A. PEMBUKUAN
Pembukuan dalam Pasal 1 huruf v UU KUP adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi keadaan harta, kewajiban atau
utang modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa
yang terutang maupun yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai, yang dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen) dan yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba
pada setiap Tahun Pajak berakhir.
Wajib Pajak
Syarat-syarat Pembukuan :
1. Pembukuan harus diselenggarakan sesuai dengan kelaziman pembukuan yang berlaku yaitu
sesuai dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia kecuali
peraturan perpajakan diatur lain (Penjelasan Pasal 28 UU KUP)
2. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya sehingga pembukuan atau
pencatatan harus disajikan dengan benar, lengkap dan jelas (Pasal 28 ayat (3) UU KUP)
3. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan bahasa
Indonesia dengan huruf latin dan angka Arab dengan satuan mata uang rupiah atau dalam
bahasa asing yang diijinkan oleh Menteri Keuangan (Pasal 28 ayat (4) UU KUP)
4. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan-catatan mengenai harta, kewajiban atau
utang, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat diketahui
besarnya pajak terutang (Pasal 28 ayat (7) UU KUP)
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas
(Pasal 28 ayat (5) UU KUP)
a. Taat Azas
Taat azas adalah konsistensi periode pembukuan setiap tahun buku seperti penerapan
stelsel pengakuan penghasilan dan tahun buku
b. Metode Penilaian Persediaan
Di perpajakan penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga perolehan
dengan perhitungan harga menggunakan cara rata-rata (average) atau FIFO
c. Metode Penyusutan dan Amortisasi
Metode penyusutan dan amortisasi untuk tujuan perpajakan telah ditentukan sebagai
berikut :
- Untuk bangunan hanya boleh menggunakan penyusutan dengan metode garis lurus
- Untuk aktiva bukan bangunan dapat memilih menggunakan penyusutan atau amortisasi
dengan menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun
- Masa manfaat bangunan ditentukan 10 tahun atau 20 tahun, sedang untuk aktiva selain
bangunan dan aktiva tidak berwujud, telah ditentukan berdasarkan kelompok 1, 2, 3,
dan 4
d. Stelsel Akrual
Stelsel akrual menurut peraturan perpajakan adalah suatu metode perhitungan penghasilan
dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu
terutang
e. Stelsel Kas
Stelsel kas menurut peraturan perpajakan adalah suatu metode yang perhitungannya
didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayarkan secara tunai. Namun,
pemakaian stelsel kas ini dapat mengakibatkan perhitungan yang mengaburkan terhadap
penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaiakan dengan
mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas
6. Perubahan metode pembukuan harus diajukan kepada Dirjen Pajak sebelum dimulainya tahun
buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta
akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut
7. Buku, catatan dan dokumen termasuk yang diselenggarakan secara program aplikasi on-line dan
hasil pengolahan data elektronik yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan harus
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia dengan sistem penyimpanan bukti fisik selama
3 (tiga) tahun pertama dan sistem penyimpanan secara elektronik untuk tahun keempat sampai
kesepuluh
WP yang dapat menyelengarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang USD adalah :
1. WP dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan Penanaman Modal Asing
2. WP dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
pertambangan selain pertambangan minyak dan bumi
3. WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi
4. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU PPh atau sebagaimana
diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Bergand terkait
5. WP yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar
negeri
6. Kontrak Investasi Kolektif yang menerbitkan reksadana dalam denominasi satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pasar modal
7. WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri yaitu perusahaan anak
yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan induk di luar negeri yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b UU PPh
8. WP yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan satuan
mata uang USD sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia
Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Inggris dan Mata Uang Dollar
1. Untuk transaksi yang dilakukan dengan USD, pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen
transaksi yang bersangkutan
2. Untuk transaksi dalam negeri yang menggunakan mata uang rupiah atau mata uang asing selain
USD, konvensi ke mata uang USD dilakukan berdasarkan kurs konversi Bank Indonesia pada saat
pengakuan penghasilan atau biaya sesuai dengan metode pembukuan yang dianut
3. Untuk transaksi luar negeri yang menggunakan mata uang asing selain USD, konversi ke mata
uang USD dilakukan berdasarkan kurs konversi Bank Indonesia pada saat pembenanan rekening
WP pada bank relasinya
4. WP wajib melakukan pembayaran pajaknya dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan
kurs yang berlaku menurut KMK pada saat pembayaran dilakukan
5. Dalam hal WP tidak mengajukan permohonan atau WP yang telah mengajukan permohonan
tetapi ditolak, tetapi tetap melaksanakan penyelenggaraan pembukuan menggunakan bahasa
Inggris dan mata USD, maka WP tersebut dianggap tidak menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP
6. WP yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang USD, wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan beserta lampirannya dalam
bahasa Indonesia (menggunakan formulir 1771$) kecuali lampiran laporan keuangannya dengan
menggunakan mata uang USD dan bahasa Inggris
1. WP yang tidak menyelenggarakan pembukuan menurut ketentuan Pasal 28 atau pada saat
diperiksa tidak memenuhi permintaan menurut Pasal 29, sehingga Dirjen Pajak tidak dapat
menghitung jumlah pajak yang seharusnya terutang, maka Dirjen Pajak berwenang menerbitkan
SKPKB dengan perhitungan secara jabatan yaitu perhitungan pajak didasarkan pada data yang
tidak hanya diperoleh dari WP saja
2. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar apabila :
a. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu
b. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia
c. Tidak menyimpan buku, catatan atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan
3. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu)
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan maka hukuman
pidana akan menjadi 2 kali dari yang seharusnya dikenakan
2. Pada saat menerima tagihan atas kekurangan 2. Pada saat membuat tagihan sisa pembayaran
pembayaran Piutang Usaha xxx
Beban xxx Uang Muka Jasa xxx
PPN Masukan xxx PPN Keluaran xxx
PPh Pasal 23 atas Terutang Saat Pembayaran
1. Uang Muka Jasa xxx Penjualan xxx
dan Pencatatan
Hutang Usaha xxx
3. Pada saat menerima pembayaran
3. Pada saat terutangnya PPh Pasal 23 Kas/Bank xxx
Hutang Usaha xxx Uang Muka PPh Pasal 23 xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx Piutang Usaha xxx
3. Pada saat penyetoran pajak ke kas negara 3. Pada saat penyetoran pajak ke kas negara
Hutang PPh Pasal 23 xxx Hutang PPN (PPN Keluaran) xxx
Kas/Bank xxx Kas/Bank xxx
1. Biaya xxx
PPh Pasal 23 Dibayar oleh Pemotong/Pemungut
5. Biaya PPh Pasal 23 xxx
Pajak
Kas/bank xxx
PPh Pasal 23 Ditanggung oleh 1. Biaya xxx
6. Pemotong/Pemungut Pajak Kas/Bank xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx
-Pada saat penyetoran pajak 2. Apabila PPh Pasal 4(2) tidak dipotong
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx oleh penyewa
Kas xxx -Menerima uang sewa
Kas/bank xxx
Pendapatan sewa xxx
Hutang PPN Keluaran xxx
Penghasilan atas
diskonto surat
9. 20% x Penghasilan Bruto 4 ayat (2) - -
perbendaharaan
negara
0% untuk 1. Pada saat pembayaran bunga 1. Pada saat menerima bunga
Penghasilan atas bunga penghasilan sampai Beban Bunga xxx Kas/Bank xxx
simpanan yang Rp. 240.000,- per Hutang PPh Pasal 4(2) xxx Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
dibayarkan oleh bulan Kas/Bank xxx Pendapatan Bunga xxx
10. 4 ayat (2)
koperasi kepada 10% untuk
anggota koperasi orang penghasilan lebih
pribadi dari Rp. 240.000,-
per bulan
11. Penghasilan berupa 15% untuk WPDN 4 ayat (2) 1. Pada saat mengeluarkan obligasi 1. Pada saat menerima bunga
bunga obligasi dan BUT Kas/Bank xxx Kas/Bank xxx
20% atau sesuai P3B Hutang Jk Panjang xxx Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
untuk WPLN selain Pendapatan Bunga xxx
BUT 2. Pada saat membayar bunga
Beban Bunga xxx
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Kas/Bank xxx
6. Akuntansi PPN
3. Pada saat penyetoran PPN ke kas negara 3. Pada saat melakukan pelunasan
PPN keluaran xxx Hutang Usaha xxx
Kas/Bank Kas/Bank xxx
xxx
1. Pada saat mengirim barang ke cabang 1. Pada saat menerima barang dari pusat
R/K cabang xxx Persediaan xxx
Persediaan xxx PPN Keluaran xxx
PPN Keluaran xxx R/K cabang xxx
PPN antar cabang jika tidak mendapatkan
11.
pemusatan PPN 2. Pada saat perusahaan pusat menjual barang 2. Pada saat perusahaan cabang menjual
Kas/Piutang Usaha xxx barang
Penjualan xxx Kas/Piutang Usaha xxx
PPN Keluaran xxx Penjualan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx PPN Keluaran xxx
Persediaan xxx Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan xxx
C. PENGHASILAN DAN BIAYA
Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat Tidak Final/Non Final antara lain:
1. PPh Pasal 21 kecuali atas penghasilan yang diterima PNS selain penghasilan teratur yang
bersumber dari APBN/APBD.
2. PPh Pasal 22 kecuali atas penyerahan Migas oleh PT.Pertamina.
3. PPh Pasal 23
4. PPh Pasal 24
5. PPh Pasal 25
Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah sebagai berikut:
1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak ybs;
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang di terima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi Dwiguna dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP Dalam
Negeri,koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
– dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
– bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham
tersebut;
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak
10. terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
11. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;
12. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
– merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-
sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan
– sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
Biaya yang dapat dikurangkan berdasarkan Pasal 6 ayat 1 Undang-undang Pajak Penghasilan :
1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
a) biaya pembelian bahan;
b) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
c) bunga, sewa, dan royalti;
d) biaya perjalanan;
e) biaya pengolahan limbah;
f) premi asuransi;
g) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
h) biaya administrasi; dan
i) pajak kecuali Pajak Penghasilan;
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
5. kerugian selisih kurs mata uang asing
6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU PPh, pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto meliputi :
1) pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
2) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota
3) pembentukan atau pemupukan dana cadangan
4) premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan
5) penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
6) jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
7) harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
8) Pajak Penghasilan
9) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya
10) gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham
11) sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan
D. AKUNTANSI PERSEDIAAN
Persediaan
Persediaan
FOB Destination
FOB Shipping Point
: Hak seluruh
muatan beralih ke
FOB Destination
pembeli pada saat FOB Destination
Freight Collect :
pengiriman barang Freight Prepaid :
Penjual
Penjual menanggung
menanggung biaya
biaya pengangkutan
asuransi kerugian
sedangkan pembeli
selama perjalanan
menanggung biaya
sedangkan pembeli
asuransi kerugian
menanggung biaya
selama perjalanan
pengangkutan
PENGUKURAN/PENILAIAN PERSEDIAAN
E. AKTIVA TETAP
Di dalam SAK No. 16 dan SAK ETAP “Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain atau untuk
tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu tahun periode”
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap,
bila:
1. Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomian di masa mendatang yang berkaitan dengan
aktiva tersebut mengalir ke dalam perusahaan
2. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal
5 Perolehan Aktiva Tetap Dari Setoran Modal Perolehan Aktiva Tetap Dari Setoran Modal
Setoran modal berupa aktiva menurut Perlakuan perpajakan atas penyetoran modal
akuntansi bukan pendapatan dengan cara menyetorkan aktiva tetap adalah
sebagai berikut :
a) Bagi pihak yang menerima bukan
merupakan objek pajak penghasilan
b) Penilaian harga perolehan atas aktiva
tetap harus berdasarkan harga pasar
yang dilakukan oleh pihak yang
independen dan telah diakui pemerintah
c) Harus disertai rincian yang menerangkan
nilai atau harga, jenis, status, tempat
kedudukan dan hal lain-lain yang
berhubungan dengan identifikasi aktiva
d) Dalam hal setoran modal berupa tanah
dan/atau bangunan pengalihan tersebut
menimbulkan BPHTB atas pemindahan
hak atas tanah dan/atau bangunan
Metode Penyusutan
1. Pengertian Umum Tentang Sewa Guna Usaha menurut KMK No. 1169/KMK.01/1991
a) Sewa Guna Usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala
b) Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah
tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud
merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan, atau
memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh lessee
c) Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna usaha
d) Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari Lessor
e) Pembayaran Sewa-guna-usaha (Lease Payment) adalah jumlah uang yang harus dibayar
secara berkala oleh Lessee kepada Lessor selama jangka waktu yang telah disetujui bersama
sebagai imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian sewa-gunausaha
f) Piutang sewa-guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh pembayaran sewa guna-
usaha selama masa sewa-guna-usaha
g) Harga Perolehan (Acquisition Cost) adalah harga beli barang modal yang dilease ditambah
dengan biaya langsung
h) Nilai pembiayaan adalah jumlah pembiayaan untuk pengadaan barang modal yang secara riil
dikeluarkan oleh Lessor
i) Angsuran Pokok Pembiayaan adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-usaha yang
diperhitungkan sebagai pelunasan atas nilai pembiayaan
j) Imbalan Jasa Sewa-guna-usaha adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-usaha yang
diperhitungkan sebagai pendapatan sewa-guna-usaha bagi Lessor
k) Nilai Sisa (Residual Value) adalah nilai barang modal pada akhir masa sewa-guna-usaha yang
telah disepakati oleh Lessor dengan Lessee pada awal masa sewa-guna-usaha
l) Simpanan Jaminan (Security Deposit) adalah jumlah uang yang diterima Lessor dari Lessee
pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran lease
m) Masa Sewa-guna-usaha (Lease Term) adalah jangka waktu sewa-guna-usaha yang dimulai
sejak diterimanya barang modal yang disewa-guna-usaha oleh Lessee sampai dengan
perjanjian sewa-guna-usaha berakhir
n) Masa Sewa-guna-usaha Pertama adalah jangka waktu sewa-guna-usaha barang modal untuk
transaksi sewa-guna-usaha yang pertama kalinya
o) Opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau
memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha
2. Jenis-jenis Sewa Guna Usaha
2. Operating Lease (Sewa Guna Operasi) 3) Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi
- Sewa tidak mengalihkan kepemilikan - Jumlah pembayaran SGU selama masa
aset kepada leese pada akhir masa SGU pertama tidak dapat menutupi
sewa harga perolehan barang modal yang
- Leese tidak mempunyai opsi untuk disewa guna usahakan ditambah
membeli aset pada harga yang cukup keuntungan yang diperhitungkan
rendah dibandingkan nilai wajar pada lessor
tanggal opsi mulai dilaksanakan - Perjanjian SGU tidak memuat
- Masa sewa tidak mencakup sebagian ketentuan mengenai opsi bagi lessee
besar umur ekonomis aset
- Nilai kini dari jumlah pembayaran
sewa minimum secara substansial
tidak mendekati nilai wajar aset
sewaan
b) Biaya lain-lain
Biaya administrasi pembiayaan
Asuransi barang yang disewa guna usahakan
Biaya notaris (biaya perjanjian)
Biaya-biaya lainnya
4. Pencatatan SGU
Dalam SAK 16 (Revisi 2007) mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi Aktiva Tetap,
yaitu :
1) Metode Biaya Historis
Dengan metode ini setelah aktiva diakui sebagai aktiva tetap, maka aktiva tetap tersebut dicatat
pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai aktiva
2) Metode Revaluasian
Dengan metode ini setelah aktiva diakui sebagai aktiva tetap, suatu aktiva tetap yang nilai
wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang
terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aktiva tetap harus dilakukan dengan keteraturan
yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumalah tercatat tidak berbeda secara material
dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal necara.
Penentuan nilai aktiva dengan menggunakan nilai wajar pada metode penilaian kembali aktiva
dilakukan dengan nilai wajar (nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aktiva antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu
transaksi dengan wajar) atas aktiva tetap yang dinilai kembali. Nilai wajar yang digunakan dalam
menerapkan model revaluasi ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tentukan nilai pasar aktiva yang bersangkutan
b. Jika tidak mendapat nilai pasar aktiva yang bersangkutan tentukan nilai pasar yang sejenis
c. Jika tidak ada nilai pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari aset
tetap yang khusus dan jarang diperjualbelikan, maka digunakan nilai wajar dengan
menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan
d. Dengan menggunakan jasa penilai independen
Di dalam paragraf 32 SAK dijelaskan bahwa penentuan nilai wajar untuk tanah dan bangunan
biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi
profesional berdasarkan bukti pasar, sedang nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan
nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.
Dalam hal tidak ada penilai yang dapat dijadikan dasar penentuan, karena sifat dari aktiva tetap yang
khusus dan jarang dipejualbelikan, maka digunakan pendekatan penghasilan dan biaya penggantian
yang telah disusutkan.
Ketentuan Dasar Penilaian Kembali Aktiva Tetap Berdasarkan PMK No. 79/PMK.03/2008
1. Yang boleh melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah WP badan dalam negeri dan BUT,
yang tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam
bahasa Inggris dan mata uang USD
2. WP badan dan BUT yang akan mengajukan penilaia kembali telah memenuhi semua kewajiban
pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian
kembali. Dalam hal WP mempunyai cabang atau perwakilan, maka pemenuhan kewajiban pajak
tersebut termasuk kewajiban pajak dari cabang atau perwakilan perusahaan yang terdaftar di
KPP lokasi
3. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan terhadap :
a. Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna
bangunan
b. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah
Yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
4. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai
wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari pemerintah
5. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai,
ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka Dirjen Pajak menetapkan kembali
nilai pasar atau nilai wajar aktiva yang bersangkutan
6. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 tahun
sejak tanggal laporan perusahaan jasa penilai atau ahli penilai
7. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka
waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang dilakukan
berdasarakan PMK ini
8. Perusahaan yang melakukan penilaian kembali aktiva harus mendapatkan persetujuan Dirjen
Pajak dengan cara mengajukan permohonan kepada Kanwil DJP yang membawahi KPP tempat
WP terdaftar
9. Sisa kerugian tidak dapat diperhitungkan lagi dalam penentuan Pajak Penghasilan yang bersifat
final atas penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan
10. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan tersebut di atas tidak dapat dilakukan kembali
sebelum lewat jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
terakhir yang dilakukan berdasarkan PMK ini
11. Dalam hal perusahaan melakukan pengalihan aktiva tetap berupa :
a. Aktiva tetap kelompok 1 dan kelompok 2 yang telah memperoleh persetujuan penilaian
kembali sebelum berakhirnya masa manfaat yang baru
b. Aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4, bangunan dan tanah yang telah memperoleh
persetujuan kembali sebelum lewat jangka waktu 10 tahun
Maka atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan
tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi Pajak
Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi
10%.
Sesuai Pasal 8 PMK No. 79/PMK.03/2009 dinyatakan bahwa dalam hal perusahaan melakukan
pengalihan aktiva tetap berupa :
1. Aktiva tetap kelompok 1 dan kelompok 2 yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali
sebelum berakhirnya masa manfaat yang baru
2. Aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4, bangunan, dan tanah yang memperoleh persetujuan
penilaian kembali sebelum lewat jangka waktu 10 tahun
Maka atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan tambahan
Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi WP badan negeri yang
berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10%.
1. Pengalihan aktiva tetap perusahaan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau
kebijakan pemerintah atau keputusan pengadilan
2. Pengalihan aktiva tetap perusahaan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran
usaha yang mendapat persetujuan
3. Penarikan aktiva tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang
tidak adapat diperbaiki lagi
Saham Bonus Yang Berasal Dari Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Sesuai Pasal 9 ayat (2) PMK No. 79/PMK.03/2009 dinyatakan bahwa pemberian saham bonus atau
pencatatan tambahan nominal saham tanpa penyetoran yang berasal dari kapitalisasi selisih lebih
penilaian kembali aktiva tetap perusahaa, sampai dengan sebesar selisih lebih penilaian kembali
secara fiskal bukan merupakan Objek Pajak.
PT. A PT. A
Pengendalian
PT. B PT. B
4 Pemisahan
Menurut UU No. 40 tahun 2007, pemisahan
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
perseroan untuk memisahkan usaha yang
mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva -
perseroan beralih karena hukum kepada 2
(dua) perseroan atau lebih atau sebagian
aktiva dan pasiva perseroan beralih karena
hukum kepada 1 (satu) perseroan atau lebih
2. Persyaratan
3. Konsekuensi Perpajakan
No Penggabungan dan Peleburan Usaha Pemekaran
.
1 Perlakuan terhadap Badan Usaha yang Perlakuan terhadap Badan Usaha yang
melakukan pengalihan harta : melakukan pengalihan harta :
a) Tidak ada keuntungan atau kerugian a) Tidak ada keuntungan atau kerugian
akibat pengalihan harta, sehingga tidak akibat pengalihan harta, sehingga tidak
terutang PPh Badan atau pun PPh atas terutang PPh Badan atau pun PPh atas
pengalihan hak atas tanah dan bangunan pengalihan hak atas tanah dan bangunan
b) Tidak terutang PPN b) Induk perusahaan terutang PPN atas
c) Tidak ada penghasilan maupun biaya pengalihan harta kepada anak
yang timbul sebagai akibat kompensasi perusahaan dengan DPP sebesar nilai
timbal balik atas utang piutang buku
d) Tahun Pajak terakhir bagi dan usaha c) Induk perusahaan harus mencatat nilai
yang mengalihkan harta akan berakhir buku fiskal saham anak perusahaan
pada tanggal berlakunya penggabungan dengan nilai buku fiskal harta yang
atau peleburan usaha dialihkan kepada anak perusahaan
setelah dikurangi jumlah utang yang
dialihkan kepada anak perusahaan
d) Tahun Pajak terakhir bagi dan usaha
yang mengalihkan harta akan berakhir
pada tanggal berlakunya pemekaran
usaha
2 Perlakuan terhadap Badan Usaha yang Perlakuan terhadap Badan Usaha yang
menerima pengalihan harta : menerima pengalihan harta :
a) Tidak ada keuntungan atau kerugian a) Tidak ada keuntungan atau kerugian
akibat pengalihan harta, sehingga tidak akibat pengalihan harta, sehingga tidak
terutang Pajak Penghasilan terutang Pajak Penghasilan
b) Badan yang menerima pengalihan harta b) Anak perusahaan terutang BPHTB
dapat mengajukan pengurangan ke sebesar 5% atas perolehan hak atas
Dirjen Pajak sebesar 100% dari BPHTB tanah dan bangunan
yang terutang c) Anak perusahaan menacatat nilai harta
c) Badan usaha yang menerima pengalihan yang diterima dari induk perusahaan
harta harus mencatat nilai harta yang dengan nilai buku fiskal yang sama
diterima berdasarkan nilai buku yang sebagamana tercatat dalam pembukuan
sama sebagaimana yang tercatat induk perusahaan pada saat pengalihan
terakhir pada pembukuan badan usaha d) Hak dan kewajiban perpajakan induk
yang mengalihkan harta perusahaan tidak dapat dialihkan kepada
d) Hak dan kewajiban perpajakan dialihkan anak perusahaan dalam rangka
kepada badan yang menerima pemekaran usaha yang memenuhi
pengalihan harta, namun apabila yang persyaratan
mengalihkan dan yang menerima
menggunakan metode pembukuan yang
berbeda, maka Kepala Kanwil DJP akan
menentukan metode mana yang akan
dipakai
e) Penyusutan atau amortisasi dihitung
secara prorata berdasarkan jumlah bulan
yang tersisa dalam tahun pajak setelah
penggabungan atau peleburan usaha
tsb.
4. Metode Pencatatan
I. INVESTASI
Investasi adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, dimana dari aktiva tersebut
diharapkan akan dapat memberikan manfaat baik berupa penghasilan langsung (misalkan bunga,
dividen, royalti, sewa dsbnya) atau karena keuntungan berupa kenaikan atau apresiasi nilai aktiva
terkait dan manfaat lainnya termasuk untuk menjalin atau menjaga hubunngan bisnis dengan
perusahaan lain, menguasai atau mengendalikan operasi dan pengelolaan perusahaan lain. Investasi
yang paling populer di pasar modal Indonesia adalah saham. Ada beberapa sudut pandang untuk
membedakan saham :
Sistem Pencatatan