Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM EKONOMI MAKRO

MODUL 2:
PENDAPATAN NASIONAL

Disusun oleh:
Dr. Ir. Djohar Noeriati R.D., MP
Nur Baladina, SP. MP.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
MODUL 2
PENDAPATAN NASIONAL

A. DESKRIPSI MODUL
Penilaian mengenai apakah suatu perekonomian telah bekerja dengan baik atau
buruk dapat dilakukan dengan melihat besar pendapatan total dimana setiap orang
memperoleh penghasilan dalam perekonomian. Salah satu ukuran yang dianggap baik
untuk menilai kinerja perekonomian adalah produk domestik bruto ( Gross Domestic
Product atau GDP).
Dalam modul pertama ini, mahasiswa akan mempelajari mengenai GDP sebagai
salah satu tolok ukur dari kinerja perekonomian. Substansi materi terdiri dari aliran sirkuler
dalam perekonomian, definisi dan cara perhitungan GDP, elemen-elemen pokok GDP,
perbedaan antara GDP nominal dan GDP riil, ukuran-ukuran pendapatan lainnya dan
mengapa GDP dianggap sebagai suatu ukuran yang baik tentang kesejahteraan ekonomi.

B. KEGIATAN BELAJAR
B. 1. Tujuan Kegiatan
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui dan memahami tentang konsep pendapatan nasional.
2. Mengetahui dan memahami cara perhitungan produk domestik bruto (GDP)
3. Memahami tentang ukuran-ukuran pendapatan lainnya (NNP, GNP, pendapatan
nasional, pendapatan per kapita (personal income) dan disposable personal income).
4. Mampu menjelaskan tentang fakta dan perkembangan pendapatan nasional
Indonesia (menggunakan data empiris).
5. Mengetahui dan memahami tentang perbedaan antara GDP dan CPI

B. 2. Uraian Materi Belajar

Perhitungan Produk Domestik Bruto (GDP)

Pendapatan dan pengeluaran dari suatu perekonomian diukur dengan nilai Gross
domestic product (GDP), di mana GDP menunjukkan nilai total pasar dari semua barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu periode waktu tertentu. GDP
menunjukkan pendapatan total dari setiap orang dalam perekonomian. Selain itu GDP juga
menunjukkan pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. Untuk
perekonomian secara keseluruhan, besar total pendapatan harus sama dengan total
pengeluarannya.
Beberapa Kaidah untuk Menghitung GDP:
1. Perekonomian memproduksi banyak barang dan jasa yang berbeda. Untuk
menghitung nilai total barang dan jasa yang berbeda, GDP menggunakan harga pasar.
2. Perhitungan GDP hanya meliputi nilai barang akhir, bukan barang intermediate (nilai
tersebut hanya dihitung satu kali).
3. GDP hanya menghitung produksi barang dan jasa perekonomian pada saat ini. Jika
ada barang yang diproduksi pada periode tersebut, tetapi tidak dipasarkan, melainkan
disimpan dalam persediaan (inventory) maka tetap dihitung dalam GDP tersebut.

1
Persediaan dianggap seolah-olah barang tersebut dibeli oleh perusahaan yang
menghasilkannya.
4. GDP mengukur nilai produksi dari barang dan jasa yang dihasilkan dalam batas-batas
geografis suatu negara dan dalam periode waktu tertentu (misal satu tahun atau satu
kuartal).
Perhitungan Produk Domestik Bruto (GDP) dapat dilakukan menggunakan
menggunakan 3 metode atau pendekatan:
1. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)
2. Pendekatan pendapatan (income approach)
3. Pendekatan nilai barang dan jasa akhir atau hasil produksi (product approach)

Pendekatan pengeluaran
Menurut metode pengeluaran, nilai GDP merupakan nilai total pengeluaran dalam
perekonomian selama periode tertentu. Ada 4 komponen pengeluaran dalam GDP:
1. Konsumsi (C)
Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga, meliputi barang tidak
tahan lama (habis dipakai dalam waktu pendek), barang tahan lama (memiliki usia
panjang) dan jasa (pekerjaan yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan dan
ditujukan untuk konsumen).
2. Investasi (I)
Investasi merupakan barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan,
meliputi investasi tetap bisnis (pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan),
investasi tetap residensial (pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah)
dan investasi persediaan (peningkatan dalam persediaan barang perusahaan).
3. Pembelian pemerintah (G)
Pembelian pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat,
negara bagian dan pemerintah daerah (tidak termasuk pembayaran transfer kepada
individu, seperti jaminan sosial dan kesejahteraan).
4. Ekspor neto ( X - M )
Ekspor neto adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurangi nilai
barang dan jasa yang diimpor dari negara lain.

Jadi GDP = C + I + G + ( X – M )

Pendekatan Pendapatan
Metode pendapatan memandang nilai output sebagai nilai total balas jasa atas
faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Metode ini menjumlahkan semua
penerimaan yang diterima oleh pemilik faktor produksi. Balas jasa untuk tenaga kerja
adalah upah atau gaji (w), untuk pemilik uang atau aset finansial adalah pendapatan bunga
(i), untuk barang modal adalah pendapatan sewa (r). Adapun pengusaha mendapat balas
jasa berupa laba (π).

Jadi GDP = w + i + r + π

2
Pendekatan produksi atau nilai tambah
Menurut metode ini, GDP adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara perhitungannya adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi
beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor
merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Namun, harus diperhatikan bahwa output
yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain, atau bisa juga
merupakan input bagi sektor perekonomian yang lain lagi, sehingga bisa terjadi perhitungan
ganda. Untuk menghindari hal itu, maka dalam metode ini perhitungan dilakukan dengan
menjumlahkan nilai tambah (value added) dari setiap kegiatan produksi (sektor). Yang
dimaksud dengan nilai tambah kegiatan produksi adalah pendapatan penjualan dikurangi
dengan pembayaran (nilai) barang antara (yaitu barang yang dibeli dari perusahaan lain).
Nilai tambah dapat berupa upah, bunga, sewa dan keuntungan.
Misalkan suatu perekonomian hanya mempunyai satu sektor saja, yaitu sektor
kegiatan yang berkaitan dengan produksi gandum.

Petani Perusahaan Pabrik roti Konsumen


penggilingan

Gandum Tepung terigu Roti


Rp 100,-
Rp 50,- Rp 75,-

Asumsi: petani gandum tidak mengeluarkan biaya.


Nilai produksi akhir dari kegiatan ini = Rp 100,-
Berdasarkan perhitungan nilai tambah:
Nilai tambah dari usaha petani menghasilkan gandum = 50 – 0 = Rp 50,-
Nilai tambah dari usaha penggilingan tepung = 75 – 50 = Rp 25,-
Nilai tambah dari usaha pembuatan roti = 100 – 75 = Rp 25,-
_________________________________
Total Nilai Tambah = Rp 100,-

(Besar nilai produksi akhir, yaitu roti, sama dengan besar total nilai tambah yang dihasilkan
dari aktivitas mulai produksi gandum sampai dengan menjadi roti)

GDP Riil vs GDP Nominal


GDP nominal mengukur nilai barang dan jasa dengan nilai yang berlaku. Misalkan
dalam suatu perekonomian hanya memproduksi apel dan jeruk, maka GDP nominal adalah:
GDP = (P apel x Q apel) + ( P jeruk x Q jeruk )
Dengan demikian jika harga meningkat atau jumlah meningkat, maka GDP bisa
berubah. Jika seluruh harga digandakan tanpa ada perubahan jumlah produksi, maka akan
terjadi kenaikan GDP.

3
Sedangkan GDP riil adalah GDP yang diukur dengan harga konstan, dimana
perubahan GDP yang terjadi hanya dipengaruhi oleh jumlah produksi barang. Perhitungan
GDP riil didasarkan atas harga dasar tahunan (base-year prices).
Misalkan harga dasar tahunan yang digunakan adalah harga yang berlaku pada
tahun 2002, maka:

GDP riil tahun 2002 = (P apel 2002 x Q apel 2002) + (P jeruk 2002 x Q jeruk 2002)
GDP riil tahun 2003 = (P apel 2002 x Q apel 2003) + (P jeruk 2002 x Q jeruk 2003)
GDP riil tahun 2004 = (P apel 2002 x Q apel 2004) + (P jeruk 2002 x Q jeruk 2004)

Jadi karena harga dipertahankan konstan, maka perubahan GDP hanya terjadi jika
ada perubahan jumlah produksi barang dan jasa.

Deflator GDP (deflator harga implisit untuk GDP)


GDP nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP riil
mengukur output yang dinilai pada harga konstan. Deflator GDP mengukur harga output
relatif terhadap harganya pada tahun dasar. Jadi deflator digunakan untuk mendeflasi
(menghilangkan inflasi) dari GDP nominal untuk menghasilkan GDP riil.

GDP nominal GDP nominal


Deflator GDP  x 100% GDP Riil 
GDP riil Deflator GDP

Ukuran-Ukuran Pendapatan Nasional Lainnya

Ada berbagai ukuran pendapatan nasional lainnya, yaitu:


1. Produk Nasional Bruto (GNP)
2. Produk Nasional Netto (NNP)
3. Pendapatan Nasional ( National Income atau NI)
4. Pendapatan perorangan atau per kapita ( Personal Income)
5. Pendapatan perorangan disposabel (Disposable Personal Income)

Secara ringkas, perhitungan pendapatan nasional mulai dari Produk Domestik Bruto (GDP)
sampai Pendapatan Perorangan Disposabel (Disposable Personal Income) adalah:

C+G+I+(X-M) = Produk Domestik Bruto (GDP)


ditambah : Pendapatan faktor produksi domestik yang ada di luar negeri
dikurangi : Pembayaran faktor produksi luar negeri yang ada di dalam
negeri
= Produk Nasional Bruto (GNP)
dikurangi : Penyusutan
= Produk Nasional Netto (NNP)
dikurangi : Pajak tidak langsung
ditambah : Subsidi
= Pendapatan Nasional (NI)

4
= Pendapatan Nasional (NI)
dikurangi : Laba ditahan
dikurangi : Pembayaran Asuransi Sosial
ditambah : Pendapatan bunga personal (individu) dari pemerintah dan
konsumen
ditambah : Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan personal / per kapita (PI)
dikurangi : Pajak pendapatan personal
= Pendapatan Personal Disposabel

Mengukur Biaya Hidup: Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index / CPI)

Tingkat harga suatu barang akan berubah dengan berjalannya waktu. Adanya
peningkatan dalam seluruh tingkat harga, yang disebut inflasi, menjadi salah satu perhatian
para ekonom dan pembuat kebijakan. Ukuran mengenai tingkat harga yang paling banyak
digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).
CPI adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok
barang dan jasa yang sama pada tahun dasar. Misalkan, seorang konsumen membeli 5
apel dan 2 jeruk setiap bulan. Maka kelompok barang itu terdiri dari 5 apel dan 2 jeruk, dan
bila tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2002, maka CPI-nya adalah :

( 5 x Harga apel sekarang)  ( 2 x Harga jeruk sekarang)


CPI 
( 5 x Harga apel 2002 )  ( 2 x Harga jeruk 2002 )

CPI vs Deflator GDP


Jika GDP mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang
mengukur nilai produksi, maka CPI mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi
sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga. Ada tiga perbedaan penting
diantara kedua ukuran itu:
1. Deflator GDP mengukur harga seluruh barang dan jasa yang diproduksi, sedangkan
CPI hanya mengukur harga barang dan jasa yang dibeli konsumen.
2. Deflator GDP hanya mencakup barang dan jasa yang diproduksi secara domestik.
Jadi barang-barang impor bukan merupakan bagian dari GDP, namun jika barang
impor itu dibeli konsumen maka akan mempengaruhi CPI.
3. Deflator GDP menggunakan timbangan tidak tetap terhadap harga barang-barang yang
berbeda, sedangkan CPI menggunakan timbangan tetap. Artinya, CPI dihitung dengan
menggunakan sekelompok barang tetap, sedangkan deflator GDP memungkinkan
kelompok barang itu berubah setiap saat bila komposisi GDP berubah. Misalkan
panen jeruk gagal sehingga produksi jeruk menjadi nol, maka jeruk tidak lagi
merupakan bagian dari GDP dan tidak mempengaruhi GDP, sebaliknya kenaikan
harga jeruk justru berdampak besar terhadap nilai CPI.

Indeks harga dengan sekelompok barang tetap disebut dengan Indeks Laspeyres,
sedangkan indeks harga dengan kelompok barang tidak tetap disebut Indeks Paasche.

5
C. TUGAS BELAJAR MODUL 2

Secara kelompok, mahasiswa diminta untuk mengerjakan tugas-tugas berikut ini:


1. Dengan menggunakan data perekonomian nasional Indonesia (tahun 1990-2009),
uraikan tentang kinerja perekonomian Indonesia, seperti nilai:
 Produk Domestik Bruto (GDB) dari:
o Sisi produksi
o Sisi pengeluaran
 Produk Nasional Bruto (GNP)
Baik dengan harga berlaku maupun harga konstan.
Uraikan pula darimana nilai dari masing-masing perhitungan pendapatan tersebut
di atas diperoleh.

2. Diketahui negara X diasumsikan hanya memproduksi 1 jenis barang yaitu roti. Pada
tahun 2012, produksi negara tersebut sejumlah 1000 bungkus roti dengan harga Rp
1.200,-/bungkus. Pada tahun 2011, PDB nominal negara X sebesar Rp 1.000.000,-
dan harga roti diketahui Rp 800. Dengan asumsi tahun dasar yang digunakan tahun
2011, hitunglah:
a. PDB nominal negara X pada tahun 2012.
b. PDB riil negara X pada tahun 2012.
c. Tentukan pada tahun 2011 atau tahun 2012 negara X mencapai kinerja
perekonomian terbaik? Jelaskan alasannya pula.
d. Tentukan seberapa besar tingkat perubahan harga (deflasi/inflasi) yang terjadi
pada tahun 2011 ke tahun 2012!

3. Perhatikanlah perekonomian yang memproduksi dan mengkonsumsi roti dan mobil.


Tabel di bawah ini menunjukkan data untuk dua tahun berbeda.

Tahun 2000 Tahun 2010


Harga mobil $ 50.000 $ 60.000
Harga roti $ 10 $ 20
Jumlah mobil yang diproduksi 100 120
Jumlah roti yang diproduksi 500.000 400.000

a. Dengan menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar, hitungkah statistik


berikut ini untuk setiap tahun:
- GDP nominal - GDP riil
- Deflator harga implisit untuk GDP - Indeks harga tertimbang tetap
(seperti CPI)
b. Seberapa besar harga meningkat antara tahun 2000 dan 2010? Bandingkan
jawaban anda berdasarkan indeks harga Laspeyres dan indeks Paasche.
Jelaskan perbedaannya.
c. Anggaplah anda seorang senator yang menulis tagihan ke Jaminan Sosial dan
lembaga pensiun federal. Tagihan anda akan menyesuaikan tunjangan ini untuk

6
menutup perubahan-perubahan dalam biaya hidup. Apakah anda akan
menggunakan deflator GDP atau CPI? Mengapa?

4. Abin hanya mengkonsumsi apel. Pada tahun 1, harga apel merah $1, harga apel
hijau $2 dan Abin membeli 10 apel merah. Pada tahun 2, harga apel merah $2,
harga apel hijau $1 dan Abin membeli 10 apel hijau.
a. Hitunglah indeks harga konsumen untuk apel setiap tahun. Asumsikan tahun 1
adalah tahun dasar dimana kelompok produk adalah tetap. Bagaimana indeks
anda berubah dari tahun 1 ke tahun 2?
b. Hitunglah pengeluaran nominal Abin atas apel setiap tahun. Bagaimana
perubahannya dari tahun 1 ke tahun 2?
c. Dengan menggunakan tahun 1 sebagai tahun dasar, hitunglah pengeluaran riil
Abin atas apel setiap tahun. Bagaimana perubahannya dari tahun 1 ke tahun 2?
d. Dengan mendefinisikan deflator harga implicit sebagai pengeluaran nominal
dibagi pengeluaran riil, hitunglah deflator setiap tahun. Bagaimana deflator
berubah dari tahun 1 ke tahun 2?
e. Anggaplah Abin suka memakan apel merah dan apel hijau. Berapakah
sebenarnya biaya hidup Abin meningkat? Bandingkan jawaban ini pada
jawaban anda dibagian (a) dan (d). Apakah contoh ini menyatakan tentang
indeks harga Laspeyres dan indeks harga Paasche.
(MANKIW –MAKRO EKONOMI – hal 38, no 7)

DAFTAR PUSTAKA

Blinder, B. Et. Al. 1988. Economics, Principles and Policy, 2nd ed. Harcourt Brace
Jovanovich, Inc., Sidney.

Mankiw, Gregory, N. 2003. Teori Makroekonomi. Alih bahasa: Imam Nurmawan, edisi
ke-5, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rahardja, P. dan M. Manurung. 2004. Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Reksoprayitno, Sudiyono. 2000. Pengantar Ekonomi Makro, edisi ke-6. BPFE,


Yogyakarta.

Samuelson, P.A. dan W.D. Nordhaus. 1997. Makroekonomi, edisi ke-14. Penerbit
Erlangga, Jakarta.

oo0O0oo

Anda mungkin juga menyukai