Anda di halaman 1dari 24

KLASIFIKASI BIAYA

DAN KOMPENSASI
KERUGIAN
By: Fadya Anjani Ramadhita Erison
20212076
Pendahuluan
• Didasarkan pada pandangan bahwa undang-undang Pajak Penghasilan menganut pemajakan
yang berbasisi neto (net basis of taxation). Basi tersebut berarti pengenaan pajak didasarkan
pada penghasilam bruto (gross income) dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran dan
pengurangan lain nya yang diperkenankan oleh undang-undang.
• Secara komersial sebagaimana diatur dalam SAK bahwa dalm laporan laba rugi biaya diakui
apabila terjadi penurunan asset atau peningkatan kewajiban yang dapat diukur dengan modal.
• Biaya juga diakui dengan mendasar pada analisis hubungan antara biaya yang timbul dan
penghasilan tertentu yang diperoleh.
Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan
•Saat pengukuran biaya dalam ketentuan perpajakan pada umumnya disesuaikan dengan cara pencatatan yang dipakai dalam
pembukuan oerusahaan apakah metode kas (cash method) atau metode akrual (accrual method).
•Apabila menggunakan metode kas maka biaya diakui pada saat pembayaran. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan metode
akrual, maka biaya diakui pada saat terutangnya tanpa memperhatikan pembayaran.
•Dalam hal pembebanan biaya ini dilakukan pengaitan (matching) dengan penghasilan yang menggunakan 3 pendekan, yaitu:
1.Sebab Akibat (Kausalitas)
Pada pendekatan ini mengaitkan biaya secara langsung dengan penghasilan.
Contoh: persediaan sebagai penyebab dari hasil penualan (penghasilan pada masa mendatang, diakuinya sebagai biaya alokasi harga
pokok pada saat persediaan tersebut dijual).
2.Alokasi Sistematis dan Rasional
Pada pendekatan ini tidak mengaitkan secara langsung biaya dengan penghasilan, tetapi biaya dialokasikan secara sistematis dan
rasional dengan penghasilan atas dasar masa manfaat.
Contoh: terletak pada asset tetap, alokasi biayanya segera pada tahun tersebut sebagai pengurang terhadap penghasilan atau dilakukan
penundaan atau dikurangkan dengan penghasilan di masa mendatang melalui alokasi penyusutan dan amortisasi
3.Pengakuan Segera
Yaitu terhadap biaya yang dapat dikaitkan dengan penghasilan melalui pendekatan kesatu atau pendekatan kedua akan dibebankan
segera terhadap penghasilan pada tahun pengeluaran.
Contoh: biaya pendirian, biaya emisi, dsb.
Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan
Untuk tujuan perpajakan, yaitu atas dasar pertimbangan penerimaan dan pengaruh sosial ekonomi, tidak seluruh
biaya dapat dikurangkan terhadap penghasilan sehingga apabila dibandingkan, komponen biaya menurut akuntansi
komersial dapat dikoreksi yang memengaruhi penghasilan.
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun. Contoh: gaji, biaya administrasi dan
bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya.
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Pembebanan dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.
Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh Wajib pajak dapat pula dibedakan sebagai berikut:
3. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expenses).
4. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya (nondeductible expenses).
Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan
• Pasal 6 Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa untuk menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap ditentukan berdasarkan penghasilan
bruto dikurangi:
1. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan,
biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi,
dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya promosi, dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan; Biaya dimaksud
adalah biaya-biaya yang lazimnya disebut dengan biaya sehari-hari yang dibebankan pada tahun
pengeluaran yang diperlukan persyaratan hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.
Contoh: bunga atas pinjaman yang digunakan untuk membeli saham atau mengakuisisi saham pendiri tidak
dapat dibebankan sebagai biaya dengan syarat dividen yang diterima bukan objek pajak.
Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun;
Terhadap pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud dan aset takberwujud serta pengeluaran
lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1tahun, dilakukan pembebanan selama masa manfaatnya melalui
penyusutan untuk aset takberwujud. Sedangkan terhadap pengeluaran sebagai pembayaran di muka seperti
pembayaran sewa di muka untuk beberapa tahun, misalnya 3 tahun, pembebanannya dilakukan melalui alokasi
sesuai masa manfaatnya yaitu selama 3 tahun. Teknik penghitungannya telah dibahas sebelumnya pada Bab 7.
3. iuran kepada dana pensiun telah tegas dibatasi yaitu "yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan". Oleh karena itu, terhadap iuran Dana Pensiun yang pembayarannya kepada dana pensiun di mana
pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai
biaya.
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan aset yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang
dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing
Kerugian selisih kurs mata uang asing ini diakibatkan adanya fluktuasi kurs sehari-hari, terutama dalam kondisi
krisis moneter. Pembebanan selisih kurs dilakukan berdasarkan system pembukuan perusahaan yang dianut
dengan syarat taat asas (konsisten) sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
Pengeluaran perusahaan untuk penelitian & pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia dalam
jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau system baru bagi pengembanagan perusahaan boleh
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
Biaya-biaya ini lebih ditekankan pada peningkatan kualitas SDM dengan tetap memperhatikan kewajaran &
kepentingan perusahaan.
Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal
Pajak
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang
menangani piutang negara atau adanya Perjajian Tertulis mengenai Penghapusan Piutang/Pembebasan
Utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utang nya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu.
d. Syarat sebagaiman dimasuk pada huruf ‘c’ tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih
debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf ‘k’ Undang-Undang Pajak
Penghasilan yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK.
Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan

9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Biaya Yang
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Tidak Boleh
pemegang saham, sekutu atau anggota. Dibebankan
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan untuk usaha Tidak Setiap pengeluaran
asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang dapat dibebankan sebagai
ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri biaya sesuai ketentuan
perundang-undangan. Pasal 9
Keuangan.
ayat (1) Undang-Undang Pajak
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi Penghasilan mengatur yaitu
dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang untuk menentukan besarnya
Pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan
sebagai Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
Bentuk Usaha Tetap tidak
5. Pengganti atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang boleh dikurangkan, yaitu:
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan, yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Biaya Yang
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
Tidak Boleh
7. Harta yang dihibahkan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat dan kepada badan keagaman atau badan pendidikan atau
Dibebankan
badan sosial atau pengusaha kecil (termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan) serta bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang berhak.
8. Pajak Penghasilan.
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungan nya.
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda & kenaikan, serta sanksi
pidana.
Klasifikasi
Klasifikasi atau penetapan biaya yang diperkenankan untuk dibebankan (deductible
Biaya Sesuai
expense) dan biaya yang tidak diperkenankan untuk dibebankan (non-deductible Aturan
expense) sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 9 Undang-Undang Pajak Pelaksanaan
Penghasilan.
Pada bagian ini disampaikan beberapa aturan pelaksanaan dimaksud: Undang-
1. Biaya Program Jamsostek (integrasi BPJS Kesehatan) Undang
2. Biaya Pengobatan
3. Biaya Rekreasi dan Olahraga
Perpajakan
4. Biaya Perumahan
5. Biaya Kendaraan Dinas
6. Telepon Seluler Karyawan
A. Kompensasi Horizontal
Kompensasi ini ditetapkan apabila Wajib Pajak dalam tahun pajak yang bersamaan
memperhitungkan kompensasi nya antara penghasilan suatu bidang usaha dengan
kerugian dan bidang usaha lainnya.
B. Kompensasi Vertikal
Dalam kompensasi vertical ini dilakukan yaitu dengan jalan Wajib Pajak
mengompensasikan penghasilan suatu tahun pajak dengan kerugian tahun sebelumnya.
Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut kompensasi vertical.
Kompensasi
Kerugian
Akuntansi Perpajakan
Kompensasi kerugian ini hanya diberlakukan apabila Wajib Pajak menyelenggarakan
pembukuan. Dalam praktik Akuntansi Komersial, kompensasi kerugian vertical ini
dilakukan secara otomatis, yaitu dalam akun “saldo laba” karena hasil operasi akhir
tahun (penghasilan setelah pajak) selalu dibukukan ke akun “saldo laba”.
Dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No. 118/PMK.03/2016
tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak,
maka hal yang berkaitan dengan Kompensasi Kerugian dan Pembentulan SPT Pajak
Penghasilan diatur dalam Pasal 35. Pengaturan dimaksud berlaku bagi Wajib Pajak
yang menyampaikan Surat Pernyataam dalam rangka Pengampunan Pajak tidak berhak
untuk melakukan: Kompensasi
1. Kompensasi Kerugian Fiskal dalam SPT atas jenis Pajak Penghasilan untuk bagian
Kerugian Dalam
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak terakhir, ke bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak berikutnya. Rangka
2. Pembetulan SPT Pajak Penghasilan untuk masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Pengampunan Pajak
Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak terakhir, setelah Undang-Undang
Pengampunan Pajak berlaku.
REKONSILIASI
LAPORAN KEUANGAN
By: Fadya Anjani Ramadhita Erison
20212076
Pendahuluan
• Standar Akuntansi Keuangan telah memberikan gambaran tujuan penyusunan laporan keuangan untuk tujuan umum,
yaitu memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban manajamen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
• Laporan Keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan sesuai PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang mencakup:
a. Aset (aktiva atau harta)
b. Liabilitas
c. Ekuitas
d. Pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian
e. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
f. Arus kas
• Pihak manajamen perusahaan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Laporan keuangan ini haruslah menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, serta perubahan ekuitas dan arus kas perusahan dengan cara menerapkan PSAK tersebut
secara benar yang disertai pengungkapan.
• Dasar-dasar tersebut yang melandasi dalam penyusunan Laporan Keuangan Komersial, tetapi dari sisi
lain atas dasar landasan peraturan perundangan perpajakan dapat menyusun Laporan Keuangan Fiskal.
Laporan Keuangan Fiskal ini disusun dengan menggunakan pendekatan Rekonsiliasi Fiskal, sebagai
akibat adanya perbedaan orientasi akuntansi dan oembukuan fiscal yang dilandasi peraturan perundang-
undangan perpajakan.
• Pokok-pokok yang direkonsiliasi tidak terbatas pada penghasilam saja tetapi juga biaya pada suatu
periode tertentu. Oleh karena itu menyangkut pelaporan dalam satu tahun pajak yang nantinya juga
dituangkan dalam SPT Tahunan maka periode yang ditetapkan juga satu tahun pajak, yaitu periode 1
Januari sampai dengan 31 Desember terkecuali Wajib Pajak yang mempunyai tahun buku tidak sama
dengan tahun pajak.
• Rekonsiliasi ini lebih dimaksudkan untuk meniadakan perbedaan antara laporan keuangan komersial
yang mendasarkan pada SAK dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Akibat diadakan nya
rekonsiliasi inilah memunculkan koreksi atau penyesuaian fiskal baik positif maupun negatif.
• Penyesuaian fiscal posited yaitu penyesuaian yang bersifat menambah atau memperbesar penghasilan
berdasarkan laporan keuangan komersial sebagai akibat tumbuhnya biaya, pengeluaran, dan kerugian
yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya.
• Perbedaan dapat terjadi saat pengakuan biaya dan pengakuan penghasilan yang berbeda atau perbedaan
dalam menggunakan metode sehingga menghasilkan biaya menurut fiscal lebih rendah dibandingkan
dengan penghitungan biaya menurut metode akuntansi komersial. Demikian pula penghasilan sebagai
objek pajak mungkin tidak dikategorikan sebagai penghasilan dalam akuntansi komersial.
Pendahuluan
Gambaran umum dalam
Rekonsiliasi Fiskal untuk
Wajib Pajak Orang Pribadi
atau Badan dapat
ditunjukkan pada gambar
disamping.
• Gambaran tersebut menunjukkan adanya beda tetap dan beda waktu sehubungan dengan Rekonsiliasi Fiskal.
• Gambaran singkatnya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Perbedaan Waktu Pengakuan (Time Difference)
Perbedaan terhadap jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiscal dapat terjadi akibat perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Hal ini berakibat adanya penundaan
pengakuan.
Contoh: penyusutan asset tetap dengan masa/umur ekonomis 10 tahum tetapi menurut perpajakan hanya terbatas 4
tahun karena masuk dalam Kelompok 1, sehingga alokasi beban penyusutan dalam kurun waktu yang berbeda pula.
2. Perbedaan Permanen/Tetap (Permanent Difference)
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan fiscal ini juga menyangkut masalah pendapatan
atau beban tetapi tidak berhubungan dengan periode tetapi jumlah itulah yang dipersoalkan.
Contoh: pendapatan yang diperoleh dari bunga deposito memang secara akuntansi komersial akan masuk sebagai
penghasilan, tetapi aturan perpajakan tidak masuk dalam penghasilan kena pajak yang ditetapkan dengan tarif pajak
Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan karena pengenaan pajak atas bunga deposito bersifat final. Demikian
halnya dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam bentuk naturan & kenikmatan.
Bentuk
Rekonsiliasi
Bentuk rekonsiliasi fiscal
tampak seperti contoh pada
gambar samping berikut.
Dari gambaran disamping
menyangkut komponen biaya
operasi sangat bergantung
pada kriteria biaya menurut
laporan keuangan komersial,
tetapi untuk kepentingan biaya
operasional, termasuk
penghasilan, dan koreksi
fiskalnya harus mengikuti pola
yang diminta SPT Tahunan
Lampiran 1 yang setiap
tahunnya dapat berubah-ubah
Bentuk
Rekonsiliasi
Khusus mulai tahun pajak
2003 dapat dimbarkan sebagai
berikut:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
A. Penghasilan Neto Dalam
Negeri dari Usaha dan/atau
Pekerjaan Bebas
(Bagi Wajib Pajak yang
Menggunakan Pembukuan)
B. Penghasilan Neto Dalam C. Penghasilan Neto Dalam
D. Penghasilan Neto Dalam
Negeri dari Usaha dan/atau Negeri Sehubungan dengan
Negeri Lainnya (Tidak
Pekerjaan Bebas Pekerjaan
Termasuk Penghasilan yang
(Bagi Wajib Pajak yang (Tidak termasuk penghasilan
Dikenakan PPh Bersifat
Menggunakan Norma yang dikenakan PPh bersifat
Final)
Penghitungan Penghasilan final)
Neto
Bentuk
Rekonsiliasi
2. Wajib Pajak Badan

Anda mungkin juga menyukai