Anda di halaman 1dari 8

TEORI AKUNTANSI

“KONSEP BIAYA”

12.1 KARAKTERISTIK BIAYA


A. Pengertian Biaya
Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka
menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefisnisikan biaya
sebagai berikut:
Biaya adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau
kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi
barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan
kegiatan utama suatu entitas"
IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut:
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.

B. Biaya dan Rugi (Losses)


Atas dasar definisi biaya diatas dapat dikatakan bahwa yang termasuk biaya hanya
cost yang benar-benar dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan. Penggunaan aktiva
atau pengurangan cost aktiva yang tidak berkaitan dengan proses memperoleh
pendapatan seharusnya dikelompokkan sebagai rugi (losses).
Agar pemakai laporan keuangan mendapat tambahan informasi yang lebih lengkap,
rugi dapat disertakan dalam laporan rugi laba sebagai penentu besarnya laba
komprehensif. Rugi sebaiknya disajikan terpisah dari biaya. Koreksi terhadap besarnya
biaya periode lalu, tidak dapat diperlakukan sebagai rugi. Koreksi tersebut harus
diklasifikasikan secara terpisah sebagai “Koreksi Kesalahan Periode Sebelumnya”.

12.2 Pengukuran dan Pengakuan Biaya


Pengukuran dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan
laporan keuangan. Kecermatan mengukur besarnya biaya mempengaruhi keakuratan
informasi keuangan yang dihasilkan. Ketepatan saat mengakui biaya juga akan
berpengaruh dalam penentuan besarnya rugi/laba perusahaan. Oleh karena itu
pemahaman secara konseptual tentang pengukuran dan pengakuan pendapatan tidak
dapat diabaikan.

A. Pengukuran Biaya
Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang
digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu, pengukuran biaya dapat
didasarkan pada:
1) Cost historis
Cost historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan umtuk
memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atas dasar cost historis, dapat digunakan
untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan dan sebagainya.

2) Cost Pengganti/Cost Masukan Terkini (Replacement Cost/Curent Input Cost)


Cost masukan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus
dikorbankan sekaran oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam
kondisi yang sama. Contohnya, pernilaian untuk persediaan.
3) Setara Kas (Cash Equivalent)
Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap
jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaa normal. Nilai ini biasanya
didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi yang
sama. Pos aktiva berwujud biasanya menggunakan dasar penilaian ini.

B. Pengakuan Biaya
Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu:
1. Sebagai aktiva (potensi jasa)
2. Sebagai beban pendapatan (biaya)
Atas dasar konsep kontinuitas usaha, cost mula-mula diperlakukan sebagai aktiva
dan kemuian baru diperlakukan sebagai pengurang pendapatan (biaya).
Misalnya, cost persediaan ada awalnya dicatat/di akui sebagai aktiva.
Apabila cost tersebut telah dinytakan keluar (dijual) untuk menghasilkan pendapatan,
maka cost tersebut dinyatakan sebagai biaya, dengan nama cost barang terjual (cost of
goods sold). Ada dua masalah yang muncul sehubungan dengan
pemisahan cost tersebut, yaitu:
1. Kriteria yang digunakan untuk menentukan yang harus dibebankan pada pendapatan
peiode berjalan.
2. Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan
pembebanannya.
Semua cost dapat ditangguhkan pembebananya sebagai biaya, apabila cost tersebut
memenuhi kriteria sebagai aktiva yaitu:
a. Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang,
dikendalikan perusahaan, berasal dari transaksi masa lalu).
b. Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang
melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang meguasai.
c. Besanya manfaat dapat di ukur dengan cukup andal.

12.3 Konsep Penandingan (Matching)


Konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar
hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan
hasil yang dituju perusahaan, sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut merupakan upaya yang dilakukan perusahaan. Dengan demikian,
pendapatan harus ditandingkan dengan biaya yang diperkirakan telah menghasilkan
pendapatan tersebut, agar dihasilkan besarnya laba yang tepat.
Penandingan antara biaya dan pendapatan memerlukan dasar yang tepat. Upaya
mencari dasar penandingan yang tepat merupakan masalah yang sering dihadapi oleh
akuntan. Masalah tersebut tidak hanya menyangkut penentuan aktiva/jasa yang benar-
benar telah dipakai, akan tetapi juga menyangkut perhitungan besarnya nilai aktiva atau
jasa yang telah digunakan.
Dalam praktik, ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari
hubungan antara biaya dengan pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar
penandingan tersebut adalah, yaitu : hubungan sebab akibat (association of causes and
effects), alokasi sistematik dar rasional (systematic and rastional allocation) dan
pembebanan segera (immediate recognition).

a) Hubungan Sebab Akibat


Dasar yang paling ideal untuk menandingkan biaya dengan pendapatan adalah
hubungan sebab akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar
pengamatan yang dilakukan para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu
yang digunakan dalam proses produksi pada kahirnya akan membantu dalam proses
menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. Oleh karena itu dasar
penandingan ini sering disebut dengan penandingan langsung (director product
matching). Contoh dari biaya yang dapat ditandingkan dengan dasar penandingan
langsung adalah biaya komisi penjualan, gaji dan upah, serta cost barang
terjual (cost of goods sold) .
Cost yang dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu
atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat hubungannya antara cost tersebut
dengan pendapatan yang diakui. Dari pernyataan tersebut dapat dirumuskan bahwa
penandingan yang benar-benar tepat dapat dilakukan apabila terdapat hubungan
yang rasional antara pendapatan dan biaya. Oleh karena itu, pengakuan biaya harus
dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode yang sama dengan
periode pengakuan pendapatan.

b) Alokasi Sistematis dan Rasional


Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan dasar penandingan
periodik (period matching) atau penandingan tidak langsung (indirect
matching). Alokasi sistematik dan rasional dapat digunakan sebagai dasar
penandingan apabila dasar penandingan hubungan sebab-akibat tidak dapat
dilakukan. Atas dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan
bukan produk (unit fisik) tetapi periode. Dengan demikian, biaya diakui dan
dihubungkan dengan pendapatan pada periode terjadinya. Cost yang terjadi dapat
dialokasikan dalam beberapa periode, dan dapat juga langsung diakui dan
dibebankan sebagai biaya. Pemilihan terhadap dua alternatif tersebut tergantung
pada keadaan yang melandasi timbulnya cost tersebut.
Apabila manfaat cost suatu aktiva lebih dari satu periode, maka cost tersebut
dialokasikan secara sistematis pada periode yang menikmati manfaat tersebut.
Depresiasi aktiva tetap merupakan contoh alokasi sistematis. Masalah yang sering
muncul dalam alokasi ini adalah banyaknya metode alokasi yang dapat digunakan
dalam proses alokasi cost. Depresiasi dapat menggunakan metode alokasi seperti
garis lirus, ouput produksi, jumlah angka angka tahun dan sebagainya.

c) Pembebanan Segera (Immediate Recognition)


Apabila tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan cost atas dasar hubungan
sebab akibat ataupun alokasi sistematis dan rasional, maka cost langsung dapat
dibebankan pada periode terjadinya. Alasan yang melandasi pembebanan dengan
cara ini adalah kepraktisan. Misalnya, pencatatan terhadap biaya advertensi.
Cost yang dikeluarkan untuk kegiatan advertensi sulit untuk dihubungkan dengan
pendapatan atas dasar hubungan sebab akibat. Di samping itu, cost tersebut
kemungkinan memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Namun demikian,
karena manfaat tersebut sulit untuk diukur, pembebanan atas dasar alokasi
sistematis juga tidak dapat dilakukan dengan tepat. Konsumen mungkin saja
membeli produk perusahaan karena dipengaruhi oleh advertensi yang diketahui
beberapa tahun yang lalu. Jadi, karena manfaat tersebut tidak dapat diukur dengan
tepat, maka cost advertensi dibebankan langsung sebagai biaya. Pembebanan ini
berlaku juga untuk cost penelitian dan pengembangan.
Dalam statement FASB No. 2 yaitu Accounting for Research and Development
Cost disebutkan bahwa dasar penandingan hubungan sebab akibat dan alokasi
sistematis tidak dapat diterapkan untuk cost penelitian dan pengembangan. Hal ini
disebabkan manfaat penelitian dan pengembangan dimasa mendatang tidak dapat
ditentukan dengan tepat, karena itu cost tersebut tidak dapat dikapitalisasi dan
dicatat sebagai aktiva. Cost tersebut langsung dibebankan sebagai biaya pada
periode terjadinya.

12.4 Kritik Terhadap Konsep Penandingan


Konsep penandingan merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam kerangka
akuntansi konvensional. Menandingkan biaya dengan pendapatan sama halnya dengan
menandingkan upaya dan hasil. Kegiatan usaha merupakan suatu aliran cost yaitu suatu
aliran yang pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan. Meskipun konsep
penandingan merupakan hal yang umum diterapkan dalam akuntansi konvensional,
namun dalam pelaksanaannya masih diwarnai dengan berbegai pertentangan. Berikut ini
akan dibahas beberapa kritik yang ditujukan terhadap konsep matching.
a. Bukti yang Obyektif
Konsep penandingan memerlukan pertimbangan yang tepat dalam menentukan
besarnya cost yang akan dibebankan pada periode sekarang atau masa mendatang.
Dalam pengakuan pendapatan, bukti obyektif merupakan sarat utama yang harus
dipenuhi. Namun demikian bukti obyektif tersebut kurang begitu diperhatikan dalam
pengakuan biaya. Pengakuan biaya lebih didasarkan pada masalah rasional dan
kelayakan daripada bukti yang obyektif.
Dalam praktek akuntansi, suatu prosedur tertentu dapat diterima perlakuannya
apabila dipandang rasional dan layak untuk diterapkan. Misalnya, cost persediaan
dapat dibebankan sebagai biaya dengan salah satu metode yang diterima umum,
seperti LIFO atau FIFO. Demikian halnya, cost aktiva tetap dibebankan sebagai
biaya (depresiasi) atas dasar salah satu metode depresiasi yang diterima umum.

b. Evaluasi Terhadap Konsep Matching


Hubungan sebab akibat merupakan tahap terbaik untuk menandingkan biaya dengan
pendapatan. Meskipun prosedur ini rasional, tetapi sulit diterapkan dalam praktik.
Alasan utama terletak pada konsep Cost attach yang merupakan pendukung utama
hubungan sebab akibat. Hubungan sebab akibat sebenarnya tidak mungkin untuk
diterapkan, karena konsep cost attach tidak memiliki alasan/argumen yang kuat.
Dalam situasi tertentu, konsep cost attach tidak dapat menunjukkan dasar hubungan
sebab akibat sebagai dasar hubungan pembebanan yang benar-benar meyakinkan.
Oleh karena itu, akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan
pendapatan, tetapi atas dasar interval waktu.
Menurut Thomas, kebanyakan laporan yang dihasilkan akuntan hanya "omong
kosong" belaka dan tidak bermanfaat. Informasi yang dihasilkan hampir seluruhnya
didasarkan pada proses alokasi, yang tidak dapat dijustifikasi secara teoritis. Alokasi
secara teoritisakan memuaskan apabila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut
adalah:
1) Additivity
Alokasi harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-
bagiannya sama dengan jumlah keseluruhannya, tidak kurang tidak lebih. Dengan
kata lain, jika jumlah yang dialokasikan ditambahkan bersama-sama, maka
totalnya harus sama dengan jumlah sebelum alokasi.

2) Unambiguity
Metode alokasi harus menghasikan alokasi yang unik dengan menggunakan satu
dasar alokasi yang jelas dan cara alokasinya juga harus jelas.

3) Defensibility
Metode alokasi yang dipilih harus lebih baik dibandin metode alokasi yang lain.
Metode tersebut harus didukung oleh alasan yang kuat agar dapat dipertahankan
dari kemungkinan pemakaian metode yang lain.
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Biaya mempunyai dua karakteristik
utama yaitu aliran atau penurunan aset atau kenaikan kewajiban dan berkaitan dengan operasi
utama yang menerus. Rugi dibedakan dengan biaya karena timbul dari sumber yang secara
tidak langsung berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Rugi berasal dari transaksi,
kegiatan, atau sumber berupa kegiatan periferal, transfer non timbal-balik, penahanan aset, atau
faktor lingkungan. Kriteria pengakuan biaya adalah pemanfaatan dan kelenyapan. Biaya diakui
bilamana manfaat ekonomik telah dikonsumsi dalam rangka penyerahan barang atau jasa untuk
mendatangkan pendapatan atau bilamana manfaat ekonomik masa datang telah lenyap.
Biaya diukur dengan cost yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat dipandang
sebagai bagian cost yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan pendapatan. Bagian cost
yang terhabiskan dapat dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab-akibat,
alokasi sistematik dan rasional, atau pengakuan segera. Basis asosiasi atas dasar sebab-akibat
atau penandingan langsung atas dasar produk merupakan basis yang paling ideal. Akan tetapi,
alasan kepraktisan dan ketaktersediaankanan (univentoriability) beberapa faktor cost
(administrative dan pemasaran) menjadikan akuntansi beralih ke penandingan tak langsung
atau penandingan perioda. Dengan kata lain, takaran penandingan bukan lagi produk melainkan
periode.
DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, I, dan A. Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Edisi 3.

Anda mungkin juga menyukai