Berapakah nilai PDB Negara Hipotetik jika dihitung dengan tiga pendekatan yang berbeda
dan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menggunakan tiap pendekatan tersebut?
Di bawah pendekatan produksi, PDB mewakili nilai semua barang dan jasa akhir dalam
perekonomian selama periode tertentu. PDB mengecualikan nilai akhir barang perantara.
Itu karena semua nilai tambah selama proses produksi terkandung dalam harga jual barang
jadi. Untuk menghitung PDB, kita dapat menambahkan nilai akhir dari semua barang dan
jasa. Atau, kita menjumlahkan nilai tambah pada setiap tahap proses produksi dan
distribusi. Nilai tambah sama dengan harga output dikurangi biaya input yang dikonsumsi
dalam proses produksi. Adapun PBD dari negara hipotetik berdasarkan tabel diatas
adalah :
Nama Nilai Input Nilai Output Nilai Tambah
Perusahaan Roti 0 50 50
Perusahaan Keju 0 35 35
Perusahaan Pizza 85 200 115
Di bawah pendekatan ini, PDB adalah jumlah uang yang dihabiskan untuk barang dan
jasa akhir. Pembeli berasal dari rumah tangga, bisnis, dan sektor pemerintah. Harap
dicatat, PDB mengukur total barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu ekonomi. Oleh
karena itu, untuk ekonomi terbuka, kita juga harus memasukkan ekspor dan impor. Ekspor
merupakan barang dan jasa domestik yang dikonsumsi oleh orang asing. Sementara itu,
impor merupakan barang dan jasa asing yang dibeli oleh konsumen dalam negeri. GDP
atau PDB memiliki empat komponen dalam perhitungan dengan pendekatan pengeluaran,
yaitu pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran investasi (I), pengeluaran pemerintah (G),
dan ekspor bersih (NX). Karena PDB dapat diartikan sebagai total pengeluaran dalam
perekonomian, maka perhitungan PDB dapat dilakukan mengikuti rumus:
PDB = C + I + G + NX
= 85 + (15 + 20 + 75)
= 195
3. Pendekatan pendapatan
PDB =w+r+S+π
= 480
Dimana w adalah upah, r adalah bunga modal, S adalah sewa, dan phi adalah laba
usaha.
Jawab :
Referensi ESPA4110/MODUL 4
3. Permintaan dan penawaran uang berada dalam posisi keseimbangan (equilibrium) di titik E0
saat ekonomi Indonesia mulai keluar dari resesi. Dengan menggunakan diagram awal berikut,
jelaskan dengan disertai diagram, apa yang akan terjadi terhadap suku bunga (r) jika Bank
Indonesia tetap mempertahankan jumlah uang beredar sebanyak MS0.
Jawab :
Berdasarkan hasil penelitian Perlambang (2012) Konsumsi, suku bunga, kurs, dan
jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Dengan arti kata,
apabila terjadi peningkatan terhadap konsumsi, kurs (terdepresiasi) dan jumlah uang beredar
sedangkan suku bunga turun maka akan berdampak peningkatan inflasi di Indonesia.
Sehingga dapat disimpulkan jika Bank Indonesia terus mempertahankan jumlah uang yang
beredar akan berdampak menurunnya suku bunga yang kemudian mengarah pada terjadinya
inflasi.
Referensi Palembang, Heru. (2010). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga
Sbi, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi: Universitas Trisakti
4. Jelaskan dengan menggunakan diagram hubungan jangka pendek (sort term) antara
pencetakan uang oleh Bank Indonesia (BI) dengan terjadinya inflasi sebagaimana
pemberitaan tersebut di atas!
Jawab :
Mencetak uang berarti meningkatkan Jumlah Uang Beredar (JUB) di dalam
masyarakat. Menurut Mankiw (2003), keeratan hubungan inflasi dengan jumlah uang beredar
tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangka
panjang, bukan dalam jangka pendek. Dengan demikian, hubungan antara pertumbuhan uang
dan inflasi dalam data bulanan tidak akan seerat hubungan keduanya jika dilihat selama
periode 10 tahun. Dalam Nopirin (2014), Bahwa Keynes tidak melihat Jumlah uang beredar
merupakan faktor eksogen dalam kegiatan suatu perekonomian. Menurut Keynes, uang
beredar sebagai faktor yang sangat ditentukan oleh kegiatan ekonomi suatu masyarakat. Jadi
menurut Keynes besarnya angaka pelipat uang dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi.
Artinya apabila kebijakan mencetak uang dilakukan maka JUB yang berada dalam
masyarakat akan tinggi, dan sesuai teori maka tingkat inflasi akan tinggi dikarenakan dalam
masa pandemic ini permintaan akan suatu barang akan melemah dikarenakan konsumsi turun
akibat resesi, produsen pun akan mengalami penurunan produksi maka menurut Afrizal
(2017) akan terjadi Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
produksi.
Hasil penelitian Afrizal (2017) menunjukkan bahwa jumlah uang beredar di Indonesia
tidak berpengaruh terhadap tingkat inflasi, namun tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh
terhadap jumlah uang beredar. Hasil penelitian Perlambang (2012) Konsumsi, suku bunga,
kurs, dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Dengan
arti kata, apabila terjadi peningkatan terhadap konsumsi, kurs (terdepresiasi) dan jumlah uang
beredar sedangkan suku bunga turun maka akan berdampak peningkatan inflasi di Indonesia.
Referensi
Nopirin. (2014). Ekonomi Moneter Buku I, Edisi 1, Cetakan 14. Yogyakarta: Bpfe
Afrizal. (2017). Analisis Kausalitas Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Periode
Tahun 2000.1--2014.4. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan 2017, Vol. 6, No. 3, 236-
250
Samuelson, P. A., & Nordhaus. W. D. (2009). Economics. Nineteenth Edition. New York:
Mcgraw-Hill Irwin.
Palembang, Heru. (2010). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga Sbi, Nilai
Tukar Terhadap Tingkat Inflasi: Universitas Trisakti