Ekonomi makro lahir dari depresi besar dunia yang terjadi pada tahun 1930an di negara-negara maju dan meluas ke seluruh dunia. Sejak itu, ilmu ekonomi makro menjadi berkembang dan berubah atas memecahkan permasalahan ekonomi. Pembahasan utama dari ekonomi makro sendiri adalah inflasi, pertumbuhan output, dan pengangguran. Sejak lama, pembuat kebijakan pemerintah pasti menginginkan inflasi yang rendah. Inflasi terdapat tiga jenis: creeping inflation (bersifat ringan sekitar 0-10%), galloping inflation (bersifat sedang dan jika tidak diatasi akan terjadi ketidakstabilan ekonomi), dan terakhir hyperinflation (sudah tidak dapat dikendalikan karena tingginya harga dan rendahnya daya beli masyarakat). Output agregat merupakan ukuran utama kinerja perekonomian dimana jumlah total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian selama satu periode tertentu. Saat output agregat mengalami resesi, barang dan jasa akan berkurang sehingga standar hidup rata-rata mengalami penurunan. Jika tingkat pertumbuhan output lebih besar daripada tingkat pertumbuhan penduduk, terdapat kenaikan terkait barang dan jasa yang diproduksi tiap orang, sehingga secara rata-rata orang akan menjadi lebih makmur. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak memiliki/mendapat pekerjaan. Terdapat beberapa perusahaan dapat bangkrut yang dapat menyebabkan para karyawannya umumnya susah mendapatkan pekerjaan yang baru dan mereka akan menjadi pengangguran. Terjadinya pengangguran melibatkan pasar tenaga kerja agregat tidak berada dalam keseimbangan. Pendapatan nasional merupakan seluruh jumlah pendapatan yang didapat oleh semua pelaku ekonomi yang tinggal di sebuah negara dalam kurun waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional: permintaan dan penawaran, investasi konsumsi dan tabungan. Terdapat juga konsep pendapatan nasional yang meliputi: Gross Domestic Product Gross National Product Net National Product Net National Income Personal Income Disposable Income Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dan barang yang diproduksi di masa lalu tidak termasuk ke dalam GDP. Ada tiga pendekatan dalam perhitungan GDP 1. Pendekatan produksi: berdasarkan dari jumlah nilai (P (harga) × Q (barang dan jasa)). Kelemahan penghitungan ini adalah sering terjadinya penghitungan ganda yang terjadi karena beberapa input suatu usaha menjadi input usaha lain. Untuk itu dapat dihindari dengan dua cara, yaitu menghitung nilai akhir (final goods) atau menghitung nilai tambah (value added). 2. Pendekatan Pendapatan: terdapat empat komponen, yaitu pendapatan nasional, depresiasi (penurunan nilai modal dari waktu ke waktu karena proses timbulnya biaya penyusutan), pajak tidak langsung dikurangi subsidi (pajak penjualan, bea cukai, dan biaya lisensi) (subsidi: pembayaran yang dilakukan pemerintah tanpa mendapatkan imbalan jasa maupun barang), dan pembayaran faktor bersih (neto) kepada luar negeri (pembayaran atas pendapatan faktor produksi untuk luar negeri - penerimaan pendapatan faktor produksi dari luar negeri). 3. Pendekatan pengeluaran: penghitungan dengan menjumlahkan pengeluaran dari sektor rumah tangga berupa untuk konsumsi rumah tangga, pengeluaran sektor perusahaan berupa investasi, pengeluaran sektor pemerintah berupa belanja pemerintah dan pengeluaran sektor luar negeri berupa ekspor neto (nilai ekspor - impor).
GDP = C + I + G + (X – M)
Perhitungan biaya hidup merupakan mengorbankan nilai ekuivalen kas untuk
mendapatkan barang atau jasa yang dapat memberikan manfaat di masa kini maupun masa depan. Indeks harga konsumen (CPI) adalah suatu pengukuran mengenai keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Perhitungan CPI ini selalu digunakan dalam menghitung laju inflasi. Dalam hal ini laju inflasi merupakan perubahan persentase dalam indeks harga konsumen dari periode waktu sebelumnya. Dirumuskannya indeks harga konsumen bertujuan untuk mengukur perubahan – perubahan biaya hidup. Namun, CPI bukanlah ukuran biaya hidup yang sempurna, karena didalamnya terdapat masalah – masalah pokok yang sulit untuk diatasi seperti bias substitusi (konsumen akan mensubstitusi belanjaan mereka ke barang atau jasa yang memiliki harga lebih murah), munculnya barang – barang baru (banyaknya pilihan yang ada akan membuat uang lebih bernilai yang membuat konsumen mengeluarkan sedikit uang untuk membeli), perubahan kualitas yang tidak terukur (jika kualitas suatu barang menurun, nilai uang pun akan menurun begitu juga sebaliknya). Pemerintah bisa melakukan banyak hal untuk meningkatkan produktivitas dan standar hidup seperti mendorong tabungan dan investasi dalam negeri maupun dari luar negeri, mendorong pendidikan dan pelatihan, mempromosikan perdagangan bebas dan penelitian serta pengembangan, dll.
2. Perbedaan antara makroekonomi dan mikroekonomi
Ekonomi mikro adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku konsumen dan perusahaan. Mikroekonomi biasanya menganalisis tingkah laku dan interaksi individu yang terlibat dalam pasar (konsumen, produsen, distributor). Sedangkan ekonomi makro adalah ilmu yang mempelajari bagaimana keseluruhaan perekonomian, analisis makroekonomi biasanya berupa tingkah laku atau interaksi yang dilakukan oleh negara (pemerintah) untuk mengatur kegiatan perekonomian.
3. Dampak inflansi terhadap bisnis dan perekonomian
Inflasi ringan dapat memberikan keuntungan bagi pebisnis dikarenakan jumlah pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya produksi selain itu akan mendorong juga perekonomian negara menjadi lebih baik. Sebaliknya jika inflasi lebih dari 30% dan hampir mencapai 100%, maka akan terjadi kekacauan akibat meningkatnya harga barang kebutuhan sehingga rakyat kecil mengalami kesulitan dan juga karyawan dapat sulit dalam memenuhi kebutuhan karena adanya kenaikan harga, karena kenaikan gaji juga tidak mungkin langsung terjadi. Dan ini akan menyebabkan menurunnya kesejahteraan masyarakat. Selain itu, suku bunga pinjaman akan meningkat agar tidak terjadi penurunan nilai mata uang, hal ini dapat menghambat pengembangan usaha karena investor menjadi kurang berminat. Inflasi juga berpengaruh pada angka pertumbuhan ekonomi seperti contoh, inflasi yang terjadi di tahun 2020 karena adanya pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, hal ini berdampak pada harga BBM dan sembako yang mengalami kenaikan, menurunnya minat beli masyarakat dan juga meningkatkan jumlah pengangguran di Indonesia.
4. Dampak apresiasi terhadap mata uang Amerika bagi perusahaan dan
perekonomian Perusahaan dapat memperoleh bahan baku dan barang modal lebih murah. Biaya operasional menjadi lebih rendah sehingga profit yang didapatkan bisa lebih besar dan perusahaan berpeluang untuk memproduksi banyak barang. Lalu, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan akibat meningkatnya impor dan melemahnya ekspor sehingga PDB mengalami penurunan. Selain itu pembayaran pinjaman luar negeri menjadi lebih murah karena dibutuhkannya lebih sedikit rupiah untuk membayar.
Strategi bisnis yang diambil perusahaan
Strategi bisnis yang dapat dilakukan perusahaan adalah meningkatkan produktivitas dan tidak menaikkan harga barang atau jika memungkinkan menurunkan harga jual barang tersebut, karena adanya harga impor yang lebih rendah dapat membuat konsumen beralih dari produk domestic. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas tetapi dengan harga yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad irshand. (2012). Sejarah ekonomi mikro dan makro. Kompasiana.Com.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro