Anda di halaman 1dari 22

Metode Serta Turunan Dalam

Perhitungan Pendapatan Nasional

Kelas C Akuntansi Malam

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Ni Made Rista Agustini (10) (2102622010245)


2. Ni Made Ayu Nisa Oktaviani (20) (2102622010255)
3. Ni Made Padmini Asih (21) (2102622010256)
4. Kadek Ayu Silvia Dwipani (29) (2102622010264)
5. Ni Putu Yesa Idayani (2102622010098)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2023
1.1 Definisi dan Konsep Pendapatan Nasional
A. Definisi Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk menentukan
tingkat perekonomian suatu negara. Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh masyarakat suatu negara dalam kurun waktu tertentu yang biasanya satu
tahun. Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari
Inggris yang berusahan menaksir pendapatan nasional negaranya pada tahun 1665. Namun
pendapat tersebut tidak disepakati oleh ahli ekonomi modern karena menurut ahli ekonomi
modern, alat utama untuk mengukur kegiatan perekonomian adalah suatu jumlah barang
atau jasa yang dihasilkan setiap tahun oleh suatu negara.
Oleh karena itu, pengertian pendapatan nasional adalah ukuran dari nilai total
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam kurun waktu satu tahun yang
dinyatakan dalam satuan uang. Pendapatan nasional menjadi salah satu tolak ukur yang
digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara.
B. Konsep Pendapatan Nasional :
1) Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
GDP adalah nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang
berada dalam suatu domestik /wilayah yang diukur dengan satuan uang selama 1 tahun.
2) Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
GNP adalah nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara dari suatu
negara yang diukur dengan satuan uang selama satu tahun.
3) Produk Nasional Neto (Net National Product)
NNP adalah nilai akhir barang dan jasa bersih yang sudah dikurangi penyusutan
/depresi modal
4) Pendapatan Nasional Neto (Net National Income)
NNI adalah keseluruhan pendapatan atau balas jasa yang dihasilkan oleh pemilik faktor
produksi. Besarnya NNI merupakan hasil pemotongan pajak tidak langsung dari NNP.
Pajak tidak langsung mengacu pada pajak yang dapat diteruskan kepada orang lain,
seperti pajak konsumsi dan pajak hadiah.
5) Pendapatan Personal (Personal Income)
PI adalah pendapatan yang diterima perorangan namun belum dapat dibelanjakan
karena masih harus dikurangi dengan pajak langsung.
6) Pendapatan Disposabel (Disposable Income)
DI adalah pendapatan personal yang sudah siap dibelanjakan karena sudah dikurangi
dengan pajak langsung.

1.2 Definisi dan Perhitungan Barang Akhir, Barang Antara, Nilai Tambah dan Perhitungan
Ganda
Perhitungan ganda terjadi ketika dalam perhitungan GDP memasukkan nilai produk antara
dalam perhitungan GDP. Produk antara (intermediete goods) adalah barang yang digunakan
sebagai input dalam mengahsilkan barang akhor (final goods). Perhitungan GDP hanya
memasukkan produk akhir (final goods) dalam perhitungannya. Misalnya jika suatu roti adalah
produk akhir maka dalam perhitungan GDP, maka tepung yang digunakan sebagai input dalam

1
membuat roti tersebut tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan GDP karena jika nilai
gandum dan tepung dimasukkan dalam perhitungan GDP, maka akan terjadi perhitungan
ganda terhadap nilai roti tersebut.
Pendekatan nilai tambah (value added) digunakan untuk menghindari perhitungan
ganda. Nilai tambah adalah nilai selisih antara nilai penjualan perusahaan dengan
nilai pembelian bahan mentah serta jasa dari perusahaan lain. Dimana dalam setiap tahapan
produksi untuk mengahasilkan suatu produk akhir. dihitung “value added” dari suatu produk
dan inilah yang dimasukkan dalamperhitungan GDP. Hasil perhitungan “value added” dari
setiap tahapan produksiakan sama dengan nilai produk akhir dari barang tersebut.

1.3 Definis dan Perhitungan Pendapatan Nasional Harga Konstan dan Harga Berlaku
Berlaku PDB Riil yaitu total nilai harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam periode tertentu (umumnya satu tahun) dan dinilai berdasarkan harga yang berlaku
dalam kurun waktu tertentu.
PDB Nominal yaitu total nilai harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam kurun waktu tertentu dan dinilai menurut harga yang berlaku pada saat dilakukan
penilaian. Menghitung nilai hasil PDB dengan menggunakan harga berlaku dapat memberi
hasil yang menyesatkan, karena pengaruh inflasi. Untuk memperoleh gambaran yang lebih
akurat, maka perhitungan PDB sering menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan.
Hasil perhitungan ini menghasilkan nilai PDB atas harga konstan. Yang dimaksud dengan
harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah.
Untuk memperoleh PDB harga konstan, kita harus menentukan tahun dasar (based year),
yang merupakan tahun di mana perekonomian berada dalam kondisi baik/stabil. Harga barang
pada tahun tersebut kita gunakan sebagai harga konstan.
Manfaat dari perhitungan PDB harga konstan, selain dengan segera dapat mengetahui
apakah perekonomian mengalami pertumbuhan atau tidak, juga dapat menghitung perubahan
harga (inflasi).
GDP deflator merupakan rasio antara GDP nominal dengan GDP rii. GDP deflator
berfungsi sebagai pedoman untuk menentukan tingkat kenaikan atau penurunan harga secara
umum dalam suatu periode tertentu. Adapun persamaan GDP deflator yaitu:

2
GDP Nominal
GDP Deflator = x 100
GDP Riil

1.4 Definisi dan Perhitungan Pendapatan Nasional Dengan Metode Produksi, Pendapatan dan
Pengeluaran
A. Perhitungan Pendapatan Nasional Dengan Metode Produksi
Dalam metode produksi, pendapatan nasional adalah jumlah nilai tambah produk
barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua sektor perekonomian di suatu negara.
Perekonomian dikelompokkan menjadi sektor ekonomi dan lapangan kerja. Jumlah sektor
ekonomi dan lapangan kerja digunakan untuk keperluan perhitungan pendapatan nasional
antar negara, dan antar waktu di suatu negara. pendekatan ini menekankan pada kegiatan
yang menciptakan nilai tambah (value added).

Pendapatan nasional dengan metode produksi dihitung dengan cara :


Y = (Q1 x P1 ) + (Q2 x P2) + (Q3 x P3) +….+ (Qn + Pn)

Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
P1 = Harga barang ke-1
Pn = Harga barang ke-n
Q1 = jenis barang ke-1
Qn = jenis barang ke-n

Contoh :
Industri pengolahan bahan tekstil melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Membeli 1500 kapas dari petani kapas dengan harga 150.000 per meter
2. Kapas diolah menjadi benang dengan harga 170.000
3. Benang diolah menjadi kain dengan harga 200.000
4. Kain diolah menjadipakaian garment dengan harga 250.000
5. Pakaian dijual di pusat perbelanjaan dengan harga 300.000

Pendapatan nasional metode produksi (nilai tambah) adalah:


1. Petani kapas : 1500 x Rp150.000 = Rp225.000.000
2. Benang : (1500 x Rp170.000) – (1500 x Rp150.000) = Rp 30.000.000
3. Kain : (1500 x Rp200.000) – (1500 x Rp170.000) = Rp 45.000.000
4. Pakaian : (1500 x Rp250.000) – (1500 x Rp200.000) = Rp 75.000.000
5. Pasar : (1500 x Rp300.000) – (1500 x Rp250.000) = Rp 75.000.000 +
Pendapatan nasional = Rp450.000.000

B. Perhitungan Pendapatan Nasional Dengan Metode Pendapatan

3
Dalam metode pendapatan, pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh seluruh sektor perekonomian dalam suatu negara dalam jangka waktu
biasanya satu tahun. Masyarakat sebagai pelaku ekonomi yang memiliki faktor produksi
akan menerima pendapatan dari perusahaan. Faktor produksi tersebut berupa sumber daya
alam, sumber daya manusia, modal, dan tenaga ahli. Bagi yang memiliki SDA berupa
tanah, maka ia akan memperoleh uang sewa (rent). Bagi yang memiliki SDM, maka ia
akan memperoleh upah (wage). Bagi yang mempunyai modal, maka ia aka menerima
bunga (interest). Dan bagi yang mempunyai tenaga ahli, maka ia akan memperoleh laba
(profit).

Menurut pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dirumuskan sebagai berikut :


Y = rent + wage + interest + profit atau Y = r + w + i + p

Contoh :
Suatu negara memiliki data pendapatan yang diterima masyarakat konsumen terdiri dari
pendapatan sewa 123.300, upah 212.500, bunga 232.000, dan laba 315.400. maka jumlah
pendapatan nasional adalah:
= 123.300 + 212.500 + 232.000 + 315.400
= 883.200

C. Perhitungan Pendapatan Nasional Dengan Metode Pengeluaran


Dalam metode pengeluaran, pendapatan nasional yaitu jumlah pengeluaran yang
telah dipakai oleh seluruh sektor perekonomian. Berdasarkan pendekatan ini pendapatan
nasional (Y) adalah jumlah nilai pengeluaran yang dibelanjakan oleh sektor-sektor rumah
tangga, bisnis, dan pemerintah serta sektor perdagangan luar negeri jika perekonomian
bersifat terbuka, yakni terdapat kegiatan ekspor (X) dan impor (M).
Pengeluaran agregat sektor rumah tangga tercermin dari pengeluaran konsumsi
masyarakat atau penduduk, yakni bagian dari pendapatan yang tidak ditabung.
Pengeluaran agregat sektor rumah tangga dilambangkan dengan huruf C (Consumption
expenditure). Pengeluaran agregat sektor bisnis diwakili oleh nilai investasi yang
dibelanjakan oleh perusahaan-perusahaan, dilambangkan dengan I (Investment
expenditure). Pengeluaran agregat sektor pemerintah ialah belanja rutin pemerintah
dilambangkan dengan G (Government expenditure). Dengan demikian, pendapatan
nasional (Y) berdasarkan pendekatan pengeluaran yang bersifat tertutup dapat dirumuskan
sebagai: Y = C + I + G. Apabila perekonomian bersifat terbuka, yaitu terdapat hubungan
ekonomi dengan pihak luar negeri atau negara lain. Maka terdapat ekspor (X) dan impor
(M), sehingga rumus perhitungan Y menjadi Y = C + I + G + (X–M).

Contoh :
Pengeluaran rumah tangga yang terjadi di suatu negara terdiri dari konsumsi rumah tangga
342.300, investasi produsen 250.000, pengeluaran pemerintah 239.000, expor barang dan
jasa 348.300, impor barang dan jasa 158.000. maka pendapatan nasional adalah
= 342.300 + 250.000 + 239.000 + (348.300 – 158.000)

4
= 342.300 + 250.000 + 239.000 + 190.300
= 1.021.600

5
Daftar Pustaka

Sumber penulisan jurnal :


Agung, Yoshanda Andana. "Pendapatan Nasional." Jurnal Edukasi (2020).

Dumairy, Syamsul Hadi, Muhammad. 2018. Model Perhitungan Pendapatan Nasional dalam
Perspektif Ekonomi Islam. Surakarta: Jurnal CMES volume XI Nomor 2.

Sumber penulisan website :


UMSU. 2022. Pendapatan Nasional Pengertian dan Konsep. URL :
https://feb.umsu.ac.id/pendapatan-nasional-pengertian-konsep/. Diakses tanggal 17
Februari 2023.

https://www.studocu.com/id/document/universitas-udayana/pengantar-ekonomi-mikro/definisi-
pendapatan-nasional/10382787
TUGAS KELOMPOK

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

METODE SERTA TURUNAN DALAM PERHITUNGAN


PENDAPATAN NASIONAL 2

Oleh

KELOMPOK 14 :

1. I Ketut Gede Adi Laksamana (01)


2. Putu Edi Febri Arta (02)
3. Willian Christ Wijaya (05)
4. Ni Wayan Ita Suparniasih (07)
5. Salwa Litia Ananda (12)
6. Putu Ima Ganitri Wikasari (19)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


A. Definisi & Penghitungan Pendapatan Nasional Sampai dengan Pendapatan
Siap Konsumsi
1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk Domestik Bruto (PDB) menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa
memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang
beralokasi dalam perekonomian tersebut outputnya diperhitungkan dalam PDB.
Akibatnya, PDB kurang memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang
dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian domestik.
2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian disebut
sebagai Produk Nasional Bruto (PNB). Kelemahan perhitungan PDB dapat dikoreksi
dengan mengurangkan nilai produksi yang dihasilkan faktor produksi yang berasal dari
luar perekonomian. Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor produksi yang berada di luar
negeri harus ditambahkan. Angka yang dihasilkan dari penjumlahan dan pengurangan
terhadap PDB merupakan Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product.

Rumus : PNB = PDB + Pendapatan Faktor Produksi Domestik Di Luar Negeri –


Pembayaran Atas Faktor Produksi Luar Negeri

3. Produk Nasional Neto (Net National Product)


Sektor perusahaan harus melakukan investasi untuk memproduksi barang dan jasa.
Dalam perhitungan PDB berdasarkan pendekatan pengeluaran, yang dimasukkan adalah
total pengeluaran investasi bruto. Padahal yang lebih relevan adalah investasi neto, yaitu
investasi bruto dikurangi akurat, maka PNB harus dikurangi depresiasi. Angka yang
dihasilkan merupakan Produk Nasional Neto (PNN).

Rumus : PNN = PNB - Depresiasi


4. Pendapatan Nasional (National Income)
Angka PN dapat diturunkan dari angka PNN. Untuk mendapatkan angka PN dari PNN,
kita harus mengurangi PNN dengan angka Pajak Tidak Langsung (PTL) dan menambahkan
angka subsidi (S). Pajak tidak langsung harus dikurangkan, karena tidak mencerminkan
balas jasa atas faktor produksi. Sedangkan subsidi harus ditambahkan karena merupakan
balas jasa atas faktor produksi, tetapi tidak masuk dalam perhitungan PNN.

Rumus : PN = PNN – PTL +S

5. Pendapatan Personal (Personal Income)


Untuk memperoleh angka PP dari PN maka laba perusahaan yang tidak dibagikan
(retained earnings) harus dikurangkan, sebab laba tidak dibagikan (LTB) merupakan hak
perusahaan. Selain LTB, pembayaran - pembayaran asuransi sosial (PAS) atau social
insurance payments juga harus dikurangkan. Kedua pengurangan ini belum memberikan
informasi yang sebenarnya tentang pendapatan personal. Sebab pendapatan personal bukan
saja diterima karena balas jasa atas kesediaan bekerja (upah, gaji) ataupun pendapatan
nonupah yang diperoleh dari sektor perusahaan, tetapi juga pendapatan bunga yang
diterima dari pemerintah dan konsumen (PIGK) atau personal interest income received
from government and consumers dan pendapatan non balas jasa (PNBJ) atau transfer
payment to persons.

Rumus : PP = PN – LTB – PAS + PIGK + PNBJ

6. Pendapatan Personal Disposabel (Disposable Personal Income)


Pendapatan Personal Disposabel (PPD) adalah pendapatan personal yang dapat dipakai
oleh individu, baik untuk membiayai konsumsinya maupununtuk ditabung. Besarnya
adalah pendapatan personal dikurangi pajak atas pendapatan personal (PAP) atau personal
taxes.
Rumus : PPD = PP – Pajak Langsung
B. Kelemahan dan Perbaikan dari Penghitungan Pendapatan Nasional
dengan Isu Lingkungan
1. Perhitungan PDB dan Analisis Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran
suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. Angka tersebut dikenal
sebagai angka PDB per kapita. Biasanya makin tinggi angka PDB per kapita, kemakmuran
rakyat dianggap makin tinggi.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak terlalu memerhatikan aspek distribusi
pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran yang lebih
rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara.
2. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk menganalisis
tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat. Ada hubungan yang positif antara tingkat
PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat
kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
logika sederhana. Jika PDB per kapita makin tinggi, maka daya beli masyarakat,
kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik, sehingga gizi,
kesehatan, pendidikan, kebebasan memilih pekerjaan dan masa depan, kondisinya makin
meningkat.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi non
material. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan
fisik/materi yang dapat diukur dengan nilai uang. PDB tidak menghitung output yang tidak
terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan menyandarkan
hidup pada norma-norma agama/spiritual. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak
hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin/spiritual.
3. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan:
a) Jumlah dan komposisi penduduk
Bila jumlah penduduk makin besar, sedangkan komposisinya sebagian besar adalah
penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLTA), maka tingkat
output dan produktivitasnya dapat makin baik.
b) Jumlah dan struktur kesempatan kerja
Jumlah kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang
dapat terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi
tingkat produktivitas.
c) Faktor-faktor non ekonomi
Yang tercakup dalam faktor-faktor non ekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor
kebudayaan dan sejarah perkembangan.
4. Penghitungan PDB dan Kegiatan-Kegiatan Ekonomi Tak Tercatat
(Underground Economy)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya
mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum
mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah pembantu
rumah tangga di Indonesia tidak tercatat dalam statistik PDB. Begitu juga dengan kegiatan
petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan
oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh
kegiatan pertanian dan informal. Tetapi dinegara-negara maju, kebanyakan kegiatan
ekonomi yang tak tercatat bukan karena kelemahan administratif, melainkan karena
kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai
transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang
lainnya.
C. Contoh Kasus
1. Produk Nasional Bruto suatu negara Rp. 24.000.000, pendapatan netto luar negeri Rp.
3.500.000, penyusutan Rp. 2.750.000, pajak langsung Rp. 2.500.000, pajak tidak
langsung Rp. 3.000.000. Hitunglah besarnya Pendapatan Nasionalnya!
2. Berikut informasi pendapatan suatu negara
- Produk Nasional Bruto Rp. 13.000.000,
- Pajak Langsung Rp. 1.500.000,
- Pajak Tidak Langsung Rp. 2.250.000,
- Penyusutan Rp. 840.000,
- Dana Sosial Rp. 2.000.000,
- Laba Ditahan Rp. 5.000.000,
- Transfer dari Pemerintah Rp. 4.000.000,

Dari informasi di atas hitunglah Pendapatan Personal Disposablenya!

Jawab :

1. Hitung terlebih dahulu Produk Nasional Neto dengan rumus :


PNN : PNB - Penyusutan
: Rp. 24.000.000 - Rp. 2.750.000
: Rp. 21.250.000,-
Kemudian hitung Pendapatan Nasional dengan rumus :
PN : PNN - PTL
: Rp. 21.250.000 - Rp. 3.000.000
: Rp. 18.250.000,-
Jadi, Pendapatan Nasional negara tersebut sebesar Rp. 18.250.000,-
Daftar Pustaka
https://www.studocu.com/id/document/universitas-udayana/pengantar-ekonomi-mikro/definisi-
pendapatan-nasional/10382787 diakses 18 Februari 2023
https://soalfismat.com/cara-menghitung-gnp-nnp-nni-dan-contoh-soal/ diakses 19 Februari 2023
https://www.feenance.web.id/2021/11/cara-menghitung-gdp-gnp-nnp-nni-pi-dan-di.html diakses
19 Februari 2023
EKONOMI MAKRO
METODE SERTA TURUNAN DALAM PERHITUNGAN PENDAPATAN
NASIONAL

OLEH :
KELOMPOK 2

1. Gede Dharma Artajaya (01/2102622010267)


2. Bagus Putu Martayana Putra (03/2102622010269)
3. Pande Gede Bagus Devan Swagotra (04/2102622010270)
4. Anak Agung Gede Satya Ramayuda (05/2102622010271)
5. I Putu Darma Putra (06/2102622010272)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023
PEMBAHASAN

2.5 Definisi dan Penghitungan Pendapatan Nasional Sampai dengan


Pendapatan Siap Konsumsi
Pendapatan siap konsumsi adalah pendapatan perorangan yang dipakai
oleh individu baik untuk membiayai konsumsinya maupun untuk ditabung
Besarnya pendapatan siap konsumsi adalah pendapatan perorangan dikurangi
pajak penghasilan.

Pendapatan Siap Konsumsi = Pendapatan Perorangan - Pajak Penghasilan

Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh
para penerima pendapatan maka nilai yang tersisa disebut disposibel. Dengan
demikian, pada hakikatnya pendapatan disposibel adalah pendapatan yang
digunakan oleh penerimanya, yaitu semua rumah tangga yang ada dalam
perekonomian untuk membeli barang-barang dan jasa yang mereka inginkan.

2.6 Kelemahan Dan Perbaikan Dari Perhitungan Pendapatan Nasional


Dengan Isu Lingkungan
Kelemahan-kelemahan dari perhitungan pendapatan nasional terutama
disebabkan dengan terbatasnya data yang ada, lebih-lebih untuk negara
berkembang. Sumber data yang tersedia seringkali tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan. Oleh karena itu untuk menghitung tingkat pendapatan nasional
banyak sekali ditemui hambatan-hambatan dalam memperoleh data, seperti
data pendapatan penduduk yang masih banyak sekali kelemahan-kelemahan
dalam cara perhitungan, data mengenai jumlah penduduk dan sebagainya yang
kesemuanya itu tidak terlepas dari keterbatasan petugas di lapangan dan juga
terbatasnya biaya. Hal ini akan berbeda sekali keadaannya bila dibandingkan
dengan negara-negara maju.

1. Beberapa jenis output tidak dimasukkan ke dalam perhitungan GDP


Contoh: jasa yang diberikan oleh pekerja rumah tangga, output dari
perusahaanrumah tangga.
2. Aktivitas yang dimasukkan sebagai faktor penambah dalam perhitungan
GDP mengandung akibat buruk, terutama bagi lingkungan dan tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan GDP.
Contoh: polusi dan rusaknya lingkungan.
3. Perhitungan GDP juga tidak memasukkan pertambahan nilai dari
bertambahnya kualitas output.
Contoh: barang-barang elektronik dan kendaraan bermotor yang semakin
tinggi kualitasnya sedangkan harganya semakin murah.

 Keterbatasan Perhitungan PDB


1) PDB tidak memasukan memasukan transaksi yang terjadi pada
"underground economy" (perekonomian bawah tanah). Perekonomian
seperti sektor informal atau sektor illegal seperti penjualan narkoba, dan
sektor lain yang sulit tercatat oleh negara tidak masuk dalam perhitungan
PDB. Ini menyebabkan nilai PDB cenderung dapat undervalued (lebih
rendah) dari yang seharusnya.
2) PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu
negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu.
3) PDB tidak mencerminkan pemerataan pendapatan. Nilai PDB suatu negara
tidak dapat menunjukan apakah pendapatan nasional tersebut terbagi
secara merata diantara penduduknya atau tidak. Bebarapa negara
mengalami ketimpangan ekonomi yang bisa dengan sebagian kecil
penduduk menikmati sebagian besar PDB Beberapa indikator lain perlu
digunakan untuk melengkapi data PDB yang menunjukan ketimpangan
yang terjadi, salah satunya adalah Koefisien Gini.

 Masalah Perhitungan
1) masalah mengumpulkan data dan informasi
2) memilih kegiatan yang nilai produksinya dihitung
3) masalah perhitungan dua kali
4) menentukan harga barang-barang
5) investasi bruto dan investasi neto
6) masalah kenaikan harga dan perubahan kualitas datang

Jadi, permasalahan PDB terletak pada pembandingan tingkat


kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun, akan terjadi
bias jika kita salah menggunakan perhitungan PDB.Keterbatasan perhitungan
PDB tidak memasukkan transaksi yang terjadi pada "underground economy"
(perekonomian bawah tanah). Perekonomian seperti sektor informasi atau
sektor ilegal seperti penjualan narkoba, dan sektor lain yang sulit tercatat oleh
negara tidak masuk dalam perhitungan PDB.
Ini menyebabkan nilai PDB cenderung dapat Undervalued (lebih
rendah) dari yang seharusnya. PDB tidak selalu mencerminkan ukuran
kesejahteraan sosial suatu negara PDB hanya mengukur berapa banyak output
yang diproduksi suatu negara dan bagaimana struktur serta perkembangannya
antar waktu. Untuk mengukur kemakmuran suatu negara, PDB merupakan
indikator yang cukup baik. Akan tetapi, kesejahteraan suatu negara lebih
kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi. Beberapa indikator
untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran,
tingkat kematian ibu dan bayi, angka harapan hidup, tingkat buta huruf, dan
lain-lain perlu diperhatikan juga. PDB tidak mencerminkan pemerataan
pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat menunjukkan apakah
pendapatan nasional tersebut terbagi secara merata diantara penduduknya atau
tidak. Beberapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang besar dengan
sebagaian kecil penduduk menikmati sebagain besar pendapatan mereka
masing-masing.

2.7 Studi Kasus Metode Serta Turunan Dalam Perhitungan Pendapatan


Nasional
Terdapat dua jenis pendapatan nasional, yaitu:
1) Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product-GDP)
Nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu
periode tertentu yang menjumlahkan semua hasil dari warga yang
bersangkutan. Hasil tersebut ditambah warga negara asing yang bekerja di
negara yang bersangkutan. Termasuk di dalamnya adalah pendapatan aset
asing. Misalnya terdapat perusahaan milik warga Inggris di Indonesia,
maka pendapatan perusahaan milik penduduk Inggris merupakan bagian
dari GDP Indonesia.
2) Produk Nasional Bruto (Gross Nastional Product-GNP)
Merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam
suatu periode tertentu yang diukur dengan satuan uang. GNP
perhitungannya menjumlahkan semua nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduk suatu negara tersebut ditambah dengan
penduduk negara tersebut yang berada di luar negeri. Misalnya, yang
dihasilkan penduduk Indonesia yang berada di dalam negeri maupun yang
di luar negeri.

Metode Perhitungan Pendapatan Nasional


Terdapat tiga metode perhitungan pendapatan nasional yang banyak
digunakan. Metode tersebut sebagai berikut: Metode produksi Digunakan untuk
menentukan besarnya pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan nilai
produksi yang dihasilkan oleh sektor-sektor produktif.
1. Metode produksi
Digunakan untuk menentukan besarnya pendapatan nasional dengan
cara menjumlahkan nilai produksi yang dihasilkan oleh sektor-sektor
produktif. Di Indonesia, sektor produktif terdiri atas sembilan lapangan usaha.
Sektor tersebut adalah:
a) Pertanian (agriculture)
b) Pertambangan dan penggalian (minning and quarrying)
c) Industri pengolahan (manufacturing industries)
d) Listrik, gas, dan air bersih (electric, gas, and water supply)
e) Bangunan (construction)
f) Perdagangan, restoran, dan hotel (trade, restaurant, and hotel)
g) Pengangkutan dan komunikasi (transportation and communication)
h) Keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan (finnace, rent of
building and bussines service)
i) Jasa-jasa (services)
Secara sistematis metode produksi dapat ditulis dalam suatu
perhitungan sebagai berikut:
Y = P1.Q1+Pz.Qz+P3.Q3+...PN.QN
Keterangan:
Y = pendapatan nasional (GDP)
Q1 Q2 Q3... = jumlah barang pertama, kedua, dan seterusnya
P1 P2 P3... = harga barang pertama, kedua, dan seterusnya
Hasil perhitungan dengan menggunakan pendekatan produksi sering
dinakaman produk domestik bruto (GDP).
2. Metode Pendapatan
Metode ini menjumlahkan semua pendapatan dari faktor-faktor produksi
dalam perekonomian yaitu manusia (TK), modal, tanah, dan skill. Secara
sistematis metode pendapatan ditulis dalam suatu perhitungan sebagai berikut:
Y=W+I+R+P
Keterangan:
Y = pendapatan
W = upah (wages)
I = bunga (interest)
R = sewa (rent)
P = profit (profite)
Metode ini harus digunakan secara teliti dan hati-hati, karena sangat mudah
terjadi perhitungan ganda. Artinya bisa saja pendapatan sewa tanah adalah juga
merupakan pendapatan pribadi dari pemilik tanah. Kemudian pendapatan
bunga berasal dari pendapatan atas sewa dan upah pemilik tanah dan
seterusnya. Hasil perhitungan dengan mengunakan metode pendapatan sering
dinamakan sebagai pendapatan nasional (PN).
3. Metode Pengeluaran
Metode ini mencoba menghitung pendapatan nasional dengan cara
menjumlahkan semua pengeluaran. Secara sistematis persamaan identitasnya
ditulis sebagai berikut:
Y = AE = C + I + G (X-M)
Keterangnya:
Y = pengeluaran atau
AE (aggregate expenditure)
C = konsumen
I = rumah tangga swasta atau produsen
G = rumah tangga pemerintah
X-M = export netto
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode pengeluaran dinamakan
sebagai produk nasional bruto (GNP) Pada dasarnya metode pengeluaran
memiliki beberapa kelemahan, di antaranya adanya faktor pengeluaran ganda
yang tidak dinilai. Misalnya, tidak semua pengeluaran konsumsi adalah rumah
tangga. Bisa juga pengeluaran tersebut tidak untuk menghabiskan kegunaan
nilai, tetapi bertujuan untuk investasi. Namun, perhitungan pendapatan
nasional dengan metode pengeluaran relatif lebih mudah terutama dalam
pendapatan dan pencacahan. Hal ini karena biasanya setiap orang akan dengan
mudah memberikan informasi seputar pengeluarannya dibandingkan
pendapatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Manarung, Mandala dan Pratama Raharja. 2000. “Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar”. Edisi kedua. Lembaga Penerbit FE UI
Nanga, Muana, (2000). “Pengantar Ekonomi Makro”

Anda mungkin juga menyukai