Anda di halaman 1dari 5

6 INDIKATOR EKONOMI MAKRO

1. Pertumbuhan Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara selama periode tertentu yang mana lebih baik atau
meningkat dari periode sebelumnya berdasarkan beberapa indikator. Indikator
tersebut adalah kenaikan pendapatan nasional dan pendapatan per-kapita, jumlah
tenaga kerja yang lebih besar dari pengangguran, serta berkurangnya tingkat
kemiskinan. Jika kondisi dari indikator-indikator tersebut menurun dibanding periode
sebelumnya, maka negara tersebut bukannya mengalami pertumbuhan ekonomi
namun justru kemunduran ekonomi. Sedangkan pendapat lain dari Simon Kuznets
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah keadaan dimana suatu negara
mampu meningkatkan output (hasil produksi ekonomi) berdasarkan kemajuan
teknologi yang diiringi dengan penyesuaian ideologi.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah
domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu
periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen
atau non-residen. Pendekatan penyusunan PDRB atas dasar harga berlaku dapat
dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Yang
dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data
yang bersumber dari data dasar masing-masing daerah. Metode langsung tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan 3 macam pendekatan yaitu: pendekatan
produksi (Production Approach), pendekatan pendapatan (Income Approach), dan
pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach). Metode tidak langsung adalah
metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDRB propinsi ke
kabupaten/kota dengan memakai berbagai macam indikator produksi atau indikator
lainnya yang cocok sebagai alokator.
Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB dapat diartikan bahwa jumlah produksi baik barang atau jasa yang telah
dihasilkan oleh unit produksi di suatu daerah pada saat tertentu. Maka, PDB bisa
dijadikan alat ukur dari pertumbuhan ekonomi suatu negara.  Rumus umum
untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah: 
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi
oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor
melibatkan sektor luar negeri.
1. Inflasi
Proses meningkatnya harga secara umum dan terus-menerus sehubungan dengan
mekanisme pasar yang dipengaruhi banyak faktor, seperti peningkatan konsumsi
masyarakat, likuiditas di pasar yang berlebih sehingga memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, hingga ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan inflasi dianggap terjadi apabila proses kenaikan harga
berlangsung terus-menerus dan saling berpengaruh satu sama lain. Terdapat banyak
cara untuk mengukur laju inflasi, namun dua cara yang paling sering digunakan
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Deflator PDB.
Penyebab Inflasi
Terjadinya inflasi disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:
a. Tarikan permintaan (demand pull inflation) Inflasi ini disebabkan permintaan atau
daya tarik masyarakat yang tinggi pada suatu barang atau jasa, yang mana biasanya
dipicu dari membanjirnya likuiditas di pasar, sehingga permintaan jadi tinggi dan
memicu perubahan tingkat harga. Peningkatan permintaan ini menyebabkan harga
faktor produksi meningkat.
b. Desakan (tekanan) produksi atau distribusi (cost push inflation) Inflasi ini
disebabkan dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara
terus-menerus. Biasanya inflasi jenis ini dipengaruhi desakan biaya faktor produksi
yang terus meningkat, kelangkaan produksi, dan/atau kelangkaan distribusi.
c. Inflasi campuran (mixed inflation) Inflasi ini terjadi akibat kenaikan penawaran dan
permintaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara keduanya. Misalnya,
ketika permintaan pada barang/jasa A meningkat, lalu menyebabkan persediaan
barang/jasa A turun sedangkan pengganti atau substitusinya terbatas atau tidak ada.
Ketidakseimbangan ini akan mengakibatkan terjadinya inflasi.
Deflasi adalah suatu periode yang mana harga-harga secara umum jatuh dan nilai
uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat
banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena
kurangnya jumlah uang yang beredar.
Faktor Penyebab Deflasi
1. Peraturan Bank sentral tentang kebijakan yang telah ditetapkan.
Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak
untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan
persediaan uang. Umumnya otoritas moneter adalah bank sentral, meskipun kadang
kala lembaga eksekutif pemerintah mempunyai hak tertinggi untuk menetapkan
kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral.
2. Terlalu banyak hasil Produksi yang sama
Banyaknya penawaran yang ditawarkan daripada permintaan juga menjadi salah
satu penyebab deflasi. Perusahaan yang mempunyai banyak produksi yang sama
akan berlomba-lomba untuk menurunkan harga jualnya agar barang yang mereka
tawarkan dibeli oleh konsumen.
3. Penurunan permintaan terhadap barang
Penurunan terhadap permintaan barang juga salah satu masalah timbulnya deflasi.
Biasanya konsumen sudah memiliki alternatif lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, banyak bisnis atau perusahaan yang menghasilkan produk tertentu
namun tidak memperhitungkan secara tepat kuantitas hasil produksi sehingga jika
terlalu banyak produksi yang tidak diiringi dengan peningkatan permintaan
masyarakat terhadap produk tersebut akan berakibat barang yang tidak laku dijual.
2. Indeks Harga Konsumen
Indeks harga konsumen (consumer price index) adalah nomor indeks yang mengukur
harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household).
sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai
pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya.
Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa depan, ekonom menggunakan indeks
harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah yang dibutuhkan produsen untuk
membuat produknya. Untuk mengukur tingkat harga secara makro, biasanya
menggunakan pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price
Indeks (CPI). Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diartikan sebagai indeks harga
dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut
proporsi belanja masyarakat untuk komoditi yang bersangkutan. Indeks harga
Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat/
laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk
mengukur inflasi di Indonesia.
3. Tingkat Pendapatan
pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam
bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya, bersama dengan tunjangan
pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya. Webster’s menyebutkan
bahwa Earning is money gained by labor, services orperformance, wages, salary, etc.
Artinya, pendapatan adalah uang yang diperoleh dari hasil bekerja, pelayanan diri,
gaji, upah dan lainlain. Selain itu, pendapatan atau income dari seseorang adalah hasil
penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
Dilihat dari ekonomi dalam masyarakat terdiri dari tiga lapis yiatu:
a. Lapisan ekonomi mampu atau kaya, terdiri dari para pejabat, pemerintah
setempat, para dokter, insinyur dan kelompok profesional lainnya.
b. Lapisan ekonomi menengah, yang terdiri dari alim ulama dan pegawai.
c. Lapisan ekonomi miskin, yang terdiri dari buruh, para petani, buruh bangunan,
buruh pabrik, dan buruh-buruh sejenis yang tidak tetap.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,  pendapatan  per kapita
penduduk Indonesia pada 2019 sebesar Rp 59,1 juta atau setara US$ 4.174,9. Kepala
BPS Suhariyanto menjelaskan, angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan pendapatan per kapita pada 2018 sebesar Rp 56 juta rupiah, atau setara
US$ 3.927,2.
4. Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran adalah persentase mereka yang ingin bekerja, namun tidak
memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah
menurunnya produk nasional bruto (PNB, GNP) dan pendapatan per kapita
suatu negara. 
ANALISIS MASALAH EKONOMI AKIBAT PANDEMI

Permasalahan mengenai turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi pada aspek daya beli
masyarakat dan produksi rumah tangga diakibatkan karena terbatasnya kegiatan masyarakat
di luar rumah. Banyak masyarakat yang tidak melakukan kegiatan produksi akibat mematuhi
protokol yang disampaikan oleh pemerintah untuk tetap di rumah. Berdasarkan pada
indikator ekonomi makro mengenai tingkat pendapatan, saat ini banyak masyarakat indonsia
bahkan dunia mengalami penurunan yang drastis, karena banyaknya pembatalan kerjasama
dalam berbagai sektor perusahaan yang mengakibatkan turunnya pemasukan perusahaan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,  pendapatan  per kapita penduduk Indonesia pada 2019
sebesar Rp 59,1 juta atau setara US$ 4.174,9. Namun, pada tahun 2020 diperkirakan
pendapatan per kapita menurun akibat pandemi. Selain banyaknya pembatalan kerjasama
antar prusahan banyak pula perusahaan yang memilih untuk mengurangi tenaga kerjanya agar
pengeluaran upah yang di berikan semakin kecil sehingga mengakibatkan turunnya
pemasukan perusahaan karena produksi yang berkurang ,dan banyak karyawan yang di PHK
karena perusahaan tidak bisa membayar hak para karyawan. Dengan adanya PHK
mengakibatkan kenaikan tingkat pengangguran masyarakat di Indonesia, ketiadaan
pendapatan menyebabkan pengangguran juga perlu mengurangi pengeluaran konsumsinya
akibatnya tingkat kesejahteraan dan kemakmuran menurun. Banyaknya pengangguran dapat
mengakibatkan adanya kekacauan politik maupun sosial sehingga meningkatnya tindakan
kriminalitas yang dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Akibat dari
jangka panjangnya adalah menurunnya produk nasional bruto dan pendapatan per kapita
suatu negara.

Permasalahan yang selanjutnya adalah adanya ketidakpastian yang berkepanjangan


sehingga investasi ikut melemah dan berimplikasi pada terhentinya usaha dan seluruh dunia
mengalami pelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas turun dan ekspor
Indonesia ke beberapa negara juga terhenti. Hal ini terjadi akibat dampak pandemi yang
mengakibatkan banyaknya penundaan bahkan pembatalan proyek kerja karena pembangunan
sarana dan prasarana negara tersendat, semua dana yang sudah direncanakan di alihkan ke
dana covid sehingga pembangunan yang seharusnya terselesaikan jadi tertunda, seperti
halnya pada pembangunan dalam pengembangan desa menjadi tertunda. Untuk kegiatan
ekspor-impor menurun di akibatkan karena kegiatan produksi yang terbatas dan akses untuk
menghubungkan ke berbagai negara sangat di batasi oleh pemerintah sebagai upaya memutus
rantai virus corona. Dengan menurunnya komoditas ekspor mengakibatkan pendapatan per
kapita negara akan turun, sehingga produk domestik bruto mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena pada perhitungan PDB di perlukan adanya sektor investasi dan juga
ekspor-impor. Menurut Deputi idang Koordinasi Pengelolaan Energi, SDA dan Lingkungan
Hidup Kemenko Perekonomian menyatakan bahwa PDB dari pertambangan masih
mendapatkan tekanan harga minyak yang masih belum pulih yang mengakibatkan adanya
penurunan harga komoditas ekspor.

Pada sektor penerbangan mengalami penurunan yang amat pesat, di proyeksikan pada
sktor ini mengalami penurunan pendapatan sebesar 252 milliar dolar amerika. Untuk kasus di
Indonesia mengalami penurunan sekitar 4 milliar dolar Amerika baik rute internasional
maupun domestik, menurut data yang tercatat ada 218 tujuan destinasi wisata yang
melakukan kebijakan pelanggaran mobiltas, termasuk di Indonesia dengan ditetapkannya
PSBB Jumlah penumpang pesawat rute internasional yang tiba di Indonesia berkurang tajam
dari 1,5 juta orang pada Desember 2019, turun 450 ribu menjadi 1,15 juta orang pada Januari
2020.Jumlah ini juga lebih rendah 15% dibandingkan Januari 2019. Merosotnya sektor
pariwisata berdampak pada industri perhotelan dan pendapatan di restoranpun menurun
drastis. Selain itu, akibat pandemi Covid-19 serta ditutupnya tempat-tempat rekreasi dan
hiburan memberikan dampak ekonomi cukup besar. Dampak kontraksi pertumbuhan
ekonomi nasional terhadap sektor pariwisata Tanah Air yang cukup dalam dirasakan oleh
sejumlah provinsi yang mengandalkan sektor pariwisata seperti Bali, Kepulauan Riau, dan
Jawa Barat. Penurunan pariwisata terhadap UMKM yang bergerak di bidang usaha penyedia
akomodasi dan minim mikro mencapai 28%.

Anda mungkin juga menyukai