Dari dua konsep harga transfer di atas, penentuan harga transfer yang memiliki potensi
untuk menimbulkan banyak masalah dalam penentuan harga transfer barang antardivisi sebagai
pusat laba. Harga transfer pada hakikatnya memiliki tiga Karakteristik sebagai berikut:
1. Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan
atas laba yang diperoleh mereka dan harga transfer merupakan unsure yang signifikan dalam
membentuk biaya penuh produk yang diproduksi di divisi pembeli
2. Harga transfer selalu mengandung unsure laba di dalamnya
3. Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi dan sekaligud
mengintegrasikan divisi yang dibentuk.
21
1. Dasar yang digunakan sebagai landasan penentuan harga transfer
Dalam penentuan harga transfer, divisi pembeli dan divisi penjual harus menyepakati
dasar yang akan dipakai sebagai landasan penentuan harga barang yang ditransfer antar divisi
tersebut.
Full Costing
Biaya penuh Variable costing
Sesungguhnya ABC
Harga pasar
a. Penentuan harga transfer atas dasar biaya (Cost Based Transfer Pricing)
Dalam penentuan harga transfer ini, harga jual barang yang ditransfer antardivisi
didasarkan pada biaya penuh produk yang ditransfer. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar
penentuan harga transfer dapat dipilih dari dua macam biaya yaitu biaya penuh sesungguhnya
dan biaya penuh standar.
Contoh soal :
PT DD memiliki dua divisi yang dibentuk sebagai pusat laba : divisi A dan divisi B. Divisi A
menghasilkan suku cadang Q yang dijual ke pasar luar 10% dan sisanya ditransfer ke divisi B.
Menurut anggaran divisi A direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1.000
unit dengan taksiran biaya penuh untuk tahun anggaran yang akan datang sebagai berikut:
Biaya produksi tetap Rp 50.000.000
Biaya produksi variable Rp 150.000.000
Biaya administrasi dan umum tetap Rp 40.000.000
Biaya administrasi dan umum variable Rp 10.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 15.000.000
Biaya pemasaran variable Rp 5.000.000
Aktiva yang digunakan Rp 1.000.000.000 dengan rate of return on investment sebesar 20%
Maka :
1. Harga transfer per unit bila dihitung dengan menggunakan pendekatan Full Costing adalah
sebesar Rp 470.000, dengan mark up sebesar 135%
2. Harga transfer per unit bila dihitung dengan menggunakan pendekatan variabel Costing
adalah sebesar Rp 460.350, dengan mark up sebesar 179%
3. Harga transfer per unit bila dihitung dengan menggunakan pendekatan Activity Based
Costing, dengan data sebagai berikut:
Divisi A menghasilkan suku cadang Q dan R yang direncanakan akan beroperasi pada
kapasitas normal untuk suku cadang Q 1.000.000 unit dan suku cadang R 2.000.000 unit,
data biaya penuh kedua suku cadang tersebut adalah:
22
Suku cadang Q Suku cadang R
Unit level activity costs
Biaya standar per unit Rp 1.500 Rp 2.000
Batch related activity costs
Biaya standar per batch Rp 200.000 Rp 150.000
Product sustaining activity costs
Biaya per unit Rp 500 Rp 300
Facility sustaining activity costs
Biaya setahun Rp 200.000.000 Rp 400.000.000
Misalkasn divisi A mentransfer 100.000 unit suku cadang Q ke divisi B dalam bulan januari
2006. Jumlah tersebut diproduksi dalam 2 production run (batch) dengan total aktiva divisi A
Rp 1.000.000.000 dan laba yang diharapkan sebesar 22%
Unit level activity cost Laba yang diharapkan x unit level activity cost
Batch related activity cost Unit level activity cost pada yang ditransfer
Product sustaining activity cost Kapasitas normal
Facility sustaining activity cost seluruh produk
(sebesar produk yang ditransfer)
Jadi :
Besarnya harga transfer untuk suku cadang Q sebanyak 100.000 unit dengan pendekatan
activity based costing adalah Rp 226.400.000 dengan perhitungan mark up sebesar 4%.
(4% x Rp 150.000.000 ) + Rp 220.400.000
23
Berapa harga transfer yang adil baik bagi divisi FF maupun divisi GG? Harga transfer yang
sebaiknya diterapkan untuk suku cadang Divisi FF adalah tergantung dari dua keadaan beriku ini:
1. Jika divisi FF beroperasi pada kapasitas penuh, sebaiknya divisi FF menjual suku cadangnya
keluar dengan harga Rp 1.500 per kg. Oleh karena itu, divisi GG tidak akan membeli suku
cadang A dari divisi FF dengan harga transfer Rp 1.500 per kg karena hal ini akan
menyebabkan kerugian bagi divisi GG sebesar Rp 700 per unit, seperti tampak pada
perhitungan sebagai berikut:
Divisi FF
Harga pasar 1.700
Biaya variable :
Dari divisi FF 1.500
Ditambahkan dalam divisi GG
Perakitan 500
Pemasaran 400
900
2.400
Rugi 700
2. Jika terdapat kapasitas yang tidak terpakai di divisi FF, suku cadang tersebut sebaiknya di
transfer ke divisi GG, agar divisi FF dapat beroperasi pada kapasitas penuh. Harga transfer
untuk suku cadang yang ditransfer ke divisi GG adalah minimum sebesar biaya variable divisi
YY. Jika misalnya harga transfer disepakati oelh manajer divisi yang terlibat sebesar Rp 750
per unit, harga tersebut akan menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp 50 per unit, baik bagi
divisi FF maupun divisi GG, seperti tampak pada perhitungan sebagai berikut :
Divisi FF Divisi GG
Harga transfer 750
Harga pasar 1.700
Biaya variable :
Divisi FF 700
Dari divisi FF 750
Ditambahkan dalam Divisi GG
Perakitan 500
Pemasaran 400
900
1.650
Laba kontribusi 50 50
Dengan laba kontribusi yang sama besar, yang diperoleh divisi penjual dan divisi pembeli,
tidak berarti bahwa metode penentuan harga transfer tersebut adil. Laba kontribusi sebesar
Rp 50 per unt tersebut diperoleh divisi FF dari satu suku cadang saja, sedangkan bagi divisi
GG, laba kontribusi sebesar Rp 50 per unit tersebut diperoleh dari produk yang salah satu
komponennya adalah suku cadang A dari divisi FF.
b. Penentuan Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Based Transfer Pricing)
Bagi divisi penjual, harga pasar merupakan penghasilan yang akan dikorbankan di dalam
harga transfer produk kepada divisi pembeli, sedangkan bagi divisi pembeli harga pasar tersebut
merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut dibeli dari pihak luar.
24
Pada umumnya harga transfer ditetapkan pada harga pasar minus (market price minus).
Di dalam transfer produk antar divisi di dalam perusahaan terdapat hal-hal sebagai berikut:
1. Kuantitas yang ditransfer ke divisi pembeli cukup besar
2. Divisi penjual tidak akan mengeluarkan biaya iklan, promosi, komisi dan biaya penagihan
3. Transfer produk langsung dilakukan sehinggan biaya pergudangan tidak diperhitungkan
dalam penentuan harga transfer
Contoh soal :
Biaya variable per unit Rp 800.000
Biaya tetap per tahun Rp 600.000.000
Investasi dalam modal kerja dan fasilitas produksi Rp 2.400.000.000
Tarif kembalian investasi 10 %
Hitunglah harga transfer jika divisi penjual mentransfer produknya sebanyak 2.000 unit ke
divisi pembeli!
25
Contoh soal :
PT HH memiliki dua pusat laba DIvisi A dan Divisi B. Biaya variable per unit produk yang
dihasilkan dua divisi tersebut adalah sebagai berikut:
Divisi A Divisi B Kumulatif
Biaya variable per unit Rp 8.000
Biaya variable per unit yang ditambahkan
Dalam divisi B Rp 5.000
Biaya variable per unit kumulatif Rp 13.000
Misalkan divisi A mentransfer 1.000 unit produk ke divisi B, dan diolah lebih lanjut di divisi B
serta 1.000 unit tersebut dapat dijual seluruhnya ke luar perusahaan dengan harga jual Rp
20.000, maka pembagian laba diperhitungkan sebagai berikut:
Hasil penjualan Rp 20.000.000
Biaya variable kumulatif Rp 13.000.000
Laba kontribusi Rp 7.000.000
Contoh soal:
Divisi A Divisi B
Biaya variable per unit Rp 8.000
Biaya variable per unit yang ditambahkan divisi B Rp 5.000
Harga jual produk di pasar luar Rp 11.000 Rp 18.000
Jurnal yang dibuat divisi A pada saat mentransfer 1.000 unit produk ke divisi B
Jurnal yang dibuat oleh divisi B saat menerima barang dari divisi A
Jurnal yang dibuat divisi B untuk menambahkan biaya variable dalam mengolah lebih lanjut
26
Jurnal yang dibuat divisi B untuk mencatat barang jadi
Piutang Rp 18.000.000
Pendapatan penjualan Rp 18.000.000
Sehingga laporan laba rugi divisi A, divisi B dan perusahaan secara keseluruhan sebagai
berikut:
27