Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

HUBUNGAN INFLASI DAN INDEKS HARGA


TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Dipenuhi untuk memenuhi salah satu syarat Pelajaran Ekonomi kelas


XI Semester Genap Tahun 2014/2015

Oleh : Ivant Septiawarman (14)


XI MIA 4

SMA NEGERI 34 JAKARTA


Jalan Margasatwa Raya No.1, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, telp 021-7690064. Kode
Pos 12450, email sman34jkt@yahoo.com

2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
karunia, rahmat maupun hidyah Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan lancar. Makalah ini disusun dengan judul Hubungan Inflasi Dan Indeks
Harga Terhadap Perekonomian Indonesia.
Makalah ini disusun untuk melengkapi Pelajaran Ekonomi, Semester 2
Tahun 2014–2015, dan untuk mengetahui bagaimana Hubungan Inflasi Dan
Indeks Harga Terhadap Perekonomian Indonesia.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih kepada
berbagai pihak yang memberi bantuan kepada saya dalam penulisan ini. Oleh
karena itu, saya menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Kepala Sekolah, Guru pembimbing dan Wali kelas SMA Negeri 34 Jakarta,
yang telah memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini.
2. Kedua orangtua saya yang telah memberikan fasilitas dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah.
3. Teman – teman kelas XI MIA 4 SMA Negeri 34 Jakarta, yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada saya dalam penulisan
makalah.
Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah.

Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

i
Kata Pengantar ............................................................................... i
Daftar Isi .........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................2
D. Hipotesis .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. INDEKS HARGA .......................................................................................4
1. Pengertian Indeks Harga.........................................................................6
2. Penyusunan Angka Indek........................................................................8
3. Jenis Indek Harga ....................................................................................10
4. Jenis Angka Indek ...................................................................................14

B. INFLASI ....................................................................................................27
1. Pengertian Inflasi ....................................................................................27
2. Jenis-jenis Inflasi .....................................................................................28
3. Penyebab Terjadinya Inflasi ...................................................................30
4. Teori Inflasi .............................................................................................34
5. Dampak Inflasi ........................................................................................35
6. Perhitungan Laju Inflasi ..........................................................................37
7. Cara Mengatasi Inflasi ............................................................................38

C. DEFLASI, DEVALUASI, DEPRESIASI, REVALUASI, DAN APRESIASI ...........40


a. Deflasi .....................................................................................................40
b. Devaluasi ................................................................................................41
c. Depresiasi ...............................................................................................41
d. Revaluasi .................................................................................................41
e. Apresiasi .................................................................................................42

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan .............................................................................................43
2. Saran .......................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................44

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam perdagangan dikenal istilah Indeks Harga Perdagangan Besar


(IHPB), dan dalam pengukuran laju inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks
harga adalah angka yang di harapkan dapat di pakai untuk menunjukkan
perubahan mengenai harga-harga,baik harga untuk semacam maupun beberapa
macam barang dalam waktu dan tempat yang sama atau berlainan.
Indeks harga sangat dibutuhkan oleh beberapa pihak, baik perusahaan,
pemerintah, maupun akademisi sehingga Indeks harga  memiliki peranan yang
sangat penting dalam perekonomian, seperti sebagai petunjuk kondisi
perekonomian secara umum atau digunakan sebagai pedoman bagi pembelian
barang.
Adapun salah satu masalah makro ekonomi yang sangat penting dan
hampir ditemukan pada setiap negara di dunia, yaitu Inflasi. Mengingat
pentingnya Inflasi dalam suatu perekonomian menjadi penting bagi para
pengambil kebijakan makro ekonomi. Tentunya kita pernah merasakan harga
barang dan jasa cenderung terus meningkat dalam produk tertentu, seperti
sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Indeks Harga?
2. Bagaimana penyusunan Angka Indeks?
3. Apa saja jenis Indeks Harga ?
4. Apa saja jenis Angka Indeks ?
5. Bagaimana metode perhitungan Angka Indeks?
6. Apakah Pengertian Inflasi?
7. Apasaja Jenis-Jenis Inflasi ?
8. Apa Penyebab dari Inflasi ?

1
9. Apa saja Teori Inflasi?
10. Bagaimana Dampak Inflasi?
11. Bagaimana Perhitungan Laju Inflasi?
12. Bagaimana Cara Mengatasi Inflasi?
13. Pengertian dari Deflasi, Devaluasi, Depresiasi, Revaluasi , Apresiasi, dan
Redenominasi rupiah?

C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan inflasi ini adalah agar masyarakat sadar inflasi
bukanlah hal buruk seperti yang selalu orang awam bayangan, tetapi inflasi
dapat menjadi motor pengerak dalam suatu roda perekonomian suatu negara,
sehingga faktor produksi dapat berjalan dengan seimbang sesuai dengan
peningkatan inflasi tersebut serta dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

D. Hipotesis
1. Indeks Harga adalah bilangan indeks yang menggabungkan beberapa macam
deret harga menjadi suatu deret yang mencerminkan taraf harga rata rata
2. Metode perhitungan indeks harga dengan cara sederhana diperoleh dengan
cara menjumlahkan harga barang dan jasa setiap tahun dibagi dengan harga
pada tahun dasar dikalikan 100.
3. Salah satu peran Indeks Harga yaitu sebagai petunjuk atau barometer
kondisi ekonomi umum
4. Yang perlu diperhatikan dalam perhitungan angka indeks diantaranya
perumusan tentang tujuan penyusunan angka indeks dan sumber dan syarat
perbandingan data.
5. Inflasi adalah gejala kenaikan tingkat harga umum dari barang atau jasa
serta faktor-faktor produksi secara terus-menerus.
6. Sebab sebab timbulnya inflasi yaitu karena adanya pemanfaatan sumber
daya yang telah mencapai tingkat maksimun tidak dapat ditingkatkan

2
secepatnya untuk mengimbangi permintaan yang semakin meningkat atau
bertambah.
7. Menurut Boediono, inflasi dapat dibedakan menjadi inflasi 30% pertahun,
Inflasi berat, dan Hiperinflasi.
8. Dampak inflasi diantaranya adalah menurunnya kualitas ekonomi dan
menurunnya nilai mata uang negara. Hal tersebut dapat diatasi dengan
mengatur jumlah uang yang beredar agar sesuai dengan kebutuhan negara
dan masyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Pada kurun waktu 1996-2001, Indonesia mengalami goncangan ekonomi


dahsyat yang sering disebut dengan krisis ekonomi. Seluruh bangunan
perekonomian yang dimiliki Indonesia terguncang hebat. Lembaga keuangan
banyak yang bangkrut, produksi nasional turun, dan harga terus membumbung
tinggi. Krisis ekonomi Yang terjadi dapat diukur dan dianalisa dari indek harga
maupun menurut inflasi dari nilai uang, dengan demikian dapat diambil
kebijakan agar krisis ekonomi terkait dapat ditanggulangi.
Pada kesempatan kali ini kita akan memfokuskan diri pada inflasi. Akan
tetapi, sebelum masuk pada inflasi, pembahasan akan diawali dengan indeks
harga, karena indeks harga merupakan salah satu dasar perhitungan yang
digunakan untuk menentukan inflasi suatu negara.
Pada bab ini akan dibahas mengenai indek harga dari berbagai metode, inflasi,
deflasi, devaluasi, revaluasi, depresiasi, dan apresiasi

A. INDEKS HARGA
Dari waktu ke waktu, suatu perekonomian pasti selalu mengalami
kemajuan atau kemunduran. Di suatu saat, produksi meningkat, tetapi di saat
lain menurun. Begitu pula dengan keuntungan perusahaan, harga barang, dan
biaya hidup maupun pendapatan nasional. Untuk melakukan perbandingan
antara variabel yang sama (misal: produksi, keuntungan, harga, dan sebagainya)
dalam dua waktu yang berbeda, diperlukanlah sebuah angka indeks. Melalui
angka indeks, kita dapat mengetahui maju mundurnya suatu usaha atau
kegiatan, naik turunnya pendapatan, harga, dan sebagainya. Bayangkan jika kita
dihadapkan pada data sebagai berikut. Penjualan eceran pada tahun 2011 adalah
Rp 200.000.000 dan penjualan pada tahun 2013 adalah Rp 250.000.000.
Peningkatan sebesar Rp 50.000.000 itu nampaknya sangatlah besar. Namun jika
penjualan pada tahun 2013 tersebut dinyatakan dalam sebuah indeks

4
berdasarkan penjualan tahun 2011, ternyata peningkatannya tersebut kurang
dari 1 persen saja. Melalui pembuatan angka indeks, kita dapat mengukur secara
kuantitatif terjadinya perubahan dalam periode waktu yang berlainan, antara
lain indeks harga untuk mengukur perubahan harga, indeks produksi untuk
mengetahui perubahan kegiatan produksi, indeks biaya hidup untuk mengukur
tingkat inflasi, dan sebagainya.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan angka indeks? Sejauh manakah
pentingnya angka indeks? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pada bab ini
kita akan membahas secara lebih rinci mengenai pengertian, peranan, jenis,
serta cara penyusunan angka indeks. Pembahasan akan lebih dikhususkan pada
angka indeks
yang paling banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah, masyarakat umum,
dan pengusaha, yaitu indeks harga.

1. Pengertian Indeks Harga


Penyusunan angka indeks bukanlah inovasi terbaru. Pada tahun 1764, seorang
warga negara Italia bernama G. R. Carli telah dianggap sebagai orang pertama
yang melaporkan angka indeks. Angka-angka indeks yang disusunnya tersebut
digabungkan dalam laporan yang dibuatnya mengenai fluktuasi harga di Eropa
pada tahun 1500 sampai 1750. Saat ini, berbagai pihak seperti organisasi,
lembaga, perusahaan, pemerintahan maupun individu, selalu terlibat dalam
pembuatan atau paling tidak pemantauan dan analisis angka-angka indeks
tertentu. Telah disinggung bahwa tujuan pembuatan angka indeks salah satunya
adalah untuk mengukur secara kuantitatif terjadinya perubahan dalam periode
waktu yang berlainan. Angka indeks dapat mengukur perubahan relatif berbagai
hal, mulai dari harga, kuantitas, nilai, atau hal-hal lainnya yang menjadi pusat
perhatian. Secara umum, tiga perubahan sebagai berikut dapat dianalisa dengan
menggunakan angka indeks.
a. Sekumpulan atau sederetan nilai sebuah karakteristik dalam waktu yang
bersamaan dan tempat yang bersamaan. Sebagai contoh, harga beras di
suatu kota selama tahun 2.008 sampai dengan tahun 2012, penjualan

5
makanan ringan di sebuah swalayan dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2013
b. Dua buah atau Iebih karakteristik pada tempat dan waktu yang sama. Sebagai
contoh, pertambahan penduduk dibandingkan dengan pertambahan panen
padi selama tahun 2006 sampai dengan 2010.
c. Nilai sebuah karakteristik di beberapa tempat yang berlainan pada waktu
yang sama. Sebagai contoh, biaya hidup seharihari di kota Jakarta
dibandingkan dengan biaya hidup seharihari di kota Surabaya pada tahun
2012.
Secara ringkas dapat kita katakan bahwa angka indeks adalah sebuah
rasio yang umumnya dinyatakan dalam persentase yang mengukur satu variabel
pada suatu waktu atau lokasi tertentu relatif terhadap besarnya variabel yang
sama pada waktu atau lokasi lainnya. Melalui angka indeks, perbandingan data-
data yang tidak serupa dapat lebih mudah untuk dilakukan. Indeks juga
memudahkan kita dalam membaca perubahan dalam data karena indeks dibuat
dalam persen. Dengan demikian, perubahan yang terlihat besar secara absolut,
akan lebih mudah untuk dipahami dan dibaca.
2. Penyusunan Angka Indeks
Dalam menentukan angka indek tidaklah mudah seperti membalik
telapak tangan. Tetapi banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan dalam
perhitungan angka indek. Hal ini agar dapat diperoleh hasil perhitungan angka
indek yang baik dan benar. Beberapa persoalan penting dan perlu diperhatikan
dalam penyusunan angka indeks adalah sebagai berikut.
a. Menentukan tujuan.
Penentuan tujuan ini sangat erat kaitannya dengan data yang
akan dikumpulkan, sebab jika tujuan penyusunan angka indek tidak
dirumuskan secara jelas akan terdapat kesulitan dalam mengumpulkan
data. Misalnya seorang manajer penjualan akan menghitung indek
penjualan barang dalam rangka mengetahui pola gerak musim, maka

6
data tahunan yang dikumpulkan tidak akan berguna karena yang
diperlukan adalah data kuartalan atau bulanan atau musiman.
b. Menentukan jenis barang / jasa.
Sampel atau populasi barang yang akan diambil datanya harus
jelas. Misalnya bila akan menghitung angka indek sembilan kebutuhan
pokok, maka hanya akan mengambil sampel terbatas pada barang
sembilan kebutuhan pokok saja, sedangkan barang di luar sembilan
kebutuhan pokok tidak perlu dikumpulkan.
c. Memilih sumber data.
Agar tujuan perhitungan angka indek dapat tercapai, maka data
yang digunakan harus mempunyai sumber yang sama dan akurat.
Misalnya data tentang pengangguran yang dihimpun oleh Departemen
Tenaga Kerja dan yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik akan berbeda,
karena mempunyai kepentingan yang berbeda. Metode yang digunakan
oleh Departemen Tenaga Kerja adalah metode pasif, yaitu berdasarkan
data pencari kerja di departemennya, sedangkan metode yang digunakan
oleh Badan Pusat Statistik adalah metode aktif, yaitu berdasarkan hasil
sensus. Oleh karena itu dalam penentuan sumber data harus konsisten
dan akurat.
d. Memilih tahun dasar.
Tahun dasar (base year) adalah tahun yang digunakan sebagai
dasar perhitungan perkembangan-perkembangan tahun berikutnya dan
diberi nilai 100. Dalam penentuan tahun dasar harus diperhatikan faktor-
faktor berikut :
1) Tahun dasar hendaknya dipilih keadaan yang normal atau
keadaan ekonomi yang stabil sehingga tidak dalam kondisi
inflasi atau deflasi yang cukup tinggi.
2) Tahun dasar hendaknya dipilih sedemikian rupa sehingga tidak
terlalu jauh dengan tahun yang akan dibandingkan (jangan
lebih dari 10 tahun).

7
e. Memilih faktor penimbang.
Dalam memilih faktor penimbang harus diperhatikan berdasarkan
urutan penting atau tidaknya suatu barang atau juga dengan kuantitas
dari barang tersebut.
f. Memilih metode.
Dalam memilih metode untuk menghitung angka indek juga harus
diperhatikan agar tujuan perhitungan angka indek dapat tercapai.

3. Jenis Indeks Harga


Jika kita bicara masalah indek harga maka tidak terlepas dari berbagai
masalah disekitar kehidupan kita, seperti kenaikan harga barang-barang
kebutuhan ataupun tingkat kemakmuran masyarakat dan sebagainya. Berikut
adalah beberapa jenis indeks harga sebagaimana dapat kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Indeks Harga Konsumen.
Seperti terkandung dalam namanya, indeks harga konsumen
mengukur perubahan harga sekelompok besar barang konsumsi yang dibeli
konsumen. Di Amerika Serikat, lndeks Harga Konsumen (IHK) berisi 400 jenis
produk, termasuk bola golf, hamburger, jasa pemakaman, atau pun biaya
dokter gigi.
TABEL 6.1. INFLASI DI 10 KOTA SUMATRA
No Kota IHK Maret 2013 Inflasi (%)
1 Pangkal Pinang 155,12 1,70
2 Bandar Lampung 151,33 0,97
3 Palembang 136,39 0,85
4 Bengkulu 146,06 0,72
5 Lhokseumawe 138,90 0,46
6 Medan 138,46 0,42
7 Padang 143,42 0,34
8 Pematang Siantar 144,00 0,30
9 Jambi 142,02 0,10
10 Pekan Baru 137,18 0,04
11 Dumai 140,61 - 0,01
12 Banda Aceh 128,96 - 0,12
13 Sibolga 145,86 - 0,18

8
14 Batam 129,37 - 0,27
15 Padang Sidempuan 138,50 - 0,50
16 Tanjung Pinang 137,43 - 0,87
sumber: BPS

Sementara di Indonesia, menurut buku Statistik Indonesia yang


dikeluarkan BPS pada tahun 2013 untuk 16 kota di pulau Sumatera, 10 kota
mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang yaitu
sebesar 1,70% seperti terlihat dalam tabel 6.1 di atas.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar
Pada indeks harga perdagangan besar (IHPB) harga yang
dipergunakan adalah harga produsen. Indeks itu berguna untuk mengukur
perubahan harga selama dua periode, bukan perubahan kualitas, kuantitas,
atau penjualan. Barang-barang yang diukur dengan indeks harga
perdagangan besar adalah bahan mentah dan barang jadi yang
diperjualbelikan di pasar primer. Jenis barang-barang yang dipergunakan
dalam IHPB harus diklasifikasikan ke dalam sektor-sektor tertentu yang dapat
dibagi lagi ke dalam subsektor sebagai berikut.
1) Sektor pertanian dengan subsektor bahan makanan, tanaman perdagangan,
kehutanan, perikanan, peternakan dan perkayuan
2) Sektor pertambangan dan galian dengan subsektor batubara, aspal, pasir,
batu kali, dan kerikil.
3) Sektor industri dengan subsektor tekstil, pakaian jadi, barang-barang dan
kulit, makanan, minuman, kertas, barang cetakan, karet, dan plastik. Badan
Pusat Statistik (BPS) biasanya menerbitkan laporan indeks harga perdagangan
besar di sektor barang-barang ekspor, barang-barang impor, dan bahan
bangunan secara berkala.
c. Indeks Harga yang Dibayar dan Diterima Petani.
lndeks harga yang dibayar dan diterima petani merupakan indeks
harga barangbarang yang dibeli dan dibayar oleh petani, baik untuk proses
produksi maupun untuk biaya hidupnya. Jika dalam indeks harga itu ikut
dihitung pajak, gaji buruh tani, dan bunga hipotik yang dibayar oleh para
petani, maka indeks harga yang diperoleh disebut indeks paritas. Indeks

9
harga yang diterima petani meliputi pendapatan yang diterima petani,
sebesar 95% dari seluruh penerimaan dalam bentuk uang hasil penjualan
produk agrarianya.
Pada indeks harga yang dibayar petani ada dua kategori penting: (1)
indeks pembelanjaan untuk konsumsi rumah tangga dan; (2) indeks
pembelanjaan untuk produksi. Indeks harga yang dibayar petani digunakan
untuk mengukur perubahan harga dan dipengaruhi oleh perubahan kualitas
barang-barang yang disimpan oleh para pedagang. Perbandingan antara
indeks harga yang diterima dan dibayar petani disebut sebagai Nilai Tukar
Petani (NTP). NTP merupakan salah satu indikator yang secara tidak langsung
dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan petani.

4. Jenis Angka Indek.


Angka indek sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, hampir semua
aspek kehidupan akan dilihat tingkat perkembangannya. Dari angka indek
tersebutlah kita bisa melihat tingkat perkembangannya. Angka indek dalam ilmu
ekonomi dapat dibedakan antara lain menjadi angka indek harga, jumlah dan
nilai.
a. Angka Indek Harga (Price Index).
Angka indek harga adalah angka indek yang menunjukkan perubahan harga dari
suatu periode ke periode lainnya. Angka indek harga dapat dirumuskan sebagai
berikut :

∑Pn
Pon = --------------- X 100 %
∑Po

Keterangan :
Pon = angka indek harga pada tahun n
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Contoh:

10
TABEL 6.2. Harga sembilan kebutuhan pokok
Jenis Barang Harga Tahun 2010 HargaTahun 2011
(Po) (Pn)
Beras Rp.7.700,- Rp.8.200,-
Terigu Rp.6.500,- Rp.7.500,-
Gula pasir Rp.12.500,- Rp.13.500,-
Minyak goreng Rp.9.000,- Rp.10.000,-
Garam Rp.3.000,- Rp.4.000,-
Susu Rp.25.000,- Rp.27.500,-
Daging Rp.60.000,- Rp.65.000,-
Telur Rp.12.000,- Rp.13.500,-
Ikan asin Rp.28.000,- Rp.30.000,-
Jumlah ∑Po = Rp.163.700,- ∑Pn = Rp.179.200,-
Jika tahun 2010 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2010
adalah 100, sedangkan angka indek tahun 2011 secara agregatif dapat dicari
sebagai berikut :
∑Pn
Pon = --------------- X 100 %
∑Po

Rp. 179.200,-
Pon = -------------------------- X 100 %
Rp.163.700,-
Pon = 109,468 % = 109,47 %

b. Angka Indek Jumlah (Quantyty Index)


Angka indek jumlah adalah angka indek yang menunjukkan perubahan
jumlah dari satu periode ke periode lainnya. Angka indek jumlah dapaat
dirumuskan sebagai berikut :

∑Qn
Qon = --------------- X 100 %
∑Qo

Keterangan :

11
Qon = angka indek jumlah tahun n
∑ = jumlah
Qn = Quantitas tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Qo = Quantitas tahun dasar.

Contoh :
Produksi Kain
Jenis Kain Tahun 2010 Tahun 2011
(Qo) (Qn)
A 60.000 m 80.500 m
B 55.000 m 50.000 m
C 28.000 m 32.000 m
∑ Qo = 143.000 ∑ Qn = 162.500

Angka indek jumlah tahun 2010 sebagai tahun dasar diberi angka 100, sedangkan
angka indek jumlah tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut :
∑Qn
Qon = --------------- X 100 %
∑Qo

162.500
Qon = --------------- X 100 %
143.000
Qon = 113,64 %

c. Angka Indek Nilai (Value Index)


Angka indek nilai adalah angka indek yang menunjukkan perubahan nilai
uang dari suatu periode ke periode lainnya. Angka indek nilai dapat dirumuskan
sebagai berikut :
∑Vn
Von = --------------- X 100 %
∑Vo

12
Keterangan :
Von = angka indek nilai tahun n
∑ = jumlah
Vn = nilai tahun n tahun yg akan dihitung indeknya yg besarnya (PnxQn)
Vo = nilai tahun dasar yang besarnya (Po x Qn).
Contoh :
Jenis Harga Quantitas Vo Vn
2010 2011 (Pn) 2010 2011
Uang Po x Qn Pn x Qn
(Po) (Qo) (Qn)
Dollar US 9.200 9.500 2 4 32.800 36.000
Yen 300 320 2 4 1.200 1.280
34.000 37.280
∑ Po x ∑ Pn x Qn
Qn
Angka indek nilai tahun 2010 sebagai tahun dasar diberi angka 100, sedangkan
angka indek nilai tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut :
∑Vn
V on = --------------- X 100 %
∑Vo
37.280
Von = --------------- X 100 %
34.000
Von = 109,65 %

5. Metode Perhitungan Angka Indek.


Metode perhitungan angka indek bisa dibedakan menjadi dua yaitu indek
harga tidak tertimbang dan indek harga tertimbang. Indek harga tertimbang
masih dapat beda-bedakan lagi menjadi tertimbang secara subyektif dan
tertimbang secara obyektif.
a. Indek Harga Tidak Tertimbang.
Untuk mencari besarnya indek harga tidak tertimbang adalah dengan
cara membandingkan jumlah harga yang ingin dicari angka indeknya dengan

13
jumlah harga yang dianggap sebagai tahun dasar lalu dikalikan dengan 100 %.
Perhitungan angka indek ini sering disebut angka indek sederhana secara
agregatif. Kata agregatif berarti keseluruhan atau jumlah sehingga cara ini hanya
dapat digunakan untuk mengukur angka indek untuk beberapa jenis barang.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

∑Pn
Ion = --------------- X 100 %
∑Po
Keterangan :
Ion = angka indek harga pada tahun n
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Contoh :
Jenis Barang Harga Thn 2010 (Po) Harga Thn 2011 (Pn)
Beras Rp.7.700,- Rp.8.200,-
Terigu Rp.6.500,- Rp.7.500,-
Gula pasir Rp.12.500,- Rp.13.500,-
Minyak Rp.9.000,- Rp.10.000,-
goreng
Garam Rp.3.000,- Rp.4.000,-
Susu Rp.25.000,- Rp.27.500,-
Daging Rp.60.000,- Rp.65.000,-
Telur Rp.12.000,- Rp.13.500,-
Ikan asin Rp.28.000,- Rp.30.000,-
Jumlah ∑Po = Rp.163.700,- ∑Pn = Rp.179.200,-
Jika tahun 2010 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2003
adalah 100, sedangkan angka indek tahun 2011 secara agregatif dapat dicari
sebagai berikut :
∑Pn
Ion = --------------- X 100 %
∑Po
Rp. 179.200,-
Ion = -------------------------- X 100 %

14
Rp.163.700,-
Ion = 109,468 % = 109,47 %

TUGAS MANDIRI
Data

Jenis Barang Harga

2011 2012

A Rp.800,- Rp.850,-

B Rp.1.300,- Rp.1.250,-

C Rp.960,- Rp.1.000,-

D Rp.450,- Rp.480,-

E Rp.2.100,- Rp.2.000,-

Berdasarkan data di atas hitunglah indek harga dengan metode


agregaif !
b. Indek Harga Tertimbang.
Perhitungan angka indek tertimbang selain memperhatikan tahun dasar
(Po) dan tahun yang dicari indeknya (Pn), juga harus mempertimbangkan faktor
penimbangnya (weight). Dalam menentukan faktor penimbang(W) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Faktor penimbang secara subyektif.
Faktor penimbang secara subyektif penentuannya berdasarkan
ukuran penting atau tidaknya suatu variabel. Variabel yang dianggap
sangat penting diberikan faktor penimbang yang paling besar,
sedangkan variabel yang dianggap kurang penting diberikan faktor
penimbang yang lebih kecil.
2) Faktor penimbang secara obyektif.
Faktor penimbang obyektif penentuannya berdasarkan jumlah
variabel yang bersangkutan, misalnya barang konsumsi akan dihitung
berdasarkan jumlah yang dikonsumsi oleh masyarakat

15
Ada beberapa metode / cara dalam perhitungan angka indek tertimbang
diantaranya :
a) Angka Indek Tertimbang Secara Agregatif (Sederhana).
Dalam menghitung angka indek tertimbang secara agregatif (sederhana)
dapat dilakukan dengan rumus :
∑Pn x W
Ion = --------------- ---------X 100 %
∑Po x W

Keterangan :
Ion = angka indek harga pada tahun n
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
W = faktor penimbang
Contoh :
Perkembangan harga sembilan kebutuhan pokok dengan faktor penimbang (W)
secara secara subyektif tahun 2010 dan 2011 di Jakarta
TABEL 6.4. Harga sembilan kebutuhan pokok
Jenis Barang Harga Weight
2010 (Po) 2011 (Pn)
(W)
Beras Rp.7.700,- Rp.8.200,- 20
Terigu Rp.6.500,- Rp.7.500,- 14
Gula pasir Rp.12.500,- Rp.13.500,- 16
Minyak Rp.9.000,- Rp.10.000,- 15
goreng
Garam Rp.3.000,- Rp.4.000,- 19
Susu Rp.25.000,- Rp.27.500,- 8
Daging Rp.60.000,- Rp.65.000,- 10
Telur Rp.12.000,- Rp.13.500,- 12
Ikan asin Rp.28.000,- Rp.30.000,- 6
Jumlah ∑Po = Rp.163.700,- ∑Pn = ∑W= 120
Rp.179.200,-

16
Untuk menghitung angka indek tertimbang secara agregatif dilakukan dengan
menggunakan contoh tabel berikut :
TABEL 6. 5. Indek Harga Tertimbang Agregatif
Jenis Barang Harga Weigh Harga Tertimbang
2010 (Po) 2011 (Pn) Po x W Pn x W
t
(W)
Beras Rp .7.700 Rp. 8.200 20 Rp.154.000 Rp.164.000
Terigu Rp. 6.500 Rp. 7.500 14 Rp. 91.000 Rp.105.000
Gula pasir Rp.12.500 Rp.13.500 16 Rp.200.000 Rp.216.000
Minyak Rp. 9.000 Rp.10.000 15 Rp.135.000 Rp.150.000
goreng
Garam Rp. 3.000 Rp .4.000 19 Rp. 57.000 Rp. 76.000
Susu Rp.25.000 Rp.27.500 8 Rp.200.000 Rp.220.000
Daging Rp.60.000 Rp.65.000 10 Rp.600.000 Rp.650.000
Telur Rp.12.000 Rp.13.500 10 Rp.120.000 Rp.135.000
Ikan asin Rp.28.000 Rp.30.000 6 Rp.168.000 Rp.180.000
Jumlah Rp.163.70 Rp.179.200 118 Rp.1.725.00 Rp.1.896.00
0 ,- ( ∑W ) 0 0
∑Po ∑Pn ( ∑Po x W ) ( ∑Pn x W )

Jika tahun 2010 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2010
adalah 100, sedangkan angka indek tertimbang secara agregatif tahun 2011
dapat dicari sebagai berikut :
∑Pn x W
Ion = ----------------------- X 100 %
∑Po x W
Rp. 1. 896.000,-
Ion = -------------------------- X 100 %
Rp.1.725.000,-
I on = 109,91 %

17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok
pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 9,91 % dibandingkan tahun dasar
2010

TUGAS MANDIRI
Data

Jenis Barang Harga Weight

2011 2012

A Rp.4.500,- Rp.4.600,- 9

B Rp.3.800,- Rp.3.500,- 4

C Rp.9.200,- Rp.10.000,- 6

D Rp.6.400,- Rp.7.200,- 8

E Rp.7.000,- Rp.6.800,- 5

Berdasarkan data di atas hitunglah indek harga terimbang


agregatif !

b) Angka Indek Laspeyres.


Perhitungan angka indek Laspeyres (IL) merupakan angka indek
tertimbang dengan faktor penimbang (W) secara obyektif. Faktor
penimbangnya ditentukan dengan quantitas (Q) dengan menggunakan jumlah
tahun dasar (Qo). Angka indek Laspeyres (IL) dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

∑Pn xQo
IL = --------------- ---------X 100 %
∑Po x Qo

` Keterangan :
IL = angka indek Laspeyres
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.

18
Qo = Quantitas tahun dasar.

Contoh :
Perkembangan harga sembilan kebutuhan pokok dengan faktor penimbang (W )
secara secara obyektif tahun 2011 dan 2012 di Jakarta
TABEL 6.6 TABEL HARGA SEMBILAN KEBUTUHAN POKOK
Harga (Rp.) Kuantitas (Kg) Po x Qo Pn x Qo
2011 2012 2011 2012
Jenis 2011 2012
(Po) (Pn) (Qo) (Qn)
Barang
Beras Rp7.700 Rp8.200 90 98 693.000 738.000
Terigu Rp6.500 Rp7.500 10 11 65.000 75.000
Gula pasir Rp12.500 Rp13.500 25 28 312.500 337.500
Minyak Rp9.000 Rp10.000 16 18 144.000 160.000
goreng
Garam Rp3.000 Rp4.000 7 7,5 21.000 28.000
Susu Rp25.000 Rp27.500 12 14 300.000 330.000
Daging Rp60.000 Rp65.000 24 28 1.440.000 1.560.000
Telur Rp12.000 Rp13.500 56 62 672.000 756.000
Ikan asin Rp28.000 Rp30.000 11 13 308.000 330.000
Jumlah Rp.163.70 Rp.179.20 251 279,5 3.955.500 4.314.500
0 0 ∑Qo ∑Qn ∑ Po xQo ∑ Pn xQo
∑Po ∑Pn

Jika tahun 2011 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2011
adalah 100, sedangkan angka indek Laspeyres tahun 2012 dapat dicari sebagai
berikut :
∑Pn x Qo
IL = --------------------------------- X 100 %
∑Po x Qo
4.314.500
IL = -------------------------- X 100 %
3.955.500
IL = 107,983 % = 107,98 %

19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok
pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 7,98 % dibandingkan tahun dasar
2011
c) Angka Indek Paasche.
Angka indek paasche merupakan angka indek tertimbang dengan faktor
penimbang secara obyektif. Faktor penimbangnya ditentukan dengan jumlah (Q)
dengan menggunakan jumlah tahun n (Qn).Angka indek Paasche dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
∑Pn xQn
IP = --------------- ---------X 100 %
∑Po x Qn

Keterangan :
IP = angka indek Paasche
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Qn = Quantitas tahun n yang dicari indeknya.
Contoh :
Perkembangan harga barang sembilan kebutuhan pokok dengan faktor
penimbang (W) secara secara obyektif tahun 2011 dan 2012 di Jakarta terlihat
dalam tabel contoh di bawah ini.
TABEL 6.7 HARGA BARANG SEMBILAN KEBUTUHAN POKOK
Harga (Rp.) Kuantitas (Kg) Po x Qn Pn x Qn
2011 2012 2011 2012
Jenis Barang 2011 2012
(Po) (Pn) (Qo) (Qn)
Beras Rp7.700 Rp8.200 90 98 754.600 803.600
Terigu Rp6.500 Rp 7.500 10 11 71.500 82.500
Gula pasir Rp12.500 Rp13.500 25 28 350.000 378.000
Minyak goreng Rp9.000 Rp10.000 16 18 162.000 180.000
Garam Rp3.000 Rp4.000 7 7,5 22.500 30.000
Susu Rp25.000 Rp27.500 12 14 350.000 385.000
Daging Rp60.000 Rp65.000 24 28 1.680.000 1.820.000
Telur Rp12.000 Rp13.500 56 62 744.000 837.000
Ikan asin Rp28.000 Rp30.000 11 13 364.000 390.000
Jumlah Rp163.700 Rp179.200 251 279,5 4.498.600 4.906.100

20
∑Po ∑Pn ∑Qo ∑Qn ∑ Po xQo ∑ Pn xQo

Jika tahun 2011 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2011
adalah 100, sedangkan angka indek Paasche tahun 2012 dapat dicari sebagai
berikut :
∑Pn x Qn
IP = ----------------------- X 100 %
∑Po x Qn

4.906.100
IP = -------------------------- X 100 %
4.498.600

IP = 109,058 % = 109,06 %
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga barang sembilan kebutuhan
pokok pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 9,06 % dibandingkan tahun
dasar 2011
d) Angka Indek Dorbish dan Bowley.
Dorbish dan Bowley dalam menghitung angka indek menggabungkan
antara angka indek Laspeyres dengan angka indek Paasche dengan rumus
sebagai berikut :

IL + IP
I on = ------------
2

Keterangan :
Ion = Angka indek tahun n menurut Dorbish dan Bowley.
IL = Angka indek Laspeyres.
IP = Angka indek Paasche

21
Berdasarkan contoh perhitungan angka indek Laspeyres dan angka indek
Paasche di atas maka dapat dihitung angka indek menurut Dorbish dan Bowley
sebagai berikut :
IL + IP
I on = ------------
2
107,98 % + 109,06 %
I on = ---------------------------
2
I on = 108,52 %

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok


pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 8,52 % dibandingkan tahun dasar
2012
e) Angka Indek Marshall dan Edgeworth.
Jika Laspeyres menggunakan faktor penimbang Qo dan Paasche
menggunakan faktor penimbang Qn, maka Marshall dan Edgeworth
menggabungkan kedua faktor penimbang tersebut. Angka Indek Marshall dan
Edgeworth dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
∑Pn x ( Qo + Qn )
I on = --------------- -----------------.x 100 %∑Po
x ( Qo + Qn )

Keterangan :
I on = angka indek Paasche
∑ = jumlah
Pn = harga tahun n tahun yang akan dihitung indeknya.
Po = harga tahun dasar.
Qn = kuantitas tahun n yang dicari indeknya.
Qo = kuantitas tahun dasar

22
Perkembangan harga sembilan kebutuhan pokok dengan faktor penimbang (W)
secara secara obyektif tahun 2011 dan 2012 di Jakarta terlihat dalam tabel
contoh di bawah ini.
TABEL 6.8. HARGA SEMBILAN KEBUTUHAN POKOK
Harga (Rp.) Kuantitas
Jenis (Kg) Qo + Po(Qo+ Pn(Qo+Qn
2011 (Po) 2012 (Pn) 201 2012
Barang Qn Qn) )
1 (Qn)
(Qo)
Beras Rp 7.700 Rp8.200 90 98 188 1.447.60 1.541.600
0
Terigu Rp6.500 Rp7.500 10 11 21 136.500 157.500
Gula Rp12.500 Rp13.500 25 28 53 662.500 715.500
pasir
Minya Rp9.000 Rp10.000 16 18 34 306.000 340.000
k
goreng
Garam Rp3.000 Rp4.000 7 7,5 14,5 43.500 58.000
Susu Rp25.000 Rp27.500 12 14 26 650.000 715.000
Daging Rp60.000 Rp65.000 24 28 52 3.120.00 3.380.000
0
Telur Rp12.000 Rp13.500 56 62 118 1.416.00 1.593.000
0
Ikan Rp28.000 Rp30.000 11 13 24 672.000 720.000
asin
Jumlah Rp163.70 Rp.179.20 251 279, 530, 7.782.10 8.500.600
0 0 ∑Qo 5 5 0 ∑Pn (Qo +
∑Po ∑Pn ∑Qn ∑Qo ∑Po (Qo Qn)
+ Qn + Qn)
Jika tahun 2011 dianggap sebagai tahun dasar maka angka indek tahun 2011
adalah 100, sedangkan angka indek Marshall dan Edgeworth tahun 2012 dapat
dicari sebagai berikut :
∑Pn (Qo + Qn)
I on = ------------------------------ X 100 %

23
∑Po (Qo + Qn)
8.500.600,-
I on = ----------------- X 100 %
7.782.100,-
I on = 109,232 % = 109,23 %

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok


pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 9,23 % dibandingkan tahun dasar
2011
f) Angka Indek Irving Fisher.
Angka Indek Irving Fisher dicari dengan mengakarkan perkalian angka
indek Laspeyres dan angka indek paasche. Dengan demikian angka indek ideal
Irving Fisher dapat dihitung dengan rumus :

IF = √ IL x IP
Contoh :
Berdasarkan contoh perhitungan angka indek Laspeyres dan angka indek
Paasche di atas maka dapat dihitung angka indek menurut Irving Fisher sebagai
berikut :

IF = √ IL x IP
IF = √ 108,52 x 109,06 %
IF = √ 11835,1912
IF = 108,78966
IF = 108,79 %
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sembilan kebutuhan pokok
pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 8,79 % dibandingkan tahun dasar
2011

24
TUGAS MANDIRI
Data.
Jenis Harga Kuantitas
Barang 2011 2012 2011 2012
A Rp.6.200,- Rp.6.700,- 40 39
B Rp.4.500,- Rp.4.300,- 30 38
C Rp.8.400,- Rp.9.000,- 60 70
D Rp.2.400,- Rp.2.500,- 20 22
E Rp.7.200,- Rp.7.000,- 51 60
Berdasarkan data di atas hitunglah indek harga dengan metode :
a. Laspeyres.
b. Paasche
c. Dorbish and Bowley
d. Marshall Edgeworth
e. Irving Fisher

g) Angka Indek Upah Riil.


Dalam menghitung angka indek upah riil harus mengetahui indek haga
barang konsumsi terlebih dahulu. Indek harga barang konsumsi yang
dipergunakan dapat secara regional maupun nasional. Angka indek upah riil
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Upah nominal
Indek upah riil = ------------------------------------- x 100 %
Indek harga barang konsumsi

Contoh :
Pak Muhammad Zein di Jakarta seorang karyawan yang punya penghasilan
bersih Rp.1.870.000,- sebulan. Jika di jakarta besarnya angka indek harga barang
konsumsi sebesar 120 % maka besarnya upah riil pak Muhammad Zein sebulan
dapat dihitung sebagai berikut :
Upah nominal
Indek upah riil = -------------------------------------------- x 100 %
Indek harga barang konsumsi
Rp.1.870.000

25
Indek upah riil = -------------------------------------------- x 100 %
120
Indek upah riil = Rp.1.558.333,33
h) Angka Indek Berantai.
Angka indek berantai adalah angka indek yang hasil perhitungannya diperoleh
atau dilakukan dengan cara membandingkan angka indek yang berada di atas
atau di bawahnya. Sesuai dengan namanya angka indek berantai, maka angka
indek ini dihitung secara berantai. Jadi berbeda hitungannya dengan angka indek
biasanya yang menggunakan tahun dasar sebagai tahun pembanding.
Contoh:
Perkembangan harga suatu barang selama 3 tahun berturut-turut sebagai
berikut :
Contoh:
TABEL 6.9. HARGA SUATU BARANG SELAMA TIGA TAHUN BERTURUT-TURUT
Jenis Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Barang
A Rp.4.000 Rp.4.300 Rp.4.900
B Rp.4.800 Rp.5.300 Rp.5.500
C Rp.5.000 Rp.6.000 Rp.6.100
Jumlah Rp.13.800 Rp.15.600 Rp.16.500

Berdasarkan tabel di atas maka dapat kita hitung angka indek masing-masing
tahun dengan menetapkan tahun 2010 angka indeknya 100.
(1) Angka indek tahun 2011
Rp.15.600
------------ x 100 % = 113,04 %
Rp.13.800
(2) Angka indek tahun 2012
Rp.16.500
-------------- x 100 % = 105,77 %
Rp.15.600

26
TUGAS MANDIRI

1. Pak H. Murdani seorang pegawai negeri di DIY mempunyai penghasilan bersih


Rp.1.850.000,- sebulan, jika diketahui indek harga konsumen di kota Jogya 115 %
maka hitunglah upah riil pak H. Murdani sebulan

2. Diketahui harga barang X selama tiga tahun berturut-turut sebagai berikut :


Tahun 2011 Rp.456.000,- tahun 2012 Rp.500.000,- dan tahun 2013 Rp.550.000,-
B. INFLASI.
1. Pengertian Inflasi
Pada semester satu, telah diperkenalkan konsep arus uang dan arus
barang. Secara sederhana, arus uang dan arus barang bisa dikatakan seperti ini.
Arus barang mengalir dari hasil produksi perusahaan ke pasar barang dan
bertemu dengan arus uang yang berasal dari pembelanjaan pemerintah dan
rumah tangga atau konsumen. Pada keadaan seimbang, maka penawaran hasil
produksi sama dengan permintaannya. Di sinilah harga tercipta. Begitu pula
dengan uang yang tersedia di masyarakat (uang beredar), jumlahnya tepat sesuai
untuk melayani kebutuhan ekonomi masyarakat. Jika arus uang dan barang
berada dalam keseimbangan, maka harga-harga akan stabil.
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan
barang serta arus uang, maka harga-harga akan berubah. Inflasi terjadi apabila
tingkat harga dan biaya umum naik. Inflasi dengan demikian dapat dikatakan
sebagai naiknya harga-harga yang bersumber dari terganggunya
keseimbangan antara arus uang dan barang, atau turunnya nilai uang jika
dibandingkan nilai atau harga barang-barang secara umum.
Lalu harga manakah yang akan dipakai? Harga-harga sebagaimana
dimaksud di sini adalah tingkat harga umum, atau dengan kata lain, rata-rata
tertimbang dari harga-harga barang dan jasa dalam perekonomian. Tingkat harga
umum biasanya diperlihatkan oleh angka indeks harga. Terdapat beberapa jenis
indeks harga sebagaimana dikenal orang. Namun, angka indeks yang biasa
dipakai untuk mengukur tingkat inflasi adalah IHK (Indeks Harga Konsumen). IHK
adalah indeks harga dari barang-barang yang selalu dipakai oleh konsumen .

27
Selain itu, IHK merupakan gabungan dari beberapa indeks, antara lain indeks
makanan, indeks sandang, dan indeks perumahan. Itulah mengapa dengan
menggunakan IHK akan diketahui pula sumber inflasi mana yang lebih dominan
dalam menentukan besarnya inflasi yang terjadi.
2. Jenis-Jenis Inflasi
Dalam membedakan jenis-jenis inflasi ada beberapa sudut tinjauan sehingga
dalam membedakan jenis inflasi lebih fokus lagi.
Inflasi bisa ditinjau dari tiga segi: (1) tingkat keparahan; (2) penyebab; dan (3)
asalnya.
a. Tingkat Keparahan Inflasi, berdasarkan tingkat keparahannya,
dibedakan atas beberapa macam sebagai berikut.
1) Inflasi Ringan. Besar inflasi ringan berada di bawah 10% per tahun.
2) Inflasi Sedang. Inflasi sedang berada pada kisaran antara 10 – 30% per
tahun.
3) Inflasi Berat. Inflasi berat memiliki besaran antara 30 – 100% per
tahun.
4) Hiper inflasi jika besaran inflasinya di atas 100 % per tahun.
Bagaimana dengan kasus Indonesia?
Secara tahunan atau jangka panjang, inflasi di Indonesia cenderung mengalami
kenaikaan. Pada tahun 2011 bulan September sebesar 4.61 %, dan kemudian
pada bulan April 2013 menjadi 5.57. Perhatikan perkembangan inflasi Indonesia
setiap bulannya dari bulan September 2011 sampai dengan bulan April 2013
sebagai berikut
TABEL 6.10. INFLASI DI INDONESIA
No Bulan % Inflasi
September 2011 4.61 %
Oktober 2011 4.42 %
November 2011 4.15 %
Desember 2011 3.79 %
Januari 2012 3.65 %
Februari 2012 3.56 %
Maret 2012 3.97 %

28
April 2012 4.50 %
Mei 2012 4.45 %
Juni 2012 4.53 %
Juli 2012 4.56 %
Agustus 2012 4.58 %
September 2012 4.31 %
Oktober 2012 4.61 %
November 2012 4.32 %
Desember 2012 4.30 %
Januari 2013 4.57 %
Februari 2013 5.31 %
Maret 2013 5.90 %
April 2013 5.57 %
Sumber Perhitungan inflasi Bank Indonesia

Jika kita amati tingkat inflasi di negara tercinta ini mengalami kenaikkan dari
tahun 2012 rata-rata sebesar 4,28 % dan tahun 2013 sampai dengan bulan April
rata-rata sebesar 5,34 %.

b. Penyebab Terjadinya Inflasi


Inflasi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua macam:
(1) demand pull-inflation dan (2) cost push inflation. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut untuk masingmasing inflasi tersebut.
1) Demand-Pull Inflation. Inflasi jenis ini disebabkan karena kelebihan
permintaan efektif atas barang/jasa dan sering disebut juga sebagai inflasi sisi
permintaan (demand side inflation) . Permintaan dari masyarakat yang terlalu
besar tidak dapat dilayani oleh kapasitas produksi sehingga menyebabkan
permintaan barang dan jasa untuk setiap tingkat harga akan meningkat.
Akibatnya, keseimbangan antara permintaan dan penawaran awal akan
terganggu dan mengakibatkan harga-harga naik. Bila digambarkan dalam kurva,
inflasi ini tampak dalam Peraga 6.1. Jika kita perhatikan pada demand full
inflation tampak adanya perubahan kurva permintaannya yang berubah dari D1
ke D2 hal ini disebabkan adanya kenaikan permintaan terhadap barang atau jasa
sehingga mengakibatkan kenaikan harga barang atau jasa
PERAGA 6.1 Grafik Inflasi karena kelebihan Permintaan (demand full inflation)

29
2) Cost-Push Inflation Inflation. Kenaikan biaya produksi ( cost-push)
mengakibatkan harga barang-barang yang ditawarkan akan naik. Pada akhirnya,
harga ekuilibrium menjadi naik. Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
produksi dari bahan-bahan baku sering disebut dengan price-push inflation.
Sementara bila disebabkan oleh kenaikan upah atau gaji disebut wage push
inflation
PERAGA 6.2 Grafik Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi

Inflasi karena kenaikan biaya produksi (cost push inflation)

Jika kita perhatikan pada cost push inflation tampak adanya perubahan
kurva penawaran dari S1 ke S2, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya
produksi sehingga akan berimbas terhadap harga barang atau jasa naik.
Meskipun pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga, kedua penyebab
inflasi ini memberikan efek yang berbeda pada jumlah barang dan jasa
keseimbangan. Pada demand-pull inflation, tambahan permintaan menyebabkan
jumlah barang dan jasa pada keseimbangan bertambah. Hal ini baik untuk
perekonomian karena semakin banyak barang dan jasa berarti semakin banyak
produksi nasional, maka semakin besar pula kesejahteraan negara yang
bersangkutan. Sebaliknya, pada cost-push inflation, kenaikan harga barang yang
ditawarkan menyebabkan jumlah barang dan jasa pada keseimbangan
berkurang. Hal ini merugikan perekonomian negara karena PDB yang dihasilkan
berkurang sehingga kesejahteraan negara menurun. Kondisi ini, gabungan antara

30
kenaikan harga (inflasi) dan menurunnya produksi nasional, sering disebut
stagflasi. Hal lain yang dapat dipahami dari kedua penyebab inflasi ini, terutama
cosh-push inflation, adalah sebuah konsep yang disebut inflasi spiral ( spiral
inflation), yaitu kenaikan tingkat inflasi yang terjadi secara terus-menerus. Spiral
inflation muncul dari interaksi antara kenaikan harga output dengan kenaikan
harga input. Peningkatan tajam harga barang atau jasa dapat menyebabkan
tuntutan kenaikan upah oleh serikat pekerja guna memenuhi standar hidup
anggotanya. Ketika perusahaan menyetujui kenaikan upah tersebut, hal ini akan
mendorong harga output untuk naik lagi karena perusahaan berusaha
mempertahankan keuntungan yang telah diperolehnya. Harga yang lebih tinggi
ini akan kembali direspon dengan tuntutan kenaikan upah lebih lanjut dan
seterusnya.

Inflasi berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi Inflasi dari dalam


negeri
dan Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
1) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi ini timbul karena adanya inflasi di luar negeri yang mengakibatkan
naiknya harga barang di dalam negeri. Jenis inflasi ini banyak dialami oleh
negara-negara sedang berkembang yang sebagian besar usaha produksinya
mempengunakan bahan dan alat dari luar negeri. Misalnya, inflasi yang terjadi di
Jepang menimbulkan inflasi pula di Indonesia karena kenaikan harga bahan cat,
bahan foto, kendaraan, dan bahan apa saja yang berasal dari sana membawa
akibat naiknya harga-harga
produksi di Indonesia. Inflasi tersebut terjadi karena berdasarkan kaitan
antarnegara yang timbul dari perdagangan internasional.
Penularan inflasi dari luar bisa juga terjadi lewat kenaikan barang ekspor.
Bila harga barang ekspor naik maka ini juga berarti kenaikan penghasilan
eksportir. Lebih jauh kenaikan penghasilan ini akan menambah permintaan.
Bertambahnya permintaan berakibat pada demand pull inflation. Selain itu, bila

31
barang-barang ekspor naik (karet, kayu, dan sebagainya), maka biaya produksi
dan barang yang menggunakan barang tersebut dalam proses produksinya akan
naik sehingga harga jual akan naik juga ( cost push inflation). Inflasi yang berasal
dari luar negeri ini dapat dinetralisir oleh pemerintah melalui kebijakan
perpajakan dan moneter.
2) Inflasi dalam negeri
Inflasi ini berasal murni dari gejolak perekonomian dalam negeri, baik dari
sisi permintaan maupun dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan, meningkatnya
investasi swasta dalam negeri akan memacu permintaan dalam negeri.
Bertambahnya permintaan ini pada akhirnya akan menghasilkan demand-pull
inflation. Sementara dari sisi penawaran, kenaikan harga BBM yang merupakan
barang produksi akan menaikkan harga penawaran. Kenaikan harga penawaran
akan menimbulkan cosh-push inflation.

3. Penyebab Inflasi
Sejak dulu gejala inflasi dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.
Tetapi untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi dan menentukan
kebijakan untuk mengatasinya sangat sulit. Kalau kecenderungan harga untuk
naik pada batas tertentu masih dapat dianalisis sebab-sebab inflasi dari segi
ekonomi. Misalnya, inflasi timbul sebab pemerintah mencetak uang terlampau
banyak untuk mengatasi defisit APBN atau pemberian kredit yang terlalu banyak
melalui bank (pemerintah) sehingga jumlah kredit dapat mempengaruhi
kestabilan harga. Untuk mengatasi inflasi perlu dikendalikan faktor-faktor
dominan penyebab inflasi yang berbeda pada tiap negara. Untuk Indonesia,
faktor-faktor dominan tersebut adalah:
1) Jumlah Uang Beredar . Faktor moneter seperti terlalu banyaknya uang
beredar di masyarakat.
2) Administered Prices . Administered prices adalah harga barang dan jasa
tertentu yang tingkat harganya ditentukan secara sepihak oleh
pemerintah atau BUMN, seperti listrik, air, telepon, dan lain-lain.

32
3) Supply Shock. Fenomena supply shock, misalnya kekeringan, wabah
ternak, gagal panen (dari sisi domestik), dan naiknya suku bunga
internasional serta harga minyak dunia (dari sisi internasional).

4. Teori Inflasi
Secara garis besar, teori inflasi dibagi dalam tiga kelompok. Masing-masing
kelompok menjelaskan inflasi melalui sudut pandang yang berbeda-beda. _
a. Teori Kuantitas. Teori kuantitas menyatakan bahwa inflasi sangat
dipengaruhi oleh uang beredar. Berangkat dari teori Irving Fisher,
dengan menganggap kecepatan sirkulasi transaksi dan output tetap,
maka jumlah uang beredar berhubungan langsung dengan kenaikan
harga. Sehingga, semakin besar pertumbuhan jumlah uang beredar akan
menyebabkan inflasi yang semakin besar pula dengan tingkat yang
sama. Sebagai contoh, ketika bank sentral mengambil kebijakan
moneter dengan menambah jumlah uang beredar sebesar tiga kali lipat,
menurut teori ini, inflasi akan bertambah pula sebesar tiga kali lipat.
b. Teori Keynes. Menurut teori ini, Inflasi terjadi karena suatu masyarakat
ingin hidup di luar batas kemampuannya (secara ekonomis). Proses
inflasi ini terjadi sebagai proses perebutan bagian rezeki di antara
kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar
daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut Misalnya,
pemerintah pemerintah menjalankan defisit anggaran yang dibiayai
melalui pencetakan uang baru. Ataupun pengusaha swasta yang ingin
melakukan investasi baru setelah memperoleh dana pembiayaan dari
kredit bank. Sebagai akibatnya, terjadi lonjakan permintaan dan muncul
inflasi karena posisi penawaran tetap. Teori Keynes menyebut konsep
ini sebagai inflationary-gap. Proses inflasi akan terus berlangsung selama
permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah
output yang dihasilkan masyarakat. Inflasi akan berhenti bila
permintaan efektif total tidak melebihi jumlah output yang tersedia. Bila
jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat tetap

33
melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga akan naik dan inflasi
akan terus ada.
c. Teori Strukturalis. Teori ini memberikan tekanan pada kekakuan dan
struktur perekonomian seperti yang terjadi di negara-negara
berkembang. Kekakuan yang terjadi di negara-negara berkembang
berasal dari ketidakelastisan dari penawaran barang dan jasa. Dengan
tingkat teknologi yang rendah, penawaran tidak dapat mengimbangi
cepatnya pertumbuhan permintaan, misalnya akibat dari pertumbuhan
penduduk yang cepat, di negara-negara berkembang.
Ketidakseimbangan ini pada akhirnya akan menaikkan harga-harga dan
menimbulkan inflasi

5. Dampak Inflasi
Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa inflasi ringan (antara 1% - 10%
per tahun) tidak merugikan, sebaliknya malah dapat mendorong perkembangan
ekonomi karena mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan
demikian, dapat diciptakan kesempatan kerja baru. Tetapi apabila inflasi
mencapai laju lebih dari 10%, maka dampaknya akan mulai terasa. Tidak setiap
pelaku ekonomi merasakan dampak negatif dari inflasi, meskipun kebanyakan
pelaku merasakannya. Perhatikan beberapa dampak inflasi di bawah ini:
a. Orang-orang Berpenghasilan Tetap. Orang yang berpenghasilan tetap seperti
karyawan tetap, guru, polisi, tentara, pegawai swasta, buruh tetap,
pensiunan, dan lain-lain, akan menderita akibat inflasi. Dengan adanya inflasi,
harga barang akan meningkat sementara gaji mereka tidak meningkat.
Dengan demikian, inflasi menyebabkan pendapatan riil merosot karena
dengan jumlah gaji atau upah yang diterima hanya akan lebih sedikit
diperoleh barang atau jasa.
b. Orang-orang yang Berpenghasilan Tidak Tetap. Orang-orang yang tidak
memiliki penghasilan tetap mungkin tidak akan begitu terpengaruh inflasi
karena mereka bisa meminta upah yang mengikuti inflasi. Seorang seniman,

34
misalnya. Ia bisa menjual lukisannya dengan harga mengikuti inflasi. Begitu
juga dengan buruh lepas yang masih bisa menawarkan tenaganya sesuai
dengan inflasi. Pedagang yang mendapatkan perolehan dari keuntungan juga
bisa menjual barang dagangannya sesuai dengan inflasi. Meskipun demikian,
untuk jangka panjang, inflasi juga dapat merugikan mereka. Seorang
pedagang, misalnya, akan kesulitan mendapatkan pelanggan yang mampu
membeli dagangannya bila inflasi terus melaju tinggi.
c. Dunia Usaha. Inflasi menyebabkan biaya produksi barang dalam negeri
menjadi tinggi sehingga tak sanggup bersaing dengan barang impor. Selain
itu, inflasi akan menghambat perkembangan dunia usaha dan investasi
karena modal yang tersedia merosot nilainya.
d. Pemerintah. Inflasi akan menyulitkan pemerintah karena dapat mendorong
terjadinya defisit APBN yang berasal dari pembayaran bunga serta cicilan
hutang luar negeri cenderung meningkat.
e. Dampaknya terhadap perekonomian adalah:
(1) Produksi akan menurun.
Dengan adanya inflasi maka harga barang atau jasa secara umum
naik, kenaikan harga mengakibatkan permintaan terhadap barang dan jasa
menurun. Dengan demikian produsen juga akan menurunkan produksinya
sehingga tidak terjadi penumpukan barang (over produksi)
(2) Mengakibatkan anggaran defisit.
Kenaikan harga barang tersebut menjadikan produk barang dalam
negeri tidak mampu bersaing, sehingga menurunkan ekspor barang ke luar
negeri sehingga bisa terjadi defisit neraca pembayarannya.
(3) Pembayaran bunga dan cicilan utang luar negeri meningkat.
Dengan adanya inflasi akan terjadi penurunan nilai mata uang
terhadap nilai atau harga barang. Tidak tertutup kemungkinan dengan
turunnya nilai mata uang terhadap barang tersebut akan berimbas
turunya nilai mata uang terhadap valas. Dengan demikian akan
menambah beban terhadap cicilan dan bunga utang luar negeri

35
(4) Daya beli masyarakat menjadi menurun
Dengan adanya inflasi maka terjadi kenaikan harga barang atau
jasa. Kenaikan harga tersebut mengakibatkan penurunan jumlah
permintaan, sehingga terjadilah penurunan daya beli masyarakat

6. Perhitungan Laju Inflasi


Perhitungan laju inflasi digunakan dasar indek harga konsumen (IHK) dengan
dasar bulan atau tahun sebelumnya.
Contoh:
TABEL 6.11 Perkembangan indek harga konsumen
Bulan IHK
Januari 2011 186
Februari 2011 192
Maret 2011 194
April 2011 202
Mei 2011 208
Juni 2011 216

Berdasarkan data di atas hitunglah laju inflasi pada:


a. Bulan Maret 2011
b. Bulan April 2011
c. Bulan Juni 2011
Jawab:
a. laju inflasi bulan Maret 2011
194 – 192 x 100% = 2,08 %
192
b. laju inflasi bulan April 2011
202 – 194 x 100% = 4,12 %
194
c. laju inflasi bulan Juni 2011
216 – 208 x 100% = 3,85%
208

36
7. Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi merupakan salah satu penyebab keresahan masyarakat dan
mengakibatkan kekhawatiran pemerintah karena mengurangi pendapatan riil
masyarakat. Dengan tingkat pendapatan tetap, adanya inflasi menurunkan daya
beli masyarakat karena jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli, berkurang
jumlahnya. Oleh sebab itu, pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-
rendahnya karena pada dasarnya, inflasi tidak dapat dihapuskan sama sekali.
Inflasi dapat menguntungkan golongan masyarakat tertentu tetapi merugikan
golongan lain, sehingga menimbulkan ketegangan sosial. Oleh sebab itu, tiap-tiap
negara berusaha menghindari inflasi dengan menerapkan berbagai kebijakan.
Beberapa kebijakan untuk mengatasi inflasi antara lain sebagai berikut. _
1. Kebijakan Moneter.
Kebijakan ini otoritasnya berada di Bank Sentral dalam rangka mengatur jumlah
uang beredar di masyarakat melalui instrumen-instrumen moneter yang dimiliki
bank sentral. Melalui instrumen ini, diharapkan peredaran uang dapat diatur dan
inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Ada
tiga kebijakan moneter yang dapat ditempuh bank sentral dalam mengatur
inflasi.
a) Politik Diskonto. Politik diskonto ( discount policy) adalah politik Bank
Sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan
menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan tingkat bunga diharapkan
jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang, karena orang
akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada menjalankan
investasi.
b) Operasi Pasar Terbuka. Selain politik diskonto, Bank Sentral juga
menjalankan operasi pasar terbuka ( open market operation), yaitu dengan
jalan membeli dan menjual surat-surat berharga, seperti SBI (Sertifikat Bank
Indonesia). Melalui penjualan surat-surat berharga, diharapkan uang akan
tersedot dari masyarakat.

37
c) Politik Persediaan Kas. Politik persediaan kas ( cash ratio policy) ialah politik
Bank Sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan
dan menurunkan persentase persediaan kas dari bank. Dengan
dinaikkannya persentase persediaan kas, maka diharapkan jumlah kredit
akan berkurang.
2. Kebijakan Fiskal.
Kebijakan ini otoritasnya ada pada pemerintah dengan mempengaruhi
perekonomian melalui kebijakan anggaran dengan perubahan pengeluaran dan
penerimaan pemerintah. Jenis kebijakan fiskal ini antara lain sebagai berikut.
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah. Pemerintah harus menjaga
penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencanaan. Kalau
pembelanjaan negara melampaui batas yang telah ditentukan atau
direncanakan, akan mendorong pertambahan uang beredar atau
sebaliknya.
b) Peningkatan Tarif Pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang
utama. Dengan dinaikkannya tarif pajak, maka penghasilan rumah tangga
akan diberikan kepada pemerintah sehingga daya beli masyarakat atas
barang dan jasa akan berkurang.
c) Kebijakan Nonmoneter. Kebijakan moneter dan fiskal merupakan kebijakan
yang sering ditempuh oleh bank sentral ataupun pemerintah dalam
mengatur laju inflasi. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada kebijakan-
kebijakan lain yang dapat dilakukan. Setidaknya ada tiga kebijakan selain
moneter dan fiskal yang dapat diambil untuk mencapai laju inflasi yang
diinginkan.
a. Peningkatan Produksi. Kalau produksi meningkat, walaupun
jumlah uang bertambah, inflasi tidak terjadi. Bahkan hal ini
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
perekonomian.
b. Kebijakan Upah. Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan
pendapatan yang siap dibelanjakan ( disposable income)

38
masyarakat. Penurunan disposable income dilakukan dengan
menaikkan pajak penghasilan.
c. Pengawasan Harga. Kecenderungan dinaikkannya harga oleh
pengusaha dapat diatasi dengan penetapan harga maksimum
oleh pemerintah. Namun, tindakan ini dapat menyebabkan
timbulnya jual-beli barang tanpa mengindahkan harga yang
telah ditetapkan oleh pemerintah (black market). Untuk
mengatasi keadaan itu, pendistribusian barang-barang
tersebut kepada masyarakat dilakukan oleh pemerintah. Hal
ini pernah dilaksanakan pada masa orde lama.

C. DEFLASI, DEVALUASI, DEPRESIASI, REVALUASI, APRESIASI


Di samping konsep inflasi, terdapat beberapa konsep lain yang terkait
dengan harga dan kebijakan pemerintah. Konsep ini perlu dipahami karena akan
mampu memperjelas konsep inflasi yang telah kita pelajari dan sebagian pernah
terjadi di Indonesia.
a. Deflasi
Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Pada deflasi, jumlah uang yang
beredar di dalam masyarakat terlalu sedikit, sementara barang dan jasa tersedia
secara melimpah sehingga kenaikan secara tajam nilai mata uang dan
peningkatan peranan uang tidak dapat dihindarkan.Deflasi akan mempengaruhi
harapan yang akan dating dan psikologi para pengusaha. Proses deflasi juga akan
mempengaruhi penurunan tingkat investasi yang tentu saja akan membawa
kesulitan bagi perekonomian.
Pada keadaan deflasi, para penjual akan merasa tidak aman untuk
menahan persediaan barangnya terlalu lama, karena khawatir tingkat harga akan
terus menurun. Sebaliknya, pihak pembeli akan bersikap menunggu dengan
harapan harga akan lebih turun lagi. Cara mengatasi deflasi adalah melalui
kebijakan pemerintah dengan jalan melakukan tambahan pembelanjaan sebesar
(sejumlah) celah deflasi itu sendiri, kemudian menambahkan pengeluaran
masyarakat, baik untuk konsumsi maupun investasi.

39
b. Devaluasi
Devaluasi berkaitan erat dengan perubahan kurs valuta asing. Devaluasi
adalah penurunan nilai mata ``uang dalam negeri terhadap mata uang luar
negeri (valuta asing). Kebijakan devaluasi yang dilakukan oleh pemerintah
biasanya ditujukan untuk memperbaiki posisi neraca pembayaran yang tidak
seimbang. Kebijakan devaluasi

Peraga : 6.3 Kebijakan devaluasi yang pernah dialami oleh Indonesia

c. Depresiasi
Pada krisis moneter 1997 lalu, nilai tukar mata uang kita anjlok dari
kisaran Rp2.500 per US dollar, menembus kisaran Rp15.000 per US dolar. Inilah
bentuk dari depresiasi. Jadi depresiasi dapat diartikan sebagai turunnya nilai
tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri.
Kita perlu membedakan antara devaluasi dan depresiasi, mengingat
keduanya sama-sama merupakan penurunan nilai mata uang dalam negeri
terhadap valuta asing. Pada devaluasi, penurunan nilai mata uang dalam negeri
terhadap valuta asing terjadi karena adanya kebijakan pemerintah. Sementara
pada depresiasi, penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing
terjadi bukan karena adanya kebijakan pemerintah, tetapi akibat kekuatan
permintaan dan penawaran mata uang di pasar valuta asing.
d. Revaluasi
Revaluasi adalah kebalikan dari devaluasi. Jadi, revaluasi adalah suatu
usaha untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing

40
karena nilai mata uang dalam negeri itu dinilai terlalu rendah. Sampai saat ini,
Indonesia belum mengalami revaluasi sama sekali.
e. Apresiasi
Apresiasi merupakan kebalikan dari depresiasi, yaitu suatu kenaikan nilai
tukar mata uang dalam negeri terhadap valuta asing yang terjadi di pasar valuta
asing. Apresiasi ini akan menjadikan impor lebih murah (dalam mata uang lokal)
dan ekspor akan lebih mahal, sehingga mampu menaikkan impor dan
menurunkan ekspor.

41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Indeks Harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk


menunjukkan perubahan mengenai harga-harga, baik harga untuk
semacam maupun beberapa macam dalam waktu dan tempat
yang sama atau berlainan.
2. Metode perhitungan Indeks Harga dapat dilakukan dengan cara
sederhana maupun cara tertimbang.
3. Inflasi adalah gejala kenaikan tingkat harga umum dari barang
atau jasa serta faktor-faktor produksi secara terus menerus.
4. Sebab-sebab timbulnya inflasi meliputi inflasi tarikan permintaan
dan inflasi dorongan biaya.
5. Dampak inflasi salah satunya yaitu dapat mendorong redistribusi
pendapatan diantara anggota masyarakat. Dampak ini dapat
diatasi dengan beberapa kebijakan, diantaranya kebijakan
moneter, kebijakan fiskal, kebijakan nonmoneter
 
B. Saran
1. Diharapkan kepada pemerintah untuk menstabilkan efisiensi
ekonomi tanpa harus menyebabkan ketidaksetimbangan indeks
harga di masyarakat.
2. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam mengurangi dampak
negatif inflasi hendaknya dapat dijalankan sebagaimana mestinya
dan mendapatkan partisipasi aktif oleh masyarakat.

42
DAFTAR PUSTAKA

http://abstraksiekonomi.blogspot.http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasicom/2013/1

1/teorihttp://sholikhudin-arif.blogspot.com/2013/03/cara-menghitung-indeks-

harga-dengan.htmhttp://www.zonasiswa.com/2014/08/pengertian-inflasi-

lengkap.htmll-inflasi-http://www.ekonomi-holic.com/2012/06/pengertian-

inflasi-deflasi-devaluasi.htmlpenyebab-terjadinya.html

https://labkom34.wordpress.com/ekonomi/

43

Anda mungkin juga menyukai