Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI MAKRO
INFLASI DAN PENGANGGURAN

DISUSUN OLEH:
INDRI WAHYU NINGSIH
NPM 21030090P
PRODI S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS PROF. DR HAZAIRIN, SH
Abstrak Tujuan dari paper ini dibuat adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan inflasi dan
pengangguran di Indonesia, data yang di ambil dari modul makro ekonomi mankiw,
academia.edu, ardra.biz. Kesimpulan dari paper ini adalah bahwa semakin tinggi tingkat
pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan
inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah
Cover
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumuskan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. INFLASI
B. PENGANGGURAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan? Kita
melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja,
seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan
seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung
pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka
panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang saling
berkaitan. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat
memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar,
peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat
dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran
yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman
ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada
para pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).
B. Rumusan Masalah
4 Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat rumusan
masalah yaitu:
A. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?
B. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?
C. Tujuan Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh
inflasi, deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.

BAB II
PEMBAHASAN INFLASI
Pengertian Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-
menerus. Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara
terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap
awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang
akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat
(https://www.academia.edu). Tingkat pengangguran rata-rata dalam perekonomian yang
berfluktuasi disebut tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). Ini
bisa dipandang sebagai tingkat pengangguran di mana perekonomian bergravitasi dalam
jangka panjang. Beberapa persamaan dasar yang membangun model dinamika angkatan-
kerja yang menunjukkan apa yang menentukan tingkat alamiah Sedangkan lawan dari
inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari periode
sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya
daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi,
misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara
pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar
5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan
utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk 5 dicapai. Yang paling penting
untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat
inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu
yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang
(depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi
masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah
yang bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.
Jenis-jenis inflasi

a. Menurut Sifatnya Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama


(https://www.academia.edu), yaitu sebagai berikut:
 Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari
10% pertahun
 Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini
biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka
inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan
sebagainya.
 Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% pertahun.
Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
 Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga
secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat
tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga
lebih baik ditukarkan dengan barang.
b. Berdasarkan sebabnya
Menurut (https://www.academia.edu)inflasi berdasarkan penyebab terbagi:
 Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang
tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja
penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila
permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal
ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan
kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
 Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan,
nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan
baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan
sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh
produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah
penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan
dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
c. Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal dari
dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk
mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik
dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan
sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar negeri.
Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang
tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif mahal,
sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya
di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

METODE PENGUKURAN INFLASI

Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada
beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi
(Nopirin,1987:25) antara lain:
A. ConsumerPriceIndex (CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau
pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan
hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
B. Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index Index yang lebih
menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material),
bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI. c)
GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks
CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk
dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua
indeks diatas: GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
DEFINISI INFLASI MERAYAP DAN HIPERINFLASI

Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan
kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga
persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya
dapat digolongkan sebagai inflasi merayap Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang
sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa
yang singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen
dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali
lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966. Di negara-negara berkembang
adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi
masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat
rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen.
Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah atau moderate
inflation.
Dampak dari inflasi
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan
tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off
antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian
Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif
maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut:
DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan
uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya
negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik
tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya
bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi
yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar
keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk
pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya
memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif
akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada
sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan
perampasan.

DAMPAK POSITIF
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan
seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi
semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

INFLASI DAN PERKEMBANGAN EKONOMI

Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan.
Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran
internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam negeri
yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang – barang impor menjadi
relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan. Ekspor yang menurun dan
diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran
mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.

INFLASI DAN KEMAKMURAN RAKYAT

Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat
(https://www.academia.edu):
Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan tetap. Inflasi akan
mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat
disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam
institusi – istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai rillnya akan
menurun apabila inflasi berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima pendapatan tetap
akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, 11 dan pemilik kekayaan
bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya. Akan tetapi
pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan (rumah) dapat mempertahankan atau
menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga sebagai penjual/pedagang dapat
mempertahankan nilai rill pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan
pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik
harta tetap dan penjual/pedagang akan menjai semakin tidak merata.
CARA MENCEGAH INFLASI

A. Kebijakan Moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang
beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
1. Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana pengendalian
jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau membeli surat-surat
berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat
berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli
surat-surat berharga.
2. Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang
ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum.
3. Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi
cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat yang
dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah
uang menjadi lebih kecil.
B. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total
12 dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran
pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga
inflasi dapat ditekan.
C. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
D. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta
didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil
tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.

PENGANGGURAN

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan (https://www.academia.edu). Kategori orang
yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan
masanya kerja. Usia kerja biasanya usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia
anakanak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan
di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk
hal ini masih banyak yang memperdebatkannya. Tingkat pengangguran rata-rata dalam
perekonomian yang berfluktuasi disebut tingkat pengangguran alamiah (natural rate of
unemployment). Ini bisa dipandang sebagai tingkat pengangguran di mana perekonomian
bergravitasi dalam jangka panjang. Beberapa persamaan dasar yang membangun model
dinamika angkatan-kerja yang menunjukkan apa yang menentukan tingkat alamiah.
Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun
baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja
pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik 13 dengan salah satu teorinya yang terkenal
sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own
demand” atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar
terjadi, maka pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung lama,
karena akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan
barang dalam jumlah tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang
sama misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih baik menghasilkan
barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa takut risiko gagal dalam
penjualan, maka semua pencari kerja itu akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang
disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi pada
kenyataannya tidak satu negara pun di dunia ini yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah
satu asumsi yaitu pasar persaingan sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi,
dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin bisa dipenuhi.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti
pemborosan dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan akan
semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di sisi lain
pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan dengan suka rela, baik karena memilih
pekerjaan, menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari
pekerjaan baru karena alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan,
dan berbagai macam alasan lainnya.

JENIS-JENIS PENGANGGURAN
Bedasarkan penyebab terjadinya (Yanuar, 2016): 14
 Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi
dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi
karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka
lamaran kerja.
 Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya siklus
ekonomi.
 Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
 Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
 Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
 Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin.
 Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya (https://www.academia.edu):
 Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan
pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam
perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh
pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang
mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan
sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
 Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali didapati bahwa
jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya
diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga
kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh –
contohnya ialah, pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga
petani dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat
kecil.
 Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan
perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan
pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah
tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu, pada umumnya para pesawah tidak
begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di
atas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka
terpaksa menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran
bermusim.
 Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari
desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua orang yang pindah ke
kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur
sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja
sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka
mungkin hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari.
Pekerja – pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan
sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris : underemployed dan jenis
penganggurannya dinamakan underemplayment.

AKIBAT PENGANGGURAN

Bagi perekonomian Indonesia (https://www.academia.edu):


1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.
Bagi masyarakat :

1. Menjadi beban psikologis dan psikis.


2. Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
3. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak kriminalitas.

HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN


Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana
diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak ingin
menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik barang yang siap
dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat rumah misalnya). Sementara
pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Dalam kondisi
tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para pengangguran akan banyak
memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi
juga para produsen seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan
menambah produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu
memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak yang negatif
daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya. Alasannya, sederhana saja karena
banyak negara yang mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan investasi, dan masih
tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat, banyak PHK dan
penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar, dan ini justru akan
menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi. Prof. A. W Phillips dari London School
of Economic (tahun 1958), Inggris meneliti data dari berbagai negara mengenai tingkat
pengangguran dan inflasi. Secara empiris tanpa didasari teori yang kuat ditemukan suatu bukti
bahwa ada hubungan yang terbalik antara tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti apabila
inflasi naik, maka pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran
naik. Secara teori, Lipsey (tahun 1997) menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan
pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan cenderung
turun bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya tingkat pengangguran mencerminkan
adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila tingkat
pengangguran relatif rendah, karena adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Namun,
meskipun pada suatu kondisi terdapat keseimbangan anatara permintaan dan penawaran tenaga
kerja yang memberikan tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja tetap ada, hal ini
dikarenakan informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan dan sebagainya.
Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips, penawaran dan permintaan itu
menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah tergantung dari adanya kelebihan
permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar kelebihan permintaan 18 tenaga kerja,
maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti tingkat pengangguran akan semakin
kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan permintaan tenaga kerja sebanding dengan
kenaikan upah, maka berarti bila tingkat upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila
tingkat upah rendah, maka pengangguran tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi bila
tingkat pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran rendah, maka upah
tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa bila upah riil sama dengan
upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal dibagi dengan harga yang berlaku. Yang
menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah dengan inflasi sehubungan
dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu penyebab inflasi yang dijelaskan di atas,
yaitu cost push inflation, dimana salah satu penyebab naiknya harga barang adalah adanya
tuntutan kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga
produk dijual dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah tinggi, maka
tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya).
TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Tujuan bersifat ekonomi
Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan – pertimbangan
yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama : untuk menyediakan
lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki
kesamarataan pembagian pendapatan.

 Menyediakan Lowongan Pekerjaan 19 Dalam jangka panjang usaha mengatasi


pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu bertambah akan
menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus menerus. Maka, untuk menghindari
masalah pengangguran yang semakin serius, tambahan lowongwn pwkwrjaan yang cukup
perlu disediakan dari tahun ke tahun. Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi
bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang
lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan
pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha – usaha
pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.
 Meningkatkan Taraf Kemakmuran Masyarakat Kenaikan kesempatan kerja dan
penganguran sangat berhubungan dengan pendapatn nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan pendapatan
nasional. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang
diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk.
Dengan demikian kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang
semakin berkuran bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan
pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah.
 Memperbaiki Pembagian Pendapatan Pengangguran yang semakin tinggi manimbulkan
efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur
tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin besar pengangguran, semakin banyak
golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya penganggran yang
terlalu besar cenderung untuk mengekalkan atau menurunkan 20 upah golongan
berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan
upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulakn bahwa
usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki
pembagian pendapatan dalam masyarakat.
Tujuan bersifat social dan politik
Tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan
yang bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha – usaha untuk mengatasi
masalah ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini diterangkan masalah sosial
dan politik utama yang ingin diatasi melalui kebijakan pemerintah mengurangi
pengangguran.
 Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan kestabilan Keluarga Ditinjau dari segi mikro,
tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. Apabila kebanyakan anggota dalam suatu
rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan, berbagai masalah akan timbul. Pertama,
keluarga tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan.
Maka secara lansung pengangguran mengurangi taraf kemakmuran kluarga. Seterusnya,
pengangguran mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak –
anaknya. “Drop-out” di sekolah – sekolah angat berhubungan erat dengan masalah
kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri, khilangan
kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah lain yang
ditimbulakan oleh pengangguran.
 Menghindari Masalah Kejahatan Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja
kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi di lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan 21
mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Seringkali yaitu apabila tidak ada tabungan dan
sumber pendapatan lain, pengangguran manggalakkan kegiatan kejahatan. Terdapat
perkaitan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah pengangguran, yaitu semakin
tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi
pangangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan dalm kejahatan.
 Mewujudkan Kestabilan Politik Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang
diperlukan untuk menaikkan taraf kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan
politik. Tanpa kstabilan politik tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan
yang cepat dan terus – menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber / penyebab
dari ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa puas
dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang
cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi
masyarakat seringkali melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritik ke atas
pemimpin – pemimpin pemerintah. Hal – hal seperti itu akan menimbulkan halangan
untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya
perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan
pengangguran semakin memburuk. Langkah pemerintah untuk menghindari masalah ini
perlu dilakukan.
BAB III
PENUTUP
1. Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga
pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.
2. Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin
meningkatnya nilai uang.
3. Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output ini
merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh
perubahan inflasi yang diharapkan.
4. Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat
pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi
harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan inflasi
merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar bebas,
kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu
dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini
dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah
tersebut dan bentuk – bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi
kedua masalah. Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang
pertama adalah dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah
berdasarkan ciri – cirinya.
Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran
normal/friksional, pengangguran siklikal (kunjungtur), pengangguran berstruktur dan
pengangguran teknologi. Berdasarkan ciri – cirinya pengangguran dibedakan kepada :
pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah
menganggur.
Mengapakah pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untuk 24 mengatasi
pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial dan politik.
Dari segi ekonomi tujuan mengatasi pengangguran adalah : Menyediakan kesempatan kerja,
meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki distribusi pendapatan.
SARAN
Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran yang terjadi di
Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja. Dalam
menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan
eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan
mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill,
mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.


Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit
Erlangga : 1997. Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia.
Jakarta: 1993. Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA.
Yogyakarta: 2000. Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit
Erlangga: 1992. Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta: 2011. Waluya Harry. Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta: 1993. Yanuar. (2016). ekonomi makro:suatu analisis konteks indonesia.
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/CTMGP

Anda mungkin juga menyukai