EKONOMI MAKRO
INFLASI DAN PENGANGGURAN
DISUSUN OLEH:
INDRI WAHYU NINGSIH
NPM 21030090P
PRODI S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS PROF. DR HAZAIRIN, SH
Abstrak Tujuan dari paper ini dibuat adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan inflasi dan
pengangguran di Indonesia, data yang di ambil dari modul makro ekonomi mankiw,
academia.edu, ardra.biz. Kesimpulan dari paper ini adalah bahwa semakin tinggi tingkat
pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan
inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah
Cover
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumuskan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. INFLASI
B. PENGANGGURAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan? Kita
melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja,
seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan
seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung
pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka
panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang saling
berkaitan. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat
memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar,
peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat
dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran
yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman
ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada
para pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).
B. Rumusan Masalah
4 Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat rumusan
masalah yaitu:
A. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?
B. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?
C. Tujuan Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh
inflasi, deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN INFLASI
Pengertian Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-
menerus. Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara
terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap
awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang
akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat
(https://www.academia.edu). Tingkat pengangguran rata-rata dalam perekonomian yang
berfluktuasi disebut tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). Ini
bisa dipandang sebagai tingkat pengangguran di mana perekonomian bergravitasi dalam
jangka panjang. Beberapa persamaan dasar yang membangun model dinamika angkatan-
kerja yang menunjukkan apa yang menentukan tingkat alamiah Sedangkan lawan dari
inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari periode
sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya
daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi,
misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara
pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar
5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan
utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk 5 dicapai. Yang paling penting
untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat
inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu
yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang
(depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi
masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah
yang bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.
Jenis-jenis inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada
beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi
(Nopirin,1987:25) antara lain:
A. ConsumerPriceIndex (CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau
pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan
hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
B. Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index Index yang lebih
menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material),
bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI. c)
GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks
CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk
dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua
indeks diatas: GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
DEFINISI INFLASI MERAYAP DAN HIPERINFLASI
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan
kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga
persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya
dapat digolongkan sebagai inflasi merayap Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang
sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa
yang singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen
dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali
lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966. Di negara-negara berkembang
adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi
masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat
rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen.
Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah atau moderate
inflation.
Dampak dari inflasi
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan
tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off
antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian
Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif
maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut:
DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan
uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya
negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik
tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya
bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi
yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar
keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk
pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya
memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif
akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada
sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan
perampasan.
DAMPAK POSITIF
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan
seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi
semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan.
Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran
internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam negeri
yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang – barang impor menjadi
relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan. Ekspor yang menurun dan
diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran
mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.
Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat
(https://www.academia.edu):
Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan tetap. Inflasi akan
mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat
disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam
institusi – istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai rillnya akan
menurun apabila inflasi berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima pendapatan tetap
akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, 11 dan pemilik kekayaan
bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya. Akan tetapi
pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan (rumah) dapat mempertahankan atau
menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga sebagai penjual/pedagang dapat
mempertahankan nilai rill pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan
pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik
harta tetap dan penjual/pedagang akan menjai semakin tidak merata.
CARA MENCEGAH INFLASI
A. Kebijakan Moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang
beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
1. Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana pengendalian
jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau membeli surat-surat
berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat
berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli
surat-surat berharga.
2. Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang
ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum.
3. Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi
cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat yang
dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah
uang menjadi lebih kecil.
B. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total
12 dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran
pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga
inflasi dapat ditekan.
C. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
D. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta
didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil
tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.
PENGANGGURAN
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan (https://www.academia.edu). Kategori orang
yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan
masanya kerja. Usia kerja biasanya usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia
anakanak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan
di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk
hal ini masih banyak yang memperdebatkannya. Tingkat pengangguran rata-rata dalam
perekonomian yang berfluktuasi disebut tingkat pengangguran alamiah (natural rate of
unemployment). Ini bisa dipandang sebagai tingkat pengangguran di mana perekonomian
bergravitasi dalam jangka panjang. Beberapa persamaan dasar yang membangun model
dinamika angkatan-kerja yang menunjukkan apa yang menentukan tingkat alamiah.
Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun
baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja
pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik 13 dengan salah satu teorinya yang terkenal
sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own
demand” atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar
terjadi, maka pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung lama,
karena akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan
barang dalam jumlah tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang
sama misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih baik menghasilkan
barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa takut risiko gagal dalam
penjualan, maka semua pencari kerja itu akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang
disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi pada
kenyataannya tidak satu negara pun di dunia ini yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah
satu asumsi yaitu pasar persaingan sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi,
dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin bisa dipenuhi.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti
pemborosan dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan akan
semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di sisi lain
pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan dengan suka rela, baik karena memilih
pekerjaan, menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari
pekerjaan baru karena alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan,
dan berbagai macam alasan lainnya.
JENIS-JENIS PENGANGGURAN
Bedasarkan penyebab terjadinya (Yanuar, 2016): 14
Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi
dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi
karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka
lamaran kerja.
Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya siklus
ekonomi.
Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin.
Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya (https://www.academia.edu):
Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan
pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam
perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh
pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang
mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan
sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali didapati bahwa
jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya
diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga
kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh –
contohnya ialah, pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga
petani dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat
kecil.
Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan
perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan
pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah
tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu, pada umumnya para pesawah tidak
begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di
atas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka
terpaksa menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran
bermusim.
Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari
desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua orang yang pindah ke
kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur
sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja
sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka
mungkin hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari.
Pekerja – pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan
sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris : underemployed dan jenis
penganggurannya dinamakan underemplayment.
AKIBAT PENGANGGURAN