Anda di halaman 1dari 25

Manajemen Pajak Atas

Pembukuan atau Pencatatan


Kelompok I:
1. Ivan Kenggono - 123011901025
2. Juna Baturante – 123011901029
3. Mahda Karina – 123011901033
4. Ratrihening G.T - 123011901051
POIN PEMBAHASAN
1. Definisi Manajemen Pajak
2. Kewajiban Pembukuan
3. Kewajiban Pencatatan
4. Manajemen Pajak Atas kewajiban Pembukan atau
Pencatatan
5. Contoh Kasus
Manajemen Pajak
Manajemen perpajakan secara umum dapat
didefinisikan sebagai usaha menyeluruh yang
diupayakan oleh wajib pajak agar segala hal yang
berkaitan dengan perpajakan dapat dikelola dengan
efektif, efisien, dan ekonomis.
Artinya, metode ini merupakan proses untuk
meminimalisir beban pajak namun tetap berada pada
jalurnya, yakni sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. 
Biasanya, metode ini dilakukan secara rutin atau
reguler karena transaksi yang dilakukan berulang atau
selalu terjadi di sebuah perusahaan guna mengelola
dengan baik urusan perpajakannya.
Tujuan dan Fungsi
 Tujuan akhir yang ingin dicapai dari adanya sistem ini adalah guna
mengoptimalisasi dan/atau meminimalkan beban pajak yang bisa
dicapai namun tidak hanya dengan melakukan suatu perencanaan yang
matang, tapi juga dengan melewati beberapa tahap seperti,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik dan
terkendali. 
Pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan tujuan dari manajemen
keuangan. Intinya, manajemen perpajakan bukan untuk mengelak
membayar pajak, akan tetapi untuk mengatur sehingga pajak yang
dibayarkan tidak lebih dari jumlah yang seharusnya. Selain itu, tujuan
lainnya adalah untuk meminimalisir risiko utang pajak yang bisa saja
timbul dalam suatu transaksi yang rutin.
 Manajemen perpajakan memiliki beberapa fungsi penting, yakni:
1. Berfungsi untuk melakukan perencanaan pajak.
2. Berfungsi dalam pengorganisasian pajak.
3. Berfungsi dalam pelaksanaan Pajak
4. Berfungsi untuk pengawasan Pajak
Definisi Pembukuan
Di dalam Pasal 1 angka 29 UU KUP, disebutkan bahwa
pembukuan merupakan suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan. Informasi keuangan yang dimaksud
adalah yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, serta
laporan laba-rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
Pada prinsipnya, setiap Wajib Pajak Orang Pribadi yang
telah melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
dan Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan. Hal ini telah diatur di
dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan .
Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan
 Penyelenggaraan pembukuan bertujuan untuk
mempermudah setiap Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Diantaranya adalah:
1. Pengisian SPT
2. Perhitungan PKP PPN dan PPnBm
3. Untuk mengetahui posisi keuangan dari hasil
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak.
 Tarif yang digunakan dalam penyelenggaran
pembukuan terbagi atas Orang Pribadi dan Badan
sebagai berikut:
1. Orang Pribadi: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 17
2. Badan : PPh Badan 25% dirubah menjadi 22%
Tarif Penyelenggaraan Pembukuan
Tarif yang digunakan dalam penyelenggaran pembukuan terbagi atas
Orang Pribadi dan Badan sebagai berikut:
1. Orang Pribadi: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 17
• 5% untuk penerima penghasilan sampai dengan Rp 50 juta per
tahun.
• 15% untuk penerima penghasilan Rp 50 juta - Rp 250 juta per
tahun.
• 25% untuk penerima penghasilan Rp 250 juta - Rp 500 juta per
tahun.
• 30% untuk penerima penghasilan lebih dari Rp 500 juta per
tahun.
2. Wajib Pajak Badan
a.Pasal 17 ayat (1) huruf b
Pada dasarnya tarif PPh Badan menganut tarif tunggal yaitu
sebesar 28%. Tarif ini berlaku pada tahun 2009 kemudian
diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010. Tarif PPh Badan
sebesar 25% efektif berlaku untuk tahun 2010 dan seterusnya.
Tarif ini diterapkan kepada Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap.
Tarif Penyelenggaraan Pembukuan (Lanjutan)
b. Perhitungan Pasal 31 E UU PPh:
 Peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,-
PPh terutang= 50% x 25% x seluruh PKP
 Peredaran bruto lebih dari Rp.4.800.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000.000,- PPh
terutang:

50% x 25% x PKP dari bagian 25% x PKP dari bagian


peredaran bruto yang peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas memperoleh fasilitas

PKP dari bagian bruto yang memperoleh fasilitas: 4.800.000.000 x PKP


Peredaran Bruto
PKP dari bagian bruto yang tidak memperoleh fasilitas: Keseluruhan PKP – PKP yang memperoleh
fasilitas
3. Peredaran Bruto lebih dari Rp. 50.000.000 PPh terutang= 25% x seluruh PKP
Syarat-syarat Penyelenggaraan Pembukuan

Adapun proses pembukuan yang dilakukan setiap Wajib Pajak


harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:
1. Harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Diselenggarakan di Indonesia dan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang rupiah serta disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang telah diizinkan
oleh Menteri Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel
akrual atau stelsel kas.
4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh wajib pajak
setelah mendapat izin Menteri Keuangan
Syarat-syarat Penyelenggaraan Pembukuan
(Lanjutan)
Wajib pajak diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah yaitu bahasa
Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 196/PMK.03/2007 yang telah
diubah terakhir dengan PMK No. 1/PMK.03/2015, wajib pajak yang
diperkenankan menggunakan Bahasa Inggris dan mata uang dolar AS
adalah:
1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu
wajib pajak yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan PMA;
2. Wajib Pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang
beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RIsebagaimana
dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
3. Wajib Pajak dalam rangka kontrak kerja sama yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
pertambangan minyak dan gas bumi;
Syarat-syarat Penyelenggaraan Pembukuan (Lanjutan)

4. Bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU Pajak Penghasilan (PPh)
atau menurut perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B)
yang terkait;
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik
sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar negeri;
6. Kontrak investasi kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana
dalam denominasi mata uang dolar AS dan telah
memperoleh surat pemberitahuan efektif pernyataan
pendaftaran dari badan pengawasa pasar modal-lembaga
keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan pasar modal;
Syarat-syarat Penyelenggaraan Pembukuan (Lanjutan)

7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan


induk di luar negeri, yaitu perusahaan anak (subsidiary
company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (4) huruf a dan b UU PPh; atau
8. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata
uang fungsionalnya menggunakan satuan mata uang dolar AS
sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia.
Definisi Pencatatan
Di dalam Pasal 28 angka 9 Undang-Undang Nomor 28
tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, disebutkan bahwa Pencatatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data
yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Tujuan Penyelenggaraan Pencatatan
Pada dasarnya tujuan penyelenggaraan Pencatatan sama dengan
tujuan penyelenggaraan Pembukuan yaitu:
• Pengisian SPT
• Perhitungan PKP PPN dan PPnBm
• Untuk mengetahui posisi keuangan dari hasil kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak.
Tarif Penyelenggaraan Pencatatan
Tarif yang digunakan dalam penyelenggaran pencatatan terbagi
atas Orang Pribadi dan Badan sebagai berikut:
1. Orang Pribadi: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 17
• 5% untuk penerima penghasilan sampai dengan Rp 50
juta per tahun.
• 15% untuk penerima penghasilan Rp 50 juta - Rp 250
juta per tahun.
• 25% untuk penerima penghasilan Rp 250 juta - Rp 500
juta per tahun.
• 30% untuk penerima penghasilan lebih dari Rp 500 juta
per tahun.
2. Wajib Pajak Badan
Menggunakan tarif PPh Final UMKM (PP 23) sebesar 0,5%
Syarat-syarat Penyelenggaraan Pencatatan
Bagi wajib pajak yang melakukan pencatatan, harus memenuhi syarat
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2007
yaitu:
1. Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1 (satu) tahun
buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto
tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah).
2. Jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto sebagaimana
dimaksud nomor 1 adalah jumlah keseluruhan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh pengusaha
dalam rangka kegiatan usahanya.
3. Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan
keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia.
4. Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara
kronologis.
Syarat – Syarat Penyelenggaraan Pencatatan
(Lanjutan)
5. Pencatatan sebagaimana dimaksud harus dapat menggambarkan:
 Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan
bruto yang diterima dan/atau diperoleh;
 Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final;
6. Bagi wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha
dan/atau tempat usaha, pencatatan harus menggambarkan secara
jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang
bersangkutan; dan
7. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, wajib pajak
orang pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan
kewajiban.
Kesimpulan
Aspek Pembukuan Pencatatan
Subjek Pajak • Wajib Pajak Badan WP Orang Pribadi
• Wajib Pajak Orang Pribadi yang Wajib Pajak Badan*
melakukan usaha dan pekerjaan bebas
Peredaran Usaha >4,8 M <4,8 M
Tarif Orang Pribadi: PPh Pasal 21 dan 17 Orang Pribadi: PPh Pasal 21 dan 17
Badan: PPh Badan 25% / 22% Badan: PPh Final UMKM – PP 23 (0,5%)

*Wajib Pajak Badan tetap melakukan pembukuan namun menggunakan tarif Final (PP23)
Manajemen Pajak
untuk Pembukuan dan Pencatatan
Peredaran Bruto <= 4.800.000.000/Tahun

Tidak Ya

Pembukuan Apakah WP OP/BADAN


Melakukan pekerjaan bebas? *khusus WP OP
YA
Apakah mampu membuat pembukuan? Tidak
Apakah mampu membuat pembukuan?
Tidak Ya
Tidak Ya
Pencatatan Net Margin < tarif Norma?
Pencatatan Apakah mengalami kerugian?
Tidak Pembukuan

Tidak Ya

Net Margin <= 4% ?


Pembukuan
Tidak Ya
Pencatatan
Manajemen Pajak
untuk Pembukuan dan Pencatatan

• Dalam Hal WP pada akhir setengah tahun berjalan penghasilan bruto


sudah hampir mencapai Rp. 4,800,000,000, maka hal yang hal yang di
lakukan :
1. Apakah WP tetap berkeinginan menggunakan PP 23?
2. Jika Iya, maka disarankan membuat CV atau PT untuk mensplit
penghasilan.

• Jika penghasilan bruto WP mendekati akhir tahun hampir mencapai


Rp. 4,800,000,000 maka, penghasilan tersebut sampai bulan
Desember di tagihkan pada bulan Januari tahun berikut.
Contoh Kasus
Kasus Wajib
Pajak Orang
Pribadi
• Pak Ivan ini melakukan
perdagangan eceran tekstil
(Sesuai Per 17 tahun 2015 tarif
norma sebesar 30%)
• Memiliki 3 Pegawai dengan
Gaji Rp. 3.000.000/bulan
• Biaya Lainnya 5.000.000/bulan
• HPP 50% dari Total Penjualan
• K/3
Perhitungan PPh terutang apabila menggunakan pembukuan
Perhitungan PPh terutang apabila menggunakan pencatatan
Total Omzet setahun 3.141.500.000
Total Omzet setahun 3.141.500.000
HPP (50%) 1.570.750.000
Norma Perhitungan Penghasilan Neto 30% Beban Gaji 540.000.000
Penghasilan Neto 942.450.000 Beban Lain-Lain 300.000.000

PTKP (K/3) 72.000.000 Penghasilan Neto 730.750.000

PKP 870.450.000 PTKP (K/3) 72.000.000


PKP 658.750.000
5% 50.000.000 2.500.000
5% 50.000.000 2.500.000
15% 200.000.000 30.000.000
15% 200.000.000 30.000.000
25% 250.000.000 62.500.000
25% 250.000.000 62.500.000
30% 370.450.000 111.135.000 30% 158.750.000 47.625.000
Total PPh Terutang 206.135.000 Total PPh Terutang 142.625.000

Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi (Lanjutan)


Bahan
SE-
SE-40/PJ.42/1998
14/PJ.313/1991 PETUNJUK
PETUNJUK
PELAKSANAAN

Diskusi Untuk
PENERBITAN
KEPUTUSAN KEPUTUSAN
DIREKTUR
PERSETUJUAN/P
JENDERAL PAJAK

Wajib Pajak
ENOLAKAN
NOMOR KEP-
PERMOHONAN 208/PJ/1998
PERUBAHAN
TAHUN TANGGAL 6

Badan BUKU/TAHUN
PAJAK DARI
WAJIB PAJAK
OKTOBER 1998
DIREKTUR
JENDERAL PAJAK,
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai