Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME HUKUM PAJAK

Pajak Penghasilan

Oleh kelompok 4
Wahyu Pitria 1103252
Fadila
Suri Jelita

FAKULTAS EKONOMI
PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
PAJAK PENGHASILAN
A. Penghasilan Netto
Penghasilan netto merupakan jumlah penghasilan bersih yang diterima oleh wajib
pajak setiap bulannya, atau total penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan
dan dana pensiun.

B. Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Penghasilan kena pajak adalah penghasilan Wajib Pajak yang menjadi dasar untuk
menghitung pajak penghasilan. Pendapatan kena pajak diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Penentuan Penghasilan Kena Pajak dapat dilakukan melalui Pembukuan maupun
pencatatan. Apabila Wajib Pajak melakukan pembukuan maka penghasilan netto dapat
diperoleh dengan mengurangkan penghasilan bruto dengan biaya-biaya. Penghasilan netto
untuk Wajib Pajak Badan dan BUT sama dengan penghasilan kena pajak, sedangkan untuk
Wajib Pajak orang pribadi Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan netto dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Biaya dalam pajak dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
 Biaya yang dapat dikurangkan (Deductible Expenses)
Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan
kena pajak adalah:
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,
bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengelolaan limbah, premi asuransi,
biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan
e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing, Kerugian selisih kurs mata uang asing
yang disebabkan oleh fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan
sistem pembukuan yang dianut, dan harus dilakukan secara taat azas. Apabila
wajib pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs
historis), pembebanan kerugian selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya realisasi
atas perkiraan mata uang asing tersebut, apabila wajib pajak menggunakan sistem
pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun, pembebanan dilakukan pada setiap akhir tahun
berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat :
a) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
b) Telah diserahkan eprkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang atau pembebasan utang antara kreditur dan
debitur yang bersangkutan
c) Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, dan
d) Wajib pajak terus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan
keputusan Direktorat Jenderal Pajak
i. Kepada orang pribadi sebagai wajib pajak dalm negeri diberikan pengurangan
berupa PTKP ( Penghasilan Tidak Kena Pajak)

 Biaya yang tidak dapat dikurangkan (Non Dudectible Expenses)


Disamping biaya-biaya yang boleh dikurangkan diatas, ada biaya-biaya yang tidak
boleh dikurangkan, yaitu :
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti deviden, termasuk
deviden yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota
c. Pembentukan atau pemupukan dan cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha
asuransi, dan cadangan reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan
syarat-syaratnya ditetapkan dngan Keputusan Menteri Keuangan.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang priibadi, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
wajib pajak yang bersangkutan
e. Penggantian atau imbalan yang sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai, serta penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan kecuali zakat atas
penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk
agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk
agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan pemerintah
h. Pajak Penghasilan, Yang dimaksud dengan pajak penghasilan dalam ketentuan ini
adalah Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang bersangkutan
i. Biaya-biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib
pajak atau orang yang menjadi tanggungannya
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau persewaan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan bagaimana dimaksud di atas didapat
kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Penghasilan Tidak Kena Pajak, disingkat PTKP adalah pengurangan terhadap
penghasilan bruto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam
menghitung pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di
Indonesia.
Mulai 1 Januari 2013 untuk Wajib Pajak orang pribadi, Penghasilan Kena Pajak
merupakan Penghasilan Netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), yang
besarnya sebagai berikut :
a. Rp. 24.300.000 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak
orang pribadi
b. Rp. 2.025.000 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin
c. Rp. 24.300.000 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk
seorang istri bekerja yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
d. Rp. 2.025.000 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)
orang untuk setiap keluarga

D. Tarif Pajak
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk menghitung penghasilan kena
pajak adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

Tarif
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%
di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%
di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
di atas Rp 500.000.000,- 30%

2. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 28%
(dua puluh delapan persen)

E. Cara Penghitungan Pajak Pengasilan


 Cara perhitungan
Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut.
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah dan mempunyai
satu orang anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana
menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan
Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap
bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke
dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan
sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar
Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran
berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut:

3.000.000,0
Gaji
0
3.000.000,0
Penghasilan bruto
0
Pengurangan
1. Biaya jabatan
5%x3.024.000,00 151.200,00
2. Iuran Pensiun 50.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua 60.000,00
261.200,00
2.738.800,0
Penghasilan neto sebulan
0
Penghasilan neto setahun
32.865.600,
12x2.762.800,00
00

PTKP
24.300.000,
- untuk WP sendiri
00
2.025.000,0
- tambahan WP kawin
0
2.025.000,0
- Tambahan 1 anak
0
28.350.000,
00
4.515.600,0
Penghasilan Kena Pajak setahun
0
4.515.000,0
Pembulatan
0
PPh terutang
5%x 4.515.000,00 225.750,00
PPh 1 bulan
225.750,00 : 12 18.812,00
Jadi total Pajak penghasilan Toni tiap bulannya adal Rp. 18.812,00
 Norma Perhitungan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan
peredaran bruto dibawah Rp. 600.000.000,00 (Eenam ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun
wajib menyelenggarakan pencatatan , kecuali wajib pajak yang bersangkutan memilih
menyelenggarakan pembukuan.
Wajib Pajak orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan menghitung
penghasilan netto usaha atau pekerjaan bebasnya dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto.
Wajib Pajak yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto wajib
memberitahukan mengenai penggunaan Norma Penghitungan kepada Direktorat Jenderal
Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutan. Pemneritahuan
penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Netto yang diampaikan dalam jangka waktu
ersebut dianggap disetujui kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata. Wajib pajak tidak
memenuhi pernyataan untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto. Wajib
Pajak yang tidak memberitahukan kepada Direktorat Jenderal Pajak dianggap memilik
menyelenggarakan pembukuan.
Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan, Wajib Pajak yang memilih
menyelenggarakan pembukuan, dan Wajib Pajak yang dianggap memilih menyelenggaran
pembukuan yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan.
Penghasilan nettonya dihitung dengan menggunakan Norma Pehitungan Penghasilan Netto
dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
pajak penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam tahun pajak yang bersangkutan.

 Surat Pemberitahuan (SPT)


Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek
pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
a. Jenis formulir SPT
Ada beberapa formulir dalam pelaporan SPT ini, diantaranya adalah :
a) Formulir 1770S
Digunakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilan dari pekerjaannya
lebih dari satu pemberi kerja, atau penghasilannya lebih dari Rp60.000.000,00
setahun, atau Wajib Pajak tersebut memiliki penghasilan lain. Formulir 1770S
ini tidak bisa digunakan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
b) Formulir 1770 SS
Formulir SPT Tahunan yang paling sederhana yang ditujukan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang penghasilannya setahun hanya dari pekerjaan dan
jumlahnya tidak lebih dari Rp60.000.000,00 setahun.
c) Formulir 1721- A1 dan atau 1721- A2
Formulir keterangan dari pemberi kerja yang menjelaskan pajak dari wajib
pajak yang sudah dipotong oleh pemberi Kerja.Formulir ini dilampirkan saat
SPT dilaporkan.
b. Jenis SPT
Ada dua jenis SPT, yaitu :
a) SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
b) SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
c. Pengisian & Penyampaian SPT
Cara mengisi dan penyampaian SPT adalah :
a) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan.
b) Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan
mata uang selain Rupiah yang diizinkan.
d. Fungsi SPT
Fungsi SPT adalah :
a) Wajib Pajak PPh
Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak
 Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek
pajak
 Harta dan kewajiban
 Pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1
(satu) Masa Pajak.
b) Pengusaha Kena Pajak
 Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang
dan untuk melaporkan tentang :
 pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang
ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
c) Pemotong/ Pemungut Pajak
 Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

 Pelunasan Pajak Tahun Berjalan


Undang-undang Pajak Penghasilan menentukan pelunasan Pajak Penghasilan oleh
Wajib Pajak dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :
a. Pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
Pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan dilakukan oleh Wajib Pajak
melalui pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak lain dan melalui
pembayaran pajak yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak. Pelunasan pajak dalam
tahun berjalan tersebut merupakan angsuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap
Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali
untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final. (Pasal 20 Undang-
undang Pajak Penghasilan)
b. Pelunasan Pajak Penghasilan pada akhir tahun pajak
Pelunasan Pajak Penghasilan pada akhir tahun pajak dilakukan melalui mekanisme
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan yang merupakan penghitungan Pajak
Penghasilan yang terutang, yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain maupun
yang telah dibayar sendiri, dan jumlah Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar
untuk Tahun Pajak yang bersangkutan. (Pasal 28 Undang-undang Pajak
Penghasilan)
Pajak Penghasilan yang dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan
merupakan pelunasan/pembayaran atas perkiraan Pajak Penghasilan yang akan terutang
dalam suatu tahun pajak.
Pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun pajak berjalan merupakan angsuran pajak
yang boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final. Dengan
pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang tepat waktu, dan
pertimbangan lainnya, maka Undang-undang Pajak Penghasilan menentukan bahwa
pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan dapat bersifat final untuk jenis-jenis
penghasilan tertentu. Pajak Penghasilan yang bersifat final tersebut tidak dapat dikreditkan
dengan Pajak Penghasilan yang terutang.

Anda mungkin juga menyukai