Anda di halaman 1dari 10

Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasional

Harga Pokok Penjualan

Beban pokok usaha harga pokok penjualan (HPP) diakui menggunakan pendekatan
kausalitas, yaitu mengaitkan beban secara langsung dengan penghasilan. HPP dipengaruhi oleh
system pencatatan dan penilaian persediaan. Menurut Weygandt, kimmel dan kieso, ada 2 sistem
yang dikenal dengan pencatatan persediaan, yaitu:

1. System periodic: Dalam sistem periodik, persediaan dan HPP tidak dapat diketahui
sewaktu- waktu. Persediaan dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir
periode.
2. System perpetual: Dalam sistem perpetual menyajikan informasi mengenai persediaan dan
HPP setiap saat tanpa melakukan perhitungan fisik.

Dalam UU PPh No 36 Tahun 2008, system pencatatan persediaan tidak diatur secara jelas.
Menurut Wild & Kwock, penilaian persediaan barang dagang dibagi atas:

a. Spesifik Identification Method


b. Cost Flow Method  First In First Out dan Average Cost
c. Estimasi Persediaan  Gross Profit Method dan Retail Inventory Method

Beban Operasional

Beban yang boleh dikurangkan

Dalam akuntansi komersial, semua biaya termasuk kerugian (losses) dapat dikurangkan
dalam menghitung penghasilan netto (net income) untuik tujuan perpajakan, tidak semua biaya
dapat dikurangkan. Sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat (1) UU PPh, beban yang dapat
dikurangkan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan termasuk
berikut ini:
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara
lain: Biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 tahun, sepanjang harta disusutkan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.
c. Iuran kepada dana pensiun yang penderitanya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
2. WP harus menyerahkan daftar putang yang tidak dapat ditagih kepada Dirjen Pajak.
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Instansi
Pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang atau pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum khusus atau adanya
pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
4. Syarat pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil.
Pada pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK-
105/PMK.03/2009jo. PMK-57/PMK.03/2010.
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan PP
93 tahun 2010.
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di indonesia yang
ketentuannya diatur dengen PP 93 Tahun 2010.
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan PP 93 Tahun
2010 .
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan PP 93 tahun 2010.
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan PP 93
Tahun 2010.

Penghasilan bruto selain dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan ( ayat 1), juga boleh dikurangi dengan kerugian perusahaan yang
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan
5 tahun (ayat 2). Sedangkan untuk WP orang pribadi dalam negri diberikan pengurangan berupa
penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (ayat 3).
Selain itu, beban-beban berikut ini juga merupakan beban yang dapat dikurangkan
(deductible expenses) yaitu:
1. Pembentukan dana cadangan.
Sesuai dengan PMK-81/PMK.03.2009, diatur bahwa besarnya dana cadangan yang boleh
dikurangkan sebagai beban untuk:
a. Usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, SGU dengan hak opsi,
perusahaan pembiyaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
b. Usaha asuransi,
c. Lembaga Penjaminan Simpanan,
d. Biaya reklamasi usaha pertambangan,
e. Biaya penanaman kembali untuk perhutanan,
f. Biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri.
2. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, seperti penyediaan makanan dan miniman bagi seluruh
pegawai, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu
dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetepkan dengan PMK-
83/PMK.03/2009 adalah sebagai berikut:
Keterangan Bagi Perusahaan Bagi Pegawai
1. Fasilitas pengobatan:
a. Di klinik/ rumah sakit perusahaan Non-deductible Exp Non-taxable income
b. Di klinik/ rumah sakit milik pihak Deductible Expense Taxable income
ketiga
2. Fasilitas mendiami rumah milik
perusahaan:
a. Bukan didaerah terpencil Non- deductible Exp Non-taxable income
b. Didaerah terpencil Deductible expense Non-taxable income
3. Perlengkapan keselamatan kerja yang
diwajibkan oleh peraturan keselamatan Deductible expense Non-taxable income
kerja.
4. Fasilitas rekreasi dan olahraga:
a. Dekat atau dalam kota Non-deductible Exp Non-taxable income
b. Jauh dari kota Deductible expense Non-taxable income
5. Biaya perjalanan dalam rangka dinas. Deductible expense Non-taxable income

6. Fasilitas pelatihan dan pendidikan. Deductible expense Non-taxable income

7. Fasilitas kafetaris. Deductible expense Non-taxable income

8. Fasilitas kendaraan dan telepon


genggam:
a. Tidak dibawa pulang ke rumah Deductible expense Non-taxable income
b. Dibawa pulang ke rumah Deductible expense Non-taxable income
hanya 50% nya 50% nya
9. Premi asuransi yang dibayar oleh Deductible expense Taxable income
pemberi kerja.
3. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan yang antara pemberi dan penerima
memiliki hubungan usaha, pekerja, kepemilikan,atau penguasaan.
4. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat (zakat yang diterima oleh badan amil atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah) dan sumbangan
keagamaan (sumbangan keagamaan yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
oleh pemerintah) yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di indonesia,
dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak yang bersangkutan sesuai dengan PP 18
tahun 2009 tanggal 9 Februari 2009. Bantuan atau sumbangan dalam bentuk uang atau
barang kepada orang pribadi atau badan.
5. Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler yang dimiliki
dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya.
Pembebanan sebagai biaya perusahaan hanya sebesar 50% dalam tahun pajak yang
bersangkutan melalui penyusutan aset tetap kelompok 1 dan atas beban berlangganan atau
pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler tersebu dapat dibebankan sebagai
beban rutin perusahaan. (KEP-220/PJ./2002 jo.SE-09/PJ.42/2002).
6. Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan atau sejenis, termasuk juga
pengeluaran rutin untuk pembelian atau pemakaian bahan bakar, yang dimiliki atau
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya.
Pembebanan sebagai biaya perusahaan hanya sebasar 50% dalam tahun pajak yang
bersangkutan melalui penyusutan aset tetap kelompok 2 dan atas beban pemeliharaan atau
perbaikan rutin perusahaan. (KEP-220/PJ./2002 jo. SE-09/PJ.42/2002).
7. Bunga pinjaman dapat dibebankan sebagian apabila rata-rata tertimbang pinjaman per
bulan > rata-rata tertimbang deposito atau tabungan perbulan. Besarnya bungan pinjaman
yang dapat dibebankan tersebut adalah sebesar jumlah bunga yang terutang atas rata-rata
jumlah pinjaman yang melebihi rata-rata jumlah deposito / tabungan (SE-46/PJ.4/1995
berlaku 5 Oktober 1995)
Bunga pinjaman yang dapat dibenbankan:
Tingkat bunga pinjaman x (Rata-rata tertimbang saldo per bulan – Rata-rata
tertimbang saldo deposito Per bulan)
8. Pajak masukan yang tidak dapat di kreditkan sesuai dengan pasal 9 ayat (8) UU PPN
sepanjang dapat dibuktikan bahwa pajak masukan tersebut telah benar-benar dibayar dan
berkenaan dengan pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan mendapatkan, menagih,
memelihara.

Beban yang tidak diperbolehkan pajak:

Berbeda dengan akuntansi komersial untuk tujuan penghitungan PhKP tidak semua biaya
yang dikeluarkan perusahaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Pasal 9 ayat 1 UU PPH
menyebutkan jenis-jenis biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
sebagai berikut:

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.
Dividend dengan segala bentuknya pada prinsipnya merupakan bagian laba dari
perusahaan tersebut yang akan dikenakan PPH, sehingga bukan merupakan biaya untuk
mendapatkan PhKP. Demikian juga dengan sisa hasil usaha pada koperasi, yang pada
dasarnya merupakan bagian atas kelebihan dari pendapatan dikurangi biaya yang
merupakan objek PPH sehingga bukan merupakan biaya untuk mendapatkan PhKP.
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham
sekutu atau anggota. Hal ini seperti perbaikan rumah pribadi perjalanan pribadi premi
asuransi yang dibayarkan oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi para pemegang
saham atau keluarganya.
Contoh:
Perjalanan dinas yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2011 sebesar Rp
500.000.000 di mana terdapat perjalanan pemegang saham beserta keluarganya dalam
rangka rekreasi ke Australia. Atas beban perjalanan tersebut yang dapat menjadi pengurang
untuk mendapatkan PhKP adalah sebesar Rp 200.000.000 sedangkan Rp 300.000.000
harus dilakukan koreksi fiskal.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan(PMK-81/PMK.03/2009), kecuali:
 Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, SGU dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang.
 Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
badan penyelenggara jaminan sosial.
 Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan.
 Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
 Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.
 Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengelolaan limbah industri.

Contoh:

PT Diestri dalam laporan laba rugi komersial nya telah membebankan dana cadangan
piutang tak tertagih sebesar 2% dari rata-rata piutang yaitu sebesar Rp 100.000.000. Secara
fiskal, dana cadangan piutang tak tertagih tersebut harus dilakukan koreksi fiskal.

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa, yang dibayar oleh WP orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi
kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi WP yang bersangkutan (wajib
dipotong PPH 21).
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura atau kenikmatan kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan PMK-83/PMK.03/2009.
Contoh:
PT Epson membebankan biaya makan di tempat kerja untuk seluruh karyawannya sebesar
Rp 300.000.000 di mana Rp 100.000.000 adalah biaya makan yang dilakukan di hotel
maka biaya makan yang diperoleh secara fiskal adalah sebesar Rp 200.000.000 dan koreksi
fiskal sebesar Rp 100.000.000. Hal tersebut merupakan koreksi positif Karena mengurangi
beban yang akan menambah laba secara fiskal.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan.
Contoh:
 PT Woci membayar gaji kepada Ronron, salah satu pemegang sahamnya yang juga
menjabat sebagai salah satu direktur sebesar Rp 100.000.000 perbulan. Pada tingkat
jabatan yang sama dan di perusahaan sejenis, gaji untuk direktur rata-rata hanya
sebesar Rp 70.000.000. Dengan demikian Rp 30.000.000 merupakan jumlah yang
melebihi kewajaran tersebut bukanlah merupakan biaya untuk mendapatkan PhKP.
 PT bukidalam gajinya terdapat pembayaran gaji untuk salah satu direkturnya, dan
ternyata adalah anak dari salah satu pemegang saham perusahaan tersebut sebesar Rp
100.000.000. Dari data perusahaan dan juga dibandingkan dengan data perusahaan
lainnya yang sejenis bahwa gaji Direktur yang wajar adalah Rp 50.000.000. Beban gaji
haruslah ku dikoreksi fiskal Rp 50.000.000 untuk mengurangi besarnya beban atau
menambah penghasilan menurut pajak.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh, kecuali sumbangan dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m, serta zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan diatur yang dalam PP 18 tahun 2009.
Contoh:
 PT DimJati memberikan bantuan kepada PT Matthew sebesar Rp 100.000.000 karena
kedua perusahaan tersebut tidak mempunyai hubungan usaha dan hubungan
kepemilikan maka untuk PT Matthew bukanlah merupakan penghasilan dan untuk PT
DimJati, bukan juga merupakan biaya untuk mendapatkan PhKP.
 PT Komochi telah membebankan sumbangan yang diberikan kepada Yayasan
keagamaan yang tidak disahkan oleh pemerintah sebesar Rp 50.000.000 sebagai biaya.
Biaya tersebut haruslah dikoreksi karena biaya tersebut tidak diperbolehkan
mengurangi PhKP, sehingga haruslah dikoreksi fiskal positif.
h. Pajak penghasilan: PPH tidak boleh dikurangkan sebagai biaya karena bukan merupakan
biaya untuk memperoleh atau menagih penghasilan.
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungannya.
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan firma atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham.
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana merupakan
benda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Contoh:
PT Margareth pada bulan Januari sampai dengan Maret 2012 telah diterbitkan surat tagihan
pajak (STP) sebesar Rp 312.000.000 dengan rincian Rp 300.000.000 merupakan pokok
PPh 25 dan Rp 12.000.000 merupakan sanksi bunganya. Atas STP tersebut baik pokok
maupun sanksinya tidak diperkenankan sebagai pengurang PhKP, tetapi pokok STP
tersebut merupakan kredit pajak.

Selain itu biaya-biaya sebagai berikut juga tidak dapat dikurangkan:

1. Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat (8) UU
PPN barang dan atau jasa dan PPnBM sepanjang dapat dibuktikan benar telah dibayar.
2. Pajak masukan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dalam
menentukan besarnya PH sebagaimana pasal 9 ayat (1) UU PPh sesuai dengan PP 94 tahun
2010.
3. Kerugian dari pengalihan harta atau utang yang tidak dapat dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha Kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara objek
pajak (PP 94 tahun 2010).
Contoh:
Perusahaan mempunyai sebuah vila yang kemudian dijual. Apabila laba, maka laba
tersebut merupakan objek pajak, tetapi apabila rugi, maka kerugian yang tidak dapat
dibiayakan oleh pajak.
4. Dalam hal pengalihan harta perusahaan kepada pegawainya maka keuntungan berupa
selisih antara harga pasar harta tersebut dengan nilai sisa buku merupakan penghasilan bagi
perusahaan (PP 94 tahun 2010).
5. Biaya Entertainment, representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya sepanjang tidak ada
hubungannya dengan kegiatan usaha WP atau yang tidak dibuat daftar nominatif untuk
dilampirkan pada SPT tahunan PPh. (SE- 27/PJ.22/1986)
6. Biaya untuk mendapatkan menagih dan memelihara 3M penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak atau yang menghasilkannya diterima karena PPH bersifat final
(Deemand tax) atau pengenaan pajak berdasarkan atau pengenaan pajak berdasarkan
norma penghitungan penghasilan neto dan norma penghitungan khusus atau dimen profit
sesuai dengan PP 94 tahun 2010.
7. Biaya yang tidak dapat dibuktikan pengeluarannya seperti biaya tanpa didukung bukti atau
dokumen.
8. PPH yang ditanggung pemberi penghasilan (PP 94 tahun 2010)
9. Bunga pinjaman seluruhnya tidak dapat dibebankan apabila rata-rata tertimbang pinjaman
per bulan < rata-rata tertimbang deposit /tabungan per bulan. (SE-46/PJ.4/1995)

Anda mungkin juga menyukai