Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS BIAYA MODAL

RPS 12 MANAJEMEN KEUANGAN

Dosen Pengampu :
Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si.

Kelompok 4

1. Anak Agung Putu Rista Andari (1907531006)


2. Ni Made Indah Parama Dewanti (1907531014)
3. Ni Luh Putu Santi Artini (1907531016)
4. Putu Nanda Puspadewi (1907531017)
5. Ni Ketut Ari Widyati (1907531022)
6. Putu Bernika Saraswati (1907531025)
7. Lorita Gwee (1907531026)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Bealakang
Modal sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka melancarkan kegiatan
operasionalnya. Kemudian modal akan membuat peusahaan mampu bertahan bahkan
mampu berkembang menjadi lebih besar. Modal yang dibutuhkan oleh perusahaan
dapat bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun dari luar
perusahaan (eksternal financing). Internal financing yaitu sumber modal yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan, misalnya modal yang berasal dari
keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan dalam perusahaan
(retained earnings). Sedangkan ekternal financing merupakan sumber modal yang
berasal dari tambahan penyertaan modal pemilik atau emisi saham baru, penjualan
obligasi maupun kredit dari bank.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan struktur
modal, yang pertama adalah resiko bisnis perusahaan apabila menggunakan hutang.
Tingkat hutang yang relatif tinggi akan menimbulkan biaya tetap berupa beban
bunga, sehingga akan meningkatkan resiko bisnis perusahaan. Kedua, pajak
perusahaan dimana alasan utama untuk menggunakan hutang adalah karena biaya
bunga dapat mengurangi perhitungan pajak (deductible) sehingga menurunkan biaya
pajak yang sesungguhnya. Ketiga, fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk
menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal dalam keadaan yang kurang
menguntungkan. Modal yang mantap diperlukan untuk mendukung kestabilan
kegiatan operasi perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu biaya modal individu ?
1.2.2 Apa itu biaya modal keseluruhan (WACC) ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui biaya modal individu
1.3.2 Untuk mengetahui biaya modal keseluruhan (WACC)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biaya Modal Individu


A. Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Pendek

Hutang jangka pendek adalah hutang yang diperguakan perusahaan dengan jangka
waktu maksimum 1 (satu) tahun terdiri dari hutang dagang, hutang wesel dan kredit jangka
pendek dari bank. Biaya modal masing-masing diuraikan sebagai berikut:

1. Biaya hutang dagang

Biaya hutang dagang adalah eksplisit. Bila perusahaan kesempatan mendapatkan cash
discount selama setahun maka biaya eksplisitnya dapat dihitung dengan membandingkan
cash discount yang hilang dengan jumlah rata-rata hutang dagang selama setahun.

Contoh

Cash discount yang hilang selama setahun sebesar Rp 5.000.000 dan hutang dagang rata-
rata sebesar Rp 50.000.000 maka biaya hutang dagang yang eksplisit sebelum pajak

5.000.000 / 50.000.000 = 10%

Biaya ini adalah "tax deductible expense" karena bunga modal diperhitungkan sebelum kena
beban pajak, sehingga dengan adanya bunga maka keuntungan yang kena pajak menjadi
lebih kecil.

Biaya penggunaan hutang setelah pajak (after-tax cost of debt) dapat dihitung dengan cara:

Biaya hutang setelah pajak = biaya hutang sebelum pajak x (1 – tingkat pajak)

Misalkan

Tingkat pajak penghasilan 40% maka biaya hutang setelah pajak adalah:

Biaya hutang setelah pajak = 10% x (1-0,4)


= 0,1 x 0,6
= 0,06 (6%)
Perusahaan yang dikelola dengan baik, umumnya membayar hutang dagang dalam periode
discount sehingga tidak memiliki beban eksplisit.

2. Hutang wesel

Hutang wesel mempunyai bunga yang tetap yang dihitung dari harga nominal. Bunga
yang dibayar harus dihubungkan dengan jumlah uang yang diterima atau tersedia secara
efektif untuk digunakan.

3. Kredit jangka pendek

Biasanya bank langsung memotong bunga hutang di muka dari jumlah uang yang
diberikan sehingga penerima kredit penerima jumlah uang yang lebih kecil dari hutang
nominal.

Contoh

Misalnya hutang wesel sebesar Rp 1.000.000 dengan bunga 15% per tahun dengan
umur satu tahun. Kita hanya menerima uang sebesar Rp 850.000 (Rp 1.000.000-150.000),
sehingga tingkat bunga yang sebenarnya sebelum pajak adalah :

150.000 / 850.000 = 17,65%

Bila tingkat pajak sebesar 40% maka biaya setelah pajak adalah:

17,65% x (1-04) = 10,59%

Prinsip ini juga diterapkan dalam menghitung biaya penggunaan hutang dari kredit
jangka pendek yang diberikan oleh bank.

Contoh

Misalnya bank memberikan kredit jangka pendek sebesar Rp 1.000.000 dengan bunga 2%
per bulan selama 8 bulan dengan syarat bahwa jaminan aktiva diasuransikan selama umur
kredit misalnya premi asuransi sebesar Rp 50.000. Jumlah uang yang dibayarkan bank
sebesar Rp 1.000.000 bunga selama 8 bulan + premi asuransi yaitu:

Rp 1.000.000 – (160.000 + 50.000) = Rp 790.000


Beban selama 8 bulan yang sesungguhnya ditanggung adalah Rp 210.000 ( yaitu Rp 160.000
+ Rp 50.000), sehingga biaya penggunaan hutang sebelurm pajak (before-tax cost of debt)
selama 8 bulan adalah :

210.000 / 790.000 x 100% = 26,582%

Biaya kredit sebelum pajak per bulan = 26,582% / 8 = 3,323%

Misalnya pajak 50% maka biaya setelah pajak adalah:

3,323% (1-05) = 1,6615%

B. Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Panjang

Pada umunya bentuk hutang jangka Panjang perusahaan adalah obligasi,


perhitungan biaya obligasi harus memperhitungkan jumlah dana bersih yang diterima
dengan pengeluaran kas karena penggunaan dana tersebut. Dalam menghitung biaya
hutang jangka Panjang dalam bentuk obligasi dapat digunakan cara seperti perhitungan
tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus “ Shortcut” atau dengan
menggunakan pendekatan Presen Value. Contoh :

Obligasi dikeluarkan dengan harga nominal per lembar Rp 10.000 dengan umur 10 tahun.
Hasil penjualan obligasi bersih yang dterima sebesar Rp 9.700. bunga atau kupon obligasi
per tahunnya 4%. Berapakah besarnya biaya obligasi tersebut ?

1. Dengan menggunakan rumus shortcut atau atas dasar kira – kira ( approximate
method ). Ada 4 langkah dalam metode ini diantaranya :
a. Mengadakan estimasi jumlah rata – rata dari dana yang tersedia bagi kita
selama 10 tahun
b. Menghitung biaya rata – rata tahunan dari penggunaan dana tersebut
c. Menghitung persentase biaya rata – rata tahunan dari jumlah data rata – rata
yang tersedia
d. Menyesuaikan biaya obligasi itu berdasarkan setelah pajak

Jawaban :

a. Dana rata – rata yang tersedia yang akan digunakan selama 10 tahun :
= 9. 850

b. Biaya ekstra sebesar Rp 300 ( yaitu selisih antara dana yang diterima dengan jumlah
dana yang harus dibayar setelah 10 tahun ). Bila biaya ekstra tersebar merata 10 tahun

maka biaya ekstra per tahun adalah Rp 300 ) ditambahkan pada bunga yang

setiap tahun selama 10 tahun adalah sebesar Rp 400 ( yaitu 4% x Rp 10.000 ) + Rp 30


( biaya ekstra ) sehingga berjumlah Rp 430
c. Menghitung persentase biaya tahunan rata – rata dari jumlah dana rata – rata yang
tersedia. Biaya bunga sebelum pajak :

d. Biaya obligasi juga dapat dihitung dengan rumus pendapatan obligasi yaitu

= 4,36%
e. Langkah terakhir adalah penyesuaian biaya obligasi dengan pajak. Bila tingkat pajak
sebesar 40% maka biaya setelah pajak :
4,36% ( 1 – 0,4 ) = 2,62%
2. Menggunakan pendekatan Present Value ( PV ) atau Metode Accurate
Metode ini mencari tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari pembayaran
bunga tahunan sebesar Rp 400 + pembayaran akhir sebesar Rp 10.000 sama dengan
nilai sekarang dari penerimaan sebesar Rp 10.000 sama dengan nilai sekarang dari
penerimaan sebesar Rp 9.700 persamaannya adalah :
Gunakan tingkat bunga 4% dan 6% untuk interpolasi, maka :

 Tingkat Bunga 4%
Biaya bunga tahunan selama 10 tahun ( Rp 400 x 8,11 ) Rp 3.244
Pembayaran pokok pada akhir tahun ke 10 ( Rp 10.000 x 0,676 ) Rp 6.760

Rp 10.004

 Tingkat Bunga 6%
Biaya bunga tahunan selama 10 tahun ( Rp 400 x 7,36 ) Rp 2.944
Pembayaran pokok pada akhir tahun ke 10 ( Rp 10.000 x 0,55 ) Rp 5.580
Rp 8.524

Selisih bunga Selisih PV Selisih PV outflows dengan inflows

4% Rp 10.004 Rp 10.004

6% Rp 8.524 Rp 9.700

2% Rp 1.479 Rp 304

Selisih

r = 4% + 0,4% = 4,4%

Biaya obligasi sebelum pajak 4,4%

Biaya obligasi setelah pajak 4,4% ( 1-0,4 ) = 2,64%

C. Biaya Modal yang Berasal dari Saham Preferen

Saham preferen memiliki sifat antara hutang dengan saham biasa, bersifat hutang karena
mengandung kewajiban tetap untuk membayar dividen preferen dan dalam likuidasi
pemegang saham preferen memiliki hak mendahului dibanding saham biasa. Namun
tidak seperti hutang kegagalan membayar dividen preferen tidak mengakibatkan
pembubaran perusahaan. Risiko saham preferen lebih kecil dari hutang tapi lebih besar
dari saham biasa.
Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham preferen dapat dihitung dengan
membagi dividen per lembar saham preferen (Dp) dengan harga penjualan saham
preferen (Pn)

Contoh:
Misalnya perusahaan mengeluarkan saham preferen baru dengan nilai nominal Rp10.000
per lembar dengan deviden sebesar Rp600. Hasil penjualan bersih yang diterima dari
saham preferen tersebut sebesar Rp9.000

Biaya saham preferen sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak sehingga tidak perlu
disesuaikan dengan pajak.

D. Biaya Modal yang Berasal dari Laba Ditahan


Penggunaan laba ditahan juga memiliki biaya, biaya penggunaan dana yang
berasal dari laba yang ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi dalam saham
yang diharapkan diterima oleh para investor atau biayanya sama dengan biaya
penggunaan dana yang berasal dari saham biasa.
Contoh:
Misalnya perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 400 per lembar saham dan
dibayarkan sebagai dividen Rp 200. Hasil netto penjualan saham sebesar Rp 4.000 per
lembarnya. Keuntungan, dividen dan harga saham mempunyai tingkat pertumbuhan
sebesar 5% setahun dan tingkat pertumbuhan diharapkan berlansung terus. Tingkat
pendapatan investasi yang diharapkan dalam saham sebesar:
Karena besarnya biaya laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi saham
maka dalam contoh diatas biaya laba ditahan adalah sebesar 10% sama seperti biaya
saham preferen biaya laba ditahan juga sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak.

E. Biaya Modal yang Berasal dari Emisi Saham Baru


Biaya saham biasa baru adalah lebih tinggi dari biaya penggunaan dana yang berasal dari
laba ditahan karena emisi saham baru dibebani biaya emisi. Biaya saham biasa baru dapat
dihitung dengan cara :

Tingkat Pendapatan Saham yang Diharapkan


1-Persentase Biaya Emisi (Harga Jual Sebelum dikurangi Emisi)
Contoh :
Suatu Perusahaan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga jual per lembar saham
Rp4.000. Biaya emisi per lembar sebesar Rp400 sehingga hasil penjualan netto yang diterima
sebesar Rp 3.600 per lembarnya. Rate of Return atau tingkat pendapatan yang diharapkan dari
investasi saham adalah sebesar 10%. Maka dari contoh tersebut, biaya emisi adalah sebesar :

400
= 10%
4,000
Berdasarkan rumus di atas maka besarnya “cost of new common stock” dapat dihitung sebagai
berikut :

Biaya Saham 10% 10%


= = 11,1%
Baru 1-0,10 0,9
Seperti biaya saham preferen maka biaya saham biasa baru sudah berdasarkan atas dasar
setelah pajak sehingga tidak perlu disesuaikan dengan pajak.

2.2 Biaya Modal Keseluruhan (WACC)


Tingkat biaya modal perusahaan secara keseluruhan adalah tingkat biaya modal yang harus
dihitung oleh perusahaan karena masing-masing biaya modal berbeda-beda. Dari perbedaan
masing-masing biaya modal tersebut mmaka perlu menghitung ‘weighted average’ dari
berbagai sumber.
Penetapan “weighted average” berdasarkan :
1. Jumlah rupiah dari masing-masing komponen struktur modal
2. Proporsi modal dalam struktur modal dinyatakan dalam presentase
Dengan mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masing-masing
komponen modal dapat dihitung besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (weighted
average cost of capital.

Contoh soal :
Sebuah perusahaan yaitu PT. Wisatawan memiliki struktur modal sebagai berikut :
Hutang Jangka Panjang Rp 60.000,00
Saham Preferen Rp 10.000,00
Modal Sendiri Rp 130.000,00
Serta biaya penggunaan dari masing-masing sumber tersebut adalah :
Hutang = 6%
Saham Preferen = 7%
Modal Sendiri = 10%
Pajak = 50%
Hitunglah weighted average cost of capital (WACC) dengan menggunakan
jumlah modal rupiah untuk menetapkan weight!

Jawab :
Menghitung WACC dengan menggunakan jumlah modal rupiah
Menyesuaikan pajak dengan biaya hutang : 6% (1-0,5) = 3%

Maka besarnya biaya modal rata-rata tertimbang dari PT.Wisatawan tersebut adalah sebesar
7,75%. Artinya adalah jika kebutuhan dana perusahaan lebih besar dari keseluruhan dana
baru yang telah ditetapkan maka biaya modal akan meningkat sebesar 7,75%.
DAFTAR PUSTAKA
Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Denpasar : Udayana University
Press.

Anda mungkin juga menyukai