Anda di halaman 1dari 5

Nama: Christelline Prilia Wijaya

NIM: 225020201111044

Kelas BH

1. Resume: The Macroeconomic Environment


Ekonomi makro lahir dari depresi besar dunia yang terjadi pada tahun 1930an di
negara-negara maju dan meluas ke seluruh dunia. Sejak itu, ilmu ekonomi makro menjadi
berkembang dan berubah atas memecahkan permasalahan ekonomi. Pembahasan utama
dari ekonomi makro sendiri adalah inflasi, pertumbuhan output, dan pengangguran.
Sejak lama, pembuat kebijakan pemerintah pasti menginginkan inflasi yang
rendah. Inflasi terdapat tiga jenis: creeping inflation (bersifat ringan sekitar 0-10%),
galloping inflation (bersifat sedang dan jika tidak diatasi akan terjadi ketidakstabilan
ekonomi), dan terakhir hyperinflation (sudah tidak dapat dikendalikan karena tingginya
harga dan rendahnya daya beli masyarakat).
Output agregat merupakan ukuran utama kinerja perekonomian dimana jumlah
total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian selama satu periode tertentu.
Saat output agregat mengalami resesi, barang dan jasa akan berkurang sehingga standar
hidup rata-rata mengalami penurunan. Jika tingkat pertumbuhan output lebih besar
daripada tingkat pertumbuhan penduduk, terdapat kenaikan terkait barang dan jasa yang
diproduksi tiap orang, sehingga secara rata-rata orang akan menjadi lebih makmur.
Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak
memiliki/mendapat pekerjaan. Terdapat beberapa perusahaan dapat bangkrut yang dapat
menyebabkan para karyawannya umumnya susah mendapatkan pekerjaan yang baru dan
mereka akan menjadi pengangguran. Terjadinya pengangguran melibatkan pasar tenaga
kerja agregat tidak berada dalam keseimbangan.
Pendapatan nasional merupakan seluruh jumlah pendapatan yang didapat oleh
semua pelaku ekonomi yang tinggal di sebuah negara dalam kurun waktu tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional: permintaan dan penawaran,
investasi konsumsi dan tabungan.
Terdapat juga konsep pendapatan nasional yang meliputi:
 Gross Domestic Product
 Gross National Product
 Net National Product
 Net National Income
 Personal Income
 Disposable Income
Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa
akhir yang diproduksi dan barang yang diproduksi di masa lalu tidak termasuk ke dalam
GDP.
Ada tiga pendekatan dalam perhitungan GDP
1. Pendekatan produksi: berdasarkan dari jumlah nilai (P (harga) × Q (barang dan jasa)).
Kelemahan penghitungan ini adalah sering terjadinya penghitungan ganda yang terjadi
karena beberapa input suatu usaha menjadi input usaha lain. Untuk itu dapat dihindari
dengan dua cara, yaitu menghitung nilai akhir (final goods) atau menghitung nilai tambah
(value added).
2. Pendekatan Pendapatan: terdapat empat komponen, yaitu pendapatan nasional, depresiasi
(penurunan nilai modal dari waktu ke waktu karena proses timbulnya biaya penyusutan),
pajak tidak langsung dikurangi subsidi (pajak penjualan, bea cukai, dan biaya lisensi)
(subsidi: pembayaran yang dilakukan pemerintah tanpa mendapatkan imbalan jasa
maupun barang), dan pembayaran faktor bersih (neto) kepada luar negeri (pembayaran
atas pendapatan faktor produksi untuk luar negeri - penerimaan pendapatan faktor
produksi dari luar negeri).
3. Pendekatan pengeluaran: penghitungan dengan menjumlahkan pengeluaran dari sektor
rumah tangga berupa untuk konsumsi rumah tangga, pengeluaran sektor perusahaan
berupa investasi, pengeluaran sektor pemerintah berupa belanja pemerintah dan
pengeluaran sektor luar negeri berupa ekspor neto (nilai ekspor - impor).

GDP = C + I + G + (X – M)

Perhitungan biaya hidup merupakan mengorbankan nilai ekuivalen kas untuk


mendapatkan barang atau jasa yang dapat memberikan manfaat di masa kini maupun
masa depan.
Indeks harga konsumen (CPI) adalah suatu pengukuran mengenai keseluruhan
biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Perhitungan CPI ini selalu
digunakan dalam menghitung laju inflasi. Dalam hal ini laju inflasi merupakan perubahan
persentase dalam indeks harga konsumen dari periode waktu sebelumnya.
Dirumuskannya indeks harga konsumen bertujuan untuk mengukur perubahan –
perubahan biaya hidup. Namun, CPI bukanlah ukuran biaya hidup yang sempurna, karena
didalamnya terdapat masalah – masalah pokok yang sulit untuk diatasi seperti bias
substitusi (konsumen akan mensubstitusi belanjaan mereka ke barang atau jasa yang
memiliki harga lebih murah), munculnya barang – barang baru (banyaknya pilihan yang
ada akan membuat uang lebih bernilai yang membuat konsumen mengeluarkan sedikit
uang untuk membeli), perubahan kualitas yang tidak terukur (jika
kualitas suatu barang menurun, nilai uang pun akan menurun begitu juga sebaliknya).
Pemerintah bisa melakukan banyak hal untuk meningkatkan produktivitas dan
standar hidup seperti mendorong tabungan dan investasi dalam negeri maupun dari luar
negeri, mendorong pendidikan dan pelatihan, mempromosikan perdagangan bebas dan
penelitian serta pengembangan, dll.

2. Perbedaan antara makroekonomi dan mikroekonomi


Ekonomi mikro adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku konsumen dan
perusahaan. Mikroekonomi biasanya menganalisis tingkah laku dan interaksi individu
yang terlibat dalam pasar (konsumen, produsen, distributor). Sedangkan ekonomi
makro adalah ilmu yang mempelajari bagaimana keseluruhaan perekonomian, analisis
makroekonomi biasanya berupa tingkah laku atau interaksi yang dilakukan oleh negara
(pemerintah) untuk mengatur kegiatan perekonomian.

3. Dampak inflansi terhadap bisnis dan perekonomian


Inflasi ringan dapat memberikan keuntungan bagi pebisnis dikarenakan jumlah
pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya produksi selain itu
akan mendorong juga perekonomian negara menjadi lebih baik. Sebaliknya jika inflasi
lebih dari 30% dan hampir mencapai 100%, maka akan terjadi kekacauan akibat
meningkatnya harga barang kebutuhan sehingga rakyat kecil mengalami kesulitan dan
juga karyawan dapat sulit dalam memenuhi kebutuhan karena adanya kenaikan harga,
karena kenaikan gaji juga tidak mungkin langsung terjadi. Dan ini akan menyebabkan
menurunnya kesejahteraan masyarakat. Selain itu, suku bunga pinjaman akan meningkat
agar tidak terjadi penurunan nilai mata uang, hal ini dapat menghambat pengembangan
usaha karena investor menjadi kurang berminat. Inflasi juga berpengaruh pada angka
pertumbuhan ekonomi seperti contoh, inflasi yang terjadi di tahun 2020 karena adanya
pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, hal ini berdampak pada harga BBM dan
sembako yang mengalami kenaikan, menurunnya minat beli masyarakat dan juga
meningkatkan jumlah pengangguran di Indonesia.

4. Dampak apresiasi terhadap mata uang Amerika bagi perusahaan dan


perekonomian
Perusahaan dapat memperoleh bahan baku dan barang modal lebih murah. Biaya
operasional menjadi lebih rendah sehingga profit yang didapatkan bisa lebih besar dan
perusahaan berpeluang untuk memproduksi banyak barang.
Lalu, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan akibat meningkatnya impor dan
melemahnya ekspor sehingga PDB mengalami penurunan. Selain itu pembayaran
pinjaman luar negeri menjadi lebih murah karena dibutuhkannya lebih sedikit rupiah
untuk membayar.

Strategi bisnis yang diambil perusahaan


Strategi bisnis yang dapat dilakukan perusahaan adalah meningkatkan
produktivitas dan tidak menaikkan harga barang atau jika memungkinkan menurunkan
harga jual barang tersebut, karena adanya harga impor yang lebih rendah dapat membuat
konsumen beralih dari produk domestic. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa
mempertahankan dan meningkatkan kualitas tetapi dengan harga yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad irshand. (2012). Sejarah ekonomi mikro dan makro. Kompasiana.Com.


https://www.kompasiana.com/ra2koe2011/550e516a813311872cbc62df/sejarah-ekonomi-mikro-
makro

MODUL KULIAH AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM EKONOMI MAKRO.


(n.d.).

PENDAPATAN NASIONAL 2.1 Tolok Ukur Keberhasilan Perekonomian. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai