Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MATA KULIAH (RMK)

MATA KULIAH : PERENCANAAN PAJAK (REGULER)


PERTEMUAN 12
“PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN”

Disusun oleh:
1. Dhimas Ilham Agus Santoso F0318037
2. Lanang Galih Prasetyo F0318071
3. Yustia ‘aini Salsabila F0318116

A. MEMAHAMI PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN


Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) merupakan pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh suatu badan usaha seperti yang dimaksud
dalam UU KUP.
Tax planning meminimalisasi beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang
perpajakan yang berlaku. Pada umumnya, perencanaan pajak merujuk kepada proses
pekerjaan usaha dan transaksi wajib pajak supaya utang pajak yang ditanggung berada
dalam jumlah minimal dan tidak melanggar peraturan perpajakan.
Sebenarnya dalam perencanaan pajak ini terdapat perbedaan kepentingan antara
wajib pajak dan pemerintah. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak seminimal
mungkin. Membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomi wajib pajak. Di sisi
lain, pemerintah membutuhkan pajak sebagai dana membiayai pengeluaran dalam rangka
pembangunan negara. Oleh karena itu, wajib pajak diharapkan untuk mengurangi beban
pajaknya secara legal.

Penghasilan yang menjadi objek (Taxable Income)


Penghasilan yang menjadi objek pajak adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan dengan nama dan
dalam bentuk apapun termasuk
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan termasuk gaji
b. Hadiah dari undian
c. Laba usaha
d. Karena penjualan harta atau pengalihan harta
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak
f. Bunga
g. Dividen
h. Royalti
i. Sewa dan penghasilan sehubungan penggunaan harta
Penghasilan yang pajaknya dikenakan PPh bersifat final
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lain
b. Berupa hadiah undian
c. Penghasilan dari transaksi saham
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah atau bangunan

Penghasilan yang bukan objek pajak (Non Taxable Income)


a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia
b. Harta hibah
c. Warisan
d. Harta termasuk setoran tunai sebagai penyertaan modal
e. Penggantian sehubungan pekerjaan dalam bentuk natura dari wajib pajak atau
pemerintah
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
g. Dividen yang diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negri
h. Iuran yang diterima dana pensiun
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
j. Bagian laba yang diterima anggota dari perseroan komanditer
k. Dihapus
l. Penghasilan modal ventura berupa bagian laba
m. Beasiswa

Biaya-biaya yang boleh dikurangkan (Deductible Expenses)


Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya, termasuk:
a. Biaya yang secara langsung atau tidak berkaitan dengan kegiatan usaha
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk harta berwujud
c. Iuran kepada dana pensiun
d. Kerugian karena penjualan
e. Keruian selisih kurs mata uang asing
f. Penelitian dan pengembangan perusahaan
g. Biaya beasiswa,magang dan pelatihan
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
i. Sumbangan penanggulangan bencana
j. Sumbangan penelitian dan pengembangan
k. Pembangunan infrastruktur sosial

Biaya yang tidak boleh dikurangkan (Non Deductible Expenses)


a. Pembagian laba seperti dividen
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham
c. Pembentukan dana cadangan
d. Premi asuransi
e. Imbalan sehubungan pekerjaan dalam bentuk natura
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
g. Harta yang dihibahkan,bantuan atau sumbangan
h. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi
i. Gaji anggota persekutuan,firma
j. Sanksi administrasi serta sanksi pidana berkenaan UU perpajakan
k. Pengerluaran yang masa manfaat lebih dari 1 tahun
l. Biaya untuk menagih penghasilan yang pajaknya bersifat final
m. pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemberi penghasilan
n. Kerugian dari harta yang tidak digunakan dalam usaha untuk menagih penghasilan
yang merupakan objek pajak
B. MEMAHAMI BAGAIMANA PENENTUAN PERENCANAAN PAJAK PPh BADAN
Berikut ini upaya yang bisa dilakukan wajib pajak dalam
mengefisiensikan pembayaran PPh Badan:
1. Memilih sistem pembukuan yang tepat
Metode Perhitungan Penghasilan dan Biaya (stelsel akrual vs stelsel kas)

 Menurut stelsel akrual, penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya
diakui pada waktu terutang.

 Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila


telah benar-benar diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu, serta
biaya baru bisa dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar
secara tunai dalam suatu periode tertentu.

Analisis Perbandingan Pembukuan dengan Pencatatan


Pencatatan itu terdiri atas data yang dikumpulkan secara tertentu tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto yang digunakan sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak dan atau yang dikenai pajak yang bersifat final.

2. Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi atas aktiva tidak berwujud
Sesuai Pasal 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan
Undang-Undang No 36 2008 mengenai Pajak Penghasilan, dimana metode
penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan ini, dilakukan dengan:
1. Metode garis lurus atau straight-line method
menghasilkan pembebanan yang tetap selama masa umur manfaat aset jika nilai
residunya tidak berubah
2. Metode saldo menurun ganda atau declining balance method
pembebanan yang menurun selama masa umur manfaat dengan cara menerapkan
tarif penyusutan atas nilai sisa buku.
3. Memilih metode penilaian persediaan
• Penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga perolehan
• Penilaian pemakaian persediaan untuk perhitungan harga pokok hanya boleh
dilakukan dengan cara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang
didapat pertama (FIFO).

4. Pemilihan pemberian kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk natura atau cash
Berikut keadaan dimana perusahaan tidak cocok memberikan natura atau kenikmatan:
1. Pada perusahaan yang sedang keadaan rugi.
2. Pada perusahaan yang dikenakan PPh badan secara final.
(contoh: memberikan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai dan penyediaan
bus antar jemput pegawai)

Terdapat banyak cara untuk megoptimalkan kesejahteraan karyawan, dengan


memanfaatkan peluang efisiensi beban pajak yang berkaitan dengan pengeluaran biaya
berikut ini
1. PPh Pasal 21 Karyawan
2. Pengobatan/kesehatan karyawan
3. Pembayaran premi asuransi untuk pegawai
4. Iuran Pensiun dan Iuran JHT/THT yang dibayar oleh perusahaan
5. Perumahan untuk karyawan
6. Transportasi untuk karyawan
7. Pakaian seragam untuk karyawan
8. Perjalanan dinas karyawan
9. Bonus dan Jasa Produksi
10. Pemberian natura di daerah tertentu dan atau terpencil

Anda mungkin juga menyukai