Anda di halaman 1dari 3

Nama : Haidar Arif Rabbani

NIM : 215030400111016
Resume : Pembukuan dan Pencatatan Bagi Wajib Pajak

Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Hal ini diatur dalam
Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7
tahun 2021 (UU HPP).
Namun, kewajiban pembukuan itu dikecualikan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto.
Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau
melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang dari Rp4,8 miliar.
Sebagai penggantinya, wajib pajak dengan kriteria di atas tetap wajib melakukan pencatatan.
Kewajiban pencatatan ini juga berlaku bagi wajib pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas.

Perbedaan dari pembukuan dan pencatatan tersebut menurut ketentuan perundangan-


undangan perpajakan

1. Perbedaan Wajib Pajak


Pada dasarnya, berdasarkan dengan Undang-Undang (UU) KUP, dijelaskan bahwa Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, serta Wajib Pajak badan
yang ada di Indonesia wajib untuk melakukan atau menyelenggarakan pembukuan. Namun,
pembukuan ini dikecualikan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas sesuai dengan ketentuan yang berlaku diperbolehkan untuk menghitung
penghasilan neto dengan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) sesuai dengan yang
tertera pada UU KUP.
Berikut merupakan kriteria dari Wajib Pajak yang diharuskan menyelenggarakan pembukuan
dan pencatatan:
 Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan
a. Merupakan Wajib Pajak badan
b. Merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha ataupun
pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan
bruto (omzet) kurang dari Rp 4,8 miliar dalam satu tahun.
 Wajib Pajak yang menyelenggarakan pencatatan
a. Merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan suatu kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dengan peredaran bruto (pmzet) kurang dari Rp 4,8 miliar dalam
satu tahun, dapat menggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
dalam menghitung penghasilan neto, dengan syarat harus memberitahukan ke
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari
tahun pajak yang bersangkutan.
b. Merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.

2. Syarat Penyelenggaraan Pembukuan dan Pencatatan


 Syarat penyelenggaraan pembukuan
o Untuk pembukuan, diselenggarakan dengan menggunakan prinsip taat asas dan
dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
o Pembukuan dilakukan dengan terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga pajak yang
terutang nantinya dapat dihitung.
 Syarat penyelenggaraan pencatatan
o Dalam pencatatan, harus menggambarkan adanya peredaran atau penerimaan
bruto dan jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh.
o Harus menggambarkan adanya penghasilan yang bukan objek pajak dan
penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.
o Bagi Wajib Pajak yang memiliki lebih dari satu jenis usaha atau tempat usaha,
maka pencatatan harus menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis
usaha atau tempat usaha yang bersangkutan.
o Selain menyelenggarakan pencatatan, Wajib Pajak orang pribadi juga harus
menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.

3. Perbedaan Bahasa
 Bahasa pada pembukuan
o Pembukuan dilakukan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah yang disusun dalam Bahasa Indonesia ataupun
dalam bahasa asing sesuai dengan perizinan dari Menteri Keuangan.
 Bahasa pada pencatatan
o Sedangkan pencatatan menggunakan Bahasa Indonesia dan mata uang rupiah.
Persamaan Pencatatan dan Pembukuan
Penyelenggaraan pembukuan maupun pencatatan bertujuan untuk mempermudah wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya seperti pengisian surat pemberitahuan (SPT),
penghitungan penghasilan kena pajak, penghitungan PPN dan PPnBM, serta untuk mengetahui
posisi keuangan dari hasil kegiatan usaha atau ekerjaan bebas.

Perlu digarisbawahi, segala bentuk buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara program online wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu
di tempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan
wajib pajak badan.

Anda mungkin juga menyukai