Oleh Kelompok: 6
Mulkan Abdullah 20141221042
1
KATA PENGANTAR
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Inflasi............................................................................................... 3
2.2.1 Pengelompokan Inflasi..................................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Inflasi......................................................................................... 4
2.3 Metode Penghitungan Inflasi........................................................................ 5
2.4 Hubungan Pertumbuhan Uang Dengan Inflasi............................................. 6
2.5 Hubungan Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga............................................ 8
2.6 Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP..................................................... 9
2.7 Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran............................................13
2.8 Dampak Inflasi..............................................................................................14
2.9 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Inflasi di Indonesia.................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.1 Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption
by purpose - COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
4
2.3 Metode Menghitung Inflasi
Hitungan perubahan harga tercakup dalam suatu indeks harga yang
dikenal dengan istilah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index
(CPI). Persentase kenaikan IHK dinamakan dengan inflasi, sedangkan
penurunannya dinamakan deflasi.
5
IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya
indeks yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat
digunakan yakni indeks Harga Produsen (IHP), yang mengukur harga
sekelompok barang yang dibeli perusahaan (produsen bukannya konsumen)
6
mengindikasikan bahwa era fiscal dominance tidak boleh terjadi lagi di Indonesia.
Namun perubahan institusional tersebut secara empiris tidak menghalangi
kemungkinan adanya pengaruh defisit anggaran (kebijakan fiskal ekspansif)
terhadap jumlah uang beredar maupun variabel moneter (inflasi).
Pengaruh tersebut dimungkinkan antara lain karena adanya jangka waktu
antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah, sumber pendanaan (utang
domestik maupun luar negeri), dan perubahan permintaan agregat. Penelitian ini
membahas hubungan jangka panjang antara inflasi, pertumbuhan uang, dan
defisit anggaran. Penelitian ini juga akan menganalisis apakah di Indonesia
defisit anggaran (kebijakan fiskal ekspansif) mempengaruhi pertumbuhan uang
dan inflasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time
series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain
dari Kementrian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Statistik Ekonomi dan
Keuangan Bank Indonesia (SEKI-BI) dari berbagai edisi, International Financial
Statistic (IFS) of International Monetary Fund (IMF) serta sumber lain yang
relevan.
Data yang digunakan, diantaranya yaitu defisit anggaran pemerintah,
pertumbuhan uang (base money (M0), narrow money (M1), dan broad money
(M2)) serta IHK (Indeks Harga Konsumen) sebagai pencerminan tingkat inflasi
dengan periode waktu data antara bulan Januari 2002 hingga Desember 2009.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji
lag structure tambahan, yaitu uji lag exclusion dan weak exogeneity. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa defisit anggaran pemerintah tidak mempengaruhi
pertumbuhan uang (M0, M1, dan M2) dalam jangka panjang. Teori FTPL (the
fiscal theory of the price level) juga tidak berlaku di Indonesia, hal ini dikarenakan
dalam jangka panjang, laju inflasi tidak dipengaruhi oleh defisit anggaran.
Pertumbuhan M1 dan M2 (money supply) juga tidak mempengaruhi laju inflasi
dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa teori Monetaris dan
Keynesian juga tidak berlaku di Indonesia.
Hubungan antara defisit anggaran, pertumbuhan uang dan laju inflasi di
Indonesia dapat dijelaskan oleh teori Ricardian Equivalence (RE) dimana defisit
anggaran tidak akan berpengaruh ke variabel moneter dan perekonomian.
Koordinasi yang erat antara penguasa fiskal (pemerintah) dan moneter (Bank
7
Indonesia) dalam menentukan instrumen dan sasaran kebijakan yang menjadi
target bersama tetap diperlukan agar pencapaian target tersebut dapat dilakukan
secara efektif dan efisien.
Walaupun defisit anggaran tidak memiliki dampak terhadap pertumbuhan
uang dan laju inflasi di Indonesia namun defisit anggaran yang terlalu besar dan
dalam jangka waktu yang lama, bukan tidak mungkin akan menjadi akar
permasalahan makroekonomi seperti hyperinflation, current account deficits,
overindebtness dan rendahnya pertumbuhan ekonomi. Apabila dalam jangka
panjang kebijakan defisit anggaran terus dipertahankan oleh pemerintah, maka
pembiayaan melalui money creation (pencipataan uang) lebih baik untuk
dihindari karena telah terbukti menyebabkan hyperinflation di Indonesia pada
periode 1965 hingga 1970. Disatu sisi, sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia dimana Bank Indonesia yang telah memiliki kebijakan
moneter Inflation Targetting Framework (ITF) akan berhasil dalam menetapkan
inflasi yang ditargetkan jika salah satu persyaratan dapat dipenuhi yaitu tidak
adanya dominasi sektor fiskal terhadap kebijakan moneter. Hal tersebut
dikarenakan kebijakan defisit anggaran masih efektif, tetapi efisiensinya harus
diperhitungkan secara cermat.
Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari suku
bunga, akibatnya daya beli dari uang penabung atau deposan mengalami
penurunan meskipun secara absolut jumlah uangnya sudah bertambah dengan
adanya tambahan dari bunga yang diterimanya. Berdasarkan fakta ini, maka
jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya jika uangnya ditabungkan atau
didepositokan, tetapi malah sebaliknya.
Sekarang timbul pertanyaan, mengapa inflasi atau suku bunga membuat
orang lebih miskin? Jawabnya yaitu bahwa, inflasi menimbulkan biaya. Jika
inflasi menimbulkan biaya, maka bunga juga menimbulkan biaya. Biaya uang
yaitu suku bunga (interest) yang ditimbulkan oleh inflasi (Mankiw. 2007) yaitu;
1). Biaya pulang pergi ke bank untuk mengambil uang (shoeleather cost),
2). Biaya perusahaan untuk merubah harga karena inflasi (menu cost),
8
3). Biaya ketidak nyamanan hidup dengan selalu berubahnya harga,
4). Pajak yang dibebankan pada keuntungan (sebab pajak selalu menenetukan
besarnya pajak dari keuntungan nominal bukan dari keuntungan riil, padahal
dengan adanya inflasi, maka keuntungang riil lebih kecil sedangkan pajak yang
dibayarkan lebih besar).
Dalam teori klasik, bahwa “bunga” merupakan harga kapital (price of capital),
dimana apabila permintaan modal (uang) naik maka bunga akan naik pula, tetapi
orang meminta uang atau meminjam uang bukan semata-mata untuk investasi
tetapi juga untuk transaksi (konsumsi) dan spekulasi. Meskipun demikian
peminjam tetap dikenakan bunga. Itulah sebabnya dalam ekonomi kapitalis,
kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor keuangan ini dibandingkan
dengan sektor riil.
Selanjutnya diketahui pula bahwa, tingkat bunga mempunyai hubungan dengan
tingkat inflasi. Hubungan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil dengan
inflasi dapat ditulis sebagai berikut:
i=r+π
Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher (Fisher equation). Dari
persamaan tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa berubah karena dua
alasan (Makiw. 2007) yaitu;
1). Karena tingkat bunga riil berubah dan
2). Karena tingkat inflasi berubah
Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1
persen menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1 persen, selanjutnya dari
persamaan Fisher dapat dinyatakan pula bahwa kenaikan 1 persen tingkat
inflasi akan menaikkan suku bunga nominal sebesar 1 persen. Dari fakta ini jelas
bahwa suku bunga dan inflasi mempunyai hubungan yang positif.
9
bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB)m, suku bunga deposito dan suku bunga
kredit (investasi, Modal dan konsumsi) yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap output (GDP) dan inflasi. Berikut hubungan antara kenaikan harga
umum (inflasi) terhadap suku bunga.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan
direspon oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan
moment tersebut guna meningkatkan produksi dan menanamkan investasinya.
Seiring dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang
bertambah dan tenaga kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya
ekspor bertambah dan jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa yang
masuk ke negara tersebut semakin menguatkan dollar terhadap mata uang lain.
10
Kenaikan suku bunga sangatlah dikhawatirkan oleh para kreditur dan
tingkat penjualan perumahan yang semakin menurun karena membuat pajak
pinjaman modal dan kredit perumahan semakin meningkat, tanpa didukung
dalam kelancaran produksi dan bisnis yang menunjang, akan berimbas pada
kredit macet
11
Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)
Disisi lain, suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh pihak bank
atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu
merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang
dilakukan atau kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau
sebagai sewa penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu.
Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau
sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, yang
umumkan dalam 'persentase'.
Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau
menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan, maka
masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank,
dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan.
12
2.7 Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran
Inflasi dan pengangguran merupakan keburukan kembar dalam setiap
perekonomian. Untuk memahami arti penting keburukan kember ini, maka
dituangkan dalam matrik indikator kesejahteraan nasional dalam bentuk indeks
kesengsaraan (Misery Indexs). Indeks ini didefinisikan sebagai penjumlahan
tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan
perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat
memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga
barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih
murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang
domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung
turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik. Kurang bersaingnya harga barang
jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam
negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi
produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan
pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi
merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat
inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal
ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil.
Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi.
Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua
parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan
ekonomi yang dihadapi suatu negara. Hubungan antara tingkat inflasi dengan
tingkat pengangguran untuk jangka pendek dapat dijelaskan dengan
menggunakan Kurva Phillip yang dikemukakan oleh ekonom bernama A.W.
Phillips.
Dari penjelasan diatas saya dapat berpendapat bahwa inflasi sangat
berpengaruh besar pada pengangguran di suatu negara terlebih jika pemerintah
13
di negara yang mengalami inflasi mengeluarkan kebijakan yang tidak tepat dan
malah dapat memburuk keadaan ekonomi di negara tersebut. dari penjelasan
diatas inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat yang cenderung menurun,
dengan hal tersebut berdampak pada pelaku usaha didalam negri untuk
menekan biaya produksi agar usaha miliknya tidak mengalami kebangkrutan.
Salah satu solusi untuk menekan biaya produksi adalah dengan
mengeluarkan atau mem - phk kan sebagian pekerjanya. Dan dari situ lah mulai
bermunculan pengangguran yang disebabkan oleh inflasi. Jadi menurut saya
inflasi itu sangat berpengaruh bagi perekonomian termasuk angka pengangguran
di suatu negara.
14
Pendapatan riil merosot
Orang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan karena
terjadinya inflasi. Daya beli uangnya menurun atau pendapatan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Nilai riil tabungan dan pinjaman merosot
Hal ini terjadi pada masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya
dalam bentuk depostio dan tabungan di bank. Pada saat inflasi, nilai
tabungan akan merosot. Masyarakat yang memegang uang tunai akan
rugi karena nilai riil turun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi
mendatangkan menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang
kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman. Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan
ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat.
15
Inflasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, pembagian inflasi itu
sendiri berdasarkan atas tingkat dari keparahannya. Inflasi atau kenaikan harga
harga terjadi bukan karena tidak ada sebab atau terjadi kenaikan begitu saja.
Namun terjadinya inflasi atau kenaikan itu ada penyebabnya. Karena saya
tinggal di Negara Indonesia maka dari itu saya akan bahas tentang penyebab
inflasi di Indonesia. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi di
Indonesia? Semua itu akan saya uraikan secara lebih jelas pada penjelasan di
bawah.
Penyebab inflasi
harga barang dan juga jasa mengalami kenaikan secara bersama sama dalam
kurun waktu yang lama. Terjadinya inflasi di Negara kita bukan tanpa sebab, tapi
ada beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya inflasi.
Agar terhindar dari inflasi kita harus mengetahui penyebab inflasi itu sendiri,
sebab untuk mengatasi terjadinya inflasi salah satunya adalah dengan
mengetahui penyebab nya terlebih dahulu baru setelah itu mencari cara untuk
mengatasinya. Jadi sebelum dibahas tentang bagaimana cara untuk mengatasi
inflasi ada baiknya dibahas tentang penyebab terjadinya inflasi terlebih dahulu.
seperti yang telah dikatakan diatas karena kita berada di Negara Indonesia maka
yang dibahas adalah penyebab inflasi di Indonesia.
Penyebab inflasi di Indonesia
Inflasi dibagi menjadi empat tingkatan tergantung dari tingginya kenaikan atau
tergantung dari tingkat parahnya. Empat tingkatan pada inflasi yaitu :
Inflasi ringan
Inflasi sedang
Inflasi berat
Inflasi hiper
Inflasi itu terjadi karena ada sebab, sekarang kita cari tahu yuk apa penyebab
inflasi di Indonesia. Berdasarkan pengamatan ada beberapa penyebab terjadinya
inflasi. Adapun beberapa penyebab inflasi adalah sebagai berikut :
16
Permintaan barang mengalami peningkatan yang cukup tinggi, sedangkan
produksi barang tidak mengalami peningkatan
Menurunnya nilai tukar rupiah kepada dollar
Adanya kenaikan BBM atau minyak bumi
Adanya kegiatan spekulasi dan investasi pada sector industri uang
Adanya kebijakan moneter yang besar
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa
secara umum dan terus menerus
2. Jenis-Jenis Inflasi
o Demand Pull Inflation
o Cost Push Inflation
o Bottle neck inflasi
3. Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan
untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator
yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.
4. Pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam
literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia
5. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan
menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada
kesejahteraan rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama
18
Daftar Pustaka
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)
http://www.apapengertianahli.com/2015/05/pengertian-inflasi-jenis-jenis-inflasi-
cara-penanganan.html
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)
https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_harga_konsumen
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53183
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)
http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=124892
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)
http://diazdarmawan95.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-inflasi-terhadap-
pengangguran.html
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)
http://aranipratiwi.blogspot.co.id/2011/03/inflasi-dan-dampaknya-terhadap.html
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)
http://www.informasi-pendidikan.com/2015/06/penyebab-inflasi-di-indonesia.html
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)
19