Anda di halaman 1dari 15

EKONOMI MAKRO

“PENGUKURAN MAKRO EKONOMI”

DOSEN PENGAMPU:
Mica Siar Meiriza

OLEH KELOMPOK 7 :

NOVENTUS ANDREAS SIHOMBING 7162341001


MUHAMMAD FARID ADNAN 7163341027
SINTA ANDRIANI 7163341039
JESICA INDAH NATALIA SITORUS 7163341018
MEKARTI DWI RAHAYU 7163341026

PENDIDIKAN EKONOMI
KELAS C

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Sama halnya dengan ilmu empiris lainnya, ilmu ekonomi memusatkan


perhatiannya kepada konsep-konsep yang benar-benar dapat dihitung dan diukur; yakni
berbagai hal seperti harga gandum, harga saham, suku bunga, jumlah pengangguran,
output nasional, atau tingkat harga. Pada makalah ini akan membahas pada salah satu
perangkat konseptual yang paling penting dalam ilmu ekonomi, yakni perhitungan
pendapatan produk nasional.
Semua pasti sudah mengenal tabungan dari kalangan tinggi dan rendah menabung
uangnya di tabungan. Keluarga-keluarga yang tidak mampu akan membelanjakan
sebagian besar bahkan seluruh pendapatannya untuk keperluan hidupnya. Individu yang
berpendapatan tinggi akan melakukan tabungan lebih besar daripada individu yang
berpendapatan rendah. Tabungan dapat dilakukan oleh seorang pedagang dengan
membeli barang dagangan dengan maksud untuk mengkonsumsi lebih besar pada waktu
yang akan datang. 

1.2. TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui rumus mengerjakan pendekatan pengeluaran dan pendekatan
pendapatan.
2. Mengetahui rumus tingkat pertumbuhan PDB.
3. Mengetahui hubungan investasi, tabungan, dan perdagangan.

1.3. MANFAAT PENULISAN


Manfaat dari penulisan makalah ini :
1. Dapat mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan pendekatan pengeluaran
dan pendekatan pendapatan.
2. Dapat mengerjakan soal pertumbuhan PDB.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PRODUK DOMESTIK BRUTO: Menghitung Nilainya


2.1.1. Pendekatan Produk (Production Approach)
Metode ini mengungkapkan bahwasanya pendapatan nasional adalah penjumlahan
dari semua nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh lapangan usaha pada
suatu negara selama satu tahun.
Cara menghitung dalam metode ini ialah dengan mengalikan jumlah seluruh
barang dan jasa yang diproduksi dalam satu tahun dengan harga satuannya masing-
masing.
Sebagai contoh: “Untuk memproduksi kemeja harus diproduksi terlebih dahulu
kain, benang dan kapas. Jika kita menjumlahkan nilai akhir produksi tiap-tiap
komponen maka akan terjadi penghitungan ganda (double accounting), mengapa ? Hal
ini disebabkan karena dalam nilai akhir kemeja sudah terkandung nilai kain, dalam nilai
akhir kain sudah terkandung nilai akhir benang dan seterusnya. Oleh karena itulah untuk
memperoleh total produk yang dihasilkan suatu negara harus dilihat dari nilai
tambahnya”. Perhatukan contoh nilai tambah berikut ini.

Komoditas Nilai Produksi Nilai Tambah


Kapas Rp10.000 Rp10.000
Benang Rp15.000 Rp5.000
Kain Rp17.500 Rp2.500
Kemeja Rp25.000 Rp7.500
Jumlah Rp65.700 Rp25.000

3
Keterangan:
Untuk masing-masing komoditas penghitung nilai tambahnya didasarkan pada selisih
nilai produksi perubahan tiap komoditas dari kapas sampai dengan kemeja. Misalkan:
a. Nilai tambah kapas besar tetap Rp. 10.000,- (Karena nilai produksinya belum
mengalami perubahan menjadi komoditas lain).
b. Nilai tambah benang Rp. 5.000,- => merupakan selisih antara nilai produksi kapas
dengan benang. Nilai tambah kain Rp. 2.500,- => selisih antara nilai prorduksi
benang dengan kain.
c. Nilai tambah kemeja Rp. 7.500,- => selisih antara nilai produksi kain dengan kemeja.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari perubahan
komoditas kapas menjadi kemeja sebesar Rp. 25.000,- . Dengan adanya perhitungan
nilai tambah tersebut maka akan terhindar dari adanya perhitungan ganda. Dengan
demikian metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = {(P1 x Q1) + (P2 x Q2) + (P3 x Q3) + ... + (Pn x Qn)}

Dimana Y merupakan PDB, P harga barang dari unit ke-1 hingga unit ke-n, Q
jumlah barang dari jenis ke-1 hinggan jenis ke-n.

2.1.2. Pendekatan Pengeluaran (Spending Approach)


Pendekatan pengeluaran ialah suatu pendekatan dimana PDB diperoleh dengan
cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh permintaan akhir atas output yang
dihasilkan didalam perekonomian, diukur pada harga pasar yang berlaku. Dan dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Y = C + I + G (X - M)

Dimana Y pendapatan nasional, C nilai pasar pengeluaran konsumsi barang dan


jasa oleh rumah tangga, I nilai pasar pengeluaran investasi barang modal, G nilai pasar
pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa (pemerintah pusat, daerah tingkat I dan
II).
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (C) adalah total nilai pasar dari barang
dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga dan institusi-institusi nirlaba dan nilai dari
barang dan jasa yang diterima oleh mereka sebagai pendapatan. Pengluaran Konsumsi
Rumah Tangga terdiri dari 3 komponen, yaitu : Pengeluaran untuk barang-barang tahan

4
lama (durable goods) seperti mobil, mesin cuci, dan lain lain; pengeluaran untuk
barang-barang tidak tahan lama (nondurable goods) seperti makanan, pakaian dan lain
lain; pengeluaran untuk jasa-jasa (services)seperti jasa kesehatan, potong rambut, dan
lain lain.
Pengeluaran Investasi atau Pembentukan Model Domestik Bruto (I) adalah
total nilai pasar dari pembelian bangunan-bangunan yang baru dihasilkan dan peralatan-
peralatan tahan lama milik produsen, ditambah nilai perubahan di dalam volume
persediaan yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan.
Pengeluaran Pemerintah untuk Barang dan Jasa (G) mencakup berbagai
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan jenisnya
meliputi pengeluaran pemerintah untuk menambah perangkat keras militer untuk
kepentingan pertahanan Negara, pengeluaran untuk membayar gaji pegawai,
pengeluaran untuk pembangunan dan perbaikan jalan, pengeluaran pendidikan, dan lain
lain.
Pengeluarana Ekspor Neto (X-M) adalah nilai pasar ekspor barang dan jasa
dikurangi dengan nilai pasar impor barang dan jasa.
Contoh Soal:

Diketahui data sebagai berikut (dalam miliar):


Pengeluaran Konsumen Rp 125.000
Tingkat Investasi Rp 150.700
Pengeluaran Pemerintah Rp 130.000
Nilai Ekspor Rp 225.250
Nilai Impor Rp 170.500
Hitunglah besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran.
Jawab:
Y = C + I + G + (X – M)
Y = Rp 125.500 + Rp 150.700 + Rp 130.000 + (Rp 225.250 - Rp 170.500)
Y = Rp 404.700 + Rp 54.750
Y = Rp 460.450

5
2.1.3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Dalam metode ini cara yang dilakukan adalah dengan menjumlahkan seluruh
pendapatan yang diterima masayarakat sebagai pemilik faktor produksi atas penyerahan
faktor produksinya kepada perusahaan.
Tabel Faktor Produksi dan Pendapatan

Faktor Produksi Pendapatan Simbul


Tanah Sewa r (rent)
Tenaga Kerja Upah/Gaji w (wage)
Modal Bunga i (interest)
Skill Laba P (profit)

Untuk mencari besarnya pendapatan nasional dirumuskan:


Y=r+w+i+p

Contoh Soal:
Diketahui data-data sebagai berikut (dalam miliar)
Sewa Tanah Rp 30.000
Upah Rp 250.000
Bunga Modal Rp 50.000
Laba Usaha Rp 40.000
Hitunglah pendapatan nasional dengan pendekatan penerimaan/pendapatan
Jawab:
Y=r+w+i+p
Y = Rp 30.000 + Rp 250.000 + Rp 50.000 + Rp 40.000
Y = Rp 370.000
Pendekatan Nasional (national income):mengukur semua pendapatan domestik
yang diperoleh pada produksi.

6
2.2. PERTUMBUHAN, PERUBAHAN HARGA & PDB RIIL
2.2.1. Menghitung Tingkat Pertumbuhan PDB
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, para ekonom harus melihat
bagaimana perubahan PDB dari waktu ke waktu. Persentase perubahan dalam PDB dari
tahun ke tahun dapat dihitung dengan menggunakan standar rumus persentase
perubahan:
PDB dalam satu tahun−PDB tahun sebelumnya
Tingkat Perubahan = x 100
PDB tahun sebelumnya

Misalnya, PDB Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan sekitar Rp 11,73 triliun,
sedangkan pada tahun 2005 diperkirakan sekitar Rp 12,46 triliun. Persamaannya akan
diperoleh:
12,46−11,73
Tingkat Pertumbuhan = x 100
11,73
= 0.062 x 100
= 6.2
Menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB sekitar 6,2% antara tahun 2004 dan 2005.

2.2.2. PDB Nominal vs PDB Riil


PDB Nominal: produk domestik bruto dinyatakan dalam harga saat ini
Tidak hanya perubahan ouput antar kedua tahun, tetapi umumnya harga output
yang dinilai juga berubah. PDB Riil adalah mengukur PDB yang bertujuan
mencerminkan nilai sebenarnya lebih baik dari produksi barang dan jasa yang
diproduksi, dengan menghilangkan efek perubahan harga.
Misalnya, kegiatan ekonomi yang sangat sederhana menghasilkan dua barang saja
yaitu apel dan jeruk. Jumlah pon yang diproduksi setiap dua tahun, dan harga pasar per
pon, diperlihatkan pada tabel.

7
Tabel PDB dalam “Apel dan Jeruk”:
Tahun 1 Nilai (harga tahun 1)
Harga, tahun 1 Kuantitas, tahun 1 = Price x Kuantitas
Apel Rp 10.000 100 Rp1.000.000
Orange Rp 20.000 50 Rp1.000.000
Rp2.000.000 = angka PDB pada tahun 1
Tahun 1 Nilai (harga tahun 1)
Harga, tahun 1 Kuantitas, tahun 1 = Price x Kuantitas
Apel Rp 10.000 100 Rp1.500.000
Orange Rp 20.000 50 Rp1.500.000
Rp3.000.000 = angka PDB pada tahun 2
Tingkat pertumbuhan nominal PDB dari Tahun [(3.000.000-2.000.000)/
1 ke tahun 2 = 2.000.000] x 100 = .5 x 100 = 50%

PDB dihitung dalam jumlah nilai rupiah barang yang diproduksi dalam setahun,
pada tahun 1 nilai PDB nominal adalah Rp 2 jut. Di tahun 2, nilai PDB nominal adalah
Rp 3 juta. Persentase pertumbuhan PDB dari tahun 1 sampai tahun 2 adalah 50%.
Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan produksi: Jumlah jeruk yang
dihasilkan naik dari 50 kg ke 75 kg. Peningkatan nilai diukur dari PDB nominal karena
peningkatan harga apel dari Rp 10.000 menjadi Rp 15.000.
Tidak ada cara yang sempurna untuk mengukur perubahan produksi “riil”, bahkan
dalam kasus yang sangat sederhana ini! Masalahnya adalah PDB diukur sebagai jumlah
nilai uang dari barang dan jasa yang diproduksi, kita bisa memilih bagaimana mengukur
“nilai uang” dengan menggunakan harga di tahun 1 atau harga di tahun 2 atau
kombinasi keduanya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan ide dari nilai produksi
“rill”,para ekonom mengadopsi konvensi. Konvensi ini dirancang untuk menghasilkan
kewajaran, meskipun tidak sempurna dalam mengukur perubahan output riil.

2.2.3. Menghitung PDB Riil

8
PDB riil dihitung dengan menggunakan ”metode rupiah konstan”. Karena metode
rupiah konstan relatif mudah dipahami dan sebagian besar berisi instuisi yang anda
butuhkan sebagai mahasiswa ekonomi.
Menerapkan metode rupiah konstan untuk contoh “apel dan jeruk”, misalnya, kita
mungkin mengungkapkan PDB tahun 1 dan 2 pada harga tahun 1. Tahun 1 menjadi
tahun dasar. Tahun 2, adalah tahun menghitung PDB disebut tahun berjalan.
Perhitungan ini ditunjukkan pada bagian (a), dimana kita memasangkan kuantitas dari
tahun 1 dan tahun 2 dengan harga tahun 1. Tahun 2 PDB dinyatakan dalam “rupiah
(tahun 1) konstan” Rp 2,5 juta.

(a) Menggunakan harga Tahun 1


PDB pada Tahun 1 menggunakan harga tahun 1 Rp2.000.000
PDB pada Tahun 2 menggunakan harga tahun 1
Nilai (harga Tahun 1) =
Harga, Tahun 1 Kuantitas, Tahun 2 harga x kuantitas
Apel Rp 15.000 100 Rp 1.500.000
Oranges Rp 20.000 50 Rp 1.000.000
Rp2.500.000
Tingkat pertumbuhan PDB riil tahun 1 ke tahun 2 = [(2.500.000-2.000.000)/2.000.000] x 100 = .25 x 100 = 25%
(b) Menggunakan harga Tahun 2
PDB Tahun 1 menggunakan harga tahun 2:
Nilai (harga Tahun 2) =
Harga, Tahun 2 Kuantitas, Tahun 1 harga x kuantitas
Apel Rp 15.000 100 Rp 1.500.000
Oranges Rp 20.000 50 Rp 1.000.000
Rp2.500.000
PDB Tahun 2 menggunakan harga Tahun 2 = Rp 3.000.000
Tingkat pertumbuhan PDB riil dari tahun 1 ke tahun 2 = [(3.000.000-2.500.000)/2.500.000] x 100 = .20 x 100 =
20%

Tingkat pertumbuhan PDB riil rupiah konstan pada bagian (a) di tabel dihitung
menggunakan PDB riil bukan nominal dalam formula pertumbuhan yang diberikan

9
sebelumnya. Dengan pengukuran ini, PDB riil tumbuh sebesar 25%. Artinya kurang
dari angka pertumbuhan PDB nominal 50%. Seperti yang kita lihat, pertumbuhan PDB
nominal karena perubahan harga bukan perubahan produksi.
PDB riil pada tahun dasar sama dengan PDB nominal di tahun dasar, produk
Tahun 1 ini dievaluasi pada harga Tahun 1. Jika kita memiliki data tahun tambahan,
baik dari periode sebelumnya ataupun berikutnya, kita bisa menciptakan serangkaian
angka PDB riil, semua dinyatakan dalam (Tahun 1) rupiah konstan.
Konvensi ini memilik sejumlah masalah. Salah satunya adalah membuat
perhitungan pertumbuhan PDB yang diukur tergantung pada tahun yang dipilih sebagai
dasar.

2.2.4. Indeks Harga


Angka indeks harga merupakan perbandingan harg harga barang tertentu pada
suatu periode tertentu yang berbeda dalam bentuk persentase (%). Peran indeks harga
sangat besar sekali dalam mengetahui besar kecilnya inflasi, karena dari indeks harga
tersebut nantinya akan mudah diketahui besarnya tingkat kenaikan harga (inflasi) secara
agregat tiap periode waktu tertentu. Bagaimana cara menghitung inflasi ? Menghitung
inflasi dilakukan 3 cara antara lain:
Implicit price deflator (PDB Deflator). Cara mengukur laju inflasi ini dengan
menggunakan perbandingan PDB nominal dengan PDB riil.

IP =
∑ Pn x Qn x 100
∑ Po x Qn
Dimana IP = Indeks Paasche, Pn = Harga tahun tertentu (tahun ke-n), Po = harga tahun
dasar, Qn = kuantitas tahun tertentu (tahun ke-n).
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) adalah angka indeks yang
menghitung dari kelompok barang yang paling banyak dibeli oleh
masyarakat/konsumen. Rumus yang digunakan untuk menghitung IHK dengan
menggunakan indeks Laspeyres sebagai berikut:

IL =
∑ Pn x Qo x 100
∑ Po x Qo
Dengan IL = indeks Laspeyres, Pn = harga pada tahun tertentu, Po = harga tahun dasar
Qo = kuantitas tahun dasar.

10
Indeks Harga Produsen (Produces Price Index) ini mengukur sekelompok
barang yang dibeli oleh produsen yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi atau
bahan pembantu.

Contoh Soal:

Komoditas Buku Pakaian


Tahun 2005 2006 2005 2006
Harga 10.000 15.000 20.000 40.000
Jumlah 30 40 20 30
Hitunglah besarnya GNP/PDB deflator dan IHK pada tahun 2006 sebagai tahun dasar
adalah tahun 2005.

Jawab:

a. PDB Deflator

IP =
∑ Pn x Qn x 100
∑ Po x Qn
( 15.000 x 40 ) +(40.000 x 30)
IP = x 100
( 10.000 x 40 )+(20.000 x 30)
1.800.000
IP = x 100 = 180
1.000.000
Artinya, antara tahun 2005 sampai dengan 2006 terjadi kenaikan harga sebesar 80% dari
dua macam komoditas.

b. Indeks Harga Konsumen (IHK)

IL =
∑ Pn x Qo x 100
∑ Po x Qo
( 15.000 x 30 ) +( 40.000 x 20)
IL = x 100
( 10.000 x 30 ) +( 20.000 x 20)
1.250.000
IL = x 100 = 78,57
700.000
Artinya, antara tahun 2005 sampai dengan 2006 kenaikan harga 78,57% dari dua
macam komoditas.

11
Nomor Indeks (index number): angka yang mengukur perubahan ukuran besarannya,
seperti kuantitas atau harga, dibandingkan dengan besarannya dalam beberapa periode
lainnya

Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index): indeks mengukur perubahan harga
barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga.

2.2.5. Pertumbuhan & Tingkat Pertumbuhan


Untuk mendapatkan pemahaman mengenai hubungan tingkat pertumbuhan
tahunan berubah selama periode waktu yang lebih lama adalah dengan menggunakan
aturan 72. Mengambil jumlah 72 dan membaginya dengan tingkat pertumbuhan tahunan
akan memberikan jumlah tahun itu dua kali lipat jika tumbuh pada saat tingkat konstan.
Misalnya, jika PDB riil tumbuh pada tingkat konstan 4% per tahun akan menjadi dua
kali lipat dalam 18 tahun (71/4 = 18).
Aturan 72 : Perhitungan singkat yang menyatakan bahwa membagi tingkat
pertumbuhan tahunan dalam jumlah 72 menghasilkan sekitar dua kali lipat jumlah pada
tahun tersebut.

2.3. TABUNGAN, INVESTASI, DAN PERDAGANGAN


Pada tingkat pribadi anda memproduksi barang dan jasa, mendapatkan
penghasilan,mengkonsumsi, menyimpan dan meminjamkannya salah satu alasan
menyimpan personal accounts untuk mengetahui arus masuk dan keluar anda apakah
anda berhemat atau mengembangkan asset pribadi. Menghemat pengeluaran atau
melakukan pinjaman bisa menjadi pilihan yang baik untuk masa depan anda, jika
digunakan untuk membeli asset yang berharga.
Ada masalah analog di tingkat nasional.selain melihat pertumbuhan ekonomi dan
inflasi, system pendapatan nasional juga memungkinkan untuk melihat tabungan dan
situasi asset ekonomi nasional secara kesesuruhan.
2.3.1. Hubungan Tabungan, Investasi, dan Perdagangan
Belanja konsumsi pribadi sehari-hari nasional adalah belanja konsumsi yang
dilakukan oleh rumah tangga, lembaga dan sektor pemerintahan.pengeluaran untuk
barang dan jasa yang mungkin ‘habis’ saat ini dan tidak sampai jangka panjang .
pendapatan anda adalah PDB kasar.

12
PDB = Konsumsi Pribadi + Investasi Swasta + Ekspor Neto + Konsumsi Pemerintah +
Investasi pemerintah

Dari persamaan tersebut diperoleh:

PDB - Konsumsi Pribadi - Konsumsi Pemerintah = Investasi Swasta + Investasi pemerintah +


Ekspor Neto

Tabungan adalah sisa pendapatan setelah pengeluaran konsumsi.

Saving = investment + net export

Jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri dan tidak habis dikonsumsi akan
menjadi barang investasi.

2.3.2. Pengeluaran Pembiayaan


Dalam ekonomi kontemporer, barang jarang dipergunakan untuk barang,
melainkan dengan uang yang digunakan sebagai sarana bertukar. Sesuai dengan arus
barang dan jasa yang ditransaksikan dibursa ada aliran dana moneter yang setara.
Pada perekonomian tertutup dalam kasus ini idientitas yang terakhir akan
berkurang :

Tabungan = Investasi ( dalam perekonomian tertutup )

Secara keseluruhan total jumlah berbagai sector memilh tidak membeli barang
konsumsi yang tersedia untuk belanja investasi barang. Bagaimana tabungan bisa
berubah menjadi investasi ?
Mereka membiayai pengeluaran investasi mereka baik dari tabungan atau
melalui pinjaman. Tabungan rumah tangga adalah pendapatan yang tidak habis
dikonsusi dan tersedia untuk diinvestasikan disektor lain.
Pada perekonomian terbuka, Negara dapat pinjaman dari sector asing.
Saving = investment + net foreign borrowing

Ketika melakukan pinjaman artinya kita mempunyai tabungan yang tidak cukup
untuk diinvestasikan. Pinjaman luar negeri digunaka untuk investasi dalam negeri.

13
2.3.3. Produksi Nasional Neto dan Tabungan
Konsep investasi yang digunakan untuk mendefenisikan produk domestic bruto
adalah investasi bruto untuk menghitung apakah tingkat produksi selama setahun, diatas
dan diluar produksi hanya menggantikan modal produksi yang susut diperlukan konsep
produk nasional neto ( PPN ) adalah PDB dikurangi penyusutan.

Net national product = PDB – depreciation

Tabungan neto adalah depresiasi tabungan dikurangi bruto

Net saving = (Gross) saving – Depreciation

Persamaan pada penguluaran financial menghubungkan tabungan dengan investasi dan


pijaman luar negeri dapat diulis sebagai :

Net saving = (Gross) Invesment – Depreciation – Net borrowing

Tabungan neto adalah ukuran yang lebih baik dari tabungan bruto yang disisihkan untuk
masa depan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari beberapa uraian dan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka
dapatlah kami mengambil kesimpulan bahwa dengan mata pelajaran Makro
Ekonomi  mengajarkan kepada kita tentang perekonomian sebagai suatu kesatuan atau
suatu studi tentang perilaku perekonomian secara keseluruhan.
Dalam makro ekonomi juga merinci tentang analisis mengenai pengeluaran
agregat kepada 4 komponen yaitu :
1.      Pengeluaran rumah tangga ( komsumsi rumah tangga )
2.      Pengeluaran pemerintah
3.      Pengeluaran perusahaan ( investasi )
4.      Ekspor dan impor

3.2. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, baik dari sisi
penulisan, penyajian maupun dari sisi bahan yang menjadi pembahasan. Untuk
melengkapi kekurangan itu, maka bagi para pembaca yang ingin lebih mendalami
tentang Pengukuran Makro Ekonomi kami menyarankan untuk mencari sumber lain
sebagai referensi tambahan saudara.

15

Anda mungkin juga menyukai