Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

INFLASI, PERTUMBUHAN UANG, TINGKAT SUKU


BUNGA DAN PENGANGGURAN

Oleh Kelompok: 6
Mulkan Abdullah 20141221042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6
dapat menyelesaikan makalah tentang “Inflasi, Pertumbuhan Uang, Tingkat
Suku Bunga Dan Pengangguran”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan


oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yaitu Dr. Siti Maro’ah, M.Pd.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita


semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank
Indonesia

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang


telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Penulis menyadari makalah  ini terdapat banyak kekurangan, maka


penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Surabaya, 23 November 2015

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Inflasi............................................................................................... 3
2.2.1 Pengelompokan Inflasi..................................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Inflasi......................................................................................... 4
2.3 Metode Penghitungan Inflasi........................................................................ 5
2.4 Hubungan Pertumbuhan Uang Dengan Inflasi............................................. 6
2.5 Hubungan Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga............................................ 8
2.6 Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP..................................................... 9
2.7 Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran............................................13
2.8 Dampak Inflasi..............................................................................................14
2.9 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Inflasi di Indonesia.................................15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
Daftar Pustaka....................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang
dihadapi setiap negara. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan
beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Untuk
menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan
ekonomi perlu dijalankan.
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku
bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas uang
yang dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga. Seperti halnya
harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal ini pasar uang dan
pasar modal. Sebagaimana harga, suku bunga dapat dipandang sebagai sebuah
mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya dan perekonomian.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Inflasi ?


2. Apa Saja jenis-jenis inflasi ?
3. Bagaimana Metode Penghitungan Inflasi ?
4. Apa Hubungan Pertumbuhan Uang dengan Inflasi ?
5. Apa Hubungan Inflasi dengan Tingkat Suku Bunga ?
6. Apa Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP ?
7. Apa Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran ?
8. Apa Saja Dampak Inflasi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi Inflasi


2. Untuk mengetahui Apa Saja jenis-jenis inflasi
3. Untuk mengetahui Bagaimana Metode Penghitungan Inflasi
4. Untuk mengetahui Pertumbuhan Uang dengan Inflasi
5. Untuk mengetahui Hubungan Inflasi dengan Tingkat Suku Bunga.
6. Untuk mengetahui Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP
7. Untuk mengetahui Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran
8. Untuk mengetahui Apa Saja Dampak Inflasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Inflasi

Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa


secara umum dan terus menerus. Dalam pengertian yang lain, inflasi merupakan
presentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum
dikonsumsi rumah tangga.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah
dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa
kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di
setiap kota.
 
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari
suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang
besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah
besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail
mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat
Statistik www.bps.go.id
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level
harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu
ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar
harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan. 
 

3
2.1.1 Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption
by purpose - COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

2.2 Jenis-Jenis Inflasi


Karakteristik inflasi dapat digambarkan melalui penjelasan mengenai
faktor-faktor utama yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat disebabkan dari sisi
permintaan, sisi penawaran maupun espektasi. Factor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap inflasi baik secara parsial maupun secara bersama-sama
atau gabungan atau gabungan dari ketiga factor tersebut.
 
1. Demand Pull Inflation
Pengertian Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi akibat pengaruh
permintaan (demand) yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah
penawaran produksi. Hal ini mengakibatkan kenaikan harga barang sesuai
dengan hukum permintaan yaitu apabila permintaan tinggi sedangkan
penawaran tetap maka harga akan naik.Apabila hal tersebut berlangsung
terus menerus, akan terjadi inflasi berkepanjangan.
2. Cost Push Inflation
Pengertian cost inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya faktor
produksi. 
3. Bottle neck inflasi atau inflasi leher botol
Pengertian bottle neck inflasi adalah inflasi yang disebabkan oleh faktor
penawaran atau faktor permintaan.

4
2.3 Metode Menghitung Inflasi
Hitungan perubahan harga tercakup dalam suatu indeks harga yang
dikenal dengan istilah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index
(CPI). Persentase kenaikan IHK dinamakan dengan inflasi, sedangkan
penurunannya dinamakan deflasi.

Indeks harga konsumen adalah nomor indeks yang mengukur harga


rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household).
IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga
sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak
lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa depan, ekonom
menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah yang
dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Untuk mengukur tingkat harga
secara makro, biasanya menggunakan pengukuran Indeks Harga Konsumen
(IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI). Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat
diartikan sebagai indeks harga dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang
masing-masing diberi bobot menurut proporsi belanja masyarakat untuk komoditi
yang bersangkutan. IHK mengukur harga sekumpulan barang tertentu (sepertti
bahan makanan pokok, sandang, perumahan, dan aneka barang dan jasa) yang
dibeli konsumen.

Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan


untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang
digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.

Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga


Konsumen (IHK) adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Penghitungan IHK dimulai
dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika PDB mengubah
jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur
nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan jasa menjadi sebuah
indeks tunggal yang mengukur sseluruh tingkat harga.

Badan Pusat Statistik menimbang jenis-jenis produk berbeda dengan


menghitung harga sekelompok barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen
tertentu. IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga
sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.

5
IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya
indeks yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat
digunakan yakni indeks Harga Produsen (IHP), yang mengukur harga
sekelompok barang yang dibeli perusahaan (produsen bukannya konsumen)

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7


kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption
by purpose - COICOP), yaitu :
8. Kelompok Bahan Makanan
9. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
10. Kelompok Perumahan
11. Kelompok Sandang
12. Kelompok Kesehatan
13. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
14. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

2.4 Hubungan Pertumbuhan Uang dengan Inflasi


Hubungan defisit anggaran, pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah
satu isu penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia. Secara
teori, paling tidak ada empat pandangan yang berbeda untuk melihat hubungan
ketiga variabel tersebut. Pandangan tersebut antara lain, yaitu kaum Monetaris
Ortodoks, The Fiscal Theory of Price Level (FTPL), Keynesian, dan Ricardian
Equivalence (RE). Terdapat sebuah persepsi yang menyatakan bahwa kebijakan
anggaran yang terlalu besar dan dalam jangka waktu yang lama dapat
mempengaruhi variabel moneter yang kemudian menjadi akar permasalahan dari
ketidakstabilan makroekonomi seperti inflasi yang tinggi, defisit current account
yang besar, kewajiban utang yang besar, dan pertumbuhan ekonomi yang
rendah. Berdasarkan pengalaman interaksi kebijakan fiskal dan moneter di
Indonesia, dimana sebelum diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999, Indonesia
telah mengalami hyperinflation yang disebabkan oleh pencetakan uang (money
creation) secara berlebihan oleh Bank Indonesia untuk membiayai defisit
anggaran pemerintah akibat kebijakan fiskal yang terlalu ekspansif.
Sejak diberlakukan tahun 2000, kerangka kerja Inflation Targetting
(kebijakan moneter) sudah mulai diterapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini

6
mengindikasikan bahwa era fiscal dominance tidak boleh terjadi lagi di Indonesia.
Namun perubahan institusional tersebut secara empiris tidak menghalangi
kemungkinan adanya pengaruh defisit anggaran (kebijakan fiskal ekspansif)
terhadap jumlah uang beredar maupun variabel moneter (inflasi).
Pengaruh tersebut dimungkinkan antara lain karena adanya jangka waktu
antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah, sumber pendanaan (utang
domestik maupun luar negeri), dan perubahan permintaan agregat. Penelitian ini
membahas hubungan jangka panjang antara inflasi, pertumbuhan uang, dan
defisit anggaran. Penelitian ini juga akan menganalisis apakah di Indonesia
defisit anggaran (kebijakan fiskal ekspansif) mempengaruhi pertumbuhan uang
dan inflasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time
series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain
dari Kementrian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Statistik Ekonomi dan
Keuangan Bank Indonesia (SEKI-BI) dari berbagai edisi, International Financial
Statistic (IFS) of International Monetary Fund (IMF) serta sumber lain yang
relevan.
Data yang digunakan, diantaranya yaitu defisit anggaran pemerintah,
pertumbuhan uang (base money (M0), narrow money (M1), dan broad money
(M2)) serta IHK (Indeks Harga Konsumen) sebagai pencerminan tingkat inflasi
dengan periode waktu data antara bulan Januari 2002 hingga Desember 2009.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji
lag structure tambahan, yaitu uji lag exclusion dan weak exogeneity. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa defisit anggaran pemerintah tidak mempengaruhi
pertumbuhan uang (M0, M1, dan M2) dalam jangka panjang. Teori FTPL (the
fiscal theory of the price level) juga tidak berlaku di Indonesia, hal ini dikarenakan
dalam jangka panjang, laju inflasi tidak dipengaruhi oleh defisit anggaran.
Pertumbuhan M1 dan M2 (money supply) juga tidak mempengaruhi laju inflasi
dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa teori Monetaris dan
Keynesian juga tidak berlaku di Indonesia.
Hubungan antara defisit anggaran, pertumbuhan uang dan laju inflasi di
Indonesia dapat dijelaskan oleh teori Ricardian Equivalence (RE) dimana defisit
anggaran tidak akan berpengaruh ke variabel moneter dan perekonomian.
Koordinasi yang erat antara penguasa fiskal (pemerintah) dan moneter (Bank

7
Indonesia) dalam menentukan instrumen dan sasaran kebijakan yang menjadi
target bersama tetap diperlukan agar pencapaian target tersebut dapat dilakukan
secara efektif dan efisien.
Walaupun defisit anggaran tidak memiliki dampak terhadap pertumbuhan
uang dan laju inflasi di Indonesia namun defisit anggaran yang terlalu besar dan
dalam jangka waktu yang lama, bukan tidak mungkin akan menjadi akar
permasalahan makroekonomi seperti hyperinflation, current account deficits,
overindebtness dan rendahnya pertumbuhan ekonomi. Apabila dalam jangka
panjang kebijakan defisit anggaran terus dipertahankan oleh pemerintah, maka
pembiayaan melalui money creation (pencipataan uang) lebih baik untuk
dihindari karena telah terbukti menyebabkan hyperinflation di Indonesia pada
periode 1965 hingga 1970. Disatu sisi, sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia dimana Bank Indonesia yang telah memiliki kebijakan
moneter Inflation Targetting Framework (ITF) akan berhasil dalam menetapkan
inflasi yang ditargetkan jika salah satu persyaratan dapat dipenuhi yaitu tidak
adanya dominasi sektor fiskal terhadap kebijakan moneter. Hal tersebut
dikarenakan kebijakan defisit anggaran masih efektif, tetapi efisiensinya harus
diperhitungkan secara cermat.

2.5 Hubungan Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga

Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari suku
bunga, akibatnya daya beli dari uang penabung atau deposan mengalami
penurunan meskipun secara absolut jumlah uangnya sudah bertambah dengan
adanya tambahan dari bunga yang diterimanya. Berdasarkan fakta ini, maka
jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya jika uangnya ditabungkan atau
didepositokan, tetapi malah sebaliknya.
Sekarang timbul pertanyaan, mengapa inflasi atau suku bunga membuat
orang lebih miskin? Jawabnya yaitu bahwa, inflasi menimbulkan biaya. Jika
inflasi menimbulkan biaya, maka bunga juga menimbulkan biaya. Biaya uang
yaitu suku bunga (interest) yang ditimbulkan oleh inflasi (Mankiw. 2007) yaitu;
1). Biaya pulang pergi ke bank untuk mengambil uang (shoeleather cost),
2). Biaya perusahaan untuk merubah harga karena inflasi (menu cost),

8
3). Biaya ketidak nyamanan hidup dengan selalu berubahnya harga,
4). Pajak yang dibebankan pada keuntungan (sebab pajak selalu menenetukan
besarnya pajak dari keuntungan nominal bukan dari keuntungan riil, padahal
dengan adanya inflasi, maka keuntungang riil lebih kecil sedangkan pajak yang
dibayarkan lebih besar).
Dalam teori klasik, bahwa “bunga” merupakan harga kapital (price of capital),
dimana apabila permintaan modal (uang) naik maka bunga akan naik pula, tetapi
orang meminta uang atau meminjam uang bukan semata-mata untuk investasi
tetapi juga untuk transaksi (konsumsi) dan spekulasi. Meskipun demikian
peminjam tetap dikenakan bunga. Itulah sebabnya dalam ekonomi kapitalis,
kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor keuangan ini dibandingkan
dengan sektor riil.
Selanjutnya diketahui pula bahwa, tingkat bunga mempunyai hubungan dengan
tingkat inflasi. Hubungan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil dengan
inflasi dapat ditulis sebagai berikut:
i=r+π
Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher (Fisher equation). Dari
persamaan tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa berubah karena dua
alasan (Makiw. 2007) yaitu;
1). Karena tingkat bunga riil berubah dan
2). Karena tingkat inflasi berubah
Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1
persen menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1 persen, selanjutnya dari
persamaan Fisher dapat dinyatakan pula bahwa kenaikan 1 persen tingkat
inflasi  akan menaikkan suku bunga nominal sebesar 1 persen. Dari fakta ini jelas
bahwa suku bunga dan inflasi mempunyai hubungan yang positif.

2.6 Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP


Nilai uang menjadi sangat penting karena perubahan nilai uang yang
salah satunya ditunjukkan oleh inflasi sangat berpengaruh terhadap kegiatan
ekonomi baik disektor moneter maupun sector riil. Misalnya jika terjadi kenaikan
harga-harga umum (inflasi), maka respon kebijakan bank sentral (Bank
Indonesia) adalah menaikan tingkat suku bunga acuannya, selanjutnya kenaikan
tersebut akan berpengaruh terhadap suku bunga dipasar uang, misalnya suku

9
bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB)m, suku bunga deposito dan suku bunga
kredit (investasi, Modal dan konsumsi) yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap output (GDP) dan inflasi. Berikut hubungan antara kenaikan harga
umum (inflasi) terhadap suku bunga.

Untuk diketahui, suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan


perekonomian dari suatu negara yang akan berimbas pada kegiatan perputaran
arus keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan currency.

Dan biasanya negara-negara besar (merupakan negara yang memiliki


currency terbesar dalam transaksi di bursa), aktivitas ekonomi yang terjadi di
negara-negara tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap fundamental
perekonomian dunia.

Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan
direspon oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan
moment tersebut guna meningkatkan produksi dan menanamkan investasinya.

Seiring dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang
bertambah dan tenaga kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya
ekspor bertambah dan jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa yang
masuk ke negara tersebut semakin menguatkan dollar terhadap mata uang lain.

Demikian pula sebaliknya, bila saja suku bunga menurun, produksi


industri akan berkurang karena produsen akan membatasi kerugian. Apabila
jumlah produksi berkurang, maka akan melemahkan mata uang tersebut.

10
Kenaikan suku bunga sangatlah  dikhawatirkan oleh para kreditur dan
tingkat penjualan perumahan yang semakin menurun karena membuat pajak
pinjaman modal dan kredit perumahan semakin meningkat, tanpa didukung
dalam kelancaran produksi dan bisnis yang menunjang, akan berimbas pada
kredit macet 

Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan


menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada kesejahteraan
rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama.

Dampak ekonomi dari  sebuah perubahan suku bunganya diantaranya


akan berpengaruh pada adalah:

GDP (Gross Domestik Product) sebagai indikator tingkat kesehatan atas


pertumbuhan ekonomi suatu negara. GDP merupakan indeks utama sistem akun
nasional (Sistem of National Accounts - SNA) yang dikarakteristik oleh hasil final
dari kesatuan aktifitas program ekonomi - penduduk, dan pengukuran biaya
barang dan jasa, yang diproduksi oleh kesatuan untuk penggunaan akhir. GDP
adalah indeks utama, yang menunjukkan kondisi ekonomi nasional. GDP adalah
indikator produk manufaktur, yang berjumlah pada biaya produksi final barang
dan jasa. Ini berarti, biaya barang dan jasa lanjutan, yang digunakan dalam
produksi (seperti barang mentah, bahan-bahan, bahan bakar, bibit, makanan
ternak, layanan pengangkutan udara, harga grosir, layanan komersil dan
finansial, dll) tidak termasuk dalam GDP. Jika tidak, GDP akan mengandung
akun berulang. Selain itu, GDP adalah produk domestik, karena diproduksi oleh
penduduk. Penduduk adalah kesatuan ekonomi (usaha maupaun rumah tangga),
dengan mengabaikan indentitas nasional dan kewarga negaraannya, yang
memiliki suku bunga ekonomi dalam wilayah ekonomi negara. 

Kredit Perumahan Rakyat

Pengadaan perumahan merupakan bagian terpenting dalam menunjang


kesejahteraan hidup manusia, pentingnya data ini terletak pada kemampuannya
untuk memicu perubahan kondisi perekonomian, memprediksi perubahan tingkat
pertumbuhan. Turunnya jumlah unit perumahan baru dapat memperlambat
perekonomian dan mendorong ke arah resesi. Sebaliknya, peningkatan pada
jumlah unit perumahan baru mengindikasikan tumbuhnya perekonomian.

11
Tingkat Pengangguran  (Unemployment Rate)

Dampak yang harus diperhatikan dalam kebijakan naik-turunnya suku


bunga apakah semakin meningkatkan peluang usaha dan peluang kerja atau
malah justru meningkatkan pengangguran dan PHK. Dan perlu diketahui,
pengangguran terjadi akibat  ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dan
orang yang membutuhkan pekerjaan,sehingga hanya sedikit yang mendapatkan
kesempatan untuk bekerja. 

Disisi lain, suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh pihak bank
atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu
merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang
dilakukan atau kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau
sebagai sewa penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu.

Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau
sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, yang
umumkan dalam  'persentase'.

Setiap masyarakat (atau investor)  yang melakukan interaksi dengan


bank, baik interaksi dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan
selalu terkait dan dikenakan dengan yang namanya bunga. Bagi masyarakat 
(atau investor) yang menanamkan dananya pada bank, baik itu simpanan
tabungan, deposito dan giro akan diberikan suku bunga simpanan (dalam bentuk
%).

Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau
menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan, maka
masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank,
dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan.

Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka


minat masyarakat (atau investor) dalam menabung akan berkurang sebab
masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh
dimasa yang akan datang dari bunga adalah sangat  kecil.

12
2.7 Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran
Inflasi dan pengangguran merupakan keburukan kembar dalam setiap
perekonomian. Untuk memahami arti penting keburukan kember ini, maka
dituangkan dalam matrik indikator kesejahteraan nasional dalam bentuk indeks
kesengsaraan (Misery Indexs). Indeks ini didefinisikan sebagai penjumlahan
tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan
perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat
memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga
barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.

            Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih
murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang
domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung
turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik. Kurang bersaingnya harga barang
jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam
negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi
produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan
pekerjaan.
            Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi
merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat
inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal
ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil.

            Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi.
Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua
parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan
ekonomi yang dihadapi suatu negara. Hubungan antara tingkat inflasi dengan
tingkat pengangguran untuk jangka pendek dapat dijelaskan dengan
menggunakan Kurva Phillip yang dikemukakan oleh ekonom bernama A.W.
Phillips.

            Dari penjelasan diatas saya dapat berpendapat bahwa inflasi sangat
berpengaruh besar pada pengangguran di suatu negara terlebih jika pemerintah

13
di negara yang mengalami inflasi mengeluarkan kebijakan yang tidak tepat dan
malah dapat memburuk keadaan ekonomi di negara tersebut. dari penjelasan
diatas inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat yang cenderung menurun,
dengan hal tersebut berdampak pada pelaku usaha didalam negri untuk
menekan biaya produksi agar usaha miliknya tidak mengalami kebangkrutan.
           
Salah satu solusi untuk menekan biaya produksi adalah dengan
mengeluarkan atau mem - phk kan sebagian pekerjanya. Dan dari situ lah mulai
bermunculan pengangguran yang disebabkan oleh inflasi. Jadi menurut saya
inflasi itu sangat berpengaruh bagi perekonomian termasuk angka pengangguran
di suatu negara.

2.8 Dampak Inflasi


Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari parah
atau tidaknya inflasi. Inflasi ringan, mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi
kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
 Adapun pengaruh atau akibat dari inflasi terhadap masyarakat dan individu
adalah sebagai berikut :
 Kesenjangan distribusi pendapatan
Saat terjadi inflasi, tanah, rumah akan mengalami kenaikan harga.
Kenaikan harga tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi.
Namun sebaliknya pendapaatn riil penduduk berpenghasilan rendah akan
merosot. Dengan demikian inflasi akan memperlebar kesenjangan
distribusi pendapatan diantara anggota masyarakat.Bagi produsen, inflasi
dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada
pengusaha besar). Bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha
produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada
pengusaha kecil).

14
 Pendapatan riil merosot
Orang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan karena
terjadinya inflasi. Daya beli uangnya menurun atau pendapatan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
 Nilai riil tabungan dan pinjaman merosot
Hal ini terjadi pada masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya
dalam bentuk depostio dan tabungan di bank. Pada saat inflasi, nilai
tabungan akan merosot. Masyarakat yang memegang uang tunai akan
rugi karena nilai riil turun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi
mendatangkan menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang
kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman. Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan
ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat.

2.9 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Inflasi di Indonesia


Penyebab inflasi di Indonesia – Kita sering kali mendengar terjadinya
kenaikan harga harga yang disertai dengan naiknya harga jasa didunia, kenaikan
tersebut terjadi bukan hanya dalam waktu sehari dua hari namun kenaikan itu
terjadi dalam jangka waktu yang lama. Siring dengan adanya pemberitaan
tentang naiknya harga harga barang dan juga jasa yang secara serentak kita
juga sering mendengar kata inflasi. Inflasi memang suatu masalah ekonomi yang
kerap kali terjadi, inflasi bukan hanya terjadi di Negara Indonesia saja melainkan
terjadi pada semua Negara yang ada di dunia ini. 

15
Inflasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, pembagian inflasi itu
sendiri berdasarkan atas tingkat dari keparahannya. Inflasi atau kenaikan harga
harga terjadi bukan karena tidak ada sebab atau terjadi kenaikan begitu saja.
Namun terjadinya inflasi atau kenaikan itu ada penyebabnya. Karena saya
tinggal di Negara Indonesia maka dari itu saya akan bahas tentang penyebab
inflasi di Indonesia. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi di
Indonesia? Semua itu akan saya uraikan secara lebih jelas pada penjelasan di
bawah. 
Penyebab inflasi

Jika kita bicara masalah inflasi pasti yang ada dibenak


anda pertama kali adalah tentang kenaikan harga, karena inflasi itu sendiri
merupakan kejadian dimana harga

harga barang dan juga jasa mengalami kenaikan secara bersama sama dalam
kurun waktu yang lama. Terjadinya inflasi di Negara kita bukan tanpa sebab, tapi
ada beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya inflasi. 

Agar terhindar dari inflasi kita harus mengetahui penyebab inflasi itu sendiri,
sebab untuk mengatasi terjadinya inflasi salah satunya adalah dengan
mengetahui penyebab nya terlebih dahulu baru setelah itu mencari cara untuk
mengatasinya. Jadi sebelum dibahas tentang bagaimana cara untuk mengatasi
inflasi ada baiknya dibahas tentang penyebab terjadinya inflasi terlebih dahulu.
seperti yang telah dikatakan diatas karena kita berada di Negara Indonesia maka
yang dibahas adalah penyebab inflasi di Indonesia. 
Penyebab inflasi di Indonesia
Inflasi dibagi menjadi empat tingkatan tergantung dari tingginya kenaikan atau
tergantung dari tingkat parahnya. Empat tingkatan pada inflasi yaitu : 
Inflasi ringan
Inflasi sedang 
Inflasi berat 
Inflasi hiper
Inflasi itu terjadi karena ada sebab, sekarang kita cari tahu yuk apa penyebab
inflasi di Indonesia. Berdasarkan pengamatan ada beberapa penyebab terjadinya
inflasi. Adapun beberapa penyebab inflasi adalah sebagai berikut : 

16
Permintaan barang mengalami peningkatan yang cukup tinggi, sedangkan
produksi barang tidak mengalami peningkatan
Menurunnya nilai tukar rupiah kepada dollar 
Adanya kenaikan BBM atau minyak bumi 
Adanya kegiatan spekulasi dan investasi pada sector industri uang 
Adanya kebijakan moneter yang besar

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa
secara umum dan terus menerus
2. Jenis-Jenis Inflasi
o Demand Pull Inflation
o Cost Push Inflation
o Bottle neck inflasi
3. Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan
untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator
yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.
4. Pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam
literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia
5. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan
menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada
kesejahteraan rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama

18
Daftar Pustaka

Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana


Media

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://www.apapengertianahli.com/2015/05/pengertian-inflasi-jenis-jenis-inflasi-
cara-penanganan.html
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_harga_konsumen
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53183
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=124892
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://diazdarmawan95.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-inflasi-terhadap-
pengangguran.html
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://aranipratiwi.blogspot.co.id/2011/03/inflasi-dan-dampaknya-terhadap.html
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://www.informasi-pendidikan.com/2015/06/penyebab-inflasi-di-indonesia.html
(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

19

Anda mungkin juga menyukai