Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Salah satu masalah ekonomi yang paling umum terjadi adalah inflasi dapat
menyebabkan penurunan pendapatan aktual masyarakat, yang tentunya berdampak
negatif terhadap perekonomian makro. Oleh karena itu, permasalahan inflasi
dipandang sebagai sinyal penting dalam menjaga stabilitas perekonomian. Di
Indonesia, krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 menyebabkan
melonjaknya tingkat inflasi sehingga menurunkan daya beli masyarakat dan
memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Akibat perubahan tersebut, upaya untuk
mengeluarkan perekonomian negara dari resesi yang berkepanjangan kini
menggunakan inflasi sebagai indikator strategis. Hingga saat ini, pemerintah telah
mengupayakan sejumlah inisiatif untuk menurunkan inflasi, antara lain kebijakan
disinflasi pada sisi penawaran agregat yang berkaitan dengan sisi produksi dan
pengelolaan inflasi moneter oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
Memahami bagaimana pelaku ekonomi menciptakan ekspektasi inflasi dan
variabel-variabel yang mempengaruhi inflasi adalah salah satu aspek terpenting dari
kebijakan moneter yang menentukan efektivitasnya. Pemahaman terhadap kedua
konsep ini akan menjadi landasan bagi: 1. Pengendalian inflasi, khususnya melalui
kebijakan moneter. 2. Menentukan sasaran inflasi yang diinginkan pemerintah. Di
Indonesia saat ini, kebijakan moneter diterapkan dengan cukup gegabah. Regulasi
moneter langsung kurang berhasil karena banyaknya tujuan yang harus dicapai
sekaligus dan lemahnya pengoperasian sistem keuangan. Di satu sisi, tingkat inflasi
yang masih tinggi dan pergerakan (fluktuasi) nilai tukar rupiah terhadap mata uang
lain, khususnya dolar AS, masih belum dapat diprediksi sehingga mendorong Bank
Indonesia, otoritas moneter negara, untuk mempertahankan kebijakan uang yang
ketat. . Hal ini disebabkan oleh tingginya suku bunga dalam negeri. Sebaliknya, suku
bunga yang tinggi merugikan dunia usaha. Hal ini disebabkan bank tidak lagi
memberikan kredit baru dan tanggung jawab pembayaran bunga meningkat.

A. Inflasi
1. Pengertian inflasi
Kenaikan harga-harga umum yang menjadi ciri suatu perekonomian dari
satu periode ke periode berikutnya disebut sebagai inflasi. Proses kenaikan harga
secara umum dan terus-menerus (terus menerus) dikenal dengan istilah inflasi.
Hal ini disebabkan oleh mekanisme pasar dan dapat disebabkan oleh beberapa hal,
seperti peningkatan konsumsi masyarakat, likuiditas pasar yang berlebihan
sehingga mendorong konsumsi, atau bahkan spekulasi yang dapat disebabkan oleh
kesalahan distribusi produk (sadono sukirno 2008).
Harga digabungkan untuk membentuk tingkat inflasi. Biaya Inflasi yang
tinggi mencerminkan tingginya angka inflasi. Sementara itu, tingkat inflasi yang
rendah menunjukkan harga yang relatif stabil. Indeks harga digunakan untuk
menghitung kenaikan harga ini. Beberapa indeks harga yang sering digunakan
untuk menghitung tingkat inflasi antara lain:
a. Indeks biaya hidup (consumer price indeks)
Indeks biaya hidup menghitung harga atau biaya berbagai produk dan
layanan yang harus dimiliki rumah tangga untuk hidup. Kisaran produk dan
layanan yang tercakup dimungkinkan. Ia diakui sebagai prinsipal indeks bahan
9, 62 produk, dan 162 jenis produk berbeda di Indonesia. Karena setiap orang
memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap produk dan jasa, maka nomor
tertentu diberikan saat menentukan nomor indeks. Angka-angka tersebut
sering kali diperhitungkan berdasarkan proporsi total pengeluaran yang
dibelanjakan pada komoditas tertentu. Proporsi ini dapat bervariasi dari tahun
ke tahun. Kalau ternyata ada modifikasi, maka harus diubah.
b. Indeks harga perdagangan besar (wholessale price indeks)
Indeks perdagangan utama sangat menekankan pada berbagai produk.
Hal ini menunjukkan bahwa harga bahan baku, barang setengah jadi, atau
bahan baku diperhitungkan saat menghitung indeks harga. Biasanya,
perubahan indeks harga ini mengikuti atau paralel dengan perubahan umur
indeks biaya.
c. GNP deflator
Bentuk indikator lain yang berbeda dari keduanya adalah deflator
GNP. Indeks di bagian atas berada di bawah lingkup produk. Jumlah produk
dan jasa yang termasuk dalam deflator GNP lebih besar dibandingkan dua
indeks sebelumnya karena termasuk dalam penghitungan GNP. GNP Deflator
dibuat dengan membagi GNP riil (di atas harga konstan) dengan GNP normal
(berdasarkan harga relevan) (nopirin, 2009).
2. Teori inflasi
Setidaknya ada empat teori inflasi yang digunakan sebagai standar untuk
menentukan mengapa inflasi terjadi dan menawarkan solusinya. Teori kuantitas,
teori Kynes, teori strukturalis, dan teori model adalah empat teori yang
dipertanyakan.
a. Teori kuantitas
Pertama dan terpenting, inflasi hanyalah sesuatu yang mungkin terjadi
jika terjadi peningkatan jumlah uang yang beredar, baik itu kartal maupun
gyral. Argumen kedua adalah bahwa psikologi ekspektasi masyarakat terhadap
kenaikan harga di masa depan, serta tingkat pertumbuhan jumlah uang
beredar, mempengaruhi tingkat inflasi.
b. Teori Kynes
Teori ini berpendapat bahwa inflasi terjadi ketika permintaan
masyarakat melebihi jumlah uang yang tersedia. Menurut tesis Kynes, inflasi
terjadi karena individu ingin hidup melebihi kemampuannya. Namun,
mengambil keuntungan dari keberuntungan proses di antara kelompok-
kelompok sosial menghasilkan permintaan agregat (seluruhnya) yang lebih
tinggi daripada jumlah komoditas yang ditawarkan, sehingga biasanya
menyebabkan harga lebih tinggi. Jika hal ini terus terjadi, inflasi akan bertahan
pada periode tersebut. Berikut pengelompokan komunitas yang dimaksud di
sini:
1) pemerintah, yang mengeluarkan mata uang segar untuk menutupi
kekurangan anggaran negara.
2) Pemilik usaha swasta yang meningkatkan investasinya menggunakan
pinjaman bank.
3) Serikat pekerja atau karyawan yang menginginkan gaji lebih besar
dibandingkan pertumbuhan produktivitas.
Tidak semua kelas sosial berhasil mendapatkan lebih banyak uang
karena upah rata-rata mereka ditetapkan dan tidak mampu mengimbangi
inflasi, seperti pekerja publik, pensiunan, dan petani.
c. Mark-up model
According to this theory, the profit margin and the cost of production
establish the fundamental assumptions. The selling price of the commodity on
the market will thus increase if there is an increase in the two components.
d. Teori strutural
Teori inflasi jangka panjang adalah nama alternatif untuk hipotesis ini.
karena menekankan betapa struktur ekonomi berbasis kekuasaan menjadi
salah satu penyebab inflasi. khususnya penawaran tahunan dan kelezatan
ekspor.
3. Jenis-jenis inflasi berdasarkan sumber atau penyebabnya
Tergantung alasan atau sumber kenaikan harga Pada kenyataannya, ada
tiga jenis inflasi yang dapat dibedakan: inflasi tarikan permintaan, inflasi
dorongan biaya, dan inflasi impor.
a. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi ketika perekonomian berkembang dengan
cepat. Prospek lapangan kerja yang tinggi menyebabkan tingkat pendapatan
yang tinggi, yang pada gilirannya menyebabkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan perekonomian untuk mendukung produk dan jasa tersebut. Inflasi
akan terjadi akibat pengeluaran yang berlebihan ini.
Inflasi tarikan permintaan juga dapat terjadi selama periode konflik
atau ketidakstabilan politik yang terus-menerus, selain fase ekonomi yang
sedang berkembang yang ditandai dengan Pesatnya. Di saat seperti ini,
pengeluaran pemerintah jauh melebihi pendapatan pajak. Sebab Pemerintah
terpaksa menciptakan uang atau meminjam dari bank sentral untuk membayar
pengeluaran tambahan. Pengeluaran Permintaan agregat akan melampaui
kapasitas perekonomian untuk menyediakan barang dan jasa jika terdapat
jumlah pemerintah yang berlebihan. Inflasi akan terjadi akibat kondisi ini.
b. Inflasi desakan biaya
Jika dunia usaha masih menghadapi peningkatan permintaan, mereka
akan berusaha meningkatkan produksi dengan mencari cara untuk
menawarkan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada para pekerjanya dan
mencari karyawan baru dengan tawaran gaji yang lebih tinggi ketika
perekonomian sedang berkembang pesat dan tingkat pengangguran tinggi.
Meningkatnya biaya produksi akibat tindakan ini akan mengakibatkan harga
yang lebih tinggi untuk berbagai komoditas.
Ketika pilihan pekerjaan banyak, suatu perusahaan pasti akan
membutuhkan tenaga kerja. Karena:
1) Dunia usaha akan berupaya meminimalkan perpindahan tenaga kerja
dengan menaikkan upah dan gaji; dan
2) Keadaan ini cenderung menimbulkan peningkatan pendapatan dan gaji.
Pengusaha harus menaikkan upah dan kompensasi agar berhasil merekrut
lebih banyak pekerja
c. Inflasi diimpor
Salah satu faktor yang mungkin berkontribusi terhadap inflasi adalah
kenaikan harga barang impor. Mengimpor barang-barang yang mengalami
kenaikan harga akan mengakibatkan inflasi karena barang-barang tersebut
sangat penting untuk biaya operasional dalam lingkungan bisnis. Salah satu
contohnya adalah dampak kenaikan harga minyak terhadap perekonomian
negara-negara barat dan negara-negara pengimpor minyak lainnya pada tahun
1970an. Meningkatnya harga minyak meningkatkan biaya produksi, dan
kenaikan harga merupakan akibat langsung dari peningkatan biaya produksi.
Kenaikan harga minyak yang drastis pada tahun 1970an (dari US$30,00 pada
tahun 1973 menjadi US$12,00 pada tahun 1974 dan menjadi US$30,00 pada
tahun 1979) menyebabkan isu stagflasi, atau inflasi dan tingginya tingkat
pengangguran di banyak negara.
4. Jenis inflasi menurut siftanya
Tingkat inflasi dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain atau dalam
satu negara dari waktu ke waktu. Inflasi dapat dikategorikan menjadi tiga
kelompok berdasarkan besarnya tingkat inflasi: penyerapan (creeping inflasi),
sedang (galloping inflasi), dan tinggi (hiper inflasi). Inflasi rendah (kurang dari
10% per tahun) merupakan ciri khas dari inflasi merayap . Kenaikan harga terjadi
secara bertahap, tidak proporsional, dan tersebar dalam jangka waktu yang cukup
lama.
Kenaikan harga yang cukup besar (sering kali dua digit atau terkadang tiga
digit) dan kadang-kadang berlangsung dalam waktu singkat merupakan ciri-ciri
inflasi sedang, yang juga dikenal sebagai inflasi galloping. Hal ini menunjukkan
bahwa harga-harga pada minggu atau bulan ini lebih besar dibandingkan dengan
harga-harga pada minggu atau bulan sebelumnya, dan seterusnya. Lebih besar dari
inflasi yang menyerap (creeping inflasi) dampaknya terhadap perekonomian.
Akibatnya inflasi yang paling parah adalah inflasi yang tinggi (hiper
inflasi). Lima atau enam kali lebih mahal. Masyarakat tidak lagi menghargai
keamanan finansial. Nilai uang anjlok, sehingga lebih mudah untuk ditukarkan
dengan produk dan menyebabkan peningkatan cepat dalam kecepatan peredaran
uang. Kondisi ini sering terjadi ketika pemerintah mengalami defisit anggaran
(misalnya disebabkan oleh adanya perang), yang dibayar atau ditutup dengan
mencetak uang.
5. Efek inflasi
Berbagai dampak negatif terhadap aktivitas perekonomian dapat
disebabkan oleh kenaikan harga yang tinggi dan berkelanjutan, antara lain:
a. Efek terhadap pendapatan (equity effect)
Dampak yang tidak merata terhadap pendapatan menyebabkan
sebagian orang menderita akibat inflasi, sementara sebagian lainnya
memperoleh keuntungan dari inflasi. Inflasi akan menurunkan pendapatan
yang dibawa pulang oleh individu yang berpendapatan tetap, menurunkan
daya beli uang, dan memperburuk disparitas kekayaan. Contoh lain betapa
buruknya inflasi adalah ketika sumber uang meminjam uang dengan tingkat
bunga yang lebih rendah. dibandingkan tingkat inflasi.
Di sisi lain, individu yang diuntungkan dengan adanya inflasi adalah
mereka yang melihat peningkatan pendapatan dengan kemungkinan tingkat
inflasi yang lebih tinggi atau mereka yang memiliki aset selain uang yang
nilainya meningkat persentasenya lebih besar dari tingkat inflasi. Serikat
pekerja yang kuat terkadang berhasil memperoleh kenaikan upah yang lebih
besar dari tingkat inflasi.
b. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effects)
Cara faktor-faktor produksi dialokasikan juga dapat berubah akibat
inflasi. Pergeseran ini mungkin terjadi sebagai akibat dari peningkatan
permintaan terhadap beragam jenis produk, yang mendorong perubahan
internal dalam cara produksi barang-barang tertentu. Permintaan terhadap
barang-barang tertentu akan lebih tinggi dibandingkan barang-barang lainnya
sebagai akibat dari inflasi permintaan, yang pada gilirannya memotivasi
produsen untuk memproduksi lebih banyak barang-barang tersebut. Pola
pendistribusian unsur-unsur produksi saat ini akan berubah sebagai akibat dari
peningkatan keluaran produk. Sebenarnya tidak ada jaminan bahwa distribusi
variabel produksi akan lebih efektif dalam lingkungan bebas inflasi. Namun
mayoritas ekonom menilai inflasi dapat membuat alokasi komponen produksi
menjadi tidak efektif.
c. Efek Terhadap Output (Output Effects)
Produksi bisa meningkat akibat inflasi. Penjelasannya adalah bahwa
selama periode inflasi, biaya menaikkan harga barang sebelum kenaikan upah,
sehingga meningkatkan keuntungan bagi pemilik bisnis. Peningkatan
manufaktur akan didorong oleh keuntungan ini. Namun jika tingkat inflasi
terlalu tinggi (hiper inflasi), maka akan berakibat sebaliknya, yaitu
menurunnya produksi. Dalam lingkungan dengan inflasi yang parah, nilai
uang aktual anjlok, masyarakat cenderung tidak menyukai mata uang, dan
transaksi sering kali mengakibatkan barter, yang biasanya diikuti dengan
penurunan output suatu produk. Akibatnya, jelas bahwa tidak ada hubungan
antara inflasi dan output. Produksi bisa meningkat seiring dengan inflasi,
namun bisa juga turun seiring dengan inflasi.
Apakah inflasi disertai dengan pertumbuhan output dan lapangan kerja
mempengaruhi seberapa parah dampak inflasi. Jika output barang juga
meningkat, peningkatan produksi sedikit saja dapat memperlambat laju inflasi
secara signifikan. Namun dampak inflasi menjadi jauh lebih nyata ketika
perekonomian mendekati lapangan kerja penuh. Inflasi murni adalah istilah
umum yang digunakan untuk menggambarkan inflasi selama periode
kesempatan kerja penuh.
6. Cara mencegah inflasi
Upaya pemerintah untuk mengendalikan inflasi secara umum terbagi
dalam tiga kategori kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan non-
moneter. Untuk Pemerintah menerapkan sejumlah langkah untuk memerangi
inflasi, termasuk yang tercantum di bawah ini:
1) Kebijakan moneter
Jumlah uang yang beredar diatur untuk memenuhi tujuan kebijakan
moneter. Giro (demond deposit) merupakan salah satu bagian dari jumlah
keseluruhan. Giro dapat dilakukan dengan dua cara berbeda: Yang pertama
terjadi ketika uang disimpan ke rekening giro di bank. Kedua, jika seseorang
menerima pinjaman dari bank, mereka menerima uangnya dalam bentuk
rekening giro, bukan dalam bentuk tunai. Simpanan yang dihasilkan oleh
pendekatan kedua memiliki kecenderungan inflasi yang lebih tinggi
dibandingkan pendekatan pertama, karena pendekatan pertama hanya
melibatkan transfer uang tunai dalam bentuk giro.
Untuk mengurangi tingkat inflasi cadangan minimum, bank sentral
mungkin menilai rekening giro dengan menetapkan persyaratan cadangan
minimum. Jumlah uang berkurang dengan bertambahnya jumlah ini. Tingkat
diskonto adalah alat lain yang dapat digunakan bank sentral. Tingkat diskonto
adalah pengurangan tertentu yang diterapkan pada pinjaman dari bank
komersial ke bank sentral. Pinjaman ini sering kali berbentuk penambahan
cadangan bank sentral yang sudah ada. Biaya pinjaman yang dikeluarkan oleh
bank sentral diwakili oleh tingkat diskonto yang berlaku untuk bank
komersial. Bank-bank komersial akan tertarik untuk meminjam lebih sedikit
jika bank sentral menaikkan tingkat diskonto, yang mengakibatkan penurunan
cadangan. Lebih sedikit negara yang menggunakan bank sentral. Akibatnya,
kapasitas bank dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat biasanya
menurun, sehingga menurunkan jumlah uang beredar dan membatasi inflasi.
2) Kebijakan fiskal
Pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang dapat diakses secara
langsung berdampak pada keseluruhan permintaan, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi harga, diatur oleh kebijakan fiskal. Seluruh permintaan
mungkin diturunkan untuk menghindari inflasi. Permintaan secara
keseluruhan ini akan dikurangi melalui kebijakan fiskal, seperti pengurangan
pengeluaran pemerintah dan pajak yang lebih tinggi, sehingga inflasi dapat
dikendalikan.
3) Kegiatan yang berkaitan dengan output
Tingkat inflasi dapat diturunkan dengan meningkatkan output.
Kenaikan Tingkat produksi tersebut dapat dicapai misalnya dengan
menurunkan tarif impor secara bijak sehingga impor barang cenderung
meningkat. Meningkatnya pasokan barang di suatu negara cenderung
menurunkan harga.
4) Kebijakan penentuan harga dan indexing
Untuk melaksanakan kebijakan ini, batas atas harga ditetapkan dan
indeks harga tertentu untuk gaji dan upah digunakan (gaji atau pendapatan riil
tetap konstan). Jika indeks harga naik, pendapatan dan upah akan mengikuti.
7. Hubungan inflasi dengan nilai ekspor
Inflasi didefinisikan oleh tren yang terus-menerus untuk menaikkan tingkat
harga umum. Ekspor mungkin terkena dampak inflasi baik atau buruk. dampak
buruk inflasi, atau bagaimana kenaikan harga komoditas diakibatkan oleh inflasi.
Biaya produksi menjadi penyebab kenaikan harga komoditas karena mahalnya
biaya produksi komoditas. Tingginya harga komoditas akan membuat mereka
tidak kompetitif di pasar global. Menurut Ball, ketika tingkat inflasi suatu negara
tinggi, harga barang dan jasa yang diproduksi atau ditawarkan akan naik, sehingga
barang dan jasa tersebut menjadi kurang kompetitif dan menurunkan ekspor.
Inflasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan terhadap ekspor dan juga
berdampak negatif. Ekspor suatu negara dapat meningkat sebagai akibat dari
peningkatan modal dari utang atau pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan
produk dan jasa, yang merupakan dampak positif dari inflasi. Hal ini sesuai
Menurut Ball, jika pinjaman diberikan, pinjaman tersebut akan dikembalikan
dengan mata uang yang memiliki daya beli lebih rendah ketika inflasi kuat.
Dampak nilai tukar terhadap ekspor bisa menguntungkan atau merugikan.
Ketika penguatan nilai mata uang berdampak pada ekspor dan menyebabkan
ekspor naik, maka hal tersebut merupakan pengaruh positif. Harga suatu barang
ekspor dapat dipengaruhi oleh nilai mata uang, oleh karena itu ketika nilai tukar
rupiah mata uang yang lebih kuat akan meningkatkan harga barang ekspor
tersebut. Mankiw mengatakan bahwa ketika harga suatu barang naik, kuantitas
barang tersebut juga meningkat, sehingga mengurangi permintaan; sebaliknya,
ketika harga turun, permintaan terhadap komoditas meningkat. Ketika nilai tukar
nilai menurun, ekspor tumbuh atau meningkat, dan nilai tukar berdampak negatif.
Menurut Sukirno, ekspor akan meningkat ketika nilai rupiah melemah atau terjadi
depresiasi mata uang karena harga barang-barang dalam negeri semakin
terjangkau di pasar luar negeri. Beberapa faktor, antara lain kemampuan suatu
negara dalam memproduksi barang untuk diekspor, dalam hal ini kualitas dan
biaya barang ekspor, preferensi penduduk di luar negeri, nilai tukar, tingkat
pendapatan masyarakat, biaya pengangkutan barang, dan pemerintahan yang
terkait dengan perdagangan internasional. kebijakan, dapat mempengaruhi ekspor.
Ketika tingkat inflasi suatu negara tinggi, harga barang dan jasa yang diproduksi
atau ditawarkan akan meningkat, sehingga barang dan jasa tersebut menjadi
kurang kompetitif dan menurunkan ekspor.

A. Indeks harga konsumen (IHK)


Pertumbuhan, khususnya pembangunan, dalam segala aspek kehidupan
Perekonomian pasca krisis tampaknya menjadi lebih aman. Penting untuk mengukur
pencapaian tersebut dengan menggunakan instrumen yang sesuai dan sesuai. Oleh
karena itu, ketersediaan data statistik di berbagai bidang sangatlah penting. Salah satu
upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut adalah penyajian data
statistik berupa Indeks Harga Konsumen (IHK).
Indeks Harga Konsumen (CPI) adalah angka yang mengukur perubahan biaya
produk dan jasa yang dikonsumsi masyarakat umum selama periode waktu yang telah
ditentukan. CPI mengidentifikasi fluktuasi harga yang luas untuk berbagai barang
(paket) yang dikonsumsi oleh keluarga-keluarga di wilayah metropolitan. Pengamatan
yang diurutkan berdasarkan waktu adalah pengamatan yang membentuk rangkaian
waktu.
Sebagai ukuran fluktuasi harga periodik, CPI cocok untuk diperiksa dengan
menggunakan analisis deret waktu. Pendekatan intervensi multi-input dan GARCH
digunakan untuk memodelkan CPI umum nasional. Indeks harga konsumen adalah
statistik indeks yang menghitung biaya konsumsi barang dan jasa rumah tangga. CPI
sering digunakan untuk menentukan tingkat inflasi suatu negara serta faktor
perubahan gaji, upah, pensiun, dan kontrak lainnya.
Menurut data BPS (2014), CPI merupakan indeks yang menentukan rata-rata
perubahan harga selama jangka waktu tertentu dari sekumpulan harga suatu produk
dan jasa yang dikonsumsi masyarakat atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu. Produk dan jasa ini dibagi menjadi delapan kategori: (1) bahan makanan; (2)
makanan siap saji; (3) perumahan; (4) pakaian; (5) kesehatan; (6) pendidikan; (7)
rekreasi dan olah raga; dan (8) transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Tingkat inflasi inti untuk Indeks Harga Konsumen (CPI) adalah Laju inflasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ekspektasi masyarakat terhadap tingkat
inflasi, jumlah uang yang beredar, faktor siklus kegiatan usaha, dan tekanan
permintaan musiman. Laju inflasi juga disebabkan oleh meningkatnya tekanan
terhadap permintaan barang dan jasa (permintaan agregat) dalam perekonomian.
Menurut Mc Eachern, indeks harga konsumen melacak perubahan biaya
berbagai produk dan jasa konsumen. Bagian tingkat inflasi sektor yang berfluktuasi
yang dikenal sebagai komponen inflasi sementara (inflasi kebisingan) mencakup
kenaikan biaya produksi dan distribusi. input, energi dan transportasi, serta faktor
non-ekonomi seperti kerusakan, bencana alam, dan kejadian serupa lainnya.
Kami secara otomatis mengasosiasikan kata "harga" dengan jumlah dolar
tertentu karena sejumlah uang diperlukan untuk membeli sejumlah produk atau jasa.
Harga menurut Mankw adalah nilai tukar yang digunakan untuk mendapatkan barang
atau jasa dengan imbalan uang. Harga sangat berkaitan dengan konsumsi lokal,
dimana subjeknya dapat dianggap sebagai konsumen, karena harga merupakan nilai
sejumlah uang yang mempunyai nilai yang sama dengan barang atau jasa yang kita
peroleh.
CPI dan inflasi mempunyai hubungan yang cukup erat karena perubahan CPI
mencerminkan perubahan harga. Ketika harga suatu barang atau jasa pada suatu
kelompok komoditi mengalami kenaikan, maka dikatakan telah terjadi inflasi pada
kelompok komoditi tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan Mankiw yang
mengatakan bahwa semua harga mengalami kenaikan Inflasi mengacu pada
perubahan harga.
Indeks Harga Konsumen, yang mencerminkan evolusi harga produk dan jasa
yang berbeda, dapat digunakan untuk mengukur inflasi. Dalam hal ini, CPI juga
merupakan prediktor yang baik terhadap stabilitas perekonomian. Stabilitas
perekonomian dapat dilihat dari tingkat inflasi. Karena masyarakat tidak mampu
membeli banyak kebutuhan hidup, kenaikan inflasi akan mengganggu stabilitas
perekonomian. Pembangunan yang berkelanjutan pada suatu bangsa juga harus
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup. Selain itu, pilihan terhadap
stabilitas ekonomi menunjukkan tingkat yang tinggi. Tingkat inflasi yang ditentukan
oleh pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (CPI) merupakan salah satu ukuran utama
stabilitas perekonomian.
Indeks Biaya Hidup (IBH) diproduksi secara eksklusif untuk kota Jakarta dan
hanya pada 62 komoditas di Indonesia dan didasarkan pada nilai konsumsi masing-
masing komoditas yang ditentukan oleh masyarakat melalui Survei Biaya Hidup
(SBH) yang digunakan untuk pertama kali pada tahun 1966. SBH kedua
diperkenalkan di 17 kota pada tahun 1977/1978, dan SBH utama lainnya terdiri dari
249–253 barang. SBH keempat diselenggarakan pada tahun 1996 di 44 lokasi,
meliputi 17 kota metropolitan dan 27 ibu kota provinsi, dan mencakup 249-353
barang. SBH kelima diperkenalkan di 42 kota pada tahun 2002, dan mencakup antara
283 dan 397 item yang digunakan untuk menghasilkan indeks harga konsumen dari
Januari 2008 hingga Desember 2009 dengan menggunakan tahun dasar 2007 (2007 =
100%).
Komoditas barang dan jasa yang dipilih pada Survei Harga Pokok Hidup
(SBH) tahun 2012 digunakan dalam perhitungan CPI. Pengemasan komoditas,
penimbangan, cakupan kota, dan tahun dasar pemrosesan CPI semuanya ditentukan
menggunakan data SBH. Data SBH 2012 jika dibandingkan dengan hasil SBH 2007
juga menunjukkan adanya perubahan kebiasaan konsumsi masyarakat. Studi yang
dilakukan di wilayah metropolitan dengan jumlah sampel hingga 136.080 rumah ini
biasanya dilakukan setiap lima tahun sekali.
Intinya, penghitungan Indeks Harga Konsumen menentukan seberapa besar
perubahan suatu kelompok barang dari tahun dasar pengumpulan nilai komoditas
tersebut. CPI mengukur inflasi sebagai akibat dari permintaan agregat perekonomian
terhadap barang dan jasa yang berada di bawah tekanan. Penyebab terjadinya inflasi
bisa disebabkan oleh beberapa hal. Ekspektasi masyarakat terhadap tingkat inflasi,
jumlah uang beredar, elemen siklus aktivitas ekonomi, dan tekanan permintaan
musiman berinteraksi secara permanen.

B. Penjualan
1. Pengertian penjualan
Sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan karena
operasi penjualan produk dan layanan yang tidak dikelola dengan baik dapat
berdampak negatif pada bisnis. Dapat terjadi karena pendapatan akan turun dan
target penjualan yang diproyeksikan tidak akan tercapai. Istilah “penjualan”
mempunyai pengertian yang cukup luas. Beberapa ahli menyebutnya sebagai ilmu
pengetahuan, sementara yang lain menyebutnya sebagai seni ilmiah. Beberapa
juga memasukkan masalah etika dalam penjualan.
Definisi penjualan Henry Simamora menunjukkan bahwa penjualan
merupakan hal yang umum dalam bisnis dan terdiri dari total harga yang
dibebankan kepada klien atas barang dan jasa. Sedangkan Chairul Marom
mengartikan penjualan sebagai kegiatan utama perusahaan yang sering dilakukan
secara rutin.
Winardi menyatakan bahwa penjualan adalah suatu proses di mana
kebutuhan konsumen dan penjual dipenuhi melalui perdagangan dan kepentingan
bersama. Sementara itu, Preston dan Nelson dalam Winardi mengartikan
penjualan sebagai pertemuan individu pembeli dan penjual dengan tujuan
melakukan pertukaran produk dan jasa berdasarkan faktor-faktor penting,
misalnya faktor finansial.
Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa jual beli adalah suatu
perjanjian antara penjual dan pembeli yang mana penjual menjual suatu barang
dengan imbalan janji pembeli untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan
atas barang itu dengan harga yang disepakati sesuai harga jual.
Kegiatan penjualan dapat memulai suatu proses dimana penjual dan
pembeli memperdagangkan produk atau jasa. Seseorang yang menjual sesuatu
akan menerima uang sebagai imbalan dalam perekonomian. Masyarakat akan
lebih mudah memuaskan keinginannya dan melakukan penjualan apabila
mempunyai alat perdagangan berupa uang.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan
Aspek-aspek tertentu yang mungkin mempengaruhi aktivitas penjualan
dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, sehingga manajer penjualan perlu
memperhatikan masalah ini. Di antara variabel-variabel yang mempengaruhi
penjualan adalah sebagai berikut:
a. Kondisi dan kemampuan penjual
Perjanjian jual beli atau pengalihan hak milik Secara teori, ada dua
pihak yang terlibat dalam pemasaran produk dan jasa penjual sebagai pihak
pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Di sini, vendor harus mampu
membujuk pelanggan untuk bertindak guna memenuhi tujuan penjualan yang
diantisipasi. untuk mencapai Pembeli harus memahami beberapa aspek
penting yang berkaitan erat dengan:
1) Barang yang diberikan dan ciri-cirinya
2) Harga produk
3) Ketentuan penjualan, termasuk pembayaran, pengiriman, dukungan purna
jual, garansi, dan masalah lainnya.
b. Kondisi pasar
Operasi penjualan juga dapat dipengaruhi oleh pasar sebagai kumpulan
pelanggan potensial. Faktor-faktor yang berkaitan dengan keadaan pasar harus
diperhitungkan, seperti:
1) Kategori pasar;
2) Sektor pasar
3) Daya beli
4) Perilaku membeli
5) Kebutuhan dan keinginan
c. modal
Modal menunjukkan bahwa akan lebih sulit untuk menjual barang
tersebut jika calon pembeli tidak mengenalnya atau jika lokasinya jauh dari
tempat penjualan. Dalam keadaan seperti ini, vendor harus terlebih dahulu
mempresentasikan produknya kepada pelanggan. Fasilitas dan upaya
diperlukan untuk mencapai tujuan ini, termasuk: perlengkapan transit,
demonstrasi lokasi baik di dalam maupun di luar organisasi, pemasaran bisnis,
dan banyak lagi. Semua ini hanya mungkin terjadi jika penjualan menyediakan
dana yang diperlukan untuk aktivitas tersebut.
d. Kondidi organisasi perusahaan
Di perusahaan besar, masalah penjualan biasanya ditangani oleh
departemen tertentu (departemen penjualan), yang dikelola oleh individu atau
profesional penjualan tertentu. Usaha kecil menangani masalah penjualan
secara berbeda karena karyawan tersebut juga menangani tugas-tugas lain. Hal
ini karena mereka memiliki staf yang lebih sedikit, struktur organisasi yang
lebih sederhana, kesulitan yang harus dihadapi lebih sedikit, dan fasilitas yang
tidak serumit yang dimiliki oleh bisnis besar. Paling sering, ini adalah masalah
penjualan. Tugas tersebut di tangani sendiri oleh pemimpin dan tidak di
delegasikan.
e. Faktor lain
Penjualan sering kali dipengaruhi oleh variabel tambahan, seperti
periklanan, demonstrasi, promosi, dan pemberian hadiah.
3. Proses penjualan
Penjualan yang dilakukan secara langsung (juga dikenal sebagai penjualan
tatap muka) mencakup penjual yang berbicara dengan calon pelanggan secara
tatap muka. Langkah-langkahnya adalah: mempersiapkan penjualan, mencari
calon pelanggan, melakukan penjualan, dan penjualan purna jual.
1) Mempersiapkan untuk dijual
Tugas yang dihadapi adalah mempersiapkan penjualan energi dengan
menjelaskan produk yang dijual, target pasar, dan strategi penjualan yang
perlu diterapkan. Selain itu, mereka perlu menyadari kemungkinan motivasi
dan pola perilaku di sektor pasar sasaran.
2) Menemukan lokasi kemungkinan pembeli
Penjualan dapat mengidentifikasi propertinya, seperti lokasi, dengan
mengumpulkan data dari pelanggan terkini dan pelanggan lama. Oleh karena
itu, lokasi kelompok pasar sasaran dibahas pada langkah kedua ini. Dari sini,
daftar logis individu atau organisasi yang tertarik dengan barang yang dipasok
dapat dibuat. Konsumen mana yang saat ini menggunakan barang ringan
dapat disimpulkan dari basis konsumen yang ada.
3) Strategi awal
Sebelum melakukan transaksi, penjual harus meneliti orang atau
pelaku usaha yang mungkin diantisipasi menjadi pembeli. Selain itu, Anda
harus mengetahui merek yang mereka gunakan saat ini dan tanggapan mereka
terhadap produk tersebut. Untuk memungkinkan terciptanya penawaran
kepada pelanggan, serangkaian informasi harus dikumpulkan, seperti data
tentang preferensi dan perilaku pelanggan.
4) Melakukan penjualan
Penjualan tersebut diawali dengan upaya menarik calon konsumen,
setelah itu dicoba untuk menentukan apa yang menarik bagi mereka.
Akhirnya penjual menjual barangnya kepada pelanggan.
5) Bantuan pasca pembelian
Operasi ini dilakukan dengan menawarkan jasa atau jasa yang
berkaitan dengan penjualan barang-barang tahan lama seperti lemari es, kukan
san, dan barang-barang lainnya, atau komoditas industri seperti instalasi.
Setelah transaksi selesai, vendor juga dapat menawarkan layanan tambahan,
seperti pemberian jaminan, layanan perbaikan, instruksi kepada petugas
operasional tentang cara mengoperasikan produk, dan pengiriman produk ke
rumah pembeli.

C. Penelitian terdahulu yang relevan


1) Berliana Karina 2017; Pengaruh Indeks Harga Konsumen dan Tingkat Inflasi
Terhadap PDB di Indonesia dari tahun 2011 hingga 2015. Hasil Menurut
penelitian, indeks harga konsumen (CPI) tidak memberikan dampak yang
signifikan terhadap maksimalisasi kesejahteraan ekonomi melalui pertumbuhan
PDB. Oleh karena itu, disarankan agar Indonesia memperbanyak lapangan kerja
guna meningkatkan jumlah pendapatan yang dapat berdampak pada CPI (Indeks
Harga Konsumen) dari waktu ke waktu dan berkontribusi terhadap pertumbuhan
PDB. Selain itu, ini melambat Pertumbuhan inflasi sangat penting untuk
pertumbuhan PDB periode waktu tertentu. Menggabungkan kedua gagasan di atas
akan memungkinkan Indonesia mencapai kesuksesan ekonomi, dengan
pertumbuhan PDB sebagai indikasinya.
2) Analisis Dampak Inflasi Dan Pertumbuhan Biaya Produksi Terhadap Profit
Margin Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang IPO Di BEI, Siti
Nurkholifah, 2008. Temuan penelitian ini didasarkan pada Gross Profit Margin
(GPM) perusahaan yang mewakili rata-rata jumlah keuntungan batas. PT. Aqua
Golden Mississippi Tbk, PT. Cahaya Kalbar Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT.
Mayora Indah, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Prasidha Aneka Niagga
Tbk, PT. Siantar Top Tbk, PT. Pintar Tbk, PT. merupakan salah satu perusahaan
makanan dan minuman yang IPO di BEI antara tahun 2005 dan 2008.
3) Rata-rata laju pertumbuhan biaya produksi pada perusahaan Makanan dan
Minuman yang go public di BEI antara tahun 2005 hingga 2008 adalah sebesar
11,47% pada PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, 125,98% di PT. Cahaya Kalbar
Tbk, 22,67% di PT. Kalimantan Barat Ringan Tbk, 32,98% di PT. Mayora Indah
Tbk, 15,14% di PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, 27.2
4) Lisa Permana Sari; 2009. Analisis Faktor Indeks Harga Konsumen pada Sub
Kelompok Pengeluaran yang Mempengaruhi Laju Inflasi Kudus Tahun 2007.
Faktor-faktor yang dihilangkan berdasarkan temuan analisis antara lain yang
berkaitan dengan padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya, serta variabel fasilitas
dan pendukung lainnya. Kedua faktor tersebut—0,095 untuk variabel padi-padian,
umbi-umbian, dan hasil serta 0,295 untuk variabel fasilitas dan pendukung lainnya
—tidak dimasukkan karena nilai MSA kurang dari 0,5. Oleh karena itu, variabel
lemak dan minyak, tembakau dan minuman beralkohol, biaya perumahan,
perlengkapan rumah tangga, pengelolaan rumah tangga, barang-barang pribadi
dan lainnya, jasa perawatan fisik, dan minuman non-alkohol merupakan variabel
indeks harga konsumen pada subkelompok pengeluaran yang paling kuat
mempengaruhi laju inflasi Kabupaten Kudus. Penulis merekomendasikan agar
Pemerintah Kabupaten Kudus melakukan analisis faktor setiap tahun untuk
mengidentifikasi subkelompok berdasarkan hasil kegiatan tersebut di atas. Apa
yang Anda belanjakan berdampak pada tingkat inflasi distrik Holy. Oleh karena
itu, pemerintah Kabupaten Kudus mungkin akan memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap pengelompokan pengeluaran ini, yang akan berdampak pada
penurunan tingkat inflasi pada tahun berikutnya. Jika inflasi terus berlanjut,
masyarakat akan menderita akibat meningkatnya biaya kelompok pembelanja.
5) Dengan menggunakan analisis regresi linier langsung, DindapRima Fatharani dan
Ngatno menguji pengaruh inflasi dan nilai tukar (nilai tukar dollar Amerika versus
rupiah) terhadap harga dan omzet penjualan Toyota Kijang Inova Type G di Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di dalam Menurut penelitian ini, inflasi
berdampak buruk pada omzet penjualan. Koefisien regresi sebesar 2.150 menjadi
buktinya. Artinya omset penjualan akan turun sebesar 2.150 untuk setiap kenaikan
inflasi. Sedangkan koefisien terminasi dari variabel inflasi sebesar 11,3%, nilai
koefisien korelasi sebesar 0,336 termasuk dalam rentang yang rendah. Hasil uji
regresi linier sederhana menunjukkan nilai t hitung (-2,983) (0,05). Temuan ini
menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budi Prijianto Saryono
(2008) yang menemukan bahwa inflasi berdampak satu arah terhadap omzet
penjualan.
6) Dampak PDB, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap tingkat penjualan
rumah di Surabaya dan sekitarnya diteliti oleh Pulus Hari Ratnopanowo.
Berdasarkan temuan penelitian ini, tingkat suku bunga (X1), nilai tukar (X2), dan
GDPR (X4) semuanya berdampak terhadap volume penjualan properti di
Surabaya dan sekitarnya. Penjualan rumah dengan KPR subsidi 22,5%, KPR
komersial 74%, dan SHGB donasi 15,1%. Pengaruh gabungan 4 variabel
independen diwakili oleh besarnya R2. Variabel PDRB mempunyai pengaruh
paling besar terhadap variabel terikat pada KPR bersubsidi, sedangkan variabel
Nilai Tukar mempunyai pengaruh paling besar terhadap variabel terikat pada KPR
konvensional dan SHGB.
7) Dampak pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dolar, dan suku bunga terhadap
volume penjualan sepeda motor di Indonesia diulas oleh Ahmad Farizal. Uji
asumsi tradisional, uji regresi linier sederhana, dan uji regresi linier berganda
merupakan teknik yang digunakan. Berdasarkan temuan pengujian, diketahui
bahwa ekspansi ekonomi dan suku bunga mempunyai dampak besar terhadap
jumlah pembelian sepeda motor. Sementara itu, volume penjualan sepeda motor di
Indonesia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh faktor inflasi maupun nilai
tukar (kurs).
8) Dengan mengkaji pengaruh Inflasi dan Beban Penjualan terhadap Perputaran
Penjualan, Budi Prijanto. Pengujian regresi, baik dasar maupun linier berganda,
adalah teknik yang digunakan. Berdasarkan temuan penelitian, tidak ada
hubungan satu arah antara inflasi dan omzet penjualan. Menurunnya omzet
penjualan berbanding terbalik dengan tingkat inflasi. Sebaliknya, hubungan antara
biaya penjualan dan omzet penjualan bersifat linier. beban penjualan yang lebih
besar menghasilkan omset penjualan yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Feronika Br Simanungkalit, E. (2020). Pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan


ekonomi di Indonesia (vol. 13 issue 3).

Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, (Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2008)

Boediono, Ekonomi Makro: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi

Nopirin, Ph.D, Ekonomi Moneter Buku 2, Cetakan ke 10, (Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta, 2009)
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008),
hlm. 135
Donald A Ball, et al. Bisnis Internasional; Tantangan Persaingan Global. diterj.
Syahrizal Noor. (Jakarta: Salemba Empat, 2015)
Ray Fani Arning Putri, Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor Indonesia
Komoditi Tekstil Dan Elektronika Ke Korea Selatan (Studi Sebelum dan Setelah ASEAN
Korea Free Trade Agreement Tahun 2011), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 35 No. 1
Juni 2016,
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar; (Jakarta : Rajawali Pers, 2012)
Berlian Karliana, Pengaruh Tingkat Inflasi, Indeks Harga Konsumen Terhadap PDP
di Indonesia Pada tahun 2011-2015, Vol. 6 No.1 April 2017
1Novianti, P. W. “Pemodelan IHK Umum Nasional dengan Metode Intervensi Multi
Input dan Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH)”, Skripsi,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2009
Listyowati, Brodjol Sutijo S. U, Pemodelan Indeks Harga Konsumen (IHK) Umum
Berdasarkan IHK Sektor Bahan Makanan dan IHK Sektor Makanan Jadi, Minuman/Rokok,
Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.2, (2013)
William Mc Eachern, Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer, (Jakarta: Salemba
Empat, 2009)
Berliana Karina, Jurnal, Pengaruh Tingkat Inflasi, Indeks Harga Konsumen Terhadap
PDB di Indonesia pada tahun 2011-2015, Vol. 6 No.1 April 2017
Ibnu Syeh Fajar, Pengaruh Ekspor-Impor dan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. 2013.

Anda mungkin juga menyukai