A. Mikroekonomi vs Makroekonomi
Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu
perbedaan antara ilmu makroekonomi dengan ilmu mikroekonomi. Mikroekonomi
merupakan ilmu ekonomi yang mempelajari tentang pilihan, keputusan dan interaksi
antara pilihan dan keputusan agen-agen perekonomian. Sedangkan Makroekonomi
merupakan ilmu ekonomi yang mempelajari perekonomian Negara dan perekonomian
global secara menyeluruh. Untuk mengerti perekonomian suatu Negara kita harus
mengetahui peran dan target otoritas kebijakan fiskal dan moneter setiap Negara. Disini
saya mengambil contoh Negara Indonesia dimana pemerintah sebagai otoritas
kebijakan fiskal bertujuan untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan tingkat pengangguran yang rendah. Sedangkan peran bank sentralnya yakni
Bank Indonesia sebagai otoritas kebijakan moneter adalah untuk menjaga kestabilan
nilai rupiah sesuai dengan pasal 7 UU no. 3 tahun 2004. Dimana kestabilan nilai tukar
rupiah ini tercermin dalam pada nilai inflasi dan nilai tukar (Rupiah). Secara umum
terdapat tiga variabel yang menjadi isu utama dalam perdebatan para ekonom
makroekonomi dunia, yaitu;
1. Output Agregat
2. Inflasi
3. Pengangguran
2. Output Agregat
Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan jasa yang diproduksi
pada suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Output agregat memcerminkan
kekayaan Negara dalam jangka waktu tertentu. Dengan menggunakan logika model
circular flow, output agregat atau jumlah barang yang diproduksi memiliki nilai yang
sama dengan balas jasa yang diterima oleh pihak yang memproduksi atau pendapatan
nasional. Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam
pembanding tingkat kesejahteraan antar Negara. Agar memiliki tingkat akurasi ukuran
kesejahteraan yang baik biasanya Pendapatan Nasional ini dibagi dengan tingkat
populasi sehingga nantinya didapatkan variabel Pendapatan Perkapita. Pendapatan
Nasional dapat dihitung dengan mencari nilai Gross Domestic Product (GDP) atau
produk domestik bruto. Terdapat tiga pendekatan dalam menghitung nilai GDP:
1. Pendekatan Produksi
2. Pendekatan Pendapatan
3. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan Produksi
Pendekatan Produksi menghitung jumlah seluruh produksi barang dan jasa final oleh
suatu Negara selama satu tahun. Rumus matematis pendekatan ini:
Y=Σ𝑃1𝑄1
Pendekatan Pendapatan
Pendekatan Pendapatan menghitung output berdasarkan jumlah seluruh pendapatan
(balas jasa) yang dterima seluruh faktor produksi dalam waktu satu tahun. Balas jasa
yang diterima faktor produksi dapat berupa:
1. Upah, untuk tenaga kerja yang merupakan balas jasa yang dominan dalam
perekonomian.
2. Bunga, merupakan balas jasa untuk modal
3. Sewa, merupakan balas jasa untuk sumber daya alam yang digunakan
4. Profit, balas jasa untuk keterampilan pengusahaan atau entrepreuner
Pendekatan ini memiliki kelemahan pada validitas data pendapatan yang diterima
faktor produksi, terdapat keengganan responden dalam memberitahukan jumlah
pendapatan yang diterimanya, misalnya karena alasan penghindaran atau
meminimumkan pungutan pajak, dll.
Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan Pengeluaran menghitung output berdasarkan jumlah pengeluaran seluruh
sektor dalam perekonomian. Logika dari pendekatan ini berdasarkan analisa bahwa
pengeluaran suatu pihak merupakan pendapatan bagi pihak lain. Rumus matematis
pendekatan ini:
Y = C + I + G + (X-M)
Dimana: Y = pendapatan nasional
C = konsumsi rumah tangga dan swasta
I = pengeluaran investasi
G = pengeluaran yang dilakukan pemerintah
X = pendapatan ekspor
M = pengeluaran impor
Kelemahan dalam perhitungan pendapatan nasional
Terdapat beberapa output yang tidak dimasukan dalam perhitungan, misalnya
underground economy karena bersifat illegal, output industri kecil rumah tangga, dll.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP. Pertumbuhan ekonomi
yang positif menandakan perekonomian dalam keadaan ekspansif, sedangkan
pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian dalam keadaan resesi.
Secara matematis rumus pertumbuhan ekonomi:
4. Inflasi
Mishkin (2002) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat harga yang kontinyu
dan terus menerus, memepengaruhi individu-individu, bisnis, dan pemerintah. Secara
umum inflasi dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian. Inflasi inti (Core Inflation)
adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi
inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan
berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen dan
persistent. Inflasi Administered (Administered Price) adalah inflasi barang atau jasa
yang perkembangan harganya secara umum diatur
pemerintah. Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price) adalah inflasi barang atau jasa
yang perkembangan harganya sangat bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks
yang bersifat temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan
gangguan distribusi. Terdapat dua alasan kenapa ekonom peduli terhadap inflasi:
1. Inflasi dapat memicu distrosi yang lain.
2. Selama periode inflasi, tidak semua harga barang dan upah naik secara proposional,
inflasi mempengaruhi distribusi pendapatan.
GDP deflator adalah rasio antara GDP nominal dengan GDP real dari tahun tersebut.
Rumus matematis GDP deflator:
GDP deflator = 𝐺𝐷𝑃 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙𝐺𝐷𝑃 𝑟𝑒𝑎𝑙 = Σ𝑃1𝑄1Σ𝑃0𝑄1
5. Indeks Harga
Keterangan
% kenaikan = (P1-Po)/Po
Tertimbang = bobot x kenaikan
Inflasi = jumlah tertimbang
6. Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak bekerja, padahal ia masuk
kedalam angkatan kerja dan memang mencari pekerjaan. Secara umum terdapat tiga
jenis pengangguran: Pengangguran cyclical adalah pengangguran yang terjadi akibat
perekonomian yang mengalami resesi sehingga output berada dibawah level full
A. Kebijaksanaan Fiskal
Tiga Fungsi Kebijaksanaan Anggaran Belanja Negara
1.Fungsi alokasi : mengalokasikan faktor-faktor produksi yg tersedia di dalam
masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat akan barang publik
cukup terpenuhi.
2. Fungsi distribusi : terselenggaranya pembagian pendapatan nasional yang adil.
3.Fungsi stabilisasi : terpeliharanya tingkat kesempatan kerja yang tinggi,tingkat harga
yang relatif stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai
Soal
Diketahui :
a. Fungsi konsumsi : C = 0,75Yd + 20 m.rp
b. Tranfer pemerintah : Tr = 40 m.rp
c. Pajak : Tx = 20 m.rp
Carilah dan gambarlah :
1) Fungsi konsumsi sebelum adanya TR dan TX
2) Fungsi konsumsi sesudah adanya Tr dan sebelum Tx
3) Fungsi konsumsi setelah adanya Tx dan sebelum Tr.
4) Fungsi konsumsi setelah adanya Tr dan Tx.
5) Fungsi saving setelah adanta Tr dan Tx
Jawab
a. Fungsi konsumsi sebelum adanya Tr dan Tx
C = 0,75Yd + 20
= 0,75 ( Y + Tr –Tx) + 20
= 0,75 (Y + 0 - 0 ) + 20
= 0,75Y + 20 m.rp
b. Fungsi konsumsi sesudah Tr = 40 m.rp
C= 0,75 (Y + Tr – Tx) + 20
= 0,75 ( Y + 40 - 0 ) + 20
= 0,75Y + 30 – 0 + 20
= 0,75Y + 50 m.rp
c. Fungsi konsumsi sesudah adanya pajak Tx = 20
C = 0,75 ( Y + 0 – 20) + 20
= 0,75Y + 0 – 15 + 20
= 0,75Y + 5 m.rp
d. Fungsi konsumsi sesudah Tr =40 dan Tx = 20
C = 0,75 (Y + 40 – 20) + 20
= 0,75Y + 15 + 20
= 0,75Y + 35
e. Fungsi saving setelah adanya TR = 40 dan Tx = 20
S = (1-c) ( Y + Tr - Tx) –a
= ( 1 – 0,75) ( Y + 40 – 20 ) – 20
TEORI EKONOMI MAKRO 2 7
= 0,25 ( Y +20 ) -20
= 0,25Y + 5 – 20
= 0,25Y - 15
C. Perubahan jumlah konsumsi dan saving sebagai akibat adanya perubahan pajak
(Tx) dan Transfer Paymen (Tr)
1 ) Perubahan konsumsi akibat perubahan pajak : C = - c Tx
2) Perubahan saving akibat perubahan pajak : s = (1-c) (- Tx)
3) Perubahan konsumsi akibat perubahan Tr : C = c Tr
4)Perubahan saving akibat perubahan Tr : S = (1-c) Tr
5) Perubahan konsumsi akibat perubahan Tr dan Tx : C = c ( Tr - Tx)
6) P erubahan saving akibat perubahan Tr dan Tx
S = (1-c) ( Tr - Tx)
Aplikasi
a. Fungsi konsumsi : C = 0,75Yd + 20
b. Transfer Pemerintah = Tr = 40 mrp
c. Pajak = Tx = 20 m.rp
Soal
1. Carilah jumlah konsumsi dan jumlah saving sebelum adanya tranfer pemerintah
dan sebelum adanya pajak pada tingkat pendapatan sebesar Rp100 m
2. Carilah jumlah komsumsi dan jumlah saving sesudah adanya Tr , akan tetapi
sebelum adanya pajak pada tingkat pendapatan sebesar Rp. 100 m
3. Carilah jumlah konsumsi dan jumlah saving sesudah adanya pajak akan tetapi
sebelum adanya transfer pemerintah pada tingkat pendapatan sebesar RP. 100 M
4. Carilah jumlah konsumsi dan jumlah saving sesudah adanya transfer pemerintah
dan sesudah adanya pajak pada tingkat pendapatan sebesar 100 m.rp
Jawaban
a. Y = 100 ; Tr = 0 dan Tx = 0
C = 0,75Yd + 20
= 0,75 ( 100 +0 - 0 ) + 20
= 95 m.rp
S = Yd – C
= ( 100 + 0 – 0 ) – 95
= 5 m.rp.
c. Jumlah konsumsi dan jumlah saving , Y = 100:
b. Jumlah konsumsi dan saving pada Y = 100: Tr 40; Tx = 0
Tr
C1 = 0 dan
= C0 + CTx = C0= +20
c Tr
C1==C0 95 ++0,75CX 40= C0 – c Tx
= 125 m.rp
S1 =
= S095+ – 0,75
S = S0 X+ (20
1 – c ) Tr
==580
+ ( 1m.rp
– 0,75) X 40
= 5 + 10 = 15 m.rp
S = S0 + S = So + (1 – c ) (- Tx)
= 5 + (1 – 0,75) ( - 20)
=5–5=0
Formula
∆Y 1
K 1= = −C
∆I 1
Dimana k1 = angka pengganda investasi
c = marginal propensity to consume
FORMULA : kB = Y =1
G = Tx
Diketahui
Periode sebelum tahun 19971
a. Besar investasi : I = 40 m.rp pertahun
b. Konsumsi pemerintah : 60 m,rp pertahun
c. Transfer pemerintah : Tr = 40 m.rp. Pertahun
d. Pajak : Tx = 20 m.rp prertahun
Periode sesudah tahun 1971
a. Besar investasi : I = 50 m.rp pertahun
b. Konsumsi pemerintah : 60 m,rp pertahun
c. Transfer pemerintah : Tr = 60 m.rp. Pertahun
d. Pajak : Tx = 40 m.rp prertahun
Fungsi konsumsi
C per tahun = 0,75Yd + 20 m.rp
jawab
Pajak Pertahun
Taxable income livel = Yt > Y2
Tingkat pendapatan yang cukup besar dikenai
pajak pendapatan
Tx Tx
=h
Y
Y
Y b
a Y2 Y tahun
t Y3
TEORI EKONOMI MAKRO 2 12
Fungsi konsumsi dan fungsi saving
Bentuk konsumsi baru dengan adanya pajak C = a + cY + cTr – ct – chY
Aplikasi
Diketahui
a. fungsi konsumsi : C pertahun = 0,75Yd + 20 m.rp
b. Fungsi pajak : Tx pertahun = 0,2Y – 20
c. Transfer pemerintah : Tr pertahun : Tr = 40 m.rp
Soal
a. Berdasarkan data di atas, carilah persamaan garis konsumsi yg merupakan
fungsi pendapatan nasional
b. Carilah fungsi saving
c. Gambarlah grafiknya
Jawaban
Fungsi konsumsi
C = a + cY + cTr – ct – chY
= 20 + 0,75Y + 0,75 ( 40) – 0,75 (-20) – 0,75 (0,2)Y
= 20 + 0,75Y + 30 + 15 – 0,15Y
C pertahun : 0,60Y + 65 m.rp
Fungsi saving
S = ( 1 – h – c + chY + (1-c) (Tr – t) – a
S = ( 1 – 0,2 – 0,75 + (0,75x 0,2) Y + (1-0,75) (40 + 20) – 20
S = ( 0,05 + 0,15)Y + 0,25(60) – 20
S pertahun = 0,2Y – 5 m.rp
Y = a + I + G + cTr – ct
1 – c + ch
Soal
Jawab
= a – ct + cTr + I + G
1 – c + ch
= 20 – 0,75 (-20) + 0,75 (40) + 40 + 60
1 - 0,75 +0,75 (0,2 )
Pajak
= 412,5
ekuilibrium
Tx = 0,2Y -20
= 0,2 ( 412,5) – 20
= 62,5
Konsumsi ekuilibrium
C = 0,75Yd + 20
= 0,75 ( 412,5 – 62,5 + 40) + 20
= 312,5
Saving ekuilibrium
S = Yd – C
= (412,5 – 62,5 + 40 ) – 312,5
= 77,5
Aplikasi
Diketahui
a.Fungsi konsumsi : C pertahun = 0,75Yd + 20 m,rp
b. Fungsi pajak :Tx pertahun = 0,2Y – 20
c. Transfer pemerintah : Tr = 40
d. Pengeluaran konsumsi pemerintah : G = 60 m.rp
e. Investasi : I = 40 m.rp
Soal
Kalau pemerintah menginginkan pendapatan nasional ekuilibrium pada tingkat
pendapatan nasional setinggi 300 milyar rupiah pertahun:
a. dengan hanya merubah besarnya transfer pemerintah, dengan jumlah berapakah
besarnya transfer pemerintah tersebut, harus diperbesar / diperkecil
b. Dengan hanya merubah besarnya pengeluaran konsumsi pemerintah , dengan jumlah
berapakah pengeluaran pemerintah tersebut harus diperbesar / diperkecil
Jawaban
1,875 Tr = - 112,5
Tr = - 60
Dalam sejarah perekonomian ada dua pola kebijaksanaan ekonomi yang mendasar
a. Kebijaksanaan fiskal pembangunan masa pemerintahan Orde Lama
b. Kebijaksanaan fiskal pembangunan masa orde baru
Aplikasi
Diketahui
a. Fungsi konsumsi C pertahun = 0,75Yd + 20
b. Fungsi pajak , Tx pertahun = 0,2Y – 30
c. Investasi pertahun , I = 40
Berdasarkan data di atas hitunglah
a. Besarnya pendapatan nasional ekuilibrium
b. Besarnya pajak yg dipungut pemerintah dalam keadaan ekuilibrium
c. Besarnya konsumsi ekuilibrium
d. Besarnya saving ekuilibrium
e. Besarnya pengeluaran pemerintah ekuilibrium
Memberikan gambaran aliran keuangan suatu negara baik keluar negeri atau
kedalam negeri.
1. Transaksi Debit
Terjadi apabila sebuah transaksi menciptakan atau mengakibatkan
bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara NPI untuk membayar penduduk
negara lain atau berkurangnya hak penduduk negara NPI untuk menerima
pembayaran dari negara lain. Dalam NPI pos- pos yang berisikan transaksi debit
biasanya ditandai dengan tanda minus.( misal transaksi import)
2. Transaksi Kredit
Sebuah transaksi yang mengakibatkan bertambahnya hak bagi penduduk negara
NPI untuk menerima pembayaran dari negara lain atau mengakibatkan
berkurangnya kewajiban penduduk negara NPI untuk mengadakan pembayaran
kepada penduduk negara lain ( misalnya transaksi eksport)
Y = C+I+G
Konsum si (m $)
C+I+G
C+I
G
C
I
3000
45 o
3000
GDP (m $)
Disposable Total
Income Spending
GDP Pajak
Tendensi
C I G
Output
(Y) (T) (Yd) = Y - T C+I+G
Keseimbangan Pendapatan
•Secara Matematis:
•Jika pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah pajak lump sum (lump sum tax)
yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan.
Y=C+I+G
C = a+ cYd
Yd= a + Tr –Tx
Y = a + cTr –cTx + I + G = 1/ (1-c) (a + cTr –cTx + I + G )
1-c
S + Tx = G +I + Tr
Y = a + cTr –cTx + I + G = 1/(1-c) (a + cTr –cTx + I + G )
1-c
Aplikasi
Diketahui
a. Fungsi konsumsi : C = o,75Yd + 20
b. Investasi : I = 40 m.rp
c. Pajak : Tx = 20 m.rp
d. Konsumsi pemerintah : G = 60 m.rp
e. Transfer Pemerintah : Tr = 40
Berdasarkan data di atas hitunglah besarnya pendapatan nasional ekuilibrium.
Konsumsi ekuilibrium dan saving ekuilibrium
Jika pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah pajak sebagai fungsi dari pendapatan:
T = T0 + tY
• Y=C+I+G
• Y = C0 + bYd + I + G
• Y = C0 + b(Y – T0 – tY) + I + G
• Y = C0 + bY – bT0 – btY + I + G
• Y = 1/(1-b+bt) (C0 – bT0 + I + G)
• I + G = S + Tx
• I + G = - C0 + (1 – b)Yd + (T0 + tY)
• I + G = - C0 + (1 – b)(Y – T0 – tY) + (T0 + tY)
• I + G = - C0 + (1 – b)Y – (1 – b)T0 – (1 – b)tY + (T0 + tY)
• I + G = - C0 + (1 – b)Y + bT0 + btY
• Y = 1/(1-b+bt) (C0 – bT0 + I + G)
Contoh (1):
C = 250 + 0,8Yd T = 50 I = 100
G = 50
Y ekuilibrium?
Y = 1/(1-b+bt) (Co – bTo + I + G)
d. Pendapatan Modal
Nilai pendapatn modal mempunyai saldo debit mempunyai makna bahwa nilai
total modal asing, yg sebagaian berbentuk penanaman modal langsung dan
sebagaian lainya berbentuk kredit jangka panjang dan jangka pendek yg tertanam
dalam perekonomian kita lebih besar dari pada jumlah piutang dan kekayan
penduduk dalam negeri. Negara yg mempunyai saldo dibet disebut sebagai negara
debitur.
e. Investasi
Pos ini mencakup semua transaksi penanaman modal luar negeri , dalam penanaman
modal ini akan memperolah pendapatan modal dlm bentuk bunga, laba atau
deviden.
Apabila neraca investasi mempunyai saldo dibet dikatakan adanya aliran modal
ke luar negeri atau capital outflow.
Apabila saldo neraca investasi bertanda plus atau kredit , dikatakan terjadi aliran
modal masuk atau capital inflow.
f. Sektor Moneter
Mencatan perubahan-perubahan yang terjadi pada likuiditas luar negeri
perekonomian negara bersangkutan. Apabila saldo dibet yang tergolong sektor-
sektor moneter menunjukkan adanya peningkatan likuiditas. Sebaliknya
mempunyai tanda positip menunjukkan penurunan tingkat likuiditas perekonomian
negara NPI.
Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dibeli oleh
penduduk negara lain.
Impor adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri dan dikonsumsi di dalam
negeri.
Ekspor netto (NX) = ekspor (X) – Impor (M)
Jika positip à net foreign investment
Jika negatip à net foreign borrowing
Ekspansi
Kontraksi
Depresi
waktu
E. Deflationary
&
Inflationary Gap
E. Inflationary Gap terjadi jika output aktual meningkat melebihi output
potensialnya yang akan berdampak pada meningkatnya inflasi (harga-harga
secara umum)
F. Deflationary Gap terjadi jika output aktual berada di bawah output
potensialnya yang akan berdampak pada meningkatnya pengangguran
(kesempatan kerja berkurang)
GDP aktual/potensial
GDP Aktual
Inflationary Gap
GDP Potensial
Fungsi konsumsi
Deflationary Gap
waktu
C+I+G+X-M*
Konsumsi (m $)
Inflationary Gap
C+I+G+X-M
Deflationary Gap
C+I+G+X-M*
45 o
TEORI EKONOMI MAKRO 2 GDP
25 (m $) Keterangan:
C+I+G+X-M* = GDP Potensial
C+I+G+X-M = GDP aktual
F. Pendapatan Nasional Ekuilibrium
Y = C+ I + X– M
Y=C+S
C+S=C+I+X–M
S + M = I + X ( syarat ekuilibrium)
S = So + sY
M = Mo + mY
Y = I + X – So – Mo
s+m
Keterangan
So = besarnya saving pada tingkat pendapatan sebesar nol. So disini
menggantikan –a pada persamaan yang berisi S= -a + (1-c)Y
s = marginal propensity to save
Mo = besarnya impor pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol
m = marginal propensity to impor M
Y
AD AD AD
Y Y Y Y Y Y
AD AD AD
Y Y Y Y Y Y
Chapter Nine 8
P LRAS
Jangka panjang
SRAS
Jangka pendek
AD
Y Y
Chapter Nine 9
B. Permintaan Agregat
Permintaan Agregat (Aggregate demand, AD) adalah hubungan antara jumlah
output diminta dan tingkat harga agregat. Ini menyatakan jumlah barang dan jasa
yang orang ingin beli pada tiap tingkat harga tertentu. Ingat Teori Kuantitas Uang
(MV=PY), di mana M adalah jumlah uang beredar, V adalah perputaran uang, P
adalah tingkat harga, dan Y adalah jumlah output. Tidak realistis, namun asumsi
yang memudahkan yaitu perputaran uang adalah konstan. Juga, ketika memahami
persamaan ini, ingat persamaan kuantitas dapat ditulis ulang dalam istilah
penawaran dan permintaan untuk keseimbangan uang riil : M/P = (M/P)d = kY, di
mana k = 1/V adalah parameter penentu berapa banyak uang orang ingin pegang
untuk tiap dolar pendapatan. Persamaan ini menyatakan bahwa penawaran
keseimbangan uang M/P sama dengan permintaan dan bahwa permintaan adalah
diminta Y.
Seiring tingkat harga menurun, kita
bergerak ke bawah sepanjang kurva AD.
Tiap perubahan pada M atau V akan
menggeser kurva AD.
Ingat permintaan output riil bervariasi
berbanding terbalik dengan tingkat
AD harga.
Output (Y) Y = MV/P
Chapter Nine 11
Output (Y)
Chapter Nine 14
Output (Y)
Chapter Nine 15
C. Penawaran Agregat
Penawaran Agregat (Aggregate Supply, AS) adalah hubungan antara jumlah barang
dan jasa yang ditawarkan dan tingkat harga. Karena perusahaan yang menawarkan
barang dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tapi harga kaku
Y Y
Kurva penawaran agregat-vertikal memenuhi dikotomi klasik,
karena menunjukkan tingkat
Chapter Nine
Y=F
output(K, L)
tak tergantung jumlah uang
20
beredar. Tingkat output jangka-panjang ini, Y, disebut kesempatan
kerja penuh (full-employment) atau tingkat output alami (natural).
Ini adalah tingkat output di mana sumber-sumber daya perekonomian
dikaryakan sepenuhnya, atau lebih realistis, di mana pengangguran
P berada pada tingkat wajarnya.
P LRAS
SRAS
AD
Y Y
Y = F (K,L)
Penurunan
Dalam jangka panjang, Permintaan
perekonomian Agregat
ada pada perpotongan kurva
penawaran agregat jangka-panjang dan kurva permintaan agregat. Karena
harga-harga telah disesuaikan LRAS ini, SRAS memotong titik ini
P pada tingkat
pula.Chapter Nine 23
SRAS
B A
5.Penurunan
Permintaan AD
C AD'
Agregat
Y Y
Perekonomian mulai pada ekuilibrium jangka-panjang di titik A. Maka,
penurunan permintaan agregat, mungkin disebabkan penurunan jumlah
uang beredar
TEORI EKONOMI MAKRO 2 M, menggeser perekonomian
35 dari titik A ke titik B, di mana
output di bawah tingkat alaminya. Seiring harga turun, perekonomian
pulih dari resesi, bergerak dari titik B ke titik C.
Chapter Nine 24
D. Kebijakan Stabilisasi
Perubahan eksogen pada penawaran atau permintaan agregat disebut guncangan
(shocks). Guncangan yang mempengaruhi penawaran agregat disebut guncangan
penawaran (supply shock). Guncangan yang mempengaruhi permintaan agregat
disebut guncangan permintaan (demand shock). Guncangan-guncangan ini yang
mengganggu perekono-mian mendorong output dan pengangguran menjauh dari
tingkat alamin
Satu tujuan dari model penawaran/permintaan agregat adalah untuk mem-bantu
menjelaskan bagaimana guncangan menyebabkan fluktuasi ekonomi.Ekonom
memakai istilah kebijakan stabilisasi (stabilization policy), merujuk pada aksi
kebijakan yang diambil untuk mengurangi tekanan fluktuasi ekonomi jangka
pendek. Kebijakan stabilisasi mencoba memper-kecil siklus bisnis dengan menahan
output dan kesempatan kerja sedekat mungkin dengan tingkat alaminya. Model
pada bab ini adalah versi lebih sederhana dari model yang akan kita lihat pada bab-
bab berikutnya.
P LRAS
C
B SRAS
A AD'
AD
Y Y
Perekonomian mulai dalam ekuilibrium jangka-panjang di titik A.
Kenaikan permintaan agregat, akibat peningkatan perputaran uang,
menggerakkan perekonomian dari titik A ke titik B, di mana output di atas
tingkat alaminya. Seiring harga naik, output berangsur-angsur kembali ke
tingkat alaminya, dan perekonomian bergerak dari titik B ke titik C.
Chapter Nine 26
P LRAS
B SRAS'
SRAS
A
AD
Y Y
Guncangan penawaran yang memperburuk meningkatkan biaya dan harga.
Jika AD dipertahankan konstan, perekonomian bergerak dari titik A ke
titik B, mengarah pada stagflasi—kombinasi kenaikan harga dan
penurunan tingkat output. Akhirnya, seiring harga turun, perekonomian
kembali ke tingkat alami pada titik A.
Chapter Nine 27
P LRAS
B SRAS'
SRAS
A AD'
AD
Y Y
Asumsi ada dua tipe perusahaan. Sebagian punya harga kaku : mereka
selalu menetapkan harga mereka menurut persamaan ini. Lainnya punya
harga kaku : mereka mengumumkan harga berdasarkan kondisi perekono-
mian yang mereka harapkan. Perusahaan ini menetapkan harga menurut :
p = Pe + a(Ye - Ye),
Di mana superscript “e” mewakili nilai variabel yang diharapkan. Untuk
kesederhanaan, asumsi perusahaan ini mengharapkan output pada tingkat
alaminya, jadi a(Ye - Ye), hilang. Maka perusahaan ini menetapkan harga
p = Pe. Yakni, perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga mereka
berdasarkan apa yang mereka harapkan perusahaan lain tetapkan.
Kita gunakan aturan penetapan harga dua kelompok perusahaan untuk
menderivasi persamaan penawaran agregat. Untuk itu,kita temukan tingkat
harga keseluruhan perekonomian sebagai rata-rata tertimbang dari harga
yang ditetapkan dua kelompok. Tingkat harga keseluruhan adalah :
P = Pe + [(1-s)a/s](Y-Y)]
W/P = w ´ (Pe/P)
Upah Riil=Upah Riil Target´(Tingkat Harga Harapan/Tingkat Harga Aktual)
Persamaan ini menunjukkan upah riil menyimpang dari targetnya jika tingkat
harga aktual beda dari tingkat harga diharapkan. Ketika tingkat harga aktual
lebih besar dari yang diharapkan, upah riil kurang dari targetnya; ketika tingkat
harga aktual lebih kecil dari yang diharapkan, upah riil lebih besar dari
targetnya.
Asumsi akhir model upah-kaku adalah kesempatan kerja ditentukan jumlah
tenaga kerja yang perusahaan minta. Dengan kata lain, tawar-menawar antara
pekerja dan perusahaan tidak menentukan tingkat kesempatan kerja selanjutnya;
Y = F(L)
L = Ld (W/P)
Tenaga Kerja, L Tenaga Kerja, L
P = Pe + [(1-s)a/s](Y-Y)]
Dua bagian dalam persamaan ini dijelaskan sebagai berikut :
1)Bila mengharapkan tingkat harga tinggi, perusahaan mengharap biaya yang
tinggi. Perusahaan yang menetapkan harga sebelumnya itu membuat harga
tinggi. Harga tinggi ini menyebabkan perusahaan harga yang juga tinggi. Jadi,
Y = Y + a (P-Pe)
SRAS (Pe=P2)
P LRAS* Mulai pada titik A; perekonomian dengan kesempatan kerja
e
SRAS (P =P0)penuh Y dan tingkat harga aktual P0. Di sini tingkat harga
P2 B aktual sama dengan tingkat harga diharapkan. Sekarang mari
kita anggap kita tingkatkan tingkat harga ke P1.
P1 A' Karena P (tingkat harga aktual) sekarang lebih besar dari Pe
P0 A (tingkat harga diharapkan). Y akan naik ke atas tingkat alaminya,
AD' dan kita bergerak sepanjang kurva SRAS (P =P0) ke A' .
e
yang menyatakan inflasi bergantung pada inflasi masa lalu, pengangguran siklis,
dan guncangan penawaran. Ketika kurva Phillips ditulis dalam bentuk ini, ini
kadang disebut Non-Accelerating Inflation Rate of Unemployment, atau NAIRU.
Simbol p-1 berarti inflasi memiliki inersia—terus bergerak sampai sesuatu
menghentikannya. Pada model AD/AS, inersia inflasi diinterpretasikan sebagai