Anda di halaman 1dari 16

RMK II

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

Kelompok 2
Ni Made Sridanti (1907531010) (08)
Komang Tri Paramita (1907531013) (11)
Kharisma Milinia Muji Rahayu (1907531015) (12)
Ni Made Dwi Okayanti (1907531024) (15)

REGULER BUKIT
FEB UNUD
2020
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Pendapatan Nasional


Pendapatan Nasional merupakan seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota
masyarakat atau seluruh rumah tangga keluarga (RTK) dalam suatu negara dengan kurun
waktu tertentu, biasanya dalam waktu setahun. Pendapatan nasional adalah salah satu
indicator untuk dapat mengukur perkembangan tingkat pembangunan dan kesejahteraan
pada suatu negara dari waktu ke waktu. Dengan metode perhitungan pendapatan
nasional, dapat diketahui arah, tujuan, dan struktur perekonomian negara.
Peranan penting pendapatan nasional:
a) Alat pengukur bagi tinggi rendahnya tingkat hidup atau kemakmuran suatu
bangsa. Secara kuantitatif, tingkat hidup suatu bangsa ditentukan oleh
perbandingan nasional dengan jumlah penduduknya (Pendapatan per kapita)
b) Mengetahui struktur perekonomian negara yang bersangkutan, apakah agraris,
industry dan sebagainya.
c) Menentukan dan kemudian menyusun kebijakan yang lebih lanjut. Umpamanya
dari sector pertanian, kemudian dapat disusun berbagai kebijakan pengadaan
pangan, industry pupuk sebagai suatu penunjang pertanian, kebijakan
transmigrasi, dan irigasi.
d) Dengan membandingkan antara neraca pendapatan nasional dengan neraca
pembayaran internasional dapat diperoleh kesimpulan tentang seberapa jauh
kemanfaatn hubungan luar negeri terhadap perekonomian nasional.

1.2 Definisi dan Perhitungan Barang Akhir, Barang Antara, Nilai Tambah, dan
perhitungan Ganda
a) Barang akhir (final goods) adalah barang yang dihasilkan dalam kegiatan
ekonomi dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Barang
akhir dapat dibedakan kedalam dua golongan, yaitu:
 Barang tahan lama ( durable good ), misalnya mobil, televisi,almari es ,
perabot rumah tangga.
 Barang tidak tahan lama ( non- durable good ) misalnya makanan segar ,
buah-buahan , sayur-sayuran
b) Barang Antara (Intermediet Goods) Barang-barang yang belum menjadi barang
aktif dan masih akan di proses lagi sebelum dapat di gunakan oleh konsumen.
Barang Antara adalah meliputi bahan baku maupun bahan penolong yang belum
melalui proses pengolahan ataupun sudah melalui proses pengolahan. Contoh nya
besi baja dan tekstil.
c) Nilai Tambah atau nilai yang ditambahkan (value added) berlaku dalam
perhitungan GDP apabila suatu perusahaan memproses barang mentah hingga
memproduksi menjadi barang jadi. Untuk menghitung nilai GDP suatu negara,
maka yang digunakan dalam perhitungan adalah total nilai tambah (nilai output-
nilai input). Nilai Tambah merupakan nilai selisih antara nilai penjualan
perusahaan dengan nilai pembelian bahan mentah serta jasa dari perusahaan lain.
Rumusnya =Harga Barang jadi – harga material.
Sebagai contoh, dalam memproduksi kemeja harus diproduksi terlebih dahulu
kain, kapas, dan benang. Jika menjumlahkan nilai akhir dari tiap tiap komponen
maka akan terjadi double entry (Perhitungan Ganda). Karena nilai akhir kemeja
sudah terkandung nilai kain, dalam nilai akhir kain sudah terkandung nilai akhir
benang. Oleh karena itu, untuk memperoleh total produk yang dihasilkan suatu
negara harus dilihat dari nilai tambahnya. Contoh:
Contoh menghitung nilai tambah bruto adalah sebagai berikut ( harga bersih ) :
Tebu / 2,5 kg dijual Rp. 2500
2,5 kg diolah menjadi gula / kg dijual Rp. 4000
Gula / kg diolah menjadi gulali dijual Rp. 6000
Berdasarkan informasi tersebut maka besarnya nilai tambah bruto dari kegiatan
menjual sejak tebu menjadi gulali adalah :
Rp . 2500 + ( Rp. 4000 – Rp . 2500) + ( Rp . 6000 – Rp . 4000 )
= Rp . 2500 + Rp . 1500 + Rp . 2000
= Rp . 6000 .
Perhatikan bahwa nilai ini sama dengan nilai gulali . inilah yang dimaksud dengan
nilai tambah bruto dari suatu produk.
d) Perhitungan Ganda
Perhitungan ganda (double counting) terjadi apabila perhitungan nilai produk
didasarkan pada nilai akhir; karena sudah mengandung sebagian nilai akhir dari
bentuk barang produksi sebelumnya. Misal perhitungan nilai produk berdasar
nilai akhir pada baju, kain, benang, dan kapas akan terjadi perhitungan ganda
karena nilai akhir baju sudah mengandung sebagian nilai akhir kain dan nilai
akhir kain juga mengandung sebagian nilai akhir benang.

1.3 Definisi dan Perhitungan Pendapatan Nasional Harga Konstan dan Harga Berlaku
Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang
berlaku pada tahun tersebut. Cara ini adalah cara yang selalu dilakukan dalam
menghitung pendapatan nasional dari suatu periode ke periode lainnya. Dapatlah
diramalkan bahwa apabila dibandingkan data pendapatan nasional dalam berbagai tahun
tersebut, nilainya akan berbeda-beda dan menunjukkan kecenderungan yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Pertambahan nilai tersebut disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor pertambahan fisikal barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian
dan kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya.
Pertumbuhan suatu perekonomian diukur dari pertumbuhan yang sebenarnya
dalam barang dan jasa yang diproduksi. Untuk dapat menghitung kenaikan itu dari tahun
ke tahun, barang dan jasa yang dihasilkan haruslah dihitung pada harga tetap, yaitu harga
yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang
dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lainnya. Nilai pendapatan nasional yang
didapat dalam perhitungan ini dinamakan dengan pendapatan nasional pada harga
konstan atau pendapatan nasional riil.

1.4 Definisi dan perhitungan Pendapatan Nasional dengan Metode Produksi,


Pendapatan, dan Pengeluaran
1. Definisi Pendapatan Nasional berdasarkan Metode Produksi, Pendapatan dan
Pengeluaran
a) Metode / Pendekatan Produksi
Dilihat dari pendekatan produksi, pendapatan nasional dapat diartikan
sebagai jumlah seluruh produksi (hasil) baik berupa barang maupun jasa
dari suatu negara selama periode tertentu bila dihitung dengan satuan nilai
uang.
b) Metode/ Pendekatan Pendapatan
Berdasarkan pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dapat diartikan
sebagai jumlah seluruh pendapatan yang diterima rumah tangga konsumsi
(masyarakat), sebagai balas jasa karena masyarakat telah menyerahkan
faktor-faktor produksi yang dimilikinya, ditambah penerimaan balas jasa
lain selama periode tertentu yang dihitung dengan satuan nilai uang.
c) Metode/ Pendekatan Pengeluaran
Jika dilihat melalui pendekatan pengeluaran, maka pendapatan nasional
dapat diartikan sebagai jumlah seluruh pengeluaran masyarakat suatu
negara yang dipergunakan untuk membayar pajak, membeli barang/jasa
dan lain sebagainya selama periode tertentu.
2. Perhitungan Pendapatan Nasional menggunakan Metode Produksi, Pendapatan
dan Pengeluaran.
a) Metode Produksi
Untuk menentukan besarnya pendapatan nasional dengan metode produksi
adalah dengan menentukan dan menjumlahkan nilai produksi yang
diciptakan seluruh sektor yang ada dalam perekonomian. Agar tidak
terjadi perhitungan ganda, maka yang dihitung dalam metode ini hanya
nilai tambah (value added) yang diciptakan. Penggunaan cara ini untuk
menghitung pendapatan nasional mempunyai dua tujuan penting, antara
lain :
 Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi
di dalam mewujudkan pendapatan nasional.
 Sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali,
yaitu dengan hanya menghitung nilai poduksi neto yang
diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.

Perhitungan metode produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :


Y=(P1xQ1) + (P2xQ2) +….+(PnxQn)

Keterangan:

Y = Pendapatan nasional Q2 = Jumlah/kuantitas barang ke-2

P1 = Harga barang ke-1 Pn = Harga barang ke-n

Q1 = Jumlah/kuantitas barang ke- Qn = Jumlah/harga barang ke-n


1

P2 = Harga barang ke-2

Agar tidak terjadi perhitungan ganda dalam metode produksi, maka yang
dihitung hanyalah nilai tambah (NTB) tiap industri. Dengan demikian,
rumusnya dapat dinyatakan sebagai berikut :

Y= NTB1 + NTB2 + NTB3 + ….+NTBN

Berikut ini disajikan ilustrasi sederhana untuk perhitungan nilai tambah :

Pendapatan nasional dihitung dengan menambahkan nilai produksi akhir


dari masing-masing sektor. Perlu diperhatikan bahwa nilai yang dihitung
adalah nilai barang/jasa akhir, bukan nilai bahan mentah atau setengah
jadi. Contohnya, jika suatu negara memiliki sektor perkebunan, dengan
hasil utama buah pisang. Harga buah pisang dari petani adalah Rp 200,00
per buah. Pisang tersebut kemudian dibeli oleh perusahaan A untuk
dipotong-potong dan dikeringkan, sehingga harganya menjadi Rp 500,00.
Pisang yang telah dikeringkan tersebut dibeli oleh perusahaan B untuk
diubah menjadi keripik pisang yang dijual seharga Rp 1.000,00. Dari
ilustrasi ini, maka nilai pendapatan nasional negara tersebut adalah sebesar
Rp 1.000,00 yang merupakan nilai akhir dari produksi pisang. Nilai yang
sama dapat kita peroleh dengan menjumlahkan nilai tambah dari produksi
pisang. Berikut disajikan tabel nilai tambah berdasarkan ilustrasi diatas.

Harga Nilai Tambah


Petani Rp 200,00 Rp 200,00
Perusahaan A Rp 500,00 Rp 300,00
Perusahaan B Rp 1000,00 Rp 500,00
Total Nilai Tambah Rp 1.700,00 Rp 1000,00

Di dalam metode produksi, terdapat sembilan sektor produktif yang dihitung


untuk menghasilkan nilai pendapatan nasional. Sembilan sektor tersebut
antar lain sebagai berikut,

 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan,


 Pertambangan, dan penggalian,
 Industri pengolahan,
 Listrik, gas dan air bersih,
 Bangunan,
 Perdagangan, restoran, hotel,
 Pengangkutan dan komunikasi,
 Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan,
 Jasa-jasa lain (termasuk pemerintahan)

Berikut ini disajikan contoh soal untuk perhitungan pendapatan nasional


dengan metode produksi:

Diketahui data harga barang dan jumlah yang diproduksi oleh Pabrik
Fashion pada tahun 2016 sebagai berikut

Nama Barang Harga Barang (Dalam rupiah) Jumlah barang


Kain Batik 50.000 500
Sepatu 100.000 500
Tas 150.000 1.000
Berapa besar pendapatan nasional berdasarkan pendekatan produksi?
Diketahui:
P1 = 50.000
Q1 = 500
P2 = 100.000
Q2 = 500
P3 = 150.000
Q3 = 1.000
Jawab :
Y = (P1xQ1) + (P2xQ2) + (P3xQ3)
Y = (50.000x500) + (100.000x500) + (150.000x1.000)
Y = 225.000.000
Jadi besarnya pendapatan nasional dengan metode produksi adalah Rp
225.000.000

b) Metode Pendapatan
Metode ini berkitan dengan penggunaan faktor-faktor produksi untuk
kegiatan ekonomi, dimana faktor-faktor produksi dibedakan menjadi 4
golongan : tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian kewirausahawan. Apabila
faktor –faktor produksi itu digunakan untuk mewujudkan barang dan jasa
akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya
memperoleh biaya sewa, tenaga kerja mendapatkan gaji dan upah, modal
memperoleh bunga dan keahlian, serta skill/ kemampuan kewirausahawan
mendapatkan keuntungan. Dengan menjumlahkan pendapatan-pendapatan
tersebut maka akan diperoleh suatu nilai pendapatan nasional atau produk
nasional neto berdasarkan harga faktor.
Metode pendapatan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y=r+w+i+p
Keterangan:
Y  = Pendapatan Nasional
r   = Rent (Pendapatan Sewa misalnya sewa tanah)
w = Wages (upah)
i   = Interest (Pendapatan bunga)
p  = Profit (Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan keuntungan
perseorangan)

Berikut ini disajikan contoh soal untuk perhitungan pendapatan nasional


dengan metode pendapatan:
Upah dan gaji = Rp. 15.000.000
Sewa Tanah = RP. 10.000.000
Konsumsi = Rp. 18.000.000
Pengeluaran Pemerintah = Rp. 14.000.000
Bunga Modal = Rp. 5.000.000
Keuntungan = Rp. 15.000.000
Investasi = Rp. 4.500.000
Ekspor = Rp. 12.500.000
Impor = Rp. 7.250.000
Tentukan pendapatan nasional menggunakan metode pendapatan!
Penyelesaian :
Y= r + w + i + p  
Y = 10.000.000+15.000.000+5.000.000+15.000.000
Y = 45.000.0000
Jadi besarnya pendapatan nasional dengan metode pendapatan adalah Rp
45.000.000
c) Metode Pengeluaran
Pendapatan nasional dengan metode pengeluaran berdasarkan atas total
pengeluaran dalam perekonomian. Pendekatan pengeluaran menjumlahkan
seluruh pengeluaran para pelaku ekonomi seperti rumah tangga, perusahaan,
pemerintah, dan masyarakat luar negeri.
Pendapatan Nasional berdasarkan pendekatan pengeluaran dirumuskan
sebagai berikut :
Y = C + I + G + (X-M)
Keterangan:
Y  = Pendapatan Nasional
C  = Konsumsi rumah tangga
I   = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
X  = Ekspor
M = Impor
X-M = Ekspor neto
Berikut ini disajikan contoh soal untuk perhitungan pendapatan nasional
dengan metode pengeluaran :
Diketahui data sebagai berikut :
Upah : Rp. 15.000.000
Ekspor : Rp. 30.000.000
Impor : Rp. 20.000.000
Bunga : Rp. 10.000.000
Investasi : Rp. 100.000.000
Profit : Rp. 100.000.000
Konsumsi : Rp. 50.000.000
Sewa : Rp. 20.000.000
pengeluaran pemerintah : Rp. 50.000.000
Tentukan besarnya pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pengeluaran
Jawab :
Pendapatan nasional berdasarkan metode pendekatan hanya menjumlahkan
besarnya konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto.
Y = C + I + G + (X-M)
Y = 50.000.000 + 100.000.000 + 50.000.000 + (30.000.000-20.000.000)
Y = Rp. 210.000.000
Jadi besarnya pendapatan nasional dengan metode pengeluaran adalah Rp
210.000.000

1.5 Definisi dan Perhitungan Pendapatan Nasional Sampai dengan Pendapatan Siap
Konsumsi
Dibutuhkan kategori-kategori dalam penghitungan pendapatan nasional. Pada dasarnya,
pendapatan nasional dibagi menjadi enam kategori, di antaranya:
1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)
Produk domestik bruto atau Gross Domestic Product merupakan jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara atau domestik dalam kurun waktu satu tahun. Termasuk
yang dihasilkan oleh perusahaan asing, asalkan wilayahnya masih dalam wilayah
suatu negara atau domestic tersebut. Contohnya seperti perusahaan B dari
Amerika yang mempunyai cabang di Indonesia, hasil berupa barang dan jasa
tersebut termasuk ke dalam GDP. Barang yang dihasilkan termasuk modal yang
belum diperhitungkan, maka bersifat bruto atau kotor. Rumus untuk menghitung
GDP adalah:
GDP = Pendapatan Masyarakat di Dalam Negeri + Pendapatan Asing di Dalam
Negeri
2. Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto atau Gross National Product merupakan nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara selama satu
tahun, termasuk yang dihasilkan oleh warga negara tersebut yang dihasilkan di
luar negeri. Contohnya seperti seseorang wanita dari Indonesia yang menjual
sepatu di Singapura, hasil berupa barang dan jasanya termasuk dalam GNP. GNP
menekankan pada aspek kewarganegaraan (nationality). Rumus untuk
menghitung GNP adalah:
GNP = Pendapatan WNI di Dalam Negeri + Pendapatan WNI di Luar Negeri –
Pendapatan Asing di Dalam Negeri
Atau
GNP = GDP + Pendapatan WNI di Luar Negeri – Pendapatan WNA di Dalam
Negeri
atau
GNP = GDP – Pendapatan Neto atas faktor dari Luar Negeri
3. Produk Nasional Netto atau Net National Product (NNP)
Net National Product merupakan hasil dari nilai GNP yang telah dikurangi
dengan penyusutan modal dalam proses produksi. Inti dari NNP merupakan
konsep pendapatan nasional yang dilihat hanya dari laba yang diperoleh. Karena
tujuan dari NNP adalah untuk mencari netto atau nilai bersih dari suatu produksi.
Rumus untuk menghitung NNP adalah:
NNP = GNP – Depresiasi (penyusutan barang modal)
Penyusutan adalah penggantian barang modal bagi peralatan produksi yang
dipakai dalam proses produksi. Umumnya bersifat taksiran, sehingga dapat
menimbulkan kekeliruan meskipun relatif kecil.
4. Pendapatan Nasional Netto atau Net National Income (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) merupakan pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi. Rumus untuk menghitung NNI adalah:
NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung + Subsidi
Pajak tidak langsung harus dikurangkan, karena tidak mencerminkan balas jasa
atas faktor produksi. Uang pajak memang diterima oleh penjual/produsen bersama
harga pasar barang yang dijualnya, tetapi uang pajak itu wajib diserahkan kepada
pemerintah. Sedangkan, subsidi harus ditambahkan karena harga-harga tertentu
yang dibuat lebih murah daripada biaya produksi sesungguhnya, misalnya untuk
subsidi harga pupuk, BBM, atau beras.
5. Pendapatan Perseorangan atau Personal Income (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, temasuk pendapatan yang diperoleh
tanpa melakukan kegiatan apapun. Tetapi harus dikurangi dengan laba yang
ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan sosial, dan ditambah dengan pembayaran
pindahan atau transfer (transfer payment).
PI = NNI + Transfer Payment – (Laba Ditahan + Iuran Asuransi + Iuran Jaminan
Sosial + Pajak Perseroan)
Transfer Payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas
jasa produksi, akan tetapi diambil sebagian dari pendapatan nasional tahun lalu.
Seperti pembayaran dana pensiunan, tunjangan pengangguran, dan sebagainya.
6. Pendapatan yang Siap Dibelanjakan atau Disposable Income (DI)
Disposable income merupakan pendapatan yang siap dimanfaatkan untuk
membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya dapat menjadi tabungan dan
disalurkan menjadi investasi. Rumus untuk menghitung DI adalah:
DI = PI – Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak
lain, seperti pajak pendapatan.

Berikut ini disajikan contoh soal untuk penghitungan pendapatan nasional :


Perhatikan data keuangan berikut (dalam triliun rupiah)!
 GDP 1500
 Pajak langsung 260
 Pajak tidak langsung 60
 Laba ditahan 200
 Pembayaran transfer 160
 Asuransi sosial 40
 Penyusutan 150
 GNP 1450
Besarnya disposable income (DI) adalah …
Jawab :
NNP = GNP – Penyusutan
= 1450 – 150
= 1300
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
= 1300 – 60
= 1240
PI = NNI + Pembayaran transfer – (Laba ditahan + Asuransi sosial)
= 1240 + 160 – (200 + 40)
= 1160
DI = PI – Pajak langsung
= 1160 – 260
= 900
Jadi, besarnya disposable income (DI) 900 triliun rupiah.

1.6 Kelemahan dan Perbaikan dari Perhitungan Pendapatan Nasional dengan


Memasukkan Isu Lingkungan
Menurut Lipsey dan Steiner (1982), ada 3 aktivitas yang tidak dicantumkan dalam
perhitungan pendapatan nasional, yaitu:
a) Aktivits-aktivitas yang melanggar hukum
b) Aktivitas-aktivitas yang tidak dilaporkan
c) Aktivitas ekonomi yang tidak masuk pasar.
Sehingga GDP tidak dapat dijadikan ukuran tingkat kemakmuran ekonomi masyarakat di
suatu negara, karena beberapa kelemahan dari perhitungan GDP yaitu:

1. GDP mencatat harga barang dan jasa yang dijual melalui pasar, sehingga sering
dinamakan “GDP at market prices”.
2. GDP tidak membedakan komposisi barang dan jasa yang diproduksi, apakah
barang militer, barang kapital, atau barang konsumsi.
3. Perbaikan mutu barang dan menikmati waktu santai yang meningkatkan kualitas
hidup masyarakat tidak tercantum dalam GDP.
4. GDP tidak memperhitungkan pencemaran lingkungan dan udara oleh pabrik yang
dapat menurunkan kualitas hidup masyrakat disekitar pabrik tersebut.
5. GDP tidak mencerminkan pembagian pendapatan yang lebih merata di dalam
masyarakat.

Kemudian dalam banyak kasus pertumbuhan ekonomi berbanding terbalik dengan


kelestarian lingkungan akibat eksploitasi SDA yang berlebihan. Kondisi SDA dan
lingkungan yang rusak tentunya akan menghambat pertumbuhan ekonomi jangka
panjang. Maka dengan kondisi yang seperti ini, lingkungan dan kerusakan lingkungan
perlu dimasukan dalam perhitungan GDP untuk memastikan sinergisme antara
pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Biaya delesi SDA dan degradasi
lingkungan perlu dimasukkan kedalam perhitungan GDP.

Lalu ekonomi konvensional tidak bisa lepas dari tanggung jawab atas kerusakan
lingkungan dan kesengsaraan rakyat akibat pengelolaan ekonomi yang mengejar
pertumbuhan GDP. Gugatan terhadap konsep konvensional perhitungan pendapatan
nasional mulai muncul dalam sebuah konferensi di Jenewa bulan Februari tahun 1983,
lalu semakin galak ketika berlangsung sebuah konferensi lain di Brussels pada awal Juni
1995. Gugutan ini menghasilkan kesepakatan perlunya memasukkan unsur lingkungan ke
dalam perhitungan pendapatan nasional.

Sehingga konsep pendapatan nasional harus di modifikasi dan di koreksi dengan biaya
kerusakan lingkungan hidup. Apabila pendapatan nasional yang dimaksud di hitung
dengan konsep GDP maka konsep GDP itu harus dimodifikasi.
Rumusnya adalah:

Modified GDP = Conventional GDP – Environment Cost

atau

GDPmod = GDP – EC

Biaya kerusakan lingkungan (EC) merupakan nilai ekonomi yang hilang akibat
berkurangnya tingkat kesuburan tanah, keruhnya air sungai sehingga penggunaan jadi
menurun, penipisan cadangan SDA, dan pencemaran lingkungan.

Pada tahun 1993 di kembangkan konsep GDP yang memperhitungkan kondisi SDA dan
lingkungan. Konsep ini di kembangkan oleh Divisi Statistik PBB ( UNSTAT) dalam
handbook System Of National Account ( SNA ) yang mengemplementasikan system for
Integrated Enviromental and Economic Accounting (SEEA) dan perubahan pada
lingkungan GDP (GREEN GDP). GDP Hijau (Green GDP) di hitung dengan
memasukkan biaya deplesi SDA dan degradasi lingkungan dalam perhitungan GDP
Hijau. Deplesi SDA dan degradasi lingkungan akan menjadi pengurang GDP dalam
perhitungan GDP Hijau. Karena itu, pembangunan yang optimal dan berkelanjutan
ditandai dengan GDP yang tinggi serta deplesi SDA dan degradasi lingkungan yang
rendah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-dan-konsep-pendapatan-nasional/

https://mutiaraelsa.wordpress.com/ekonomi-makro/

http://ilmuekonomi123.blogspot.com/2016/03/barang-akhir-barang-modal-dan-barang.html

http://allofky.blogspot.com/2012/07/gdb-teori-ekonomi.html

https://blog.ruangguru.com/pengertian-manfaat-dan-cara-menghitung-pendapatan-nasional

https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-dan-konsep-pendapatan-nasional/

http://arindawita.blogspot.com/2015/03/soal-soal-pendapatan-nasional.html

Anda mungkin juga menyukai