Anda di halaman 1dari 10

1.

PEMBUKUAN dan PENCATATAN


Pengertian
A. Pembukuan

Dasar Hukum: UU ketentuan umum dan Tata cara perpajakan ( UU no 28 tahun 2007)
pasal 1 ayat 29

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk
periode tahun pajak tersebut.

B. Pencatatan

Dasar Hukum: Pasal 28 ayat 9 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Mengenai


Ketentuan Umum Perpajakan

Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan obyek pajak dan atau yang dikenai pajak yang
bersifat final

Syarat pembukuan dan pencatatan bagi WO OP dan Badan


Dasar Hukum: Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Mengenai
Ketentuan Umum Perpajakan
Pembukuan wajib diselenggarakan oleh ( ayat 1) :
1. WP OP yang melakukan kegiatan usaha/ pekerjaan bebas
2. WP badan
Pengecualian pembukuan tetapi wajib pencatatan ( ayat 2)
1. WP OP yang melakukan kegiatan usaha/ pekerjaan bebas dan diperbolehkan
menggunakan norma perhitungan penghasilan neto
2. WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas
Ayat 3: pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan
itikad baik dan mencerminkan keaaan usaha yang sebenarnya
Ayat 4: pembukuan dan pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan Huruf latin, angka Arab, satuan mata Uang Rupiah, dan disusun dalam
Bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diijinkan Menteri Keuangan
Ayat 5: pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas atau dengan stelsel
akrual dan stelsel kas
Ayat 6: Perubahan terhadap metoode pembukuan dan atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dirjen pajak
Ayat 7: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan yang dikerjakan secara
teratur tentang catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang
Ayat 8: Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh WP setelah mndapat ijin menteri keuangan
Ayat 11: Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara progam aplikasi online wajib pajak, harus disimpan
selama 10 tahun di Indonesia, di tempat tinggal wajib pajak atau tempatkedudukan
WP badan

Aturan tambahan untuk pencatatan

1. Dasar Hukum: PMK 197/PMK.03/2007 tentang bentuk dan tata cara pencatatan
bagi WP OP

Pasal 1
Ayat 1: Wajib Pajak orang pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan tetapi wajib menyelenggarakan pencatatan adalah : Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Ayat 2: Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
disusun dalam bahasa Indonesia
Ayat 3: Pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara kronologis
Ayat 4: Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat
tinggal Wajib Pajak atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan selama 10
(sepuluh) tahun
Pasal 2
Ayat 1: Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 harus dapat menggambarkan antara

lain: Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima
dan/atau diperoleh; Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat fina
Ayat 2: Bagi Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha,
pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha
dan/atau tempat usaha yang bersangkutan
Ayat 3 : Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Wajib Pajak Orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) harus
menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-4/PJ/2009 Tentang Petunjuk


Pelaksanaan Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.

Pasal 4 ayat 2: Pencatatan dalam suatu tahun pajak meliputi jangka waktu 12 bulan, mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Pasa 4 ayat 3 : Pencatatan harus dibuat secara kronologis dan sistematis berdasarkan
urutan tanggal diterimanya peredaran dan/atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan
bruto

Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan Dan Pencatatan


1. Tujuan pembukuan
a. Pengisian SPT
b. Perhitungan penghasilan kena pajak
c. Penghitunga PPN dan PPnBM
d. Mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha/ pekerjaan bebas
2. Tujuan pencatatan
a. Pengisian SPT
b. Penghitungan penghasilan kena pajak
c. Penghitungan PPN dan PPnBM

Sanksi Pidana
Pasal 39 undang-undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:

1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperhatikan atau tidak
meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau
3. Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara progam aplikasi online di indonesia.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana penjara paling singkat
6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

2. PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING

Dasar Hukum:
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 543/ KMK.04/2000 tentang penggunaan bahasa
asing dalam pembukuan atau pencatatan wajib pajak

Pasal 1: Bahasa asing yang dapat dipergunakan dalam pembukuan Wajib Pajak adalah
bahasa Inggris

Pasal 2: Wajib Pajak yang akan menggunakan bahasa Inggris dalam pembukuannya
harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar

Pasal 3: Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tetap berkewajiban


mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai beserta lampiran-lampirannya dalam bahasa Indonesia
kecuali lampiran berupa laporan keuangan.

b. PMK Nomor 24/PMK.011/2012 tentang perubahan atas PMK Nomor 196/ PMK.03/2007
tentang Tata cara penyelenggaraan Pembukuan dengan menggunakan Bahasa Asing dan
Satuan Mata uang selain rupiah serta kewajiban Penyampaian SPT tahunan PPH WP
Badan

Pasal 2: Wajib Pajak dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan


bahasa asing dan satuan mata uang selain Rupiah yaitu Bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat
Pasal 3:
Pasal 4: Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat oleh Wajib Pajak harus terlebih dahulu
mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan. Izin tertulis dapat diperoleh Wajib
Pajak dengan mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah, paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku tersebut dimulai atau sejak tanggal
pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama.
Pasal 5 : Ketentuan untuk Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak
Kontraktor Kontrak Kerja Sama
Pasal 6: Ketentuan konversi ke satuan mata uang Dollar Amerika Serikat bagi Wajib
Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
Pasal 7: Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Tahun Pajak pertama
penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat adalah sebesar Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam satuan
mata uang Rupiah yang dikonversikan dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia yang berlaku.Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 serta
Pajak Penghasilan Final yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang memperoleh izin
untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat, dapat dilakukan dalam satuan mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs KMK tanggal pembayaran
Pasal 9: Wajib Pajak telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
namun merencanakan untuk tidak memanfaatkan izin yang dimilikinya Wajib Pajak
wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis atau mengajukan permohonan
pembatalan secara tertulis untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
Pasal 11: Sisa kerugian fiskal dalam satuan mata uang Rupiah dari tahun-tahun
sebelumnya yang dapat dikompensasikan ke Tahun Pajak dimulainya pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat,
dikonversikan ke dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada akhir tahun buku pada
saat kerugian fiskal tersebut terjadi
Pasal 12: Wajib Pajak yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat, harus menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dalam jangka waktu
paling sedikit 5 (lima) tahun pajak sejak diterbitkan izin atau penyampaian
pemberitahuan
Perusahaan Yang Boleh Menggunakan Pembukuan dalam Bahasa Asing
1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan Penanaman Modal Asing
2. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan
Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
3. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi
4. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang PPh atau
sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) terkait Wajib Pajak
yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar
negeri
5. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pasar modal
6. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan induk
(parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b Undang-Undang PPh
7. atau Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku di Indonesia.

3. TRANSAKSI KOREKSI POSITIF DAN NEGATIF


a. Transaksi yang menyebabkan koreksi positif

Koreksi positif adalah koreksi fiscal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan
PPh terutang

Dasar Hukum: UU nomor 36 tahun 2008 tentang PPh pasal 9 tentang biaya yang tidak boleh
dikurangkan dari PKP, pasal 4 , dan pasal 6

1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota
2. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha
bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya
reklamasi untuk usaha pertambangan
3. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa,yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
6. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat 1
huuf i-m serta zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh
pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah
7. Pajak Penghasilan
8. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya
9. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham
10. Sanksi administrasi berupa bunga,denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan
11. Pengeluaran untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1(satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus,
melainkandibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 11
atau Pasal 11 A

Contoh:
1. Akun Beban Gaji di dalamnya terdapat PPh 21 yang ditanggung perusahaan sebesar 1 juta
dan paket bngkisan hari raya sebesar 20 juta

Penjelasan: Berdasarkan UU PPH pasal 4,6, dan 9 yang mengatur tentang deducible dan non
deductible tax menyatakan bahwa bahwa penggantian tau imbalan dalam bentuk natura
dikenakan pajak final dan tidak boleh dikurangkan dari pkp sehingga PPh 21 yng dipotong dan
paket bingkisan hari raya yang tidak diberikan dalam bentuk uang bagi karyawan bukan
merupakan pendapatan dan bagi perusahaan tidak boleh diakui sebagai beban. Sehingga
seharusnya beban fiscal lebih kecil dari beban komersial da terdapat koreksi fskal positif sebesar
21.000.000

2. Akun beban gaji didalamnya terdapat biaya rekreasis ebesar 14 juta

Penjelasan: Biaya rekreasi bukan merupakan beban, melainkan natura sehingga tidak boleh
diakui sebagai beban oleh perusahaan. Maka harus dilakukan koreksi fiscal positif sebesar 14
juta

b. Transaksi yang menyebabkan koreksi negatif


Koreksi negatif adalah koreksi fiscal yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan
PPh terutang
Dasar Hukum : UU no 36 tahun 2008 tentang UU PPh pasal 4 ayat 2 mengenai penghasilan
yang dikenakan pajak final, pasal 4 ayat 3 mengenai transaksi yang bukan obyek pajak ,
dan pasal 6 mengenai transaksi dan biaya yang dapat dikurangkan dari PKP

1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.
5. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan
6. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
7. Warisan
8. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal
9. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali
yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau
Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
10. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
11. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak
dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat :
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor
12. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
13. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
14. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
15. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
16. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama
4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
17. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
18. Persediaan yang jumlahnya kurang jumlah berdasarkan metode penghitungan yang sudah
ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.
19. Penyusutan yang jumlahnya kurang jumlah berdasarkan metode penghitungan yang sudah
ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.
20. Biaya yang dapat dikurangkan meliputi biaya yang secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan usaha, penyusutan, iuran kepada dana pension, kerugian selisih
kurs, biaya penelitian dan pengembangan, biaya beasiswa, magang, dan pelatihan, piutang
yang nyata nyata tidk dapat ditagih
21. Sumbangan bencana nasional
22. Sumbangan penelitian dan pengembangan di Indonesia
23. Biaya pembangunan infrastuktur social
24. Sumbangan fasilitas pendidikan dan olah raga
Contoh:

1. Dalam akun pendapatan lain lain terdapat pendapatan sewa bangunan yang tertulis untuk masa
manfaat 2 tahun ( 2000.000) dan pendapatan bunga deposito ( 6.000.000) yang sudah disajikan
bersih dikurangkan PPh 4 ayat 2
Penjelasan: Pendapatan tersebut adalah jenis pendapatan yang dikenakan pajak final sehingga
tidak boleh ditambahkan dalam mnghitung PKP, maka dilakukan koreksi fiscal negative
sebesar 8 juta.

Anda mungkin juga menyukai