Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATERI KULIAH

MENGHITUNG BIAYA PRODUK DAN JASA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya

Oleh :

Kelompok 6

− Ni Luh Putu Devitka Putri (23)

− Ni Luh Miakusuma Dewi (24)

− Ni Putu Ayu Friscilia Arista Putri (26)

− Ni Made Setia Rini (29)

− Ni Nyoman Sundari Puspita Dewi (30)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


1. Menjelaskan Berbagai Situasi Terkait Kerugian dalam Proses Produksi: Spoilage,
Rework, Scrap, dan Srinkage.

a. Barang cacat produksi (Spoilage)


Spoilage dapat dikelompokkan juga kedalam dua jenis, yaitu normal spoilage dan
abnormal spoilage. Normal spoilage akan dimasukkan sebagai komponen biaya atas
barang yang diproduksi (masuk sebagai penambah barang dalam proses dan ditransfer
ke barang jadi). Sementara itu, abnormal spoilage dapat diakui sebagai “Loss from
abnormal spoilage” atau langsung didebet ke Biaya overhead pabrik (sebagai pengurang
barang dalam proses).

b. Rework
Terdapat 2 kondisi dalam rework produk yaitu:
• Rework products disebabkan oleh external failure
Dalam kondisi rework disebabkan oleh adanya permintaan konsumen/pihak
eksternal, seluruh biaya produksi untuk pemrosesan/pengerjaan pengerjaan ulang
atas produk atau job tertentu tersebut seluruhnya harus ditanggung sepenuhnya oleh
konsumen yang memesan barang tersebut.
• Rework products disebabkan oleh internal failure
Dalam kondisi pengerjaan ulang dikarenakan adanya kekeliruan pihak perusahaan,
seluruh biaya produksi untuk pengerjaan ulang (cost of rework) atas produk atau
job tertentu tersebut seluruhnya harus ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan yang
memproduksi barang atau mengerjakan job tersebut.

c. Scrap
Pada dasarnya, scrap dalam process costing konsepnya sama dengan scrap pada job
costing. Satu hal yang membedakan diantara keduanya adalah bahwa dalam process
costing, scrap seluruhnya tidak bisa diatribusikan pada satu produk tertentu, dikarenakan
sifat produksi yang homogen dan masal pada process costing. Namun demikian, nilai
sisa atas scrap pada process costing dapat dicatat sebagai pengurang biaya produksi
(pengurang barang dalam proses), pengurang biaya produksi atas produk yang terjual
(pengurang harga pokok penjualan), pengurang Biaya overhead pabrik, atau diakui
sebagai pendapatan dari scrap (scrap sales).

d. Srinkage.
Srinkage merupakan penyusutan volume atau jumlah unit barang, yang terjadi dalam
suatu proses produksi. Dengan demikian, volume atau jumlah fisik barang yang
dimasukkan kedalam proses produksi sebagai input tidak akan sama dengan jumlah fisik
barang yang dihasilkan dari proses produksi tersebut sebagai outputnya (volume/jumlah
unit masuk lebih sedikit daripada volume/jumlah unit keluar).
2. Melakukan Penghitungan Dan Pencatatan Biaya Produksi Dalam Metode Job Order
Costing Ketika Terjadi Kegagalan Dalam Proses Produksi

Akuntansi atau pencatatan atas produk rusak di tataran praktikal dapat ditinjau dari
metode atau cara pembebanan biaya produksi ke produk akhir. Metode tersebut meliputi job
costing dan process costing

1) Produk rusak dalam job costing


produk rusak dalam job costing pencatatan akuntansinya bergantung pada sumber asal
kerusakan barang.

a) Produk rusak disebabkan oleh external failure


Biaya produksi atas produk rusak akan diakui sebagai beban bagi konsumen dan
akan dibebankan/ditambahkan pada komponen biaya produksi atas job/produk yang
bersangkutan (penambah barang dalam proses). Nilai sisa atau nilai jual atas barang
yang rusak tersebut, jika ada, akan menjadi pengurang beban atau biaya produksi
total yang harus ditanggung oleh konsumen tersebut.. Jika perusahaan
mengumpulkan unit-unit yang rusak tersebut secara tersendiri sebelum dijual, maka
timbul kelompok akun yang bernama persediaan barang rusak.
• Pembebanan biaya produksi
Barang dalam proses XXX
Bahan baku XXX
Utang gaji XXX
Kas XXX

• Pengakuan produk yang telah selesai


Barang jadi XXX
Persediaan barang rusak XXX
Barang dalam proses XXX

• Penjualan produk jadi


HPP XXX
Barang jadi XXX
Piutang dagang XXX
Penjualan XXX
Kas XXX
Persediaan barang rusak XXX

b) Produk rusak disebabkan oleh internal failure


Biaya produksi atas produk rusak akan diakui sebagai beban perusahaan dan akan
dibebankan pada Biaya overhead pabrik. Nilai sisa atau nilai jual atas barang rusak
tersebut, jika ada, akan menjadi pengurang beban dalam Biaya overhead pabrik
• Pembebanan biaya produksi
Barang dalam proses XXX
Bahan baku XXX
Utang gaji XXX
Kas XXX

• Pengakuan produk yang telah selesai


Barang jadi XXX
Persediaan barang rusak XXX
Biaya overhead pabrik XXX
Barang dalam proses XXX

• Penjualan produk jadi


HPP XXX
Barang jadi XXX
Piutang dagang XXX
Penjualan XXX
Kas XXX
Persediaan barang rusak XXX

3. Menghitung Jumlah Unit Ekuivalen Dalam Metode Process Costing ( Asumsi Arus
Biaya FIFO (First In First Out) dan Weighted Average) Ketika Terjadi Kegagalan
Produksi.

Contoh Soal :

Perusahaan sepatu “Daniel” memproduksi sepatu melalui dua departemen produksi, yaitu
Departemen A dan Departemen B. Karena sifat proses produksinya agak rumit tidak bisa
dihindari terjadinya produk rusak yang bersifat normal dan tidak laku dijual. Adapun data
produksinya yaitu sebagai berikut.

• Departemen A.
Produk dalam proses per 01/07/2018 = 400 unit

( Tingkat penyelesaian : Biaya Bahan Baku 100%, Biaya Konversi 75%)

Produk masuk proses = 3.100 unit

Produk selesai ditransfer ke Departemen B = 2.500 unit

Produk rusak bersifat normal tidak laku dijual = 500 unit

Produk dalam proses per 31/07/2018 = 500 unit

(Tingkat penyelesaian : Biaya Bahan Baku 100%, Biaya Konversi 50%)


• Departemen B.
Produk dalam proses per 01/07/2018 = 300 unit

( Tingkat penyelesaian : Biaya Bahan Baku 100%, Biaya Konversi 50%)

Produk diterima dari Departemen A = 2.500 unit

Produk selesai ditransfer ke gudang = 2.100 unit

Produk rusak bersifat normal tidak laku dijual = 100 unit

Produk dalam proses per 31/07/2018 = 600 unit

(Tingkat penyelesaian : Biaya Bahan Baku 100%, Biaya Konversi 80%)

Apabila diketahui data produksi seperti diatas, hitunglah jumlah unit ekuivalen setiap
departemen menggunakan :

a. Metode FIFO (First In First Out).

b. Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average).

Pembahasan :

a. Metode FIFO (First In First Out).

Unit Ekuivalen = Produk Selesai + (PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian) – (PDP Awal ×
Tingkat penyelesaian) + Produk Rusak

• Departemen A.
Unit Ekuivalen Bahan Baku = 2.500 unit + (500 unit × 100%) – (400 × 100%) + 500 unit

= 2.500 unit + 500 unit – 400 unit + 500 unit

= 3.100 unit.

Unit Ekuivalen B. Konversi = 2.500 unit + (500 unit × 50%) – (400 unit × 75%) + 500 unit

= 2.500 unit + 250 unit – 300 unit + 500 unit

= 2.950 unit.
• Departemen B.

Unit Ekuivalen Bahan Baku = 2.100 unit + (600 unit × 100%) – (300 unit × 100%) + 100
unit

= 2.100 unit + 600 unit – 300 unit + 100 unit

= 2.500 unit.

Unit Ekuivalen B. Konversi = 2.100 unit + (600 unit × 80%) – (300 unit × 50%) + 100 unit

= 2.100 unit + 480 unit – 150 unit + 100 unit

= 2.530 unit.

b. Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average).

Unit Ekuivalen = Produk Selesai + (PDP Akhir × Tingkat Penyelesaian) + Produk Rusak

• Departemen A.

Unit Ekuivalen Bahan Baku = 2.500 unit + (500 unit × 100%) + 500 unit

= 2.500 unit + 500 unit + 500 unit

= 3.500 unit.

Unit Ekuivalen B. Konversi = 2.500 unit + (500 unit × 50%) + 500 unit

= 2.500 unit + 250 unit + 500 unit

= 3.250 unit.

• Departemen B

Unit Ekuivalen Bahan Baku = 2.100 unit + (600 unit × 100%) + 100 unit

= 2.100 unit + 600 unit + 100 unit

= 2.800 unit.

Unit Ekuivalen B. Konversi = 2.100 unit + (600 unit × 80%) + 100 unit

= 2.100 unit + 480 unit + 100 unit

= 2.680 unit.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/265403-biaya-kualitas-pencatatan-dan-tinjauan-
p-d4a8f65d.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/91-Article%20Text-292-1-10-20190411%20(1).pdf

https://baixardoc.com/download/produk-cacat-
5c4a2051c53e6?hash=8e4afeca76ba16730e1d97689c0cbbac

https://repository.unikom.ac.id/65254/1/PERTEMUAN%20IX%20PRODUK%20CACAT%
20DAN%20PRODUK%20RUSAK.ppt

Anda mungkin juga menyukai