Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai


informasi yang akan membantu manjer, investor, otoritas pajak dan pembuatan keputusan
lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan
lembaga pemerintah.
Di Indonesia adalah salah satu negara berkembang saat ini.Masalah umum yang
sering dihadapi negara berkembang adalah tingginya tingkat inflasi.Sejak krisis moneter
tahun 1998, harga-harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2007 saja tingkat inflasi di
Indonesia adalah 6,59 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa aktiva yang dimiliki harganya
akan berkurang sebesar 6.59 persen sedangkan pendapatan dinilai terlalu tinggi sebesar
angka yang sama.
Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa
inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan
fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi
negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat
faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya),
atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya
term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga
di pasar domestik.
Inflasi itu sendiri adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-
rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan
untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.

1
Kemudian mengenai Akuntansi Inflasi adalah Istilah yang menggambarkan
berbagai sistem akuntansi yang dirancang untuk memperbaiki masalah yang timbul dari
biaya historis akuntansi di hadapan Inflasi. akuntansi perlengkapan Inflasi di Negara-
Negara atau mengalami Inflasi Tinggi yang hiperinflasi. Sebagai contoh, di Negara-
Negara yang mengalami hiperinflasi Dewan Standar Akuntansi Internasional
mengharuskan anak pajak tangguhan Laporan keuanganakan disesuaikan Artikel Baru
yang perubahan daya beli artikel baru menggunakan indeks harga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Inflasi ?
2. Apa penyebab faktor-faktor Inflasi?
3. Bagaimana Penggolongan Inflasi?
4. Apa pengertian Akuntansi Inflasi ?
5. Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara ?
6. Apa saja Metode yang digunakan Akuntansi Inflasi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Dengan dibuatnya Makalah ini kita bisa mengetahui lebih dalam mengenai inflasi
sendiri di dalam negeri maupun di luar negeri dan bisa mengetahui dampak positif
maupun dampak negative beserta penyebab dari inflasi itu sendiri. Dengan adanya
pengertian dari inflasi juga bisa lebih dalam yaitu mengenai metoda-metoda dari
akuntansi inflasi. Mengenal dengan adanya pengetahuan dari inflasi lebih menyeluruh,
kita juga bisa mempunyai wawasan mengenai perkembangan inflasi di Indonesia ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 INFLASI
2.1.1 Pengertian Perubahan Harga (Inflasi)
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus-
menerus dalam waktu tertentu. Dari pengertian tersebut, apabila terjadi kenaikan harga
yang hanya bersifat sementara maka kenaikan harga tersebut tidak dapat dikatakan
inflasi. Inflasi dikatakan terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus
menerus dan saling mempengaruhi.

2.1.2 Penyebab Inflasi


Penyebab terjadinya inflasi secara umum bisa dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Demand-pull Inflation
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan
bertambahnya permintaan faktor‐faktor produksi. Meningkatnya permintaan
terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi
terjadi karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh
permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga
dikenal dengan istilah demand pull inflation.
2. Cost-push Inflation
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga
mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasikan ikut naik.
3. Domestic Inflation,
Domestic inflation yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan
pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam
negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.
4. Imported Inflation,
Imported inflatio yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-
harga komoditi diluar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan
perdagangan dengan negara yang bersangkutan).

3
2.1.3 Penggolongan Inflasi
 Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua :
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri.
Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan
gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
b. Inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga
barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri
tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
 Berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga, inflasi dapat dibedakan
menjadi tiga:
a. Inflasi tertutup (Closed Inflation), Jika kenaikan harga yang terjadi hanya
berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu.
b. Inflasi terbuka (Open Inflation), kenaikan harga terjadi pada semua barang secara
umum.
c. Inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi), kenaikan harga dimana setiap saat
harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan
uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot.
 Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

2.2 AKUNTASI INFLASI


2.2.1 Pengertian Akuntansi Inflasi
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak (1989) Akuntansi Inflasi adalah merupakan
suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah
memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi
yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.

4
2.2.2 Model / Metode Akuntansi Inflasi
A. Model Penyesuaian Inflasi
1. Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Model biaya historis‐dolar konstan mempertimbangkan perubahan harga ini
dengan mengukur laba sedemikian rupa sehingga pendapatan tersebut
mencerminkan jumlah maksimum sumber daya yang dapat didistribusikan ke
berbagai pihak yang berhak selama periode tertentu, dan pada saat yang sama
mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memperoleh jumlah barang dan
jasa yang secara umum sama, pada akhir periode, dengan jumlah barang dan jasa
yang dapat diperolehnya pada awal periode. Singkatnya, mata uang tetap (biaya
historis) adalah jumlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat
harga (daya beli) umum.

Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan dalam translasi jumlah uang yang
dibayarkan di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli di akhir periodenya
(yaitu daya beli tetap biaya historis).
Rumus yang digunakan adalah:
𝐺𝑃𝐿𝑐
× 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙𝑡𝑑 = 𝑃𝑃𝐸𝑐
𝐺𝑃𝐿𝑡𝑑

Keterangan :
GPL = Indeks harga umum
c = Tahun berjalan
td = Tanggal transaksi
PPE = Setara daya beli umum

Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos
yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya
historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli
umum diakhir periode. Jika semua transaksi dilakukan secara seragam selama
periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan barang atau jasa), maka
penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan. Ketika menyajikan
pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode, ketimbang menyesuaikan

5
tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita dapat
menggunakan rumus berikut :
𝐺𝑃𝐿𝑐
× 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝑃𝐸𝑐
𝐺𝑃𝐿𝑡𝑑

2. Penyesuaian Biaya-Kini / Biaya Berjalan


Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek
utama yaitu:
a. Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena
aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa
depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini
memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas
perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan.
b. Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari
perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh
perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan komponen pajak),
namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik
perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan
menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus
atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar
harga dari penyedia, dan lain‑lain) untuk mencerminkan perubahan dalam
ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.

3. Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat-Harga Umum


Operasi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan
harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya
kini. Pengukuran ini, disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan
tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan
model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk
mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun
perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau rugi
daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan
lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya

6
kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan
bersih setelah pajak.

B. Model Saji Ulang


1. Penyajian ulang biaya berjalan operasi luar negeri
Di sini ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode translasi saji
ulang (translate-restate method) dan metode saji ulang translasi (restate translate
method). Bagi perusahaan yang memandang operasi dari perspektif induk
disarankan menggunakan metode translasi saji ulang. Perusahaan multinasional
yang menggunakan valuta lokal sebagai valuta fungsionalnya harus menggunakan
metode saji ulang translasi.

C. Model Pengendalian
1. Gearing Adjustments
Penyesuaian gearing dalam laporan laba adalah menghindari efek inflasi
ketika menggunakan model akuntansi nilai berjalan (current value accounting
model). Ketika menerapkan model akuntansi nilai kini (current value), gearing
adjustment memperhitungkan pengaruh inflasi. Besarnya jumlah penyesuaian
gearing dihtung dengan mengalikan ratio rata-rata pinjaman pada rata-rata aset
operasi dengan penyesuaian current value seperti harga pokok penjualan berjalan
dan depresiasi current cost.

Average borrowing
Gearing adjustment= ×Total current value adjustment made
Average operating asset
Konsep gearing adjustment sangat membingungkan. Konsep ini jelas-jelas
dimaksudkan untuk pemilikan perusahaan perorangan bukan untuk badan usaha
(entitas). Di Inggris gearing adjustment merupakan bagian mekanisme akuntansi
inflasi dan ada hubungannya dengan holding gain.

7
2.3 Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(Statement of Financial Accounting StandardsSAFS) No. 33 Berjudul “Pelaporan
Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan
AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi)
yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar (setelah dikurangi
dengan akumulasi depresiasi) untuk selama lima tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini. Banyak pengguna dan
penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa:
1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar.
3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan data biaya kini.

Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard CommitteeASC)
menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards
Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun
pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
1. Standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris
mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan.

Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :


1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis.
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-
akun pelengkap biaya kini.
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan
informasi biaya historis yang memadai.

8
Brazil
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan 2
kelompok pilihan pelaporan, hukum perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas Pasar
Modal Brazil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan
ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan
indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang
lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan
deprsiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau depresi (termasuk setiap provisi
kerugiaan yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal,
cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang
digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.

2.4 CONTOH SOAL MODEL SAJI ULANG


Penyajian Ulang Biaya Berjalan Operasi Luar Negeri
Sebagai ilustrasi dalam cara penghitugan biaya berjalan persediaan dan harga pokok
penjualan. PT Brotooli adalah sebuah anak perusahaan AS di Indonesia yang valuta
fungsionalnya rupiah (Rp). Laporan keuangan komparatif disajikan pada Tabel 6.1 dan
informasi kurs serta tingkat harga umum disajikan dalam Tabel 6.2 Diasumsikan PT
Brotooli hanya mempunyai peralatan, tidak memiliki persediaan. Peralatan yang dibeli
pada awal 20X0 disusutkan dengan metode garis lurus dalam masa 10 tahun tanpa nilai
sisa. Biaya berjalan peralatan pada akhir tahun adalah sebagai berikut :
(dalam 000 / ribuan)
20X0 20X1
Biaya berjalan Rp 8.000.000 Rp 11.000.000
Akumulasi penyusutan (800.000) (2.200.000)
Biaya berjalan-neto Rp 7.200.000 Rp 8.800.000

Metode translansi saji ulang. Beradasarkan biaya berjalan tersebut dihitung depresiasi
biaya berjalan (dalam 000) sebagai berikut :
(dalam 000)
Biaya berjalan 31-12-20X0 Rp 8.000.000
Biaya berjalan 31-12-20X1 Rp 11.000.000
Rp 19.000.000
Biaya berjalan rata – rata :2
Rp 9.500.000
x10%
Depresiasi biaya berjalan Rp 950.000

9
Depresiasi baiaya berjalan ini ditranslasikan ke dolar AS dan dinyatakan sesuai
tingkata inflasi AS. Kurs translansi yang dianggap praktis adalah kurs rata – rata sehingga
depresiasi biaya berjalan tersebut menjadi $118.750 (Rp 950.000.000 x 1/8.000)

Tabel 6.1 Laporan Keuangan Biaya Historis PT Brotooli


(dalam 000)

Neraca 20X0 20X1


Kas Rp 2.500.000 Rp 5.100.000
Peralatan – net 4.000.000 3.500.000
Total aset Rp 6.500.000 Rp 8.600.000
Kewajiban lancar Rp 1.000.000 Rp 1.200.000
Utang jangka panjang 3.000.000 4.000.000
Modal 2.500.000 3.400.000
Total kewajiban dan modal Rp 6.500.000 Rp 8.600.000

Laporan laba rugi (untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X1
Pendapatan Rp 10.000.000
Beban operasi Rp 7.700.000
Depresiasi biaya hirtoris 500.000
Lain – lain 900.000 ( 9.100.000 )
Laba bersih 900.000
Modal 20X0 2.500.000
Modal 20X1 Rp 3.400.000

Pendapatan atas dasar penghasilan biaya berjalan (current cost based income)
Rp450.000.000 diperolehan denga menambahkan kembali depresiasi biaya historis
Rp500.000.000 ke penghasilan seperti dilaporkan (Rp 900.000.000) dikurangi dengan
biaya berjalan ekuivalen (Rp950.000.000). Penghasilan atas biaya berjalan dalam dolar
konstan dihitung dengan cara praktis adalah $56.250 (Rp450.000.000x1/8.000)

Tabel 6.2 Data kurs dan indeks tingkat harga umum (hipotesis)

Indeks tingkat harga


Kurs pertukaran umum
Indonesia AS
31-12-20X0 Rp 7.900 = $1 31-12-20X0 200 130
Rata- rata tahun 20X1 Rp 8.000 = $1 Rata-rata tahun 20X1 215 134
31-12-20X1 Rp 8.100 = $1 31-12-20X1 230 138
Selanjutkan komponen inflasi biaya berjalan peralatan dihitung sebagai berikut :

Dolar nominal $300.000 dikurangi dolar konstan $240.424 dipoleh komponen inflasi
$59.576 Penjelasan rinci angka – angka tersebut, yang dinyatakan berdasarkan daya beli rata–
rata (yaitu: dolar konstan) yang ekuivalen, diberikan di bawah ini.

10
Biaya Translasi Biaya Restate Biaya
berjalan kurs berjalan GPL AS berjalan/dolar
(000.000) rata-rata konstan
Biaya berjalan – neto 31-12-20X0 Rp 7.200 x 1/8.000 = $ 900.000 x 134/130 = $ 927.692
Depresiasi (800) x 1/8.000 = (100.000) = (100.000)
Biaya berjalan – neto 31-12-20X1 8.800 x 1/8.000 = $ 1.100.000 x 134/138 = 1.068.116
Rp 2.400 $ 300.000 $ 240.424

Kemudian dihitung keuntungan moneter (keuntungan daya beli) tanggal 31-12-20X1


yang diperoleh $ 6.131 Dengan asumsi Brotooli mempertahankan posisi kewajiban moneter
neto seperti tertera pada Tabel 6.3 sebesar Rp 1.500.000.000, perhitungan keuntungan
moneter tersebut dilakukan sebagai berikut :

Rupiah Kurs Dolar Restate Dolar


(000.000) rata-rata GPL AS konstan
Kewajiban moneter–neto 31-12-20X0 Rp 1.500 x 1/8.000 = $ 187.500 x 134/130 = $ 193.269
Penurunan selama 20X1 (1.400) x 1/8.000 = (175.000) = (175.000)
Kewajiban moneter–neto 31-12-20X1 100 x 1/8.000 = $ 12.500 x 134/138 = 12.138
Keuntungan moneter $ 6.131

Tabel 6.3 Model Biaya Berjalan dalam Rupiah Nominal (000.000) dan Dolar

31 Desember 20X0 31 Desember 20X1


Rp Kurs $ Rp Kurs $
Kas 2.500 1/7.900 316.456 5.100 1/8.100 629.630
Kewajiban Lancar 1.000 1/7.900 126.582 1.200 1/8.100 148.148
Utang jangka panjang 3.000 1/7.900 379.747 4.000 1/8.100 493.827
Kewajiban moneter-neto 1.500 189.874 100 1/8.100 12.346
Peralatan-neto 7.200 1/7.900 911.392 8.800 1.086.420
Modal biaya berjalan 5.700 721.518 8.700 1.074.074

Akhirnya penyesuaian translasi dihitung sebesar selisih antara jumlah modal per 31-
12-20X1 dengan jumlah modal 31-12-20X0 sebagai berikut :

Modal 31-12-20X0 (dalam dolar konstan rata-rata 20X1


$721.518 x 134/130 $ 743.719
+ Laba berjalan Rp450.000.000 x1/8.000 $ 56.250
+ Keuntungan daya beli 6.131
+ Peningkatan peralatan biaya berjalan, nilai bersih inflasi 240.424 302.805
$ 1.046.524
- Penyesuaian translasi 3.583
= Modal 31-12-20X1 (dalam dolar konstan rata- rata 20X1
$ 6.692 x 134/138 = $ 1.042.941

11
Metode saji ulang translasi. Di sini penyesuaian terhadap inflasi umum dilakukan
dalam rupiah dengan indeks tingkat harga umum Indonesia. Ini dimakud untuk menyajikan
ulang biaya berjalan rupiah ekuivalen ke dalam rupiah konstan sebelum ditranslasikan ke
dolar AS.

Depresiasi dan laba operasi biaya berjalan dalam rupiah ditentukan seperti telah di
kemukakan sebelumnya. Angka-angka ini masing-masing Rp950.000.000 dan
Rp450.000.000. Peningkatan dalam biaya berjalan peralatan neto, karena inflasi, ditentukan
dengan menyajikan ulang saldo biaya berjalan peralatan awal tahun dengan menggunakan
indeks tingkat harga umum Indonesia, yaitu :

Rupiah Saji ulang GPL Rupiah


nominal Indonesia konstan
(000.000) (000.000)
Biaya berjalan – neto 31-12-20X0 Rp 7.200 x 215/200 = Rp 7.740
Depresiasi (800) = (800)
Biaya berjalan – neto 31-12-20X1 8.800 x 215/230 = 8.226
Rp 2.400 Rp 1.286

Keuntungan moneter Brotooli dalam rupiah konstan sebesar Rp 119.000.000 dihitung


sebagai berikut :

Rupiah Saji ulang GPL Rupiah


nominal Indonesia konstan
(000.000) (000.000)
Biaya berjalan – neto 31-12-20X0 Rp 1.500 x 215/200 = Rp 1.612
Penurunan tahun berjalan (1.400) = (1.400)
Biaya berjalan – neto 31-12-20X1 Rp 100 215/230 = Rp 93
Keuntungan daya beli Rp 119

Translasi saldo biaya berjalan / rupiah konstan ke dalam dolar AS berdasarkan metode
saji ulang translasi menghasilkan penyesuaian translasi sebagai berikut :

Rupiah Rupiah konstan


konstan Translasi (dalam dolar)
(000.000)
Ekuitas pemilik 31-12-20X0 (dalam
rupiah konstan rata-rata 20X1)
Rp 5.700 x 215/200 = Rp 6.251 x 1/7.900 = $ 791.266
+ Current cost – based income 450 x 1/8.000 = 56.250
+ Monetary again 119 x 1/8.000 = 14.875
+ Current cost increase, inflasi neto 1.286 x 1/8.000 = 160.750
Subtotal $ 1.023.141
- Penyesuaian translasi (19.067)
= Ekuitas Pemilik 31-12-20X1 (rata-
rata rupiah konstan 20X1)
Rp 8.700 x 215/230 = Rp 8.133 x 1/8.100 = $ 1.004.074

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perubahan harga atau inflasi merupakan fluktuasi pergerakan harga baik suatu
peningkatan maupun suatu penurunan. Peningkatan harga secara umum di kenal dengan
istilah inflasi, sedangkan penurunan harga secara umum dikenal dengan istilah deflasi.
Perubahan harga disini terdapat dua jenis yaitu perubahan harga umum maupun
perubahan harga spesifik. Perubahan harga umum merupakan perubahan harga secara
keseluruhan komoditi, sedangkan perubahan harga khusus merupakan perubahan harga
komoditi tertentu. Pada periode perubahan harga ini laporan keuangan sangat teramat
rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya
ketidakakuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang
didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran
kinerja dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang
tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut menimbulkan kesulitan para pembaca untuk
menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan. Terdapat dua jenis metode
yang dapat dilakukan untuk melakukan penyesuaian terhadap inflasi, yaitu :
1. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum yang
disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis.
2. Akuntansi untuk perubahan harga khusus yang disebut dengan model biaya kini.

3.2 Saran
Makalah Akuntansi Internasional ini masih banyak kekurangan. Oleh karenanya
penulis harap agar memberikan peran-peran untuk memperbaiki ke depannya.

13
DAFTAR PUSAKA

Allan Moechamad Z.K, et all. 2013. Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga. Dalam
https://datakata.wordpress.com/2013/12/03/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/ ,
diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.

Astri Sri Dayanti. 2015. Akuntansi Internasional : Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi).
Dalam http://astrisridayanti.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-internasional-akuntansi.html ,
diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.

Kartika Ratna Sari. 2016. Akuntansi Internasional Bab 7. Pelaporan Keuangan dan
Perubahan Harga. Dalam http://kartikaratnas.blogspot.co.id/2016/04/akuntansi-
internasional-bab-7-pelaporan.html , diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.

Marista Fitri. 2015. Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi). Dalam


http://maristafitri.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-perubahan-harga-inflasi.html , diunduh
pada Selasa, 2 Mei 2017.

Nur Isnaini. 2014. Akuntansi Internasional. Dalam


http://isnanaina.blogspot.co.id/2014/11/akuntansi-internasional.html , diunduh pada Selasa, 2
Mei 2017.

Sukman. 2015. Makalah Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga. Dalam


http://sukman21.blogspot.co.id/2015/05/makalahpelaporankeuangandan.html , diunduh pada
Selasa, 2 Mei 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai