A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Pertemuan 3 mengenai Akuntansi Pajak Atas Biaya,
mahasiswa mampu mengklasifikasikan biaya fiskal dan biaya non fiskal.
B. Uraian Materi
Bagi Wajib Pajak Badan, Pajak Penghasilan Terutang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak atau biasa dikenal dengan Penghasilan Netto. Penghasilan
Neto diperoleh dengan cara mengurangkan penghasilan bruto yang merupakan objek
pajak dengan biaya-biaya yang diperbolehkan menuruh ketentuan perpajakan.
Dalam proses pembukuan yang dilakukan dengan berlandaskan PSAK atau
pembukuan secara Akuntansi, Penghasilan neto atau laba neto wajib pajak sudah
diketahui lebih dulu dalam Laporan Laba Rugi Komersial, namun untuk tujuan
penghitungan Pajak Penghasilan, penghasilan neto secara komersial tersebut tidak
dapat secara otomatis digunakan sebagai dasar menghitung Pajak Penghasilan yang
harus dibayar oleh wajib pajak badan. Hal tersebut dikarenakan ketentuan
perpajakan mengatur sendiri Penghasilan Neto yang menjadi basis pengenaa pajak
dan muncullah istilah Penghasilan Neto Fiskal atau Laba Fiskal yang didapatkan dari
penyusunan Laporan Laba Rugi Fiskal.
Untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan terutang tersebut, wajib pajak
badan harus melakukan rekonsiliasi fiscal atas pendapatan dan biaya yang diakuinya
dalam laporan laba rugi, karena terdapat perbedaan antara akuntansi komersial dan
UU PPh. Undang Undang Pajak Penghasilan telah menyebutkan dengan rinci dan
jelas mengenai jenis-jenis biaya yang boleh dan tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara fiscal biaya digolongkan
menjadi dua bagian besar yaitu biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto dan biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto wajib
pajak.
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto tidak hanya terbatas
pada apa yang disebutkan dalam Pasal 6 ayat 1 Undang Undang Pajak Penghasilan,
namun seluruh biaya yang berhubungan dengan kegiatan mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto SELAMA
TIDAK TERMASUK KEDALAM BIAYA-BIAYA YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN.
Adapun biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto wajib pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 Undang Undang Pajak Penghasilan
adalah sebagai berikut :
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang yang dihitung
berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dengan batasan
tertentu setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industry
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak yang bersangkutan;
e. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
f. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
g. Pajak Penghasilan;
h. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya;
i. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
j. sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
Jika wajib pajak memberikan promosi berupa sampel produk, maka besarnya biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar nilai harga pokok
sampel produk yang diberikan tersebut tanpa laba bruto, sepanjang belum
dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Atas biaya promosi yang dikeluarkan,
Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif. Daftar nominatif paling sedikit harus
memuat data penerima berupa:
a. Nama;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. Alamat;
d. Tanggal;
e. Bentuk dan jenis biaya;
f. Besarnya biaya;
g. Nomor bukti pemotongan; dan
h. Besarnya PPh yang dipotong kepada pihak lain.
Bentuk daftar nominative biaya promosi sesuai ketantuan adalah sebagai berikut :
Daftar nominative selanjutnya dilaporkan dalam bentuk lampiran saat wajib pajak
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan. Jika ketentuan tersebut
tidak terpenuhi, maka biaya promosi yang dikeluarkan oleh wajib pajak tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
C. Latihan Soal
Klasifikasikan biaya-biaya berikut ini kedalam biaya yang boleh dikurangkan dan
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dengan memberikan ceklis
pada kolom yang disediakan :
Boleh Tidak Boleh
No Keterangan
Dibebankan Dibebankan
Perusahaan melakukan penjualan kepada
1 Kementerian Perdagangan dan dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 22 senilai Rp 500.000
Dalam biaya gaji yang dibayarkan perusahaan,
2 terdapat biaya PPh 21 karyawan yang
ditanggung perusahaan senilai Rp 40.000.000
Membebankan penyusutan mesin dalam
3
laporan laba rugi sebesar Rp 25.000.000
Membayar royalty atas penggunaan Merek
4
Dagang
Biaya promosi yang telah dibuatkan daftar
5
nominative senilai Rp 2.500.000
Beban Listrik dan air rumah anak direksi senilai
6
Rp 10.000.000
Perusahaan membayar sanksi administrasi
7 keterlambatan pembayaran Pajak Penghasilan
senilai Rp 200.000
Beban CSR dalam laporan laba rugi sebesar Rp
25.000.000 merupakan sumbangan kepada
8
orang tidak mampu yang berada disekitar
lingkungan perusahaan
Sumbangan lain adalah pemberian 10 unit
9 computer kepada SD Negeri senilai Rp
150.000.000
Pembayaran premi asuransi kecelakaan kerja
10
karyawan senilai Rp 27.000.000
D. Referensi