Anda di halaman 1dari 41

TAX

MANAGEMENT
Deductible Expense

Non-Deductible Expense

Kelompok 1 :
Septiyan Widiana (123011811050)
Steven Orlando (123011901066)
Annisa Novalia Azharia (123011911079)
Mimi (123011911048)
 Pasal 6 UU Pajak Penghasilan
 Pasal 9 UU Pajak Penghasilan
 Manajemen Pajak atas beban
 UU No. 7 Tahun
1984
 UU No. 7 Tahun
1991
 UU No. 10 Tahun
1994
Undang-undang
 UU No. 17 yang
Tahun mengatur pengenaan
Pajak
2000 Penghasilan terhadap subjek Pajak
berkenaan
 UU No. 36denganTahun
penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam satu tahun pajak
2008
Deductible Expense
Deductible Expense

Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
1. Biaya yang Secara Langsung atau Tidak Langsung Berkaitan dengan Kegiatan Usaha,
antara lain :
 biaya pembelian bahan;
 biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
 bunga, sewa, dan royalti;
 biaya perjalanan;
 biaya pengolahan limbah;
 premi asuransi;
 biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK);
 biaya administrasi; dan
 pajak kecuali PPh;
Deductible Expense
Penjelasan :
Untuk biaya bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham tidak
dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang diterimanya tidak merupakan
objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f. Bunga pinjaman
yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasi sebagai penambah harga
perolehan saham.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan upaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, misalnya pengeluaran-
pengeluaran untuk keperluan pribadi pemegang saham, pembayaran bunga atas
pinjaman yang dipergunakan untuk keperluan pribadi peminjam serta pembayaran
premi asuransi untuk kepentingan pribadi, juga tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Namun, pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk
kepentingan pegawainya boleh dibebankan sebagai biaya
perusahaan. Adapun bagi pegawai yang bersangkutan, premi
tersebut merupakan penghasilan.
Deductible Expense
Penjelasan :
Perlu dicatat, pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang (benefit in
cash). Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura atau kenikmatan (benefit in
kind), misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma, tidak boleh
dibebankan sebagai biaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan
merupakan penghasilan.
Kemudian, pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang
yang baik. Dengan demikian, apabila pengeluaran yang melampaui batas kewajaran
tersebut dipengaruhi oleh hubungan istimewa, jumlah yang melampaui batas
kewajaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Hal ini diatur lebih
lanjut dalam Pasal 9 ayat (1) huruf f dan Pasal 18 beserta penjelasannya.
Deductible Expense

Penjelasan :
Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara biaya yang benar-
benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang pada hakikatnya merupakan
sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Besarnya biaya promosi dan penjualan yang
diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto diatur dengan atau
berdasarkan PMK No. 02/PMK.03/2010.
Deductible Expense
2. Biaya penyusutan dan amortisasi
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 11A;

Jika terjadi pengalihan aktiva atau kejadian luar biasa, seperti


kebakaran atau banjir, maka aktiva tersebut disusutkan sekaligus.
Artinya, nilai buku yang ada langsung dibiayakan. Sebaliknya, jika
aktiva itu dijual maka harga jualnya merupakan penghasilan bagi
wajib pajak. Selain itu, apabila wajib pajak mendapat penggantian
asuransi kerugian maka penggantian asuransi tersebut juga
merupakan penghasilan.
Deductible Expense

3. Iuran kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
Pengeluaran iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang
dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan
oleh Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

4. Kerugian atas penjualan atau pengalihan aset


Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula
tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Sementara kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau
yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan, tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Deductible Expense
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing
Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.biaya penelitian dan
pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

6. Biaya Penelitian dan pengembangan


Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi
pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan. Biaya
penelitian dan pengembangan di luar Indonesia tidak boleh dibebankan sebagai
biaya perusahaan
7. Biaya Penelitian dan pengembangan
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang, dan
pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan
memperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat
dibebankan sebagai biaya adalah beasiswa yang diberikan
kepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain.
Deductible Expense
8. Piutang tak tertagih
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
 telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
 Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
 telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan
debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
 syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf k;

Berdasarkan PMK 207/2015, Piutang yang nyata-nyata tidak dapat


ditagih kepada debitur kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi
Rp100.000.000 dan piutang debitur kecil lainnya yang jumlahnya
tidak melebihi Rp 5.000.000
Deductible Expense
9. Biaya Sumbangan
Yang ketentuan pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah antara
lain :
 sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
 sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia. biaya pembangunan infrastruktur social,
 sumbangan fasilitas Pendidikan,
 sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga.

PMK No. 76/PMK.03/2011 mengatur lebih detail terkait syarat-syarat pengeluaran


sumbangan yang dapat dibiayakan, yaitu:
 wajib pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan surat pemberitahuan
(SPT) tahunan PPh tahun pajak sebelumnya;
 pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan
rugi pada tahun pajak sumbangan diberikan; didukung oleh
bukti yang sah;

 lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya


memiliki NPWP kecuali badan yang dikecualikan sebagai
subjek pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh;
Deductible Expense
9. Biaya Sumbangan (Lanjutan)
 lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki NPWP kecuali badan
yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh;
 besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk satu tahun dibatasi tidak melebihi
5% dari penghasilan neto fiskal tahun pajak sebelumnya; dan
 pemberi dan penerima tidak memiliki hubungan istimewa.

Selain persyaratan di atas, PMK No. 76/PMK.03/2011 juga mengatur nilai sumbangan,


tata cara pencatatan dan pelaporan biaya sumbangan.

10. Kompensasi Kerugian


Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan di atas
dikurangkan dari penghasilan bruto dan didapat kerugian,
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto
atau laba fiskal selama lima tahun berturut-turut dimulai
sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian
tersebut
Deductible Expense

Wajib Pajak Orang Pribadi

Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan
berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Keterangan Jumlah PTKP setahun


Diri Wajib Pajak Rp. 54.000.000,-
Tambahan untuk WP Kawin Rp. 4.500.000,-
Tambahan untuk Istri bekerja Rp. 4.500.000,-
Tambahan untuk Tanggungan Rp. 4.500.000,-
(maksimal 3 orang)
Non-Deductible Expense
Non-Deductible Expense
Pengeluaran - pengeluaran yang tidak diperkenankan dikurangkan dari penghasilan
bruto bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yaitu :
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
 Pembagian laba ini tidak boleh dikurangkan dari penghasilan badan yg
membagikannya karena laba tersebut merupakan merupakan bagian dari
penghasilan badan yang akan dikenakan pajak.

2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang


saham, sekutu, atau anggota;
 Contoh biaya ini adalah perbaikan rumah pribadi, biaya
perjalanan, dan biaya premi asuransi yang dibayar oleh
perusahaan untuk kepentingan pribadi para pemegang
saham atau keluarganya.
Non-Deductible Expense
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali (PMK No.
81/PMK.03/2009 dan PMK No. 219/PMK.011/2012)
a) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
b) Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
c) Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
d) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
f) Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri
Non-Deductible Expense
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
 Premi asuransi yang dibayarkan oleh WPOP tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto, dan pada saat penerimaan penggantian atau santunan
asuransi, jumlah tersebut juga bukan merupakan Objek Pajak.
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Non-Deductible Expense

Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf d UU PPh, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan dianggap bukan merupakan Objek Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, pemberian natura dan kenikmatan berikut ini
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakan
penghasilan pegawai yang menerimanya:
a) Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan;
b) Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dalam rangka menunjang kebijakan
pembangunan pemerintah; dan
c) Kewajiban perusahaan menyediakan sarana keselamatan kerja atau
karena sifat pekerjaan tersebut harus mengharuskannya.
Non-Deductible Expense

6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
 Dalam hubungan pekerjaan, kemungkinan dapat terjadi pembayaran imbalan
yang diberikan kepada pegawai yang juga pemegang saham. Karena pada
dasarnya pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah pengeluaran
yang jumlahnya wajar sesuai dengan kelaziman usaha, berdasarkan ketentuan ini
jumlah yang melebihi kewajaran tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya
Contoh:
Seorang tenaga ahli yang merupakan pemegang saham dari PT A
memberikan jasa kepada PT A dengan memperoleh imbalan sebesar Rp
50.000.000,00. Apabila untuk jasa yang sama yang diberikan oleh tenaga ahli
lain yang setara hanya dibayar sebesar Rp20.000.000,00, jumlah sebesar
Rp30.000.000,00 tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Bagi tenaga ahli,
jumlah sebesar Rp30.000.000,00 dimaksud dianggap sebagai dividen.
Non-Deductible Expense
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan.
 Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b tidak boleh dibebankan
sebagai biaya, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh
wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau wajib pajak badan
dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
 Hal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010
tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat
Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.
8. Pajak Penghasilan
 Pajak Pengahasilan yang dimaksud adalah Pajak Penghasilan yang terutang
oleh wajib pajak.
Contoh:
PT A selama tahun 2020 telah membayar angsuran PPh Pasal 25
sebesar Rp. 12.000.000, jumlah ini tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto tahun 2020
Non-Deductible Expense
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
 Biaya untuk keperluan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya, pada hakikatnya merupakan penggunaan penghasilan
oleh wajib pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu biaya tersebut tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.

10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
Biaya yang berkenaan dengan gaji, upah, dll
No Akun objek PPh Pasal 21 Pegawai Perusahaan Keterangan
1 Gaji, Bonus, Lembur, Insentif dsb Taxable DE
2 Honorarium, upah, uang saku dan sejenisnya Taxable DE
3 Tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang Taxable DE
4 Tunjangan PPh Pasal 21 Taxable DE
5 Pesangon Taxable DE PP 68/2009
6 Premi Jamsostek JKK/JKM, asuransi kesehatan, Taxable DE
kecelakaan, kematian, beasiswa dan asuransi
dwiguna yang ditanggung pemberi kerja
7 Pemberian natura/kenikmatan Non Taxable NDE Kecuali yang diatur
khusus
8 PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan Non Taxable NDE
9 Iuran dana pensiun yang ditanggung Non Taxable DE Dana Pensiun telah
perusahaan disahkan oleh
Menteri Keuangan

 DE = Deductible Expense
 NDE = Non-deductible Expense
Biaya yang berkenaan dengan gaji, upah, dll
Perusahaa
No Akun objek PPh Pasal 21 Pegawai n Keterangan

10 JHT yang ditanggung perusahaan (3,7%) Non Taxable DE

11 JKK, JKM dan JPK yang ditanggung Taxable DE


perusahaan
12 Pemberian natura/kenikmatan di daerah Non Taxable DE PMK-83/PMK.03/2009;
terpencil PER-51/PJ./2009

13 Pemberian makanan & minuman kepada Non Taxable DE PMK-83/PMK.03/2009;


seluruh karyawan di tempat kerja PER-51/PJ./2009
14 Biaya antar jemput pegawai Non Taxable DE PER-51/PJ./2009
15 Biaya perjalanan dinas Taxable DE Hanya atas uang saku.
Jika diberikan secara
lump sum, maka
seluruhnya menjadi
obyek PPh Pasal 21

 DE = Deductible Expense
 NDE = Non-deductible Expense
Biaya yang berkenaan dengan gaji, upah, dll
No Akun objek PPh Pasal 21 Pegawai Perusahaan Keterangan
16 Imbalan jasa profesional dan jasa-jasa lainnya Taxable DE Jika pemberi jasa adalah WP
Badan maka obyek PPh Psl 23.

17 Tantiem Taxable NDE SE-16/PJ.44/1992 &


SE11/PJ.42/1992

18 Bonus, gratifikasi, jasa produksi yang Taxable NDE SE-16/PJ.44/1992 &


dibebankan ke Laba Ditahan SE11/PJ.42/1992

19 Pemberian natura dan kenikmatan yang Taxable NDE


diberikan oleh WP yang dikenai PPh Final atau
WP yang menghitung pajaknya berdasarkan
Norma Penghitungan Khusus (deemed profit
dan/atau deemed tax).

20 Kendaraan dinas yang digunakan untuk pegawai Non DE (50%) KEP-220/PJ./2002


tertentu karena pekerjaan atau jabatannya Taxable

21 Akun piutang atau biaya yang dibayar di muka Non DE


yang berkaitan dengan Obyek PPh Pasal 21 Taxable (Bertahap)
22 Biaya Beasiswa (dalam dan luar negeri) yang Taxable DE PMK-246/PMK.03/2008 jo
tidak ada hubungan istimewa PMK154/PMK.03/2009

 DE = Deductible Expense
 NDE = Non-deductible Expense
Biaya yang berkenaan dengan gaji, upah, dll

Gaji dengan PPh 21 ditanggung vs gaji dengan PPh 21 ditunjang (Gross up)
PPh 21 Ditanggung PPh 21 Ditunjang
Gaji 100.000.000 Gaji 100.000.000
Tunjangan Pajak 0 Tunjangan Pajak 2.152.200
Ph Bruto 100.000.000 Ph Bruto 102.152.200
Biaya Jabatan 5.000.000 Biaya Jabatan 5.107.610
PTKP TK/0 54.000.000 PTKP TK/0 54.000.000
PKP 41.000.000 PKP 43.044.590
PPh 21 2.050.000 PPh 21 2.152.200

NDE DE
Biaya yang berkenaan dengan tunjangan Kesehatan

Benefit in Cash Benefit in Kind

Tunjangan Kesehatan 100.000.000 Tunjangan Kesehatan 100.000.000

DE NDE

Perusahaan mengubah natura (seperti dokter dan obat) menjadi tunjangan


kesehatan dalam bentuk uang, sehingga 100 juta tersebut menjadi deductible
atau dapat dibiayakan.
Selain tunjangan kesehatan dalam bentuk uang dapat pula dalam bentuk
penggantian pengobatan. Dalam artian karyawan menerima uang dari
perusahaan yang kemudian digunakan untuk membayar biaya pengobatan.
Biaya yang berkenaan dengan pemberian bonus, jasa produksi, dll

• Sebelum manajemen pajak: Apabila bonus dan jasa produksi diperoleh


dari pembebanan ke laba ditahan (retained earning) maka merupakan
non-deductible expense.

• Sesudah manajemen pajak : Apabila diperoleh dari pembebanan laba


berjalan merupakan deductible expense sehingga dapat dibiayakan.

Catatan: pembayaran bonus,dan jasa produksi tidak melebihi


kewajaran kepada pemegang saham yang juga menjadi
komisaris, direksi atau pegawai karena pembayaran tersebut
merupakan dividend dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya
perusahaan.
Biaya Penyusutan
Jika perusahaan mempunyai prediksi laba yang cukup besar maka dapat dipakai metode
penyusutan yang dipercepat (saldo menurun) sehingga atas biaya penyusutan tersebut dapat
mengurangi laba kena pajak dan sebaliknya jika diperkirakan pada awal-awal tahun investasi
belum bisa memberikan keuntungan atau timbul kerugian maka pilihannya adalah menggunakan
metode penyusutan yang memberikan biaya yang lebih kecil (garis lurus) supaya biaya
penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya.

Contoh :
Pembelian aset senilai 200.000.000 dengan masa manfaat 5 tahun dengan tidak ada nilai residu

Garis Lurus Saldo Menurun


Nilai Aset 200.000.000 Nilai Aset 200.000.000
Nilai Penyusutan 40.000.000 Nilai Penyusutan 80.000.000
Tahun 1 Tahun 1

Nilai Penyusutan 40.000.000 Nilai Penyusutan 48.000.000


Tahun 2, dst Tahun 2, dst
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya perjalanan dinas karyawan wajib didukung dengan bukti-bukti yang sah/
dipertanggungjawabkan agar dapat dijadikan deductible expenses.
Biaya Promosi
Membuat daftar nominatif biaya promosi sesuai PMK 02/PMK.03/2010 agar dapat
dibiayakan
Non-Deductible Expense

Biaya Entertainment
Menurut Surat Edaran nomor SE-27/PJ.22/1986, pengeluaran dalam rangka
entertainment boleh dibiayakan.
Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa biaya entertainment, representasi,
jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh.
Syaratnya, wajib pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah
benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan
perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
perusahaan (materiil).
Non-Deductible Expense

Biaya Entertainment
Daftar Normatif
Contoh 1 :

Dalam rangka memperluas usahanya di luar kota, PT. A memberikan


komisi/fee sebesar Rp. 350.000.000,- kepada Bapak Budi seorang agent di
luar kota yang telah membantu menjual produk PT. A. Bapak Budi tidak
mempunyai NPWP.

Apabila anda sebagai konsultan pajak PT. A, bagaimana anda membukukan


transaksi tersebut supaya pajak yang dibayarkan lebih efisien?

Ada beberapa alternatif yang memungkinkan untuk mencatat transaksi


tersebut yaitu :
1. Dibukukan sebagai biaya entertainment dengan daftar normatif
2. Dibukukan sebagai biaya entertainment tanpa daftar normatif
3. Dibukukan sebagai biaya komisi dan PPh 21 ditanggung perusahaan
4. Dibukukan sebagai biaya komisi dan PPh 21 di gross up
Manajemen Pajak untuk Biaya Entertainment
Alternatif A Alternatif B
Dibukukan sebagai Biaya Entertainment   Dibukukan sebagai Biaya Gaji non Pegawai
Keterangan
Ada daftar normatif   Tidak ada daftar normatif   Biaya PPh ditanggung   Gross Up
Komersial Fiskal   Komersial Fiskal   Komersial Fiskal   Komersial Fiskal
                       
Laba Kotor 9,000,000,000 9,000,000,000   9,000,000,000 9,000,000,000   9,000,000,000 9,000,000,000   9,000,000,000 9,000,000,000
Biaya Operasional :                      
Biaya - Biaya 4,850,000,000 4,850,000,000   4,850,000,000 4,850,000,000   4,850,000,000 4,850,000,000   4,850,000,000 4,850,000,000
Biaya Entertainment 350,000,000 350,000,000   350,000,000 -   - -   - -
Biaya Komisi/Fee - -   - -   350,000,000 350,000,000   350,000,000 350,000,000
Biaya PPh Pasal 21 - -   - -   25,000,000     28,021,978 28,021,978
Total Biaya
Operasional 5,200,000,000 5,200,000,000   5,200,000,000 4,850,000,000   5,225,000,000 5,200,000,000   5,228,021,978 5,228,021,978
                       

Laba Bersih 3,800,000,000 3,800,000,000   3,800,000,000 4,150,000,000   3,775,000,000 3,800,000,000   3,771,978,022 3,771,978,022
Pajak Penghasilan
25% 950,000,000 950,000,000   1,037,500,000 1,037,500,000   950,000,000 950,000,000   942,994,505 942,994,505

Laba setelah pajak 2,850,000,000 2,850,000,000   2,762,500,000 3,112,500,000   2,825,000,000 2,850,000,000   2,828,983,516 2,828,983,516

Pajak yang dibayar                      


PPh Pasal 21   -     -     25,000,000     28,021,978
PPh Pasal 29   950,000,000     1,037,500,000     950,000,000     942,994,505
Total PPh Terhutang   950,000,000     1,037,500,000     975,000,000     971,016,484

Paling efisien
Contoh 2 :

PT. B meminta konsultan Steven & rekan untuk membantu membuatkan


perencanaan pajak perusahaannya. Tahun 2021, PT. B merencanakan
pembagian deviden untuk para pemegang sahamnya sebesar Rp.
2.000.000.000,-

Sebagai konsultan yang ditugaskan oleh PT. B, bagaimana anda membuat


perencanaan pajak atas deviden tersebut ?
Pembayaran Gaji Pemegang Saham VS Deviden
Skema menerima Gaji   Skema menerima deviden
Keterangan
Komersial Fiskal   Komersial Fiskal
           
Laba Kotor 15,000,000,000 15,000,000,000   15,000,000,000 15,000,000,000
Biaya Operasional :          
Biaya - Biaya : 7,650,000,000 7,650,000,000   7,650,000,000 7,650,000,000
Biaya Gaji Pemegang Saham 2,000,000,000 2,000,000,000   - -
Biaya PPh 21 530,000,000 -   - -
Biaya PPh 4(2) - -   200,000,000  
Total Biaya Operasional 10,180,000,000 9,650,000,000   7,850,000,000 7,650,000,000
           
Laba sebelum (EBT) 4,820,000,000 5,350,000,000   7,150,000,000 7,350,000,000
Pajak Penghasilan 25% 1,337,500,000 1,337,500,000   1,837,500,000 1,837,500,000
Laba setelah pajak (EAT) 3,482,500,000 4,012,500,000   5,312,500,000 5,512,500,000

* Asumsi biaya PPh 21 yang ditanggung perusahaan

Pajak yang dibayarkan          


PPh Pasal 21   530,000,000     200,000,000
PPh Pasal 29   1,337,500,000     1,837,500,000
PPh Pasal 4(2)   -     -
Total PPh yang dibayarkan   1,867,500,000     2,037,500,000

Lebih efisien
Daftar Pustaka :

Kementerian Sekretariat Negara, 2008, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008


tentang Pajak Penghasilan.
Murni, S., 2019. Perpajakan Teori & Kasus, Edisi 11, Buku 1, Jakarta, Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai