Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Akuntansi Biaya Produk Sampingan dan Produk Gabungan

Dosen Pengampu : Deni Juliasari, S.E., M.Akun

4 Akuntansi A1

Disusun Oleh:

Kelompok 10

Nur Azizah Ramadhanti (217132916)


Putri Wahyuning Tias (217132885)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


WIDYA GAMA LUMAJANG
Jl. Gatot Subroto No.04 Telp (0334)881924 Lumajang 67352

Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita selalu membawa keberkahan, baik di alam
kehidupan ini, maupun di kehidupan akhirat nanti, sehingga semua cita-cita serta harapan yang
kita capai lebih mudah dan bermanfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada ibu Juliasari, S.E., M.Akun
selaku dosen akuntansi biaya serta teman-teman sekalian yang telah membantu baik bantuan
berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini selesai dalam waktu yang telah di tentukan.
Kami menyadari didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah-
makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi.

Lumajang, 24 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

1.1.....................................................................................................................................La
tar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2.....................................................................................................................................Ru
musan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3.....................................................................................................................................Tu
juan ................................................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan
2.1.....................................................................................................................................K
onsep Dasar Biaya besama dan Biaya Produk ................................................................. 2
2.2.....................................................................................................................................Ka
rakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan Produk Sekutu ............................. 3
2.3.....................................................................................................................................A
kuntansi Produk Bersama ................................................................................................. 3
2.4.....................................................................................................................................A
kuntansi Produk Sampingan ............................................................................................. 8
BAB III Penutup
Kesimpulan ...........................................................................................................................12
Daftrar isi .....................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya industri akan selalu memunculkan produk-produk baru. Perusahaan akan
selalu berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Akibatnya peningkatan
dalam output salah satu produk pasti akan menyebabkan peningkatan kuantitas dari produk
atau produk-produk lain, dan demikian sebaliknya suatu perusahaan  tidak hanya
memproduksi satu produk tetapi beragam produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal
ini menjadikan masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan akuntansinya. Bersumber
dari masalah inilah kalkulasi produk bersama dan produk sampingan menjadi penting untuk
dibahas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar biaya bersama dan biaya produk?
2. Bagaimana perhitungan akuntansi produk bersama dan produk sampingan?
3. Bagaimana penjelasan masing-masing metode alokasi biaya bersama?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar biaya bersama dan biaya produk
2. Mengetahui perhitungan akuntansi produk bersama dan produk sampingan
3. Mengetahui penjelasan masing-masing metode alokasi biaya bersama
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Biaya besama dan Biaya Produk


Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama yang harus dialokasikan
ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan
pesanan ataupun secara massa. Biaya produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang
dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam
produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya bersama digunakan untuk memproduksi berbagai produk, yaitu:
a. Produk Bersama (joint-product)
Produk Bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan
serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per
satuan) masing-masing produk bersama ini relatif sama, sehingga tidak ada diantara
produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produksi utama ataupun produk
sampingan.
b. Produk Sampingan (by-product)
Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih rendah,
yang diproduksi dengan produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi. Pada umumnya
perbedaan atara produk bersama dengan produk sampingan didasarkan pada nilai jual
relatifnya. Jika nilai jual produk-produk yang dihasilkan relatif sama atau setidak-tidaknya
material jumlahnya bila dibandingkan dengan seluruh pendapatan (revenues) perusahaan,
maka produk-produk tersebut merupakan produk bersama. Sebaliknya jika nilai jual
produk relatif kecil bila dibandingkan dengan total pendapatan perusahaan, maka produk
tersebut merupakan produk sampingan. Perbedaan produk bersama dan produk sampingan
atas dasar kriteria nilai jual tersebut memungkinkan produk yang ada pada suatu saat
diperlakukan sebagai produk sampingan, disaat lain dapat menjadi produk bersama atau
sebaliknya.
c. Produk sekutu (coproduct)       
Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu yang
bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak berasal dari bahan
baku yang sama.
2.2 Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan Produk Sekutu
1. Produk bersama dan Produk Sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b. Harga jual produk bersama dan produk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan dengan
produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c. Dalam pengelolaan produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindarkan diri
untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya
salah satu diantara produk bersama tersebut. Dalam perusahaan daging kalengan
misalnya, setiap kali penyembelihan sapi ,akan diperoleh daging, kulit, dan lemak.
Jadi kalau produsen hanya ingin mengolah daging saja, tidak bisa tidak ia harus
manfaatkan kulitnya (dibuat makanan atau dijual dalam bentuk kulit).
2. Produk sampingan dapa digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual
pada saat terpisah dari produk utama (main product).
a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah
dari produk utama.
Contoh produk sampingan yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut
setelah terpisah dari produk utamanya terdapat dalam proses menggiling gabah. Produk
sampinga berupa menir, katul, dedak, dapat langsung dijual terpisah dari beras.
2.3 Akuntansi Produk Bersama
Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalahh
pemasaran berbagai macam produksinya, karena masing-masing produk tertentu mempunyai
masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda-beda. Manajemen biasanya ingin
mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama tersebut terhadap seluruh
penghasilan perusahaan, karena dengan demikian ia dapat mengetahui dari beberapa macam
produk bersama tersebut, jenis produk yang menguntungkan atau jenis yang perlu didorong
pemasarannya. Untuk ini, adalah perlu untuk mengetahui seteliti mungkin bagian dari
seluruh biaya produksi yang dibebankan kepada masing- masing produk bersama, sehingga
masalah pokok akuntansi harga pokok bersama adalah penentuan proporsi total biaya
produksi (yang dikeluarkan sejak bahan baku diolah sampai dengan saat produk-produk
dapat dipisahkan identitasnya) yang harus dibebankan kepada berbagai macam produk
bersama.
Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan
salah satu dari empat metode dibawah ini:
a. Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk
bersama. Dasar metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan perwujudan
biaya-biaya yang dikeluarkab dalam mengolah produk tersebut. Jika salah satu produk
terjual lebih tinggi daripada produk yang lain, hal ini karna biaya yang dikeluarkan untuk
produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan produk lain. Oleh karena itu
menurut metode ini, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah
berdasarkan pada nilai jual relative masing-masing produk bersama yang dihasilkan.
Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:
1. Metode nilai pasar saat split-off point
Metode ini digunakan ketika setelah split-off point tidak ada proses produksi lanjutan
dan harga jual sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost) dialokasikan ke
masing-masing produk sesuai dengan perbandingan nilai jualnya terhadap nilai jual
keseluruhan produk bersama.
Contoh :
PT EI Sari memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma. Biaya bersama
yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.500.000. Jumlah produksi dan
harga jual masing-masing produk tertera pada table berikut:

Produk Jumlah unit Harga unit


Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 800
Gamma 7.000 Rp 1300
Penyelesaian :
Produk Jumlah Harga Nilai jual Rasio Alokasi HPP/ unit
unit unit (1)X(2) Jual (4) X (5) : (1)
20.500.000
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.637.100 9,274.2
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.421.000 742.1
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.441.900 1,205.9
Jumlah 22.100.000 100% 20.500.000
2. Metode nilai jual hipotesis
Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lanjutan setelah pemisahan.
Contoh :
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode nilai pasar,
diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai berikut:

Keterangan Produk Alfa Produk Beta Produk Gamma

Unit Produksi 5.000 10.000 7.000


Harga Jual/unit Rp 1.000 Rp 800 Rp 1.300
Biaya Proses lanjutan/unit Rp 400 Rp 300 Rp 500

Produk Harg Biaya Nilai Jual Jumla Nilai Jual Rasio Alokasi HPP
Bersama a Jual Tambaha Hipotesis h (6) X (7) :
n (1)–(2) Produ (3) X (4) 20.500.000 (4)
k
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Alfa 1000 400 600 5.000 3,000,000 22,06 4.637.100 927.
% 4
Beta 800 300 500 10.000 5,000,000 36,76 7.421.000 742.
% 1
Gama 1300 500 800 7.000 5.600.000 41,18 8.441.900 1,20
% 5
13.600.000 100% 20.500.000

b. Metode Satuan Fisik


Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan satuan
ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk bersama
mempunyai ukuran yang berbeda maka harus ditentukan koefisien ekuivalesinya yang
digunakan untuk mengubah satuan yang berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini
beranggapan bahwa setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan
bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang menghabiskan
biaya sebesar Rp 1.000.000

Produk Kuantitas Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama


(pon)
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000

c. Metode Biaya Per Satuan


Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke berbagai
produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi
bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama meskipun
dalam kualitas yang berbeda-beda. Perusahaan yang menggunakan metode ini
berpendapat bahwa semua produk yang dikerjakan dengan proses yang sama harus
menerima bagian yang sebanding dengan total biaya gabungan berdasarkan unit yang
diprosuksi. Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi
kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.
Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 4.000.000 untuk memproduksi 2000 liter
produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp 4000 (Rp
4.000.000/2000)
Produk Kuantitas Rata-rata biaya per Alokasi biaya
satuan bersama
Bensin 350 Rp 4.000 Rp 1.400.000
Pelumas 250 Rp 4.000 Rp 1.000.000
Minyak 300 Rp 4.000 Rp 1.200.000
Tanah
Solar 100 Rp 4.000 Rp 400.000
Jumlah 1000 Rp 4.000.000

d. Metode Rata-Rata Tertimbang


Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan yang
dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dipakai, dan pembedaan jenis tenaga
kerja yang dipakai untuk setiap produk yang dihasilkan. Jika yang dipakai sebagai angka
penimbang adalah harga jual produk maka metode alokasinya disebut metode nilai jual
relatif.
Contoh :
Biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode akuntansi berjumlah Rp 64.500.000.
Jumlah produk yang dihasilkan dan angka penimbang tiap produk.

Produk Jumlah yang Angka Jumlah produk x Alokasi biaya


diproduksi penimbang angka bersama
penimbang
A 40.000 3 120.000 Rp 36.000.000
B 35.000 2 70.000 Rp 21.000.000
C 25.000 1 25.000 Rp 7.500.000
215.000 Rp 64.500.000

2.4 Akuntansi Produk Sampingan


Setelah mempelajari konsep dan cara perhitungan harga pokok produk gabungan, maka tidak
lengkap jika tidak membahas harga pokok produk sampingan. Hal ini dapat dimengerti
karena keduanya mempunyai hubungan yang erat. Dalam produk sampingan, yang
menjadikan permasalahan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk
sampingan tersebut.
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok
produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk
sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada
umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila
dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa metode yang
mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan. Metode-
metode akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk sampingan dibagi
dalam dua kategori, yaitu:
a. Metode Tanpa Harga Pokok
Berikut ini diuraikan beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan penjualan produk
sampingan:
1. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan diluar
usaha.
Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan di kurangi
dengan produk penjualan returnya dicatat dalam rekening “Pendapatan Penjualan Produk
Sampingan” dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening lapa rugi. Rekening
Laba rugi dalam kelompok penghasilan diluar uasaha (Other Income).
Contoh :
Laporan laba rugi perusahaan yang menghasilkan produk utama dan produk sampingan,
yang pendaatan penjualan produk sampingannya diperlakukan sebagai penghasilan di luar
uasaha.
Pendapatan Penjualan Produk utama (25.000 unit @Rp 4) Rp 100.000
Harga poko penjualan
Biaya produksi bersa,a (30.000 unit @Rp 2)
Harga pokok persedianakhir (5000 unit @Rp 2) Rp 60.000
Rp 10.000
Rp 50.000
Laba bruto Rp 50.000

Biaya usaha :
Rp 20.000
Biaya pemasaran
Rp 10.000
Biaya administrasi dan umum
Rp 30.000

Laba bersih usaha Rp 20.000

Penghasilan diluar usaha :


Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 4000

Laba bersih sebelum PPh Rp 24.000


2. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan
pendapatan penjualan produk utama.
Metode ini merupakan variasi metode pertama. Semua biaya produksi dikurangkan dari
pendapatan penjualan semua produk (baik produk utama ataupun sampingan) untuk
mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi biaya bersama seperti halnya
dengan metode pertama. Dari contoh dimuka, pendapatan penjualan produk sampingan
sebesar Rp 4.000 dicantumkan dalam laporan laba rugi dibawah pos pendapatan penjualan
produk utama, sehingga pendapatan penjualan semua produk berjumlah Rp104.000.
Angka-angka lain dalam laporan tersebut tetap sama kecuali jumlah laba bruto dan laba
bersih usaha yang berbeda.

3. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang harga


pokok penjualan
Dalam metode ini pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp 4000 dikurangkan
dari harga pokok penjualan sehingga menghasilkan laba bruto Rp 56.000 (Rp 100.000-Rp
46.000). laba bersih sebelum pajak tetap sama sebesar Rp 24.000.
4. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penguranan total
biaya produksi
Pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp 4000 dikurangkan dari total biaya
produksi Rp 60.000, sehingga biaya produksi turun menjadi Rp 1,87 (Rp 56.000 :
Rp30.000). sehingga harga pokok persediaan produk akhir turun menjadi Rp 9,350.

Pendapatan penjualan produk utama (25.000 unit @Rp 4) Rp 100.000


Harga pokok penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @Rp 2) Rp 60.000
Dikurangi hasil penjualan produk sampingan Rp 4000
Biaya produksi bersih produk utama Rp 56.000
Dikurangi persediaan akhir produk utama 5000 x Rp 1,87 Rp 46.650
Rp 53.350
Laba bruto
Biaya usaha :
Rp 20.000
Biaya pemesanan
Rp 10.000
Biaya administrasi dan umum

Rp 30.000
Rp 23.350
Laba bersih uasaha

Pendapatan penjualan produk sampingan yang ditambahkan pada pendapatan penjualan


produk utama, atau yang dicantumkan sebagai pendapatan lain-lain, atau yang dikurangkan
dari harga pokok penjualan atau yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah
pendapatan penjualan produk sampingan setelah dikurangi dengan biaya pemasaran, biaya
administrasi dan umum produk sampingan tersebut setelah terpisah dari produk utama.

b. Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)


Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan produk
bersama yaitu sebagian biaya bersama dialokasikan kepada produk sampingan dan
menentukan harga pokok persediaan produk sampingan dengan biaya yang dialokasikan
tersebut. Ada dua metode yang berdasarkan dpada metode harga pokok, yaitu:
1. Metode biaya pengganti
Metode biaya pengganti biasanya digunakan pada perusahaan yang produk sampingannya
digunakan sendiri, sehingga tidak perlu membeli bahan dari pemasok luar. Harga pokok
yang diperhitungkan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement cost)
yang berlaku di pasar. Harga pokok ini kemudian dikreditkan pada rekening Barang Dalam
Proses-Biaya Bahan Baku (BDP-BBB), sehingga mengurangi biaya produksi produk
utama. Pengurangan biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok
persediaan produk utama menjadi lebih rendah.
Contoh:
Misalkan diketahui data sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi untuk 10.000 kg produk utama 700.000
Pendapatan penjualan (9000 x 120) 1.080.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam mengelola produk 50.000
utama
Biaya pemesanan dan administrasi utama 100.000
Persediaaan akhir produk 1000 kg

Laporan laba rugi :


Pendapaatan penjualan produk utama Rp 1.080.000
HHP :
Biaya produksi Rp 700.000
Dikurangi : biaya pengganti produk simpanan Rp 50.000
Rp 650.000
Dikurangi : persediaan akhir (1000 kg x Rp 65)* Rp 65.000
Rp 585.000

Laba bruto Rp 495.000


Biaya pemasaran dan administrasi umum Rp 100.000
Rp 395.000
Laba bersih sebelum PPh
*Rp650.000 : 10.000kg = Rp65

2. Metode pasar
Metode ini memperlakukan produk sampingan ini pada dasarnya sama dengan metode
terakhir yang telah dibicarakan diatas. Ada perbedaan sedikit diantara keduanya, yaitu kalau
pada metode terakhir yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan
penjualan sesungguhnya produk sampingan, sedangkan pada metode nilai pasar ini yang
dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini mencoba
menafsirkan biaya produk sampingan dengan titik tolak dari nilai pasarnya. Tasksiran biaya
produk sampingan pada saat terpisah ini kemudian dikurangkan dari biaya bersama untuk
mendapatkan biaya produk utama.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Untuk kepentingan penentuan penghasilan dan perhitungan harga pokok persediaan,


biaya bersama perlu dialokasikan kepada produk bersma. Empat metode alokasi biaya bersama
kepada produk bersama adalah: metode nilai jual relatif, metode satuan fisik, metode rata-rata
biaya per satuan, dan metode rata-rata timbangan. Karena produk sampingan merupakan produk
yang mempunyai nilai jual relatif jauh lebih rendah dibandinkan dengan produk utamanya, maka
ada dua kelompok metode perlakuan terhadap produk sampingan. Kelompok metode pertama
tidak berusaha untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk sampingan, karena
rendahnya nilai jual produk sampingan tersebut, sedangkan kelompok metode kedua berusaha
mengalokasikan biaya bersama kepada produk sampingan.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya (edisi 5). Sekolah Tinggi Imu Manajemen : YKPN

Anda mungkin juga menyukai