Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI MIKRO

INFLASI DAN PENGANGGURAN

Disusun oleh : kelompok V (Lima)

1. Muslimatun Fitriah (21A2541SM)


2. Ni kadek Cika Aulia Septiani (212544SM)
3. Nuril Hikmah (212538SM)
4. Ahmad Julfikar (212526SM)
5. Roviatul Chaerunisah (21A2549SM)
6. Baiq Silva Umami (212545SM)

JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA (S1)


JURUSAN MANAJEMEN PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya

kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok mata kuliah “Pengantar Ekonomi Mikro”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak

kesalahan/kekurangan baik dalam pengetikan maupun proses penyusunan makalah itu penyusun

mohon maaf.

Untuk lebih menyempurnakan makalah ini, kami mengharapkan saran dan dapat

membangun sehingga akan membuat makakalah ini semakin baik. Akhir kata kami sampaikan

terimakasih kepada Ibu dosen yang telah memberikan materi ini “Inflasi dan Pengangguran”.

Mataram, 28 Mei 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inflasi dan pengangguran merupakan bagian dari masalah makro ekonomi yang menjadi

perhatian utama bagi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Inflasi dan pengangguran

yang terlalu tinggi, akan berdampak pada fundamental perekonomian negara tersebut.

Rendahnya inflasi dan pengangguran terkadang tidak menguntungkan juga, karena inflasi yang

rendah akan berdampak pada produktifitas industri negara tersebut. Hal ini diakibatkan karena

adanya deflasi dari harga barang yang dihasilkan, maka masalah ini nantinya akan berdampak

pada pengurangan lapangan pekerjaan, yang nantinya hanya akan menambah pengangguran.

Dapat dikatakan bahwa inflasi dan pengangguran merupakan masalah jangka pendek dan jangka

panjang yang selalu menjadi momok bagi perekonomian suatu negara. Di katakan baik buruknya

suatu perekonomian negara dapat dilihat dari tingkat inflasi yang ada di negara tersebut.

B. . Rumusan Masalah

a. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?

b. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?

C. Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh inflasi,
deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan

kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus menerus, akibatnya daya

beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan

tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya

daya beli masyarakat. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat

karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun

yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil

pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli

sebesar 5% juga.

Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada

pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan

pemerintah karena ia adalah sukar untuk 5 dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah

menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba

atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah,

misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau

ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan

menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.
1. Jenis-jenis Inflasi

A. Menurut Sifatnya

Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu, sebagai berikut:

1. Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari

10%

2. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10-30% pertahun. Inflasi ini

biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi

pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan

sebagainya

3. Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30% - 100% pertahun.

Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik

4. Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga

secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat

tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih

baik dikatakan dengan barang.

B. Berdasarkan Sebabnya

Inflasi berdasarkan penyebab terbagi menjadi:

1. Demand Pull Inflation

Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak
lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya
adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran
tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan
mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya
diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja
baru.
2. Cost Push Inflation

Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya

produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara

yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan

kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya

produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung

menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya

naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.

C. Berdasarkan Asalnya

Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal dari

dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan

belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.

Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga

naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan

sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar negeri. Karena negara-negara yang menjadi

mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga

dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor

barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

2. Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada
beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi antara lain:
1. Consumer Price Index (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam
membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup, yaitu:

CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%

2. Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index


Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw
material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
3. GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI
dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas,
yaitu:

GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

a. Deflasi Inflasi Merayap Dan Hiperinflasi


Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang

digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi

dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang

tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap

Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang

menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat.

Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada

tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat

pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.

Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan.

Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak

mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara rata-rata di sebagian
negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat yang

seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah atau moderate inflation.

A. Dampak Inflasi
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka
pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat
menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk
menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui
beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut:

1. Dampak Positif

• Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan


seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
• Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
• Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak
untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
2. Dampak Negatif
• Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang
berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli
barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.
• Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik
tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush
akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya
dana investasi yang tersedia.
• Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.

• Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif
akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
3. Inflasi Dan Perkembangan Ekonomi
Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan

harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional. Maka

ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai

akibat inflasi menyebabkan barang – barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor

akan di lakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan

ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.

1. Cara Mencegah Inflasi

a. Kebijakan Moneter

Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank Sentral

dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :

• Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana

pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau

membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank

Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang

beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga

• Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga

yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum

• Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi


cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat
yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan
sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.

b. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan

yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan

fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat

mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.

c. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output


Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai

misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung

meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.

d. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing


Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk

gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga

dinaikkan.

2.2. Pengangguran

1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai

pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya

adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja

biasanya usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anak- anak (relatif di atas 6 – 18

tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih

sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang

memperdebatkannya.

Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun

baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja

pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik dengan salah satu teorinya yang terkenal sebagai

hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own demand” atau

penawaran menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka
pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung lama, karena akan pulih

kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan barang dalam jumlah

tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang sama misalkan terdapat

para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih baik menghasilkan barang dalam jumlah

banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa takut risiko gagal dalam penjualan, maka semua

pencari kerja itu akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang disediakan oleh produsen /

perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi pada kenyataannya tidak satu negara pun di

dunia ini yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah satu asumsi yaitu pasar persaingan

sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin

bisa dipenuhi.

Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti pemborosan

dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan akan semakin

meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di sisi lain pengangguran

atau menganggur umumnya dilakukan dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan,

menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena

alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai macam alasan

lainnya.

1. Jenis – jenis Pengangguran

Bedasarkan penyebab terjadinya (Yanuar, 2019):

• Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi

dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi

karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka

lamaran kerja.
• Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya

siklus ekonomi.

• Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur

ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.

• Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi

ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.

• Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun

siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran

kerja.

• Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga

manusia menjadi tenaga mesin.

• Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan

perekonomian karena terjadi resesi.

2. Akibat Pengangguran

Bagi perekonomian Indonesia, yaitu :

1. Penurunan pendapatan perkapita

2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak

3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.


Bagi masyarakat, yaitu :
1. Menjadi beban psikologis dan psikis.

2. Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.

3. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak


kriminalitas.

2.3. Hubungan Antara Inflasi Dan Pengangguran

Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana

diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak ingin

menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik barang yang siap

dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat rumah misalnya). Sementara

pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.

Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para

pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak masyarakat

membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan memanfaatkan

momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya yang tentu saja harus

membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan tenaga kerja baru sampai pada

tingkat full employment.


1. Tujuan Kebijakan Pemerintah

Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan – pertimbangan

yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama , yaitu :

1. Menyediakan lowongan pekerjaan baru,

2. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan

3. Memperbaiki kesamarataan pembagian pendapatan.

Contoh Grafik dan Tabel

Data Indonesia

Dari gambar 1 diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki

hubungan yang negative. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran akan menjadi

rendah. Atau sebaliknya, pengangguran akan menjadi tinggi jika perekonomian suatu negara

mengalami inflasi yang rendah.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga

pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang

2. Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin

meningkatnya nilai uang

3. Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output ini
merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh

perubahan inflasi yang diharapkan.

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan inflasi

merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar bebas, kdua

masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila

salah satu kedua masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro

ekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk –

bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Yanuar. (2019). ekonomi makro:suatu analisis konteks indonesia.

https://osf.io. Inflasi dan pengangguran. Minggu, pukul 20.32 wita

Anda mungkin juga menyukai