yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan.
Pengeluaran Pemerintah untuk Barang dan Jasa (G) mencakup berbagai
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan jenisnya
meliputi pengeluaran pemerintah untuk menambah perangkat keras militer untuk
kepentingan pertahanan Negara, pengeluaran untuk membayar gaji pegawai,
pengeluaran untuk pembangunan dan perbaikan jalan, pengeluaran pendidikan, dan lain
lain.
Pengeluarana Ekspor Neto (X-M) adalah nilai pasar ekspor barang dan jasa
dikurangi dengan nilai pasar impor barang dan jasa.
Contoh Soal:
5
2.1.3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Dalam metode ini cara yang dilakukan adalah dengan menjumlahkan seluruh
pendapatan yang diterima masayarakat sebagai pemilik faktor produksi atas penyerahan
faktor produksinya kepada perusahaan.
Tabel Faktor Produksi dan Pendapatan
Contoh Soal:
Diketahui data-data sebagai berikut (dalam miliar)
Sewa Tanah Rp 30.000
Upah Rp 250.000
Bunga Modal Rp 50.000
Laba Usaha Rp 40.000
Hitunglah pendapatan nasional dengan pendekatan penerimaan/pendapatan
Jawab:
Y=r+w+i+p
Y = Rp 30.000 + Rp 250.000 + Rp 50.000 + Rp 40.000
Y = Rp 370.000
Pendekatan Nasional (national income):mengukur semua pendapatan domestik
yang diperoleh pada produksi.
6
2.2. PERTUMBUHAN, PERUBAHAN HARGA & PDB RIIL
2.2.1. Menghitung Tingkat Pertumbuhan PDB
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, para ekonom harus melihat
bagaimana perubahan PDB dari waktu ke waktu. Persentase perubahan dalam PDB dari
tahun ke tahun dapat dihitung dengan menggunakan standar rumus persentase
perubahan:
PDB dalam satu tahun−PDB tahun sebelumnya
Tingkat Perubahan = x 100
PDB tahun sebelumnya
Misalnya, PDB Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan sekitar Rp 11,73 triliun,
sedangkan pada tahun 2005 diperkirakan sekitar Rp 12,46 triliun. Persamaannya akan
diperoleh:
12,46−11,73
Tingkat Pertumbuhan = x 100
11,73
= 0.062 x 100
= 6.2
Menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB sekitar 6,2% antara tahun 2004 dan 2005.
7
Tabel PDB dalam “Apel dan Jeruk”:
Tahun 1 Nilai (harga tahun 1)
Harga, tahun 1 Kuantitas, tahun 1 = Price x Kuantitas
Apel Rp 10.000 100 Rp1.000.000
Orange Rp 20.000 50 Rp1.000.000
Rp2.000.000 = angka PDB pada tahun 1
Tahun 1 Nilai (harga tahun 1)
Harga, tahun 1 Kuantitas, tahun 1 = Price x Kuantitas
Apel Rp 10.000 100 Rp1.500.000
Orange Rp 20.000 50 Rp1.500.000
Rp3.000.000 = angka PDB pada tahun 2
Tingkat pertumbuhan nominal PDB dari Tahun [(3.000.000-2.000.000)/
1 ke tahun 2 = 2.000.000] x 100 = .5 x 100 = 50%
PDB dihitung dalam jumlah nilai rupiah barang yang diproduksi dalam setahun,
pada tahun 1 nilai PDB nominal adalah Rp 2 jut. Di tahun 2, nilai PDB nominal adalah
Rp 3 juta. Persentase pertumbuhan PDB dari tahun 1 sampai tahun 2 adalah 50%.
Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan produksi: Jumlah jeruk yang
dihasilkan naik dari 50 kg ke 75 kg. Peningkatan nilai diukur dari PDB nominal karena
peningkatan harga apel dari Rp 10.000 menjadi Rp 15.000.
Tidak ada cara yang sempurna untuk mengukur perubahan produksi “riil”, bahkan
dalam kasus yang sangat sederhana ini! Masalahnya adalah PDB diukur sebagai jumlah
nilai uang dari barang dan jasa yang diproduksi, kita bisa memilih bagaimana mengukur
“nilai uang” dengan menggunakan harga di tahun 1 atau harga di tahun 2 atau
kombinasi keduanya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan ide dari nilai produksi
“rill”,para ekonom mengadopsi konvensi. Konvensi ini dirancang untuk menghasilkan
kewajaran, meskipun tidak sempurna dalam mengukur perubahan output riil.
8
PDB riil dihitung dengan menggunakan ”metode rupiah konstan”. Karena metode
rupiah konstan relatif mudah dipahami dan sebagian besar berisi instuisi yang anda
butuhkan sebagai mahasiswa ekonomi.
Menerapkan metode rupiah konstan untuk contoh “apel dan jeruk”, misalnya, kita
mungkin mengungkapkan PDB tahun 1 dan 2 pada harga tahun 1. Tahun 1 menjadi
tahun dasar. Tahun 2, adalah tahun menghitung PDB disebut tahun berjalan.
Perhitungan ini ditunjukkan pada bagian (a), dimana kita memasangkan kuantitas dari
tahun 1 dan tahun 2 dengan harga tahun 1. Tahun 2 PDB dinyatakan dalam “rupiah
(tahun 1) konstan” Rp 2,5 juta.
Tingkat pertumbuhan PDB riil rupiah konstan pada bagian (a) di tabel dihitung
menggunakan PDB riil bukan nominal dalam formula pertumbuhan yang diberikan
9
sebelumnya. Dengan pengukuran ini, PDB riil tumbuh sebesar 25%. Artinya kurang
dari angka pertumbuhan PDB nominal 50%. Seperti yang kita lihat, pertumbuhan PDB
nominal karena perubahan harga bukan perubahan produksi.
PDB riil pada tahun dasar sama dengan PDB nominal di tahun dasar, produk
Tahun 1 ini dievaluasi pada harga Tahun 1. Jika kita memiliki data tahun tambahan,
baik dari periode sebelumnya ataupun berikutnya, kita bisa menciptakan serangkaian
angka PDB riil, semua dinyatakan dalam (Tahun 1) rupiah konstan.
Konvensi ini memilik sejumlah masalah. Salah satunya adalah membuat
perhitungan pertumbuhan PDB yang diukur tergantung pada tahun yang dipilih sebagai
dasar.
IP =
∑ Pn x Qn x 100
∑ Po x Qn
Dimana IP = Indeks Paasche, Pn = Harga tahun tertentu (tahun ke-n), Po = harga tahun
dasar, Qn = kuantitas tahun tertentu (tahun ke-n).
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) adalah angka indeks yang
menghitung dari kelompok barang yang paling banyak dibeli oleh
masyarakat/konsumen. Rumus yang digunakan untuk menghitung IHK dengan
menggunakan indeks Laspeyres sebagai berikut:
IL =
∑ Pn x Qo x 100
∑ Po x Qo
Dengan IL = indeks Laspeyres, Pn = harga pada tahun tertentu, Po = harga tahun dasar
Qo = kuantitas tahun dasar.
10
Indeks Harga Produsen (Produces Price Index) ini mengukur sekelompok
barang yang dibeli oleh produsen yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi atau
bahan pembantu.
Contoh Soal:
Jawab:
a. PDB Deflator
IP =
∑ Pn x Qn x 100
∑ Po x Qn
( 15.000 x 40 ) +(40.000 x 30)
IP = x 100
( 10.000 x 40 )+(20.000 x 30)
1.800.000
IP = x 100 = 180
1.000.000
Artinya, antara tahun 2005 sampai dengan 2006 terjadi kenaikan harga sebesar 80% dari
dua macam komoditas.
IL =
∑ Pn x Qo x 100
∑ Po x Qo
( 15.000 x 30 ) +( 40.000 x 20)
IL = x 100
( 10.000 x 30 ) +( 20.000 x 20)
1.250.000
IL = x 100 = 78,57
700.000
Artinya, antara tahun 2005 sampai dengan 2006 kenaikan harga 78,57% dari dua
macam komoditas.
11
Nomor Indeks (index number): angka yang mengukur perubahan ukuran besarannya,
seperti kuantitas atau harga, dibandingkan dengan besarannya dalam beberapa periode
lainnya
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index): indeks mengukur perubahan harga
barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga.
12
PDB = Konsumsi Pribadi + Investasi Swasta + Ekspor Neto + Konsumsi Pemerintah +
Investasi pemerintah
Jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri dan tidak habis dikonsumsi akan
menjadi barang investasi.
Secara keseluruhan total jumlah berbagai sector memilh tidak membeli barang
konsumsi yang tersedia untuk belanja investasi barang. Bagaimana tabungan bisa
berubah menjadi investasi ?
Mereka membiayai pengeluaran investasi mereka baik dari tabungan atau
melalui pinjaman. Tabungan rumah tangga adalah pendapatan yang tidak habis
dikonsusi dan tersedia untuk diinvestasikan disektor lain.
Pada perekonomian terbuka, Negara dapat pinjaman dari sector asing.
Saving = investment + net foreign borrowing
Ketika melakukan pinjaman artinya kita mempunyai tabungan yang tidak cukup
untuk diinvestasikan. Pinjaman luar negeri digunaka untuk investasi dalam negeri.
13
2.3.3. Produksi Nasional Neto dan Tabungan
Konsep investasi yang digunakan untuk mendefenisikan produk domestic bruto
adalah investasi bruto untuk menghitung apakah tingkat produksi selama setahun, diatas
dan diluar produksi hanya menggantikan modal produksi yang susut diperlukan konsep
produk nasional neto ( PPN ) adalah PDB dikurangi penyusutan.
Tabungan neto adalah ukuran yang lebih baik dari tabungan bruto yang disisihkan untuk
masa depan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari beberapa uraian dan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka
dapatlah kami mengambil kesimpulan bahwa dengan mata pelajaran Makro
Ekonomi mengajarkan kepada kita tentang perekonomian sebagai suatu kesatuan atau
suatu studi tentang perilaku perekonomian secara keseluruhan.
Dalam makro ekonomi juga merinci tentang analisis mengenai pengeluaran
agregat kepada 4 komponen yaitu :
1. Pengeluaran rumah tangga ( komsumsi rumah tangga )
2. Pengeluaran pemerintah
3. Pengeluaran perusahaan ( investasi )
4. Ekspor dan impor
3.2. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, baik dari sisi
penulisan, penyajian maupun dari sisi bahan yang menjadi pembahasan. Untuk
melengkapi kekurangan itu, maka bagi para pembaca yang ingin lebih mendalami
tentang Pengukuran Makro Ekonomi kami menyarankan untuk mencari sumber lain
sebagai referensi tambahan saudara.
15