a) ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau
pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah
barang
c) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda
dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup
jumlah barang dan jasa.
DAMPAK NEGATIF
1. Akibatnya negara rentan terhadap segala
macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan
kesempatan mempermainkan harga di
pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil
5. Harga barang semakin mahal sehingga
tidak ada yang mampu membeli.
6. kecemburuan ekonomi yang dapat
berakhir pada penjarahan dan perampasan.
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam
mengkonsumsi, produksi akan diusahakan
seefisien mungkin dan konsumtifme dapat
ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat
menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan
menurun karena masyarakat akan tergerak
untuk melakukan kegiatan produksi dengan
cara mendirikan atau membuka usaha.
Pengangguranatau orang yang menganggur
adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari
pekerjaan.
Pengangguran friksional : sifatnya sementara
disebabkan oleh kendala waktu,
Pengangguran konjungtural : disebabkan oleh naik
turunnya siklus ekonomi.
Pengangguran struktural : diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang.
Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang
disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek
yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
Pengangguran siklikal : akibat imbas naik turun
siklus ekonomi.
Pengangguran teknologi : adanya perubahan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin.
Pengangguran siklus : menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi
Bagi perekonomian Indonesia :
Penurunan pendapatan perkapita.
Penurunan pendapatan pemerintah yang
berasal dari pajak.
Meningkatnya biaya sosial yang harus
dikeluarkan pemerintah.
Menjadi beban psikologis dan psikis.
Dapat menghilangkan keterampilan karena
tidak pernah dipakai untuk bekerja.
Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan
politik, sperti meningkatnya tindak
kriminalitas
Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips,
penawaran dan permintaan itu menentukan tingkat upah
dan perubahan tingkat upah tergantung dari adanya
kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian,
makin besar kelebihan permintaan tenaga kerja, maka
tingkat upah akan semakin besar, ini berarti tingkat
pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena
hubungan antara kelebihan permintaan tenaga kerja
sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat
upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila
tingkat upah rendah, maka pengangguran tinggi. Namun,
bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat
pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila
pengangguran rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat
bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa bila upah
riil sama dengan upah nominal, dimana upah riil adalah
upah nominal dibagi dengan harga yang berlaku.
Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah
hubungan antara tingkat upah dengan inflasi
sehubungan dengan penjelasan teoritis.
Lihatlah kembali salah satu penyebab inflasi
yang dijelaskan di atas, yaitu cost push
inflation, dimana salah satu penyebab
naiknya harga barang adalah adanya tuntutan
kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi
biaya produksi dan operasi, maka harga
produk dijual dengan harga relatif mahal dari
sebelumnya (artinya manakala upah tinggi,
maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya)