Anda di halaman 1dari 52

AKUNTANSI PERPAJAKAN

A. PEMBUKUAN

Pembukuan dalam Pasal 1 huruf v UU KUP adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi keadaan harta, kewajiban atau
utang modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa
yang terutang maupun yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai, yang dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen) dan yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba
pada setiap Tahun Pajak berakhir.

Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan

Wajib Pajak

Orang Pribadi Badan, termasuk BUT

Penghasilan dari Usaha/Pekerjaan


Pemberi Kerja Bebas

Omzet < 4,8 M Omzet > 4,8 M

Pasal 28 ayat (2)


Pasal 28 UU KUP
UU KUP
Wajib
Tidak Wajib
Pembukuan
Pembukuan

Syarat-syarat Pembukuan :

1. Pembukuan harus diselenggarakan sesuai dengan kelaziman pembukuan yang berlaku yaitu
sesuai dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia kecuali
peraturan perpajakan diatur lain (Penjelasan Pasal 28 UU KUP)
2. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya sehingga pembukuan atau
pencatatan harus disajikan dengan benar, lengkap dan jelas (Pasal 28 ayat (3) UU KUP)
3. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan bahasa
Indonesia dengan huruf latin dan angka Arab dengan satuan mata uang rupiah atau dalam
bahasa asing yang diijinkan oleh Menteri Keuangan (Pasal 28 ayat (4) UU KUP)
4. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan-catatan mengenai harta, kewajiban atau
utang, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat diketahui
besarnya pajak terutang (Pasal 28 ayat (7) UU KUP)
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas
(Pasal 28 ayat (5) UU KUP)
a. Taat Azas
Taat azas adalah konsistensi periode pembukuan setiap tahun buku seperti penerapan
stelsel pengakuan penghasilan dan tahun buku
b. Metode Penilaian Persediaan
Di perpajakan penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga perolehan
dengan perhitungan harga menggunakan cara rata-rata (average) atau FIFO
c. Metode Penyusutan dan Amortisasi
Metode penyusutan dan amortisasi untuk tujuan perpajakan telah ditentukan sebagai
berikut :
- Untuk bangunan hanya boleh menggunakan penyusutan dengan metode garis lurus
- Untuk aktiva bukan bangunan dapat memilih menggunakan penyusutan atau amortisasi
dengan menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun
- Masa manfaat bangunan ditentukan 10 tahun atau 20 tahun, sedang untuk aktiva selain
bangunan dan aktiva tidak berwujud, telah ditentukan berdasarkan kelompok 1, 2, 3,
dan 4
d. Stelsel Akrual
Stelsel akrual menurut peraturan perpajakan adalah suatu metode perhitungan penghasilan
dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu
terutang
e. Stelsel Kas
Stelsel kas menurut peraturan perpajakan adalah suatu metode yang perhitungannya
didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayarkan secara tunai. Namun,
pemakaian stelsel kas ini dapat mengakibatkan perhitungan yang mengaburkan terhadap
penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaiakan dengan
mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas
6. Perubahan metode pembukuan harus diajukan kepada Dirjen Pajak sebelum dimulainya tahun
buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta
akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut
7. Buku, catatan dan dokumen termasuk yang diselenggarakan secara program aplikasi on-line dan
hasil pengolahan data elektronik yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan harus
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia dengan sistem penyimpanan bukti fisik selama
3 (tiga) tahun pertama dan sistem penyimpanan secara elektronik untuk tahun keempat sampai
kesepuluh

Pembukuan Dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Asing

WP yang dapat menyelengarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang USD adalah :

1. WP dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan Penanaman Modal Asing
2. WP dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
pertambangan selain pertambangan minyak dan bumi
3. WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi
4. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU PPh atau sebagaimana
diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Bergand terkait
5. WP yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar
negeri
6. Kontrak Investasi Kolektif yang menerbitkan reksadana dalam denominasi satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pasar modal
7. WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri yaitu perusahaan anak
yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan induk di luar negeri yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b UU PPh
8. WP yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan satuan
mata uang USD sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia

Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Inggris dan Mata Uang Dollar

1. Untuk transaksi yang dilakukan dengan USD, pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen
transaksi yang bersangkutan
2. Untuk transaksi dalam negeri yang menggunakan mata uang rupiah atau mata uang asing selain
USD, konvensi ke mata uang USD dilakukan berdasarkan kurs konversi Bank Indonesia pada saat
pengakuan penghasilan atau biaya sesuai dengan metode pembukuan yang dianut
3. Untuk transaksi luar negeri yang menggunakan mata uang asing selain USD, konversi ke mata
uang USD dilakukan berdasarkan kurs konversi Bank Indonesia pada saat pembenanan rekening
WP pada bank relasinya
4. WP wajib melakukan pembayaran pajaknya dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan
kurs yang berlaku menurut KMK pada saat pembayaran dilakukan
5. Dalam hal WP tidak mengajukan permohonan atau WP yang telah mengajukan permohonan
tetapi ditolak, tetapi tetap melaksanakan penyelenggaraan pembukuan menggunakan bahasa
Inggris dan mata USD, maka WP tersebut dianggap tidak menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP
6. WP yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang USD, wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan beserta lampirannya dalam
bahasa Indonesia (menggunakan formulir 1771$) kecuali lampiran laporan keuangannya dengan
menggunakan mata uang USD dan bahasa Inggris

Tata Cara Penyelenggaraan Pencatatan

1. Bagi WP yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dibebaskan dari


kewajiban untuk mengadakan pembukuan, sekurang-kurangnya harus menyelenggarakan
pencatatan untuk dijadikan dasar pengenaan pajak yang terhutang. Kewajiban pencatatan itu
antara lain diperuntukan bagi WP yang memilih menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan
Neto
2. Pencatatan yang diselenggarakan WP OP harus meliputi :
a) Peredaran bruto yang diterima dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
penghasilannya merupakan objek pajak yang tidak dikenai pajak bersifat final
b) Penghasilan bruto yang diterima dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
penghasilannya merupakan objek pajak yang tidak dikenai pajak bersifat final termasuk
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
tersebut
c) Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final, baik yang berasal dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas maupun dari
luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
3. WP OP harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban baik yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan maupun yang tidak digunakan untuk melaksanakan kegiatan
usaha dan/atau pekerjaan bebas
4. Pencatatan yang dibuat oleh WP yang memilih menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan
Neto harus menggambarkan jumlah peredaran atau penerimaan bruto secara lengkap
danbenar dan harus didukung dengan dokumen yang dijadikan dasar perhitungan
peredaran/penerimaan bruto
5. Bagi yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha, maka catatan tentang peredaran/penerimaan
bruto secara jelas harus dapat menggambarkan mengenai jenis-jenis usaha yang bersangkutan

Sanksi Tidak Menyelenggarakan Pembukuan

1. WP yang tidak menyelenggarakan pembukuan menurut ketentuan Pasal 28 atau pada saat
diperiksa tidak memenuhi permintaan menurut Pasal 29, sehingga Dirjen Pajak tidak dapat
menghitung jumlah pajak yang seharusnya terutang, maka Dirjen Pajak berwenang menerbitkan
SKPKB dengan perhitungan secara jabatan yaitu perhitungan pajak didasarkan pada data yang
tidak hanya diperoleh dari WP saja
2. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar apabila :
a. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu
b. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia
c. Tidak menyimpan buku, catatan atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan
3. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu)
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan maka hukuman
pidana akan menjadi 2 kali dari yang seharusnya dikenakan

Perbandingan Antara Akuntansi Komersial dan Pembukuan

NO. AKUNTANSI PEMBUKUAN


1. Tujuan : Memberikan informasi yang Tujuan : Untuk menghitung besarnya Pajak
bermanfaat bagi para pengambil keputusan Penghasilan, dan pajak-pajak lainnya
yang beragam mengenai posisi keuangan termasuk PPN dan/atau PPnBM juga harus
dan hasil operasi bisnis dapat dihitung dari pembukuan tersebut
2. Standar Pembuatan Laporan Keuangan : Standar Pembuatan Laporan Keuangan :
Dalam pembuatan laporan keuangan harus Peraturan perpajakan yang ditetapkan oleh
mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang DPR dan Pemerintah (UU, PP, Kep Men, Kep
berlaku (di Indonesia dipakai Standar Dirjen Pajak, SE Dirjen Pajak)
Akuntansi Keuangan yang dibuat oleh Ikatan
Akuntan Indonesia)
3. Bentuk Laporan : Laporan keuangan Bentuk Laporan : Laporan Keuangan
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan meliputi neraca, laba rugi, koreksi fiskal dan
perubahan posisi keuangan (laporan arus SPT Tahunan. Neraca terdiri dari harta,
kas atau arus dana), catatan atas laporan kewajiban/utang dan modal. Laba Rugi
keuangan dan laporan lainnya. Neraca terdiri dari penjualan, pembelian dan biaya.
terdiri dari aktiva, hutang dan ekuitas. Laba
Rugi terdiri dari pendapatan, biaya
keuangan
4. Azas akuntansi : Akuntansi bersifat Azas Pembukuan : Pembukuan fiskal tidak
konservatif terhadap sesuatu transaksi yang bersifat konservatif, karena administrasi
belum menjadi suatu fakta perpajakan tidak tertarik pada estimasi
tetapi lebih cenderung ke realitas (keadaan
nyata)
5. Metode Pembukuan : Menurut SAK Metode Pembukuan : Pada ketentuan dapat
menggunakan metode accrual basis menggunakan cash basis atau accrual basis
tetapi dengan beberapa modifikasi sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku
sehingga pajak pada dasarnya menggunakan
metode campuran
6. Jangka Waktu Pelaporan : Entitas Jangka Waktu Pelaporan : Memakai periode
menyajikan laporan keuangan tetap tahun pajak atau tahun takwim (dari 1
setidaknya setahun sekali. Tetapi laporan Januari s.d 31 Desember)
keuangan dapat dibuat per periode. Sedang
periode yang digunakan dapat dibuat per
bulan, per kuartal, per semester, per tahun
tergantung kebutuhan pemakai laporan
7. Pemakai Laporan Keuangan : Para manajer, Pemakai Laporan Keuangan : Dirjen Pajak,
direksi, pemegang saham dan pihak luar sebagai sarana untuk mengawasi kewajiban
lainnya (Pajak, Pemberi Pinjaman [bank, perpajakan yang dilakukan oleh WP
kreditor lainnya], investor dll)
8. Badan yang melaporkan : Biasanya Badan yang melaporkan : Seluruh WP yang
perusahaan yang dianggap sebagai satu diwajibkan untuk melaksanakan kewajiban
kesatuan (organisasi). Di Indonesia sudah menyelenggarakan pembukuan
ada ketentuan tertentu bahwa untuk
perusahaan yang mempunyai kekayaan
tertentu laporan harus diaudit oleh
Akuntansi Pajak
B. AKUNTANSI PPN DAN PEMOTONGAN PPh

1. Akuntansi PPh Pasal 21

No. Uraian Tarif Pemotong/Pemungut Yang Dipotong/Dipungut


1. Pembayaran gaji
Biaya Gaji xxx
Biaya JHT xxx
Kas/Bank xxx
Hutang Premi JKK/JKM xxx
Hutang JHT xxx
[Penghasilan Bruto –
Pegawai tetap yang menerima gaji Hutang Iuran Pensiun xxx
(Biaya Jabatan/Biaya
dalam jumlah tertentu secara Hutang PPh Pasal 21 xxx
1. pensiun, iuran JHT,
bulanan (ada pokok gaji baik
iuran Pensiun) – PTKP]
swasta/negeri/pensiunan 2. Pada saat penyetoran PPh Pasal 21, premi
= PKP x Tarif Pasal 17
dan dana pensiun
Hutang Premi JKK/JKm xxx
Hutang Iuran Pensiun xxx
Hutang JHT xxx
Hutang PPh Pasal 21 xxx
Kas/Bank xxx
1. Pada saat pembayaran honor
Honor xxx
Hutang PPh Pasal 21 xxx
Bukan pegawai yang ber NPWP dan [(50% x Penghasilan
Kas/Bank xxx
2. hanya memperoleh penghasilan bruto) – PTKP] x Tarif
dari satu pemberi kerja Pasal 17
2. Pada saat penyetoran PPh 21
Hutang PPh Pasal 21 xxx
Kas/Bank xxx
3.  Bukan pegawai yang tidak ber (50% x Penghasilan 1. Pada saat pembayaran honor
NPWP atau menerima Bruto) x Tarif Pasal 17 Honor xxx
penghasilan lebih dari satu UU PPh sbb : Hutang PPh Pasal 21 xxx
pemberi kerja atau tidak  1.000 s.d Kas/Bank xxx
berkesinambungan 50.000.000 =
 Bukan pegawai yang 5% 2. Pada saat penyetoran PPh 21
menerima penghasilan  50.001.000 s.d Hutang PPh Pasal 21 xxx
sehubungan dengan 250.000.000 = Kas/Bank xxx
pekerjaan, jasa, atau kegiatan. 15%
 Misal : Pemain musik,  250.001.000 s.d
pembawa acara (MC), 500.000.000 =
penyanyi, pelawak, bintang 25%
film, peragawan / ti, penari,  500.001.000
pelukis, olahragawan, dll. keatas = 30%
1. Pada saat pembayaran upah
(Penghasilan Bruto –
 Pekerja harian lepas (upahnya Beban Upah xxx
PTKP) = PKP x Tarif
tidak tentu) / kuli bangunaN Hutang PPh Pasal 21 xxx
Pasal 17
 Pegawai tidak tetap yang Kas/Bank xxx
4. Untuk kuli
menerima upah berdasarkan
bangunan/pekerja
jumlah hari kerja; upah 2. Pada saat menyetor ke kas negara
harian lepas hanya
harian, upah mingguan, dll Hutang PPh Pasal 21 xxx
dikenakan tarif 50%
Kas/Bank xxx
5.  Penerima Pesangon Untuk Pesangon (PP 1. Pada saat pembayaran
 Penerima JHT yang 68 tahun 2009), Uang pesangon/pensiun xxx
dibayarkan sekaligus bersifat final Hutang PPh Pasal 21 xxx
 Penerima tebusan pensiun  0 s.d 50.000.000 = Kas/Bank xxx
yang dibayarkan sekaligus 0%
 50.001.000 s.d
100.000.000 = 5%
 100.001.000 s.d
500.000.000 = 15%
 500.001.000 ke
atas = 25%
Untuk JHT dan
Tebusan Pensiun
sekaligus
 0 s.d 50.000.000 =
0%
 50.001.000 ke atas
= 5%
 Peserta kegiatan/ pendidikan/ 1. Pada saat pembayaran
pelatihan Biaya/Beban xxx
 Honorarium yang diterima Hutang PPh Pasal 21 xxx
oleh dewan pengawas/ Kas/Bank xxx
komisaris yang tidak
merangkap sebagai pegawai 2. Pada saat penyetoran PPh Pasal 21
 Jasa produksi, tantiem, bonus Hutang PPh Pasal 21 xxx
yang diterima mantan Penghasilan Bruto x Kas/Bank xxx
6.
pegawai Tarif Pasal 17 UU PPh
 Penarikan dana pensiun oleh
peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai
pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri
Keuangan

2. Akuntansi PPh Pasal 22

No. Uraian Tarif Pemotong/Pemungut Yang Dipotong/Dipungut


1. Impor - Pembelian/Persediaan xxx
 Yang menggunakan API 2,5% x Nilai Impor PPN Masukan xxx
 Yang tidak menggunakan API 7,5% x Nilai Impor Uang Muka PPh Pasal 22 xxx
 Yang tidak dikuasai 7,5% x Nilai Impor Kas xxx
 Impor kedelai, gandum dan 0,5% x Nilai Impor Hutang Usaha xxx
tepung terigu menggunakan
API
1. Pada waktu mengirim tagihan 1. Pada waktu menerima tagihan
Piutang xxx PPN Masukan xxx
PPN kepada pemungut xxx Pembelian/Persediaan xxx
Penjualan xxx Hutang Usaha xxx

2. Pada waktu menerima pembayaran 2. Pada waktu melakukan pembayaran


Pembelian Barang oleh Bendahara
Kas/Bank xxx Hutang Usaha xxx
Pemerintah, KPA, Bendahara
Uang Muka PPh Pasal 22 xxx Kas/Bank xxx
2. Pengeluaran, Pejabat Penerbit 1,5 x Harga Beli
PPN kepada pemungut xxx Hutang PPh Pasal 22 xxx
SPM, BUMN dan anak
Piutang xxx Hutang PPN xxx
perusahaannya
3. Pada waktu penyetoran PPH Pasal 22 dan
PPN
Hutang PPH pasal 22 xxx
Hutang PPN xxx
Kas/Bank xxx
3. Penjualan hasil industri semen 0,25% X DPP PPN 1. Pada waktu penjualan 1. Pada waktu pembelian
4. Penjualan hasil industri kertas 0,1% x DPP PPN Piutang Usaha xxx Pembelian/Persediaan xxx
Penjualan ATPM, APM, dan PPN Keluaran xxx Uang Muka PPh Pasal 22 xxx
importir umum kendaraan Hutang PPh Pasal 22 xxx PPN Masukan xxx
5. bermotor, atas penjualan 0,45% x DPP PPN Penjualan xxx Hutang Usaha xxx
kendaraan bermotor di dalam
negeri 2. Pada saat penyetoran
Hutang PPh Pasal 22 xxx
6. Penjualan hasil industri farmasi 0,3% x DPP PPN PPN Keluaran xxx
Kas/Bank xxx
7. Penjualan BBM dan Pelumas - 1. Pembelian oleh SPBU
 Premium 0,3% (non Pertamina) Pembelian/Persediaan xxx
0,25% (Pertamina) PPN Masukan xxx
 Solar 0,3% (non Pertamina) Uang Muka PPh Pasal 22 xxx
0,25% (Pertamina) Kas/Bank xxx
 Premix/Super TT 0,3% (non Pertamina)
0,25% (Pertamina) 2. Pembelian oleh badan usaha lainnya
 Minyak Tanah 0,3% x Penjualan Beban BBM xxx
 Gas LPG 0,3% x Penjualan PPN Masukan xxx
 Minyak Pelumas 0,3% x Penjualan Uang Muka PPh Pasal 22 xxx
Kas/Bank xxx

Pembelian yang dilakukan industri 1. Pada saat pembelian


dan eksportir yang bergerak dalam Pembelian/Persediaan xxx
sektor perhutanan, perkebunan, Hutang PPh Pasal 22 xxx
pertanian dan perikanan Kas/Bank xxx
8. 0,25% x Harga Beli -
2. Pada saat penyetoran PPh Pasal 22
Hutang PPh Pasal 22 xxx
Kas/Bank xxx
Barang yang tergolong sangat 1. Pada saat penjualan
mewah Kas/Piutang xxx
Penjualan xxx
9. 5% x Harga Jual -
PPN Keluaran xxx
Hutang PPnBM xxx
Hutang PPh Pasal 22 xxx
10. Perusahaan menjual dalam mata Sesuai dengan apa 1. Pada saat penjualan
uang asing yang dijual Piutang Usaha xxx
Penjualan xxx
PPN Keluaran xxx
Hutang PPh Pasal 22 xxx

2. Pada saat pelunasan


Kas/Bank xxx
Piutang Usaha xxx
Selisih kurs xxx

3. Pada saat penyetoran pajak


PPN Keluaran xxx
Hutang PPh Pasal 22 xxx
Kas/Bank xxx
1. Pada saat pembelian
Pembelian/Persediaan xxx
Hutang PPh Pasal 22 xxx
Hutang Usaha xxx

2. Pada saat pelunasan


Perusahaan membeli dalam mata Sesuai dengan apa
11. Hutang Usaha xxx
uang asing yang dibeli
Selisih Kurs xxx
Kas/Bank xxx

3. Pada saat penyetoran


Hutang PPh Pasal 22 xxx
Kas/Bank xxx

3. Akuntansi PPh Pasal 23

Objek dan Tari PPh Pasal 23

No. Penghasilan Tarif


1.  Dividen
15% x Penghasilan Bruto
 Bunga
Jika tidak memiliki NPWP dikenakan
 Royalti
100% lebih tinggi
 Hadiah, Penghargaan, Bonus, dan sejenisnya
2.  Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
2% x Penghasilan Bruto
 imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen,
jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang
telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21
Jurnal Pencatatan PPh Pasal 23

No. Uraian Pemotong/Pemungut Yang Dipotong/Dipungut


1. Pada saat pembayaran uang muka 1. Pada saat menerima pembayaran uang muka
Uang Muka Jasa xxx Kas/Bank xxx
PPN Masukan xxx Uang Muka PPh Pasal 23 xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx PPN Keluaran xxx
Kas/Bank xxx Uang Muka Jasa xxx

2. Pada saat menerima tagihan atas kekurangan 2. Pada saat membuat tagihan sisa pembayaran
pembayaran Piutang Usaha xxx
Beban xxx Uang Muka Jasa xxx
PPN Masukan xxx PPN Keluaran xxx
PPh Pasal 23 atas Terutang Saat Pembayaran
1. Uang Muka Jasa xxx Penjualan xxx
dan Pencatatan
Hutang Usaha xxx
3. Pada saat menerima pembayaran
3. Pada saat terutangnya PPh Pasal 23 Kas/Bank xxx
Hutang Usaha xxx Uang Muka PPh Pasal 23 xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx Piutang Usaha xxx

4. Pada saat membayar tagihan kekurangan


pembayaran
Hutang Usaha xxx
Kas/Bank xxx
2. PPh Pasal 23 atas Dividen dari perusahaan yang 1. Pada saat pengumuman pembagian dividen -
tidak go public Laba ditahan xxx
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx
Hutang dividen xxx

2. Pada saat penyetoran pajak ke kas negara


Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx
Kas xxx

3. Pada saat pembagian dividen


Hutang Deviden xxx
Kas xxx
1. Pada saat penentuan kepemilikan pemegang
saham yang menerima deviden
Laba Ditahan xxx
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx
PPh Pasal 23 atas Deviden dari perusahaan yang
3. Hutang Deviden xxx -
go public
2. Pada saat penyetoran pajak ke kas negara
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx
Kas xxx
1. Pada saat menerima tagihan 1. Pada saat mengeluarkan tagihan
Biaya xxx Piutang Usaha xxx
PPN Masukan xxx Pendapatan xxx
Hutang Usaha xxx Hutang PPN Keluaran xxx

2. Pada saat membayar tagihan 2. Pada saat menerima pembayaran


4. PPh Pasal 23 Dipotong Atas Penghasilan Hutang Usaha xxx Kas/Bank xxx
Kas/Bank xxx Uang Muka PPh Pasal 23 xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx Piutang Usaha xxx

3. Pada saat penyetoran pajak ke kas negara 3. Pada saat penyetoran pajak ke kas negara
Hutang PPh Pasal 23 xxx Hutang PPN (PPN Keluaran) xxx
Kas/Bank xxx Kas/Bank xxx
1. Biaya xxx
PPh Pasal 23 Dibayar oleh Pemotong/Pemungut
5. Biaya PPh Pasal 23 xxx
Pajak
Kas/bank xxx
PPh Pasal 23 Ditanggung oleh 1. Biaya xxx
6. Pemotong/Pemungut Pajak Kas/Bank xxx
Hutang PPh Pasal 23 xxx

4. Akuntansi PPh Pasal 26

Uraian Tarif Jurnal Untuk Pemotong/Pemungut PPh Pasal 26


 Dividen 1. Jurnal pembayaran penghasilan
 Bunga, termasuk premium, diskonto dan
imbalan sehubungan dengan jaminan Beban xxx
pengembalian utang Hutang PPh Pasal 26 xxx
 Royalti, sewa dan penghasilan lain Kas/Bank xxx
20% x Penghasilan Bruto
sehubungan dengan penggunaan harta 2. Jurnal penyetoran pajak ke kas negara
 Imbalan sehubungan dengan jasa,
pekerjaan dan kegiatan PPN Masukan xxx
 Hadiah dan penghargaan Hutang PPh Pasal 26 xxx
 Pensiun dan pembayaran berkala lainnya Kas/Bank xxx
 Premi asuransi, termasuk premi 20% x (Perkiraan Penghasilan 1. Jurnal pembayaran premi asuransi dan premi reasuransi
reasuransi Netto x Penghasilan Bruto)
 Penjualan atau pengalihan saham Beban xxx
perusahaaan antara, dapat ditetapkan Hutang PPh Pasal 26 xxx
sebagai penjualan atau pengalihan Kas/Bank xxx
saham badan yang didirikan atau 2. Jurnal penyetoran pajak atas premi asuransi dan reasuransi
bertempat kedudukan di Indonesia, atau
penjualan atau pengalihan bentuk usaha Hutang PPh Pasal 26 xxx
tetap di Indonesia Kas/Bank xxx
 Penghasilan dari penjualan atau 3. Jurnal penjualan/pengalihan saham perusahaan antara
pengalihan harta di Indonesia ynag
dilakukan oleh WP Luar negeri Kas/Bank xxx
Hutang PPh Pasal 26 xxx
Saham xxx
4. Jurnal penyetoran pajak atas penjualan/pengalihan saham
perusahaan antara

Hutang PPh Pasal 26 xxx


Kas/Bank xxx
Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah
dikurangi pajak penghasilan dari suatu Bentuk
20% x (Penghasilan Kena Pajak –
Usaha Tetap (BUT) di Indonesia kecuali -
PPh Terutang)
ditanamkan kembali di Indonesia sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan

5. Akuntansi PPh Final

No. Uraian Tarif Pasal Pemotong/Pemungut Yang Dipotong/Dipungut


1. Pada transaksi penjualan saham 1. Pada transaksi penjualan saham
(Perusahaan penerbit saham) (Perusahan penjual saham)
Kas xxx Kas/bank xxx
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx Uang Muka PPh Pasal 4 (2) xxx
- 0,1% x jumlah bruto Pendapatan Komisi xxx Beban Komisi Penjualan xxx
Penghasilan dari
nilai transaksi Hutang Perusahaan penjual xxx Investasi xxx
1. transaksi penjualan 4 ayat (2)
- Tambahan 0,5% Laba (pendapatan) Investasi xxx
saham di bursa efek
untuk saham pendiri 2. Pada waktu pembayaran ke Perusahaan
Penjual dan penyetoran PPh Pasal 4 (2)
Hutang Perusahaan Penjual xxx
Hutang PPh Pasal 4 (2) xxx
Pendapatan Komisi xxx
2. Penghasilan dari 25% x Penghasilan Bruto 4 ayat (2) 1. Jika pajak ditanggung pemenang -
Hadiah Undian Beban Promosi (Hadiah) xxx
Hutang PPh Pasal 4 (2) xxx
Kas xxx

2. Jika pajak ditanggung atau dibayar


pemberi hadiah
Beban Promosi (Hadiah) xxx
Beban PPh Pasal 4 (2) xxx
Hutang PPh Pasal 4 (2) xxx
Kas xxx

3. Jika menggunakan metode gross up


Beban Promosi (Hadiah) xxx
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Kas xxx
1. Pada saat penjualan
- 5% x jumlah bruto Kas/bank xxx
Penghasilan Atas - 1% x jumlah bruto Penjualan xxx
Pengalihan Hak Atas untuk rumah
3. 4 ayat (2) -
Tanah dan/atau 2. Pada saat penyetoran pajak ke kas
Bangunan sederhana dan negara
rumah susun UM Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Kas xxx
1. Pada waktu pembayaran bunga 1. Pada saat menerima bunga
Beban Bunga xxx Kas xxx
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx UM PPh Pasal 4(2) xxx
Penghasilan dari bunga
Kas xxx Pendapatan Bunga xxx
deposito dan tabungan
4. 20% x Jumlah Bruto 4 ayat (2)
serta diskonto
2. Pada saat penyetoran pajak ke kas
sertifikat Bank Indonesi
negara
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Kas xxx
5. Penghasilan dari 10% x Jumlah bruto 4 ayat (2) 1. Apabila PPh Pasal 4(2) dipungut oleh 1. Apabila PPh Pasal 4(2) dipungut oleh
transaksi penyewaan penyewa penyewa
atas tanah dan/atau -Pembayaran sewa -Menerima uang sewa
bangunan Beban Sewa xxx Kas xxx
UM PPN Masukan xxx Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx Hutang PPN Keluaran xxx
Kas/Bank xxx Pendapatan sewa xxx

-Pada saat penyetoran pajak 2. Apabila PPh Pasal 4(2) tidak dipotong
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx oleh penyewa
Kas xxx -Menerima uang sewa
Kas/bank xxx
Pendapatan sewa xxx
Hutang PPN Keluaran xxx

-Pada saat penyetoran sendiri


UM PPh Pasal 4(2) xxx
Piutang Pajak Masukan xxx
Kas xxx
10% x selisih lebih karena
Selisih penilaian penilaian kembali aktiva
6. 4 ayat (2) - -
kembali aktiva tetap tetap setelah dilakukan
kompensasi kerugian
7. Penghasilan dari jasa  2% untuk pelaksana 4 ayat (2) - 1. Apabila pemberi hasil adalah bendahara
konstruksi konstruksi kualifikasi pemerintah atau subyek pajak lainnya
usaha kecil - Pada waktu melakukan penagihan
 4% untuk pelaksana Piutang Usaha xxx
kontruksi tidak PPN ke Pemungut xxx
memiliki kualifikasi Pendapatan xxx
 3% untuk pelaksana - Pada waktu menerima pembayaran
konstruksi kualifikasi Kas/bank xxx
tidak kecil PPN ke Pemungut xxx
 4% untuk perencana UM PPh Pasal 4(2) xxx
konstruksi memiliki Piutang Usaha xxx
kualifikasi
 6% untuk perencana 2. Apabila pemberi hasil adalah orang
konstruksi tidak pribadi atau bukan subyek pajak
memiliki kualifikasi - Pada waktu melakukan penagihan
Piutang Usaha xxx
PPN Keluaran xxx
Pendapatan xxx
- Pada waktu menerima pembayaran
Kas/Bank xxx
Piutang Usaha xxx
- Pada waktu penyetoran ke kas
negara
PPN Keluaran xxx
UM PPh Pasal 4(2) xxx
Kas xxx
1. Pada saat pembagian dividen
Laba Ditahan xxx
Penghasilan atas Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
dividen yang diterima Kas/Bank xxx
8. atau diperoleh Wajib 10% x Penghasilan Bruto 4 ayat (2) -
Pajak Orang Pribadi 2. Pada saat penyetoran ke kas negara
Dalam Negeri Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Kas/Bank xxx

Penghasilan atas
diskonto surat
9. 20% x Penghasilan Bruto 4 ayat (2) - -
perbendaharaan
negara
 0% untuk 1. Pada saat pembayaran bunga 1. Pada saat menerima bunga
Penghasilan atas bunga penghasilan sampai Beban Bunga xxx Kas/Bank xxx
simpanan yang Rp. 240.000,- per Hutang PPh Pasal 4(2) xxx Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
dibayarkan oleh bulan Kas/Bank xxx Pendapatan Bunga xxx
10. 4 ayat (2)
koperasi kepada  10% untuk
anggota koperasi orang penghasilan lebih
pribadi dari Rp. 240.000,-
per bulan
11. Penghasilan berupa  15% untuk WPDN 4 ayat (2) 1. Pada saat mengeluarkan obligasi 1. Pada saat menerima bunga
bunga obligasi dan BUT Kas/Bank xxx Kas/Bank xxx
 20% atau sesuai P3B Hutang Jk Panjang xxx Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
untuk WPLN selain Pendapatan Bunga xxx
BUT 2. Pada saat membayar bunga
Beban Bunga xxx
Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Kas/Bank xxx

3. Pada saat penyetoran ke kas negara


Hutang PPh Pasal 4(2) xxx
Kas/Bank xxx
1. Apabila penghasilan berdasarkan 1. Apabila penghasilan berdasarkan
perjanjian persewaan/charter dengan perjanjian persewaan/charter dengan
pemotong pemotong
-Pada saat melakukan pembayaran -Pada saat menerima pembayaran
Beban Sewa xxx Kas/bank xxx
Kas/Bank xxx UM PPh Pasal 15 xxx
Norma Penghitungan
Hutang PPh Pasal 15 xxx Pendapatan xxx
Penghasilan Neto
-Pada saat penyetoran ke kas negara
12. pelayaran atau 2,64% x Peredaran Bruto 15
Hutang PPh Pasal 15 xxx 2. Apabila penghasilan bukan dari
penerbangan luar
Kas/Bank xxx perjanjian persewaan atau charter
negeri
-Pada waktu menerima pembayaran
Kas/Bank xxx
Pendapatan xxx
-Pada waktu penyetoran ke kas negara
UM PPh Pasal 15 xxx
Kas/Bank xxx
13. Norma Penghitungan 1,8% x Peredaran Bruto 15 1. Apabila penghasilan berdasarkan 1. Apabila penghasilan berdasarkan
Penghasilan Neto Bagi perjanjian persewaan/charter dengan perjanjian persewaan/charter dengan
Wajib Pajak pemotong pemotong
Perusahaan -Pada saat melakukan pembayaran -Pada saat menerima pembayaran
Penerbangan Dalam Beban Sewa xxx Kas/bank xxx
Negeri Kas/Bank xxx UM PPh Pasal 15 xxx
Hutang PPh Pasal 15 xxx Pendapatan xxx
-Pada saat penyetoran ke kas negara
Hutang PPh Pasal 15 xxx 2. Apabila penghasilan bukan dari
Kas/Bank xxx perjanjian persewaan atau charter
-Pada waktu menerima pembayaran
Kas/Bank xxx
Pendapatan xxx
-Pada waktu penyetoran ke kas negara
UM PPh Pasal 15 xxx
Kas/Bank xxx
Norma Perhitungan 1. Apabila penghasilan berdasarkan 1. Apabila penghasilan berdasarkan
Penghasilan Neto Bagi perjanjian persewaan/charter dengan perjanjian persewaan/charter dengan
Wajib Pajak Pelayaran pemotong pemotong
Dalam Negeri -Pada saat melakukan pembayaran -Pada saat menerima pembayaran
Beban Sewa xxx Kas/bank xxx
Kas/Bank xxx UM PPh Pasal 15 xxx
Hutang PPh Pasal 15 xxx Pendapatan xxx
-Pada saat penyetoran ke kas negara
14. 1,2% x Peredaran Bruto 15
Hutang PPh Pasal 15 xxx 2. Apabila penghasilan bukan dari
Kas/Bank xxx perjanjian persewaan atau charter
-Pada waktu menerima pembayaran
Kas/Bank xxx
Pendapatan xxx
-Pada waktu penyetoran ke kas negara
UM PPh Pasal 15 xxx
Kas/Bank xxx
Norma Perhitungan 1. Pada saat mengirim barang
Penghasilan Neto Bagi UM PPh Pasal 15 xxx
Wajib Pajak Luar Hutang PPh Pasal 15 xxx
0,44% x Nilai Ekspor
15. Negeri yang 15
Bruto
mempunyai kantor 2. Pada saat penyetoran ke kas negara
perwakilan dagang Hutang PPh Pasal 15 xxx
asing Kas/Bank xxx
16. Norma Penghitungan 2,1% x biaya pembuatan 15 - 1. Pada saat pengiriman barang
Penghasilan Neto Bagi Piutang Usaha xxx
Wajib Pajak yang Pendapatan xxx
melakukan kegiatan 2.UM PPh Pasal 15 xxx
usaha jasa maklon di luar bahan baku Kas/Bank xxx
internasional di bidang
produksi mainan anak-
anak

6. Akuntansi PPN

No. Uraian Jurnal Pemungut PPN Jurnal yang Dipungut PPN


Kas/Bank xxx
Penjualan
1. Penyerahan BKP langsung kepada pembeli xxx
PPN Keluaran
xxx
2. Penyerahan BKP kepada pembeli dengan a. Pada saat penjualan barang
syarat FOB Shipping Point Persediaan dalam perjalanan xxx
Piutang Usaha yyy
Persediaan
xxx
PPN Keluaran
yyy

b. Pada saat pembayaran PPN ke kas negara


PPN Keluaran xxx
Kas/Bank
xxx

c. Pada saat penagihan


Piutang Usaha xxx
Penjualan
xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan dalam perjalanan
xxx

d. Pada saat penerimaan pembayaran piutang


Kas/Bank xxx
Piutang Usaha
xxx
1. Pada saat penjualan barang
Persediaan Dalam Perjalanan xxx
Persediaan
xxx

2. Pada saat penagihan


Piutang Usaha xxx
Penjualan
xxx
Penyerahan BKP kepada pembeli dengan
3. PPN Keluaran
syarat FOB Destination
xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Dalam Perjalanan
xxx

3. Pada saat pembayaran PPN ke kas negara


PPN Keluaran xxx
Kas/Bank
xxx
4. Penjualan BKP/JKP kepada pemungut PPN 1. Pada saat pengihan
Piutang Usaha xxx
Pendapatan Usaha
xxx
PPN ke pemungut PPN
xxx
2. Pada saat penerimaan pembayaran
Kas xxx
UM PPh Pasal 23 xxx
PPN dipungut oleh pemungut PPN xxx
Kas/Bank
xxx
1. Pembelian BKP/JKP
BKP/JKP xxx
Pembelian BKP/JKP yang Pajak Kas/Bank
5.
Masukannya tidak dapat dikreditkan xxx
*nilai BKP/JKP sudah termasuk PPN yang
tidak dapat dikreditkan
6. Jika Pajak Keluaran lebih besar dari Pajak 1. Pada saat pembelian barang
Masukan sehingga ada pembayaran ke kas Pembelian xxx
negara PPN Masukan xxx
Hutang Usaha
xxx

2. Pada saat penjualan barang


Piutang xxx
PPN Keluaran
xxx
Penjualan
xxx

3. Jurnal akhir bulan pembelian dan penjualan


barang
PPN Keluaran xxx
PPN Masukan
xxx
Hutang PPN
xxx
4. Pada saat penyetoran PPN ke kas negara
Hutang PPN xxx
Kas/Bank
xxx
1. Pada saat pembelian barang
Pembelian xxx
PPN Masukan xxx
Hutang Usaha
xxx

2. Pada saat penjualan barang


Piutang xxx
Jika Pajak Masukan lebih besar dari Pajak PPN Keluaran
7. Keluaran sehingga ada pembayaran ke kas xxx
negara Penjualan
xxx

3. Pada saat akhir bulan pembelian dan


penjualan barang
PPN Keluaran xxx
Piutang PPN xxx
PPN Masukan
xxx
8. Jika penjualan BKP/JKP memakai Uang 1. Pada saat menerima uang muka 1. Pada saat membayar uang muka
Muka dan pengiriman barang kemuadian Kas/Bank xxx Uang Muka Pembelian xxx
PPN Keluaran xxx PPN Masukan xxx
Uang Muka Penjualan xxx Kas/Bank xxx

2. Pada saat menyerahkan barang 2. Pada saat penyerahan barang


Piutang Usaha xxx Pembelian Barang xxx
Uang Muka Penjualan xxx PPN Masukan xxx
Penjualan Uang Muka Pembelian
xxx xxx
PPN Keluaran xxx Hutang Usaha xxx

3. Pada saat penyetoran PPN ke kas negara 3. Pada saat melakukan pelunasan
PPN keluaran xxx Hutang Usaha xxx
Kas/Bank Kas/Bank xxx
xxx

4. Pada saat penerimaan pembayaran


pelunasan
Kas/Bank xxx
Piutang Usaha
xxx
1. Pada saat pengiriman barang 1. Pada saat pengiriman barang
Persediaan Dalam Konsinyasi xxx PPN Masukan xxx
Piutang Usaha xxx Hutang Usaha xxx
Persediaan Barang Jadi xxx
Jika penjualan BKP menggunakan metode
9. PPN Keluaran xxx 2. Pada saat penjualan kepada perusahaan
konsinyasi
penjual barang konsinyasi
Kas/Piutang xxx
Penjualan xxx
Hutang PPN xxx
10. Jika penjualan BKP menggunakan angsuran 1. Pada saat menerima uang muka
atau cicilan Kas/Bank xxx
Uang Muka Penjualan xxx
PPN Keluaran xxx

2. Pada saat menerima angsuran pertama


Kas/Bank xxx
Piutang Usaha xxx
Uang Muka Penjualan xxx
Penjualan xxx
PPN Keluaran xxx
3. Pada saat menerima angsuran kedua dan
seterusnya
Kas/bank xxx
Piutang Usaha xxx
Jurnal untuk Perusahaan Pusat Jurnal Untuk Perusahaan Cabang

1. Pada saat mengirim barang ke cabang 1. Pada saat menerima barang dari pusat
R/K cabang xxx Persediaan xxx
Persediaan xxx PPN Keluaran xxx
PPN Keluaran xxx R/K cabang xxx
PPN antar cabang jika tidak mendapatkan
11.
pemusatan PPN 2. Pada saat perusahaan pusat menjual barang 2. Pada saat perusahaan cabang menjual
Kas/Piutang Usaha xxx barang
Penjualan xxx Kas/Piutang Usaha xxx
PPN Keluaran xxx Penjualan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx PPN Keluaran xxx
Persediaan xxx Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan xxx
C. PENGHASILAN DAN BIAYA

Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat Tidak Final/Non Final antara lain:

1. PPh Pasal 21 kecuali atas penghasilan yang diterima PNS selain penghasilan teratur yang
bersumber dari APBN/APBD.
2. PPh Pasal 22 kecuali atas penyerahan Migas oleh PT.Pertamina.
3. PPh Pasal 23
4. PPh Pasal 24
5. PPh Pasal 25

Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek


2. Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan
3. Penghasilan dari hadiah atas undian
4. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau Bangunan.
5. Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan.
6. Penghasilan atas bunga atau diskonto obligasi yang diperdagangkan dibursa efek
7. Penghasilan atas jasa konstruksi
8. Penghasilan atas perusahaan pelayaran dalam negeri
9. Penghasilan atas perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri.
10. Penghasilan BUT perwakilan dagang asing di Indonesia
11. Penghasilan atas selisih lebih revaluasi aktiva tetap
12. Penghasilan atas penjualan hasil produksi pertamina
13. Penghasilan atas bunga simpanan anggota koperasi
14. Penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha.
15. Penghasilan atas diskonto surat perbendaharaan negara
16. Penghasilan atas transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa.
17. Penghasilan atas deviden yang diterima oleh Orang Pribadi dalam negeri

Tidak Termasuk Objek Pajak

1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak ybs;
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang di terima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi Dwiguna dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP Dalam
Negeri,koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
– dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
– bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham
tersebut;
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak
10. terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
11. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;
12. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
– merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-
sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan
– sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

Biaya yang dapat dikurangkan berdasarkan Pasal 6 ayat 1 Undang-undang Pajak Penghasilan :

1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
a) biaya pembelian bahan;
b) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
c) bunga, sewa, dan royalti;
d) biaya perjalanan;
e) biaya pengolahan limbah;
f) premi asuransi;
g) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
h) biaya administrasi; dan
i) pajak kecuali Pajak Penghasilan;
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
5. kerugian selisih kurs mata uang asing
6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah

Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU PPh, pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto meliputi :

1) pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
2) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota
3) pembentukan atau pemupukan dana cadangan
4) premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan
5) penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
6) jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
7) harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
8) Pajak Penghasilan
9) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya
10) gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham
11) sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan
D. AKUNTANSI PERSEDIAAN

Persediaan

Perusahaan Perusahaan Perusahaan


Dagang Manufaktur Jasa

Dibeli Persediaan Persediaan Persediaan Biaya Jasa


untuk Bahan barang Barang Jadi dimana
dijual Baku yang dalam yang siap pendapatan
kembali digunakan proses untuk belum
tanpa dalam yang masih dijual diakui
proses proses membutuh
lebih lanjut produksi kan
pengerjaan
lagi

SAAT PENGAKUAN PERSEDIAAN

Persediaan

FOB Destination
FOB Shipping Point
: Hak seluruh
muatan beralih ke
FOB Destination
pembeli pada saat FOB Destination
Freight Collect :
pengiriman barang Freight Prepaid :
Penjual
Penjual menanggung
menanggung biaya
biaya pengangkutan
asuransi kerugian
sedangkan pembeli
selama perjalanan
menanggung biaya
sedangkan pembeli
asuransi kerugian
menanggung biaya
selama perjalanan
pengangkutan
PENGUKURAN/PENILAIAN PERSEDIAAN

Uraian Akuntansi Perpajakan


Harga beli V V
Biaya impor V V
Biaya pengankutan V V
Bea masuk dan pungutan lain
yang dilakukan otoritas bea V V
cukai
Pajak yang dipungut otoritas V X
pajak (hanya bisa dikreditkan)
Biaya penanganan V V
Biaya lain terkait perolehan
barang dan jasa
- Didukung bukti V V
- Tidak didukung bukti V X
Diskon dagang, rabat dan hal
V V
lain yang serupa
Biaya langsung terkait V V
produksi (apabila sesuai Pasal 6 dan 9
UU PPh)
Biaya overhead tetap dan V V
variabel (apabila sesuai Pasal 6 dan 9
UU PPh)
Biaya lain-lain yang timbul V V
sampai barang/ jasa siap dijual (apabila sesuai Pasal 6 dan 9
UU PPh)

METODE PENCATATAN PERSEDIAAN

Uraian Periodik Perpetual


1. Pembelian barang jika PPN Pembelian xxx Persediaan Bahan Baku xxx
dapat dikreditkan PPN Masukan xxx PPN Masukan xxx
Kas/Hutang Usaha xxx Kas/Hutang Usaha xxx
2. Pembelian barang jika PPN Pembelian xxx Pembelian xxx
tidak dapat dikreditkan Kas/Hutang Usaha xxx Kas/Hutang Usaha xxx
(faktur pajak tidak sesuai
peraturan perpajakan)
3. Penjualan barang Kas/Piutang Usaha xxx Kas/Piutang Usaha xxx
Penjualan xxx Penjualan xxx
PPN Keluaran xxx Harga Pokok Penjualan xxx
Persedian xxx
4. Meskipun invoice belum - Pengiriman barang
diterbitkan namun PPN Invoice belum diterbitkan xxx
terutang pada saat Penjualan xxx
penyerahan BKP/JKP (FOB PPN Keluaran xxx -
Destination) - Barang diterima di gudang pembeli
Piutang Usaha xxx
Invoice belum diterbitkan xxx
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN

Uraian Akuntansi Perpajakan


1. FIFO V V
2. LIFO V X
3. Weighted Average V V
4. Spesific Identification V X
5. Net Realizable Value V X

E. AKTIVA TETAP

Di dalam SAK No. 16 dan SAK ETAP “Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain atau untuk
tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu tahun periode”

Ciri-ciri Aktiva Tetap :


1. Aktiva Tetap yang dimiliki perusahaan yang merupakan barang-barang fisik untuk digunakan
memperlancar/mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa-jasa
bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam kegiatan normal perusahaan
2. Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus diganti
3. Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam hak-
hak yang sah atas penggunaanya dan bukan dari pemaksaan suatu kontrak
4. Aktiva tetap seluruhnya bersifat non moneter, manfaatnya diterima dari penggunaan atau
penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang yang tertentu
5. Pada umumnya jasa yang diterima dari aktiva tetap ini meliputi suatu periode yang lebih panjang
dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan

Pengakuan Aktiva Tetap

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap,
bila:

1. Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomian di masa mendatang yang berkaitan dengan
aktiva tersebut mengalir ke dalam perusahaan
2. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal

Nilai Perolehan Aktiva

No. Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1 Aktiva Didapat Dengan Cara Pembelian Aktiva Didapat Dengan Cara Pembelian
Biaya perolehan aktiva tetap menurut PSAK Biaya perolehan aktiva tetap menurut
No. 16 Revisi Tahun 2007 : perpajakan dapat dilihat dari 2 segi, yaitu :
 Biaya perolehan atau harga beli,  Perolehan aktiva tetap yang tidak
termasuk bea yang berhubungan dengan mempunyai hubungan istimewa, adalah
impor barang dan pajak-pajak yang harga yang sesungguhnya dikeluarkan
berhubunga dengan pembelian yang sampai dengan aktiva tetap tersebut siap
tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi digunakan, termasuk PPN yang tidak
dengan diskon pembelian dan potongan dapat dikreditkan
lain  Sedangkan apabila perolehan aktiva tetap
 Biaya-biaya yang dapat didistribuasikan tersebut mempunyai hubunga istimewa
secara langsung untuk membawa aktiva adalah jumlah yang seharusnya
ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar dikeluarkan atau diterima atau sesuai
aktiva tersebut sesuai dengan keinginan dengan harga pasar yang wajar
dan maksud manajemen
 Estimasi biaya pembongkaran dan
pemindahan aktiva tetap dan restorasi
lokasi aset
2 Aktiva Didapat Dengan Cara Pertukaran Aktiva Didapat Dengan Cara Pertukaran
a) Pertukaran aktiva yang tidak serupa a) Jika tidak ada kas yang keluar
Biaya diukur dari aktiva yang dilepaskan Biaya perolehan adalah jumlah yang
atau diperoleh yang mana lebih andal, seharusnya dikeuarkan atau diterima
equivalent dengan nilai wajar aktiva yang berdasarkan harga pasar
dilepaskan setelah disesuaikan dengan b) Jika ada penambahan kas keluar
jumlah setiap kas atau setara kas yang Prinsip dasar adalah jumlah yang
ditransfer sehingga mengakibatkan seharusnya dikeuarkan atau diterima
adanya laba atau rugi berdasarkan harga pasar
b) Pertukaran aktiva sejenis : c) Keuntungan yang diperoleh perseroan,
 Aktiva yang diterima diukur sebesar persekutuan, dana badan lainnya karena
nilai wajarnya, jika : pengalihan harta kepada pemegang
i. Transaksi pertukaran tersebut saham, sekutu atau anggota
memiliki substansial komersial d) Keuntungan karena likuidasi,
ii. Nilai wajar aktiva yang penggabungan, peleburan, pemekaran,
diterima dapat diukur secara pemecahan atau pengambilalihan usaha
andal
 Aktiva yang diterima diukur sebesar
nilai tercatat aktiva yang diserahkan,
jika :
i. Transaksi pertukaran tidak
memiliki substansi komersial
ii. Nilai wajar aktiva yang
diterima tidak dapat diukur
secara andal
c) Pertukaran dengan aktiva non moneter
atau kombinasi aktiva moneter dan aktiva
nonmoneter
Biaya perolehan diukur pada nilai wajar,
kecuali :
 Transaksi pertukaran tidak memiliki
substansi komersial
 Nilai wajar aktiva yang diterima atau
yang diserahkan tidak dapat diukur
secara anadal
3 Aktiva Yang Didapat Dari Donasi Aktiva Yang Didapat Dari Donasi
(Sumbangan) (Sumbangan)
Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan a) Aktiva sumbangan bukan objek pajak
dicatat sebesar harga pasar yang wajar atas penghasilan
aktiva sumbangan dan mengkreditkan akun b) Aktiva sumbangan tetapi objek pajak
lawan “Modal Donasi” penghasilan
a. Di dalam akuntansi donasi (sumbangan) Dasar penilaian harta bagi badan yang
yang diterima atau diberikan kepada menerima aktiva yang berasal dari
pihak lain disebut nonreciprocal transfer. sumbangan sama dengan nilai pasar dari
Jurnal: harta tersebut. Sedangkan, dari sisi
Aktiva tetap xxx pemberi nilai sisa buku aktiva merupakan
Modal Donasi xxx kerugian pengalihan harta bagi
b. Apabila sumbangan atau donasi yang perusahaan
diterima itu belum pastu akan menjadi
milik perusahaaan, karena tergantung
terlaksananya perjanjian, maka aktiva dan
modal dicatat sebagai elemen yang
belum pasti (contingent). Apabila hak atas
aktiva tersebut sudah diterima, maka
barulah contingent assets tersebut
dicatat sebagai aktiva. Jurnal :
 Pencatatan contingent assets
Aktiva yang belum pasti xxx
Modal yang belum pasti xxx
 Ketika penyerahan
Aktiva tetap xxx
Modal yang belum pasti xxx
Aktiva yang belum pasti xxx
Modal donasi xxx
Kas/Bank xxx
4 Aktiva Yang Didapat Dengan Cara Aktiva Yang Didapat Dengan Cara
Dibangun/Dibuat Sendiri Dibangun/Dibuat Sendiri
Jika bangunan dibuat sendiri, maka nilai Harga perolehan aktiva yang dibangun sendiri
bangunan adalah : adalah pengeluaran untuk membangun atau
 Biaya konstruksi bangunan termasuk membuat aktiva tersebut sampai aktiva
biaya bahan, biaya tenaga kerja dan tersebut siap digunakan, dengan catatan :
biaya tidak langsung lainnya a) Harus dibedakan anatara biaya yang
 Biaya penggalian tanah untuk persiapan dapat dikurangkan dan biaya yang tidak
kegiatan konstruksi dapat dikurangkan secara peraturan
 Biaya perencanaan, gambar, spesifikasi perpajakan
dan membuat RAB bangunan b) Pengeluaran untuk mendapat, menagih
 Biaya untuk mendapatkan IMB dan memelihara penghasilan yang
 Biaya arsitek mempunyai mas manfaat lebih dari 1
 Biaya bunga pinjaman apabila kegiatan tahun tidak boleh dibebankan sekaligus,
konstruksi harus diperpanjang melainkan dibebankan melalui
penyusutan atau amortisasi
c) PPN Masukan untuk kegiatan
membangun sendiri tidak dapat
dikreditkan, namun harus dikapitalisasi
dengan pengeluaran atau biaya dan
dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi
d) Pembebanan bunga pinjaman selama
masa konstruksi harus dikapitalisasi
sesuai dengan masa manfaat aktiva yang
bersangkutan atau dibebankan ke dalam
harga pokok aktiva tersebut, tergantung
jenis aktiva
e) PPN dikenakan atas kegiatan
membangun sendiri yang dilkukan tidak
dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan diatur
dengan KMK

5 Perolehan Aktiva Tetap Dari Setoran Modal Perolehan Aktiva Tetap Dari Setoran Modal
Setoran modal berupa aktiva menurut Perlakuan perpajakan atas penyetoran modal
akuntansi bukan pendapatan dengan cara menyetorkan aktiva tetap adalah
sebagai berikut :
a) Bagi pihak yang menerima bukan
merupakan objek pajak penghasilan
b) Penilaian harga perolehan atas aktiva
tetap harus berdasarkan harga pasar
yang dilakukan oleh pihak yang
independen dan telah diakui pemerintah
c) Harus disertai rincian yang menerangkan
nilai atau harga, jenis, status, tempat
kedudukan dan hal lain-lain yang
berhubungan dengan identifikasi aktiva
d) Dalam hal setoran modal berupa tanah
dan/atau bangunan pengalihan tersebut
menimbulkan BPHTB atas pemindahan
hak atas tanah dan/atau bangunan

Metode Penyusutan

No. Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1 Metode Garis Lurus Tarif
Tarif
2 Metode Saldo Menurun Penyusutan
Kelompok Penyusutan
a) Metode jumlah angka tahun Masa berdasarkan
Harta berdasarkan
b) Metode saldo menurun ganda Manfaat metode
Berwujud metode
3 Metode berdasarkan penggunaan jam saldo
garis lurus
jasa menurun
4 Metode berdasarkan jumlah unit I. Bukan Bangunan
produksi Kelompok 4 tahun 25 % 50 %
5 Metode berdasarkan jenis dan I
kelompok Kelompok
8 tahun 12,5 % 25 %
6 Metode anuitas II
7 Metode persediaan Kelompok 16
6,25 % 12,5 %
III tahun
Kelompok 20
5% 10 %
IV tahun
II. Bangunan
20
Permanen 5% -
tahun
Tidak 10
10 % -
Permanen tahun

Saat Dimulainya Penyusutan


1) Pasal 11 ayat (3) UU PPh jo Per Dirjen Pajak No PER-10/PJ/2014
a. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya penyusutan, kecuali harta yang masih dalam
proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut
b. Penyusutan untuk harta berwujud tertentu dapat dimulai pada bulan harta tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan tau pada bulan harta
yang bersangkutan mulai menghasilkan
2) Pasal 11 ayat (4) UU PPh
Dengan persetujuan Dirjen Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada
bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan tau
pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan
3) Apabila WP melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka
dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut

Ketentuan Khusus Tentang Penyusutan Aktiva Tetap

1) Penyusutan Telepon Seluler


Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan
untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian
melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I
2) Penyusutan Kendaraan Sedan
Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis
yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap
kelompok II

Perbandingan Perlakuan Aktiva Tetap Antara Akuntansi Dan Perpajakan

No Uraian Akuntansi Perpajakan


.
1 Harga perolehan  Biaya perolehan aktiva tetap  Yang tidak mempunyai
sebagai dasar adalah setara dengan nilai hubungan istimewa, adalah
penyusutan tunainya dan diakui pada saat harga yang sesungguhnya
terjadinya dikeluarkan sampai dengan
 Untuk pertukaran aset tidak aktiva tersebut siap digunakan,
sejenis menggunakan harga termasuk PPN yang tidak dapat
pasar dikreditkan
 Untuk pertukaran aset sejenis  Apabila terdapat hubunga
berdasarkan nilai buku aset yang istimewa adalah jumlah yang
dilepas seharusnya dikeluarkan atau
 Jika dilakukan revaluasi dari nilai diterima atau sesuai dengan
revaluasi harga pasar yang wajar
 Aset sumbangan berdasarkan  Untuk transaksi tukar-menukar
harga pasar adalah berdasarkan harga pasar
 Dalam rangkaian likuidasi,
peleburan pemekaran,
pemecahan atau penggabungan
adalah harga pasar kecuali
ditentukan lain oleh Menteri
Keuangan
 Jika dilakukan revaluasi dari nilai
revaluasi
 Berdasarkan taksiran umur  Berdasarkan peraturan
ekonomis, maupun teknis perpajakan yang berlaku (usia
(berdasarkan judgement aktiva sudah ditentukan)
2 Masa manfaat manajemen)  Nilai residu aktiva tidak dapat
 Nilai residu aktiva dapat diperhitungkan
diperhitungkan
 Ditelaah ulang secara periodik
Aktiva disusutkan kalau dianggap Tidak mengenal material, hanya
Besaran nilai aktiva
3 material ditentukan jika mempunyai masa
yang dapat disusutkan
manfaat lebih dari 1 tahun
Perusahaan harus memilih metode Sudah ditentukan
penyusutan yang mencerminkan  Untuk bangunan menggunakan
ekspektasi dalam pola penggunaan garis lurus
4 Metode penyusutan
manfaat ekonomi masa depan asset  Aktiva selain bangunan boleh
menggunakan saldo menurun
atau garis lurus
Berdasarkan nilai ekonomis atau Berdasarkan peraturan perpajakan
5 Umur aktiva
adjustmen manajemen
Semua aktiva tetap yang dimiliki Hanya aktiva yang dimiliki dan
perusahaan, kecuali tanah digunakan untuk mendapatkan,
Aktiva yang
6 menagih dan memelihara
disusutkan
penghasilan, kecuali penghasilannya
dikenakan pajak yang bersifat final
 Dimulai pada saat aset tersebut  Saat perolehan atau pada saat
siap digunakan pembelian
 Jika perolehan dibawah tanggal  Jika perolehan dibawah tanggal
15 aktiva tersebut disusutkan 15 aktiva tersebut disusutkan
pada bulan tersebut pada bulan tersebut
Saat dimulainya
7  Jika perolehan diatas tanggal 15  Jika perolehan diatas tanggal 15
penyusutan
aktiva disusutkan pada bulan aktiva tersebut disusutkan pada
berikutnya bulan tersebut
 Saat penyelesaian tidak perlu  Saat penyelesaian harus dengan
adanya ijin ijin Menteri Keuangan atau
tahun menghasilkan
Semua aset tetap yang dimiliki oleh Hanya aktiva yang dimiliki dan
perusahaan kecuali tanah dan aset digunakan untuk mendapatkan,
Aset yang boleh
8 tetap yang memenuhi definisi menagih dan memelihara
disusutkan
properti investasi penghasilan yang tidak dikenakan
PPh Final
Disusutkan sesuai dengan masa Disusutkan tersendiri terpisah dari
manfaat yang ditinjau ulang. Biaya aktiva yang diperbaiki. Biaya
Biaya perbaikan yang perbaikan akan disusutkan selama perbaikan disusutkan dengan masa
9
dikapitalisir sisa masa manfaat ditambah dengan manfaat baru sehingga dapat menjadi
tambahan masa manfaat akibat lebih lama dari akuntansi
perbaikan
F. SEWA GUNA USAHA

1. Pengertian Umum Tentang Sewa Guna Usaha menurut KMK No. 1169/KMK.01/1991
a) Sewa Guna Usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala
b) Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah
tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud
merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan, atau
memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh lessee
c) Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna usaha
d) Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari Lessor
e) Pembayaran Sewa-guna-usaha (Lease Payment) adalah jumlah uang yang harus dibayar
secara berkala oleh Lessee kepada Lessor selama jangka waktu yang telah disetujui bersama
sebagai imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian sewa-gunausaha
f) Piutang sewa-guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh pembayaran sewa guna-
usaha selama masa sewa-guna-usaha
g) Harga Perolehan (Acquisition Cost) adalah harga beli barang modal yang dilease ditambah
dengan biaya langsung
h) Nilai pembiayaan adalah jumlah pembiayaan untuk pengadaan barang modal yang secara riil
dikeluarkan oleh Lessor
i) Angsuran Pokok Pembiayaan adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-usaha yang
diperhitungkan sebagai pelunasan atas nilai pembiayaan
j) Imbalan Jasa Sewa-guna-usaha adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-usaha yang
diperhitungkan sebagai pendapatan sewa-guna-usaha bagi Lessor
k) Nilai Sisa (Residual Value) adalah nilai barang modal pada akhir masa sewa-guna-usaha yang
telah disepakati oleh Lessor dengan Lessee pada awal masa sewa-guna-usaha
l) Simpanan Jaminan (Security Deposit) adalah jumlah uang yang diterima Lessor dari Lessee
pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran lease
m) Masa Sewa-guna-usaha (Lease Term) adalah jangka waktu sewa-guna-usaha yang dimulai
sejak diterimanya barang modal yang disewa-guna-usaha oleh Lessee sampai dengan
perjanjian sewa-guna-usaha berakhir
n) Masa Sewa-guna-usaha Pertama adalah jangka waktu sewa-guna-usaha barang modal untuk
transaksi sewa-guna-usaha yang pertama kalinya
o) Opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau
memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha
2. Jenis-jenis Sewa Guna Usaha

Menurut Akuntasi Menurut Perpajakan


1. Finance Lease (Sewa Guna Pembiayaan) 2) Sewa Guna Usahan dengan hak opsi (Capital
- Sewa mengalihkan kepemilikan aset Lease)
kepada leese pada akhir masa sewa - Jumlah pembayaran sewa guna usaha
- Leese mempunyai opsi untuk membeli selama masa sewa guna usaha
aset pada harga yang cukup rendah (pembayaran berkala) ditambah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal dengan nilai sisa barang modal, harus
opsi mulai dilaksanakan mencakup harga perolehan barang
- Masa sewa adalah untuk sebagian modal, bunga (keuntungan) lessor
besar umur ekonomis aset meskipun - Masa sewa guna usaha sekurang-
hak milik tidak dialihkan kurangnya :
- Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah a) 2 tahun untuk barang modal gol I
pembayaran sewa minimum secara b) 3 tahun untuk barang modal gol II
substansial mendekati nilai wajar aset dan III
sewaan c) 7 tahun untuk gol bangunan
- Aset sewaan bersifat khusus dimana - Perjanjian sewa guna usaha harus
hanya leese yang dapat menggunkan memuat ketentuan mengenai opsi
tanpa perlu modifikasi secara material (membeli aktiva yang disewagunakan)
pada akhir masa SGU dengan harga
yang telah disetujui bersama pada saat
dimulainya perjanjian bagi leese

2. Operating Lease (Sewa Guna Operasi) 3) Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi
- Sewa tidak mengalihkan kepemilikan - Jumlah pembayaran SGU selama masa
aset kepada leese pada akhir masa SGU pertama tidak dapat menutupi
sewa harga perolehan barang modal yang
- Leese tidak mempunyai opsi untuk disewa guna usahakan ditambah
membeli aset pada harga yang cukup keuntungan yang diperhitungkan
rendah dibandingkan nilai wajar pada lessor
tanggal opsi mulai dilaksanakan - Perjanjian SGU tidak memuat
- Masa sewa tidak mencakup sebagian ketentuan mengenai opsi bagi lessee
besar umur ekonomis aset
- Nilai kini dari jumlah pembayaran
sewa minimum secara substansial
tidak mendekati nilai wajar aset
sewaan

3. Perhitungan Dalam Transaksi Sewa Guna Usaha


a) Besarnya Pembayaran Leasing
Faktor yang mempengaruhi pembayaran lease :
 Faktor resiko
 Marjin keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan leasing
 Tingkat bunga yang dikenakan
 Cara pembayaran
 Jenis mata uang
 Lamanya cicilan
 Harga beli barang

b) Biaya lain-lain
 Biaya administrasi pembiayaan
 Asuransi barang yang disewa guna usahakan
 Biaya notaris (biaya perjanjian)
 Biaya-biaya lainnya

4. Pencatatan SGU

Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1. SGU Sistem Operating Lease 1) SGU Sistem Operating Lease
a. Bagi Lessor a. Bagi Lessor
 Jurnal pembelian aktiva :  Pada waktu membeli aktiva :
Aktiva Leasing xxx Aktiva Leasing xxx
Kas/Hutang xxx PPN Masukan xxx
 Jurnal penerimaan uang sewa Kas/Hutang xxx
Kas/Bank xxx  Pada saat menerima tagihan atas
Sewa diterima dimuka xxx sewa :
 Jurnal penyusutan Kas/bank xxx
Beban penyusutan xxx Uang Muka PPh Ps 23 xxx
Akumulasi penyusutan xxx Sewa diterima dimuka xxx
b. Bagi Lesse PPN Keluaran xxx
 Jurnal pembayaran sewa :  Pada saat penyetoran PPN yang
Beban sewa xxx dipungut ke kas negara :
Kas xxx PPN Keluaran xxx
Kas/Bank xxx
 Jurnal penyusutan
Beban penyusutan xxx
Akumulasi penyusutan xxx
b. Bagi Lesse
 Pada saat menerima tagihan atas
sewa :
Beban sewa xxx
PPN Masukan xxx
Hutang Leasing xxx
 Pada saat membayar tagihan
atas sewa :
Hutang Leasing xxx
Hutang PPh Ps 23 xxx
Kas/Bank xxx
 Pada saat menyetorkan PPh Ps
23 yang dipungut ke kas negara :
Hutang PPh Ps 23 xxx
Kas/bank xxx
2. SGU Sistem Financial Lease 2) SGU Sistem Finance
a. Bagi Lessor a. Bagi Lessor
 Jurnal penyerahan aset leasing : Pada dasarnya sama dengan
Piutang SGU xxx perlakuan akuntansi
Peralatan SGU xxx b. Bagi Lesse
 Jurnal pembayaran angsuran Jurnal atas selisih beban akuntansi
pertama : dan koreksi fiskal :
Kas/Bank xxx Aktiva Pajak Tangguhan xxx
Piutang SGU xxx Pendapatan pajak tangguhan xxx
 Jurnal mengakui pendapatan
bunga
Piutang bunga xxx
Pendapatan bunga xxx
 Jurnal pembayaran angsuran
kedua dan seterusnya :
Kas/bank xxx
Piutang SGU xxx
Piutang bunga xxx
b. Bagi Lesse
 Jurnal menerima aset :
Aset – SGU xxx
Hutang usaha xxx
 Jurnal membayar hutang SGU :
Hutang SGU xxx
Kas/bank xxx
 Jurnal mengakui beban bunga :
Beban bunga SGU xxx
Hutang beban bunga xxx
 Jurnal penyusutan :
Beban penyusutan xxx
Akumulasi penyusutan xxx
 Jurnal membayar hutang dan
bunga SGU
Hutang SGU xxx
Hutang bunga xxx
Kas/bank xxx

G. REVALUASI AKTIVA TETAP

Dalam SAK 16 (Revisi 2007) mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi Aktiva Tetap,
yaitu :
1) Metode Biaya Historis
Dengan metode ini setelah aktiva diakui sebagai aktiva tetap, maka aktiva tetap tersebut dicatat
pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai aktiva
2) Metode Revaluasian
Dengan metode ini setelah aktiva diakui sebagai aktiva tetap, suatu aktiva tetap yang nilai
wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang
terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aktiva tetap harus dilakukan dengan keteraturan
yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumalah tercatat tidak berbeda secara material
dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal necara.

Penentuan nilai aktiva dengan menggunakan nilai wajar pada metode penilaian kembali aktiva
dilakukan dengan nilai wajar (nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aktiva antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu
transaksi dengan wajar) atas aktiva tetap yang dinilai kembali. Nilai wajar yang digunakan dalam
menerapkan model revaluasi ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tentukan nilai pasar aktiva yang bersangkutan
b. Jika tidak mendapat nilai pasar aktiva yang bersangkutan tentukan nilai pasar yang sejenis
c. Jika tidak ada nilai pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari aset
tetap yang khusus dan jarang diperjualbelikan, maka digunakan nilai wajar dengan
menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan
d. Dengan menggunakan jasa penilai independen

Di dalam paragraf 32 SAK dijelaskan bahwa penentuan nilai wajar untuk tanah dan bangunan
biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi
profesional berdasarkan bukti pasar, sedang nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan
nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.

Dalam hal tidak ada penilai yang dapat dijadikan dasar penentuan, karena sifat dari aktiva tetap yang
khusus dan jarang dipejualbelikan, maka digunakan pendekatan penghasilan dan biaya penggantian
yang telah disusutkan.

Ketentuan Dasar Penilaian Kembali Aktiva Tetap Berdasarkan PMK No. 79/PMK.03/2008

1. Yang boleh melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah WP badan dalam negeri dan BUT,
yang tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam
bahasa Inggris dan mata uang USD
2. WP badan dan BUT yang akan mengajukan penilaia kembali telah memenuhi semua kewajiban
pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian
kembali. Dalam hal WP mempunyai cabang atau perwakilan, maka pemenuhan kewajiban pajak
tersebut termasuk kewajiban pajak dari cabang atau perwakilan perusahaan yang terdaftar di
KPP lokasi
3. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan terhadap :
a. Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna
bangunan
b. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah
Yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
4. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai
wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari pemerintah
5. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai,
ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka Dirjen Pajak menetapkan kembali
nilai pasar atau nilai wajar aktiva yang bersangkutan
6. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 tahun
sejak tanggal laporan perusahaan jasa penilai atau ahli penilai
7. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka
waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang dilakukan
berdasarakan PMK ini
8. Perusahaan yang melakukan penilaian kembali aktiva harus mendapatkan persetujuan Dirjen
Pajak dengan cara mengajukan permohonan kepada Kanwil DJP yang membawahi KPP tempat
WP terdaftar
9. Sisa kerugian tidak dapat diperhitungkan lagi dalam penentuan Pajak Penghasilan yang bersifat
final atas penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan
10. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan tersebut di atas tidak dapat dilakukan kembali
sebelum lewat jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
terakhir yang dilakukan berdasarkan PMK ini
11. Dalam hal perusahaan melakukan pengalihan aktiva tetap berupa :
a. Aktiva tetap kelompok 1 dan kelompok 2 yang telah memperoleh persetujuan penilaian
kembali sebelum berakhirnya masa manfaat yang baru
b. Aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4, bangunan dan tanah yang telah memperoleh
persetujuan kembali sebelum lewat jangka waktu 10 tahun
Maka atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan
tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi Pajak
Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi
10%.

Pencatatan Revaluasi Aset Tetap

Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1. Pencatatan pada awal dari Revaluasi 1) Pencatatan pada awal dari Revaluasi
a. Jumlah tercatat aset meningkat akibat a. Jumlah tercatat aset meningkat akibat
revaluasi, maka kenaikan tersebut revaluasi
langsung dikredit ke ekuitas pada Aset tetap xxx
bagian surplus revaluasi Akumulasi penyusutan xxx
Akumulasi Penyusutan xxx Hutang PPh Ps 4 (2) xxx
Aktiva tetap xxx Selisih lebih penilaian
Aktiva tetap xxx Kembali aktiva tetap xxx
Surplus Revaluasi xxx Perusahaan tanggal...
Hutang PPh Ps 4(2) xxx
b. Jumlah tercatat aktiva menurun akibat Kas/Bank xxx
revaluasi, maka penurunan tersebut
diakui sebagai kerugian b. Jumlah tercatat aktiva menurun akibat
Akumulasi Penyusutan xxx revaluasi
Aktiva tetap xxx Pajak tidak mengatur lebih lanjut
Rugi penurunan revaluasi xxx bagaimana kalau revaluasi mengalami
Aktiva tetap xxx kerugian

c. Jika jumlah tercatat aktiva menurun


akibat revaluasi, namun penurunan nilai
akibat revaluasi tersebut tidak melebihi
saldo surplus revaluasi aktiva
sebelumnya, maka dicatat di debit ke
ekuitas pada bagian surplus revaluasi
Surplus revaluasi xxx
Aktiva tetap xxx

d. Dalam hal jumlah tercatat aktiva


menurun akibat revaluasi, namun
penurunan nilai akibat revaluasi
tersebut telah melebihi saldo kredit
surplus revaluasi aktiva sebelumnya
Surplus revaluasi xxx
Rugi penurunan revaluasi xxx
Aktiva tetap xxx
2. Pencatatan setelah pelaksanaan revaluasi 2) Pencatatan setelah pelaksanaan revaluasi
a. Disajikan kembali secara proporsional a. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap
dengan perubahan dan jumlah tercatat yang telah memperoleh persetujuan
secara bruto dari aset sehingga jumlah penilaian kembali adalah nilai pada
tercatat aset setelah revaluasi sama saat penilaian kembali
dengan jumlah revaluasian, metode ini b. Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang
sering digunakan apabila aset telah dilakukan penilaian kembali
direvaluasi dengan cara memberi aktiva tetap perusahaan disesuaikan
indeks untuk menentukan biaya kembali menjadi masa manfaat penuh
pengganti yang disusutkan untuk kelompok aktiva tersebut
b. Dieleminasi terhadap jumlah tercatat
bruto dari aset dan jumlah tercatat
neto setelah eleminasi disajikan
kembali sebesar jumlah revaluasian dari
aset tersebut. Metode ini digunakan
untuk bangunan.

Penjualan Aktiva Tetap Setelah Penilaian Kembali Menurut Peraturan Perpajakan

Sesuai Pasal 8 PMK No. 79/PMK.03/2009 dinyatakan bahwa dalam hal perusahaan melakukan
pengalihan aktiva tetap berupa :
1. Aktiva tetap kelompok 1 dan kelompok 2 yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali
sebelum berakhirnya masa manfaat yang baru
2. Aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4, bangunan, dan tanah yang memperoleh persetujuan
penilaian kembali sebelum lewat jangka waktu 10 tahun

Maka atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan tambahan
Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi WP badan negeri yang
berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10%.

Ketentuan di atas tidak berlaku bagi :

1. Pengalihan aktiva tetap perusahaan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau
kebijakan pemerintah atau keputusan pengadilan
2. Pengalihan aktiva tetap perusahaan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran
usaha yang mendapat persetujuan
3. Penarikan aktiva tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang
tidak adapat diperbaiki lagi

Saham Bonus Yang Berasal Dari Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Sesuai Pasal 9 ayat (2) PMK No. 79/PMK.03/2009 dinyatakan bahwa pemberian saham bonus atau
pencatatan tambahan nominal saham tanpa penyetoran yang berasal dari kapitalisasi selisih lebih
penilaian kembali aktiva tetap perusahaa, sampai dengan sebesar selisih lebih penilaian kembali
secara fiskal bukan merupakan Objek Pajak.

Perbandingan Penilaian Kembali Menurut Akuntansi dan Perpajakan

No. Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1 Pertama kali (sebelum tahun 2007) akuntansi Istilah revaluasi aktiva tetap sudah dikenal
tidak memperbolehkan revaluasi aktiva tetap sejak tahun 1979
2 Tidak diperlukan ijin dari pemerintah Diperlukan ijin dari pemerintah (dalam hal ini
Dirjen Pajak)
3 Aset tetap yang direvaluasi boleh hanya Mengharuskan revaluasi terhadap seluruh
sebagian kelompok saja aset tetap berwujud
4 Jangka waktu melakukan revaluasi aset tetap Penilaian kembali diatur boleh dilakukan 5
tidak ditentukan, dilakukan sepanjang nilai tahun dari penilaian kembali aktiva tetap
tercatat secara wajar berbeda dengan harga terakhir yang dilakukan
pasar secara material, maka pada saat itu
dilakukan revaluasi
5 Penentuan nilai wajar kembali untuk aset Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
tetap tidak harus menggunakan tenaga harus dilakukan berdasarkan nilai pasar tau
profesional, kecuali untuk tanah dan nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku
bangunan harus dilakukan oleh penilai yang pada saat penilaian kembali aktiva tetap
memiliki kualifikasi profesional berdasarkan ynag ditetapkan perusahaan jasa penilai atau
bukti pasar ahli penilai yang memperoleh ijin dari
pemerintah
6 Selisih lebih : Selisih lebih :
 Selisih lebih akibat revaluasi aset tetap  Selisih lebih akibat revaluasi aset tetap
dicatat pada surplus revaluasi dicatat dengan nama “Selisih lebih
 Selisih lebih bukan penghasilan penilaian kembali aktivat tetap
perusahaan tanggal....”
 Selisih lebih merupakan penghasilan dan
dikenakan PPh Final
7 Penurunan akibat revaluasi aset tetap dicatat Kerugian akibat adanya revaluasi aset tetap
pada rugi penurunan revaluasi tidak dapat dikurangkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak
8 Revaluasi tidak merubah masa manfaat Revaluasi merubah masa manfaat aktiva
aktiva tetap tetap kembali ke masa manfaat semula
9 Aktiva tetap yang baru direvaluasi boleh Aktiva tetap yang baru direvaluasi tidak
dijual boleh dijual jika belum berumur 5 tahun dari
bulan dilakukannya revaluasi

H. PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PEMEKARAN USAHA

1. Pengertian dan Jenis

No. Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1 Penggabungan Penggabungan
Menurut SAK No. 22, penggabungan usaha a) Bentuk Umum Penggabungan Usaha
adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan Semua aktiva (kecuali uang kas yang
yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi dibayarkan kepada para pemegang
karena satu perusahaan menyatu dengan saham yang tidak setuju) dan utang dari
perusahaan lain atau memperoleh kendali badan usaha atau lebih dialihkan kepada
atas aktiva dan operasi perusahaan. Contoh : badan usaha lainnya
b) Penggabungan Usaha ke Induk
PT. A Perusahaan
PT. B Induk perusahaan yang memiliki saham
pada anak perusahaaan menerima
PT. B pengalihan harta dari anak perusahaan
yang menglihkan harta
c) Penggabungan Usaha ke Anak
Perusahaan
Induk perusahaan yang memiliki saham
pada anak perusahaan mengalihkan
hartanya kepada anak perusahaan yang
menerima pengalihan harta
d) Penggabungan Usaha Horizontal
Dalam penggabungan usaha horizontal,
sebelum penggabungan pemegang
saham yang sama memiliki saham-
saham pada badan usaha yang
menerima pengalihan harta. Kedua
badan usaha tersebut merupakan
badan-badan usaha yang setara
tingkatannya
2 Peleburan Peleburan
Menurut UU No. 40 tahun 2007, peleburan  Semua aktiva (kecuali uang kas yang
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dibayarkan pada para pemegang saham
dua perseroan atau lebih untuk meleburkan yang tidak setuju) dan utang dari dua
diri dengan cara mendirikan satu perseroan badan usaha atau lebih dialihkan kepada
baru yang karena hukum memperoleh aktiva badan usaha baru.
dan pasiva dari perseroan yang meleburkan  Pemegang saham dari masing-masing
diri dan status bdan hukum perseroan yang adan usaha yang menyetujui peleburan
meleburkan diri berakhir karena hukum. usaha menjadi pemegang saham dari
Contoh : badan usaha yang menerima pengalihan
harta.
 Badan-badan usaha yang mengalihkan
PT. A
harta menghentikan kegiatan usahanya
PT. C
dan dilebur menjadi badan usaha baru
PT. B

3 Akuisisi atau Pengambilalihan Pemekaran Usaha


Menurut UU No. 40 tahun 2007, akuisisi Dalam pemekaran usaha, badan usaha yang
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh telah ada (parent company) mengalihkan
badan hukum atau orang perorangan untuk sebagian harta dan utangnya kepada badan
mengambil alih saham perseroan yang usaha yang baru dibentuk (subsidiary
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas company) sebagai pengganti saham dari
perseroan tersebut. Contoh : badan usaha baru tersebut
Sebelum akuisisi Setelah akuisisi

PT. A PT. A

Pengendalian

PT. B PT. B

4 Pemisahan
Menurut UU No. 40 tahun 2007, pemisahan
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
perseroan untuk memisahkan usaha yang
mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva -
perseroan beralih karena hukum kepada 2
(dua) perseroan atau lebih atau sebagian
aktiva dan pasiva perseroan beralih karena
hukum kepada 1 (satu) perseroan atau lebih

2. Persyaratan

Penggabungan dan Peleburan Usaha Pemekaran Usaha


a) Mendapat persetujuan dari Kantor a) Nilai buku fiskal dari harta induk
Wilayah Dirjen Pajak perusahaan yang dialihkan kepada anak
b) Melunasi tunggakan pajak perusahaan, harus dicatat anak
c) Pemeriksaan oleh Akuntan Publik, yang perusahaan sesuai dengan nilai buku
menyatakan bahwa pembukuan dan induk perusahaan
pencatatan mendapat pendapat wajar b) Jumlah dari utang induk perusahaan yang
oleh akuntan publik dengan kualifikasi dialihkan kepada anak perusahaan tidak
yang dinyatakan secara jelas dalam boleh melebihi jumlah harta yang
laporan dan dapat direkonsiliasi untuk dialihkan kepada anak perusahaan
tujuan perpajakan c) Induk perusahaan yang melakukan
pemekaran usaha harus mengajukan ijin
kepada Kepala Kanwil DJP selambat-
lambatnya 6 bulan setelah proses
pemekaran usaha berlaku efektif
d) Induk perusahaan yang melakukan
pemekaran usaha harus melunasi
tunggakan pajak
e) Pemeriksaan oleh Akuntan Publik, yang
menyatakan bahwa pembukuan dan
pencatatan mendapat pendapat wajar
oleh akuntan publik dengan kualifikasi
yang dinyatakan secara jelas dalam
laporan dan dapat direkonsiliasi untuk
tujuan perpajakan

3. Konsekuensi Perpajakan
No Penggabungan dan Peleburan Usaha Pemekaran
.
1 Perlakuan terhadap Badan Usaha yang Perlakuan terhadap Badan Usaha yang
melakukan pengalihan harta : melakukan pengalihan harta :
a) Tidak ada keuntungan atau kerugian a) Tidak ada keuntungan atau kerugian
akibat pengalihan harta, sehingga tidak akibat pengalihan harta, sehingga tidak
terutang PPh Badan atau pun PPh atas terutang PPh Badan atau pun PPh atas
pengalihan hak atas tanah dan bangunan pengalihan hak atas tanah dan bangunan
b) Tidak terutang PPN b) Induk perusahaan terutang PPN atas
c) Tidak ada penghasilan maupun biaya pengalihan harta kepada anak
yang timbul sebagai akibat kompensasi perusahaan dengan DPP sebesar nilai
timbal balik atas utang piutang buku
d) Tahun Pajak terakhir bagi dan usaha c) Induk perusahaan harus mencatat nilai
yang mengalihkan harta akan berakhir buku fiskal saham anak perusahaan
pada tanggal berlakunya penggabungan dengan nilai buku fiskal harta yang
atau peleburan usaha dialihkan kepada anak perusahaan
setelah dikurangi jumlah utang yang
dialihkan kepada anak perusahaan
d) Tahun Pajak terakhir bagi dan usaha
yang mengalihkan harta akan berakhir
pada tanggal berlakunya pemekaran
usaha
2 Perlakuan terhadap Badan Usaha yang Perlakuan terhadap Badan Usaha yang
menerima pengalihan harta : menerima pengalihan harta :
a) Tidak ada keuntungan atau kerugian a) Tidak ada keuntungan atau kerugian
akibat pengalihan harta, sehingga tidak akibat pengalihan harta, sehingga tidak
terutang Pajak Penghasilan terutang Pajak Penghasilan
b) Badan yang menerima pengalihan harta b) Anak perusahaan terutang BPHTB
dapat mengajukan pengurangan ke sebesar 5% atas perolehan hak atas
Dirjen Pajak sebesar 100% dari BPHTB tanah dan bangunan
yang terutang c) Anak perusahaan menacatat nilai harta
c) Badan usaha yang menerima pengalihan yang diterima dari induk perusahaan
harta harus mencatat nilai harta yang dengan nilai buku fiskal yang sama
diterima berdasarkan nilai buku yang sebagamana tercatat dalam pembukuan
sama sebagaimana yang tercatat induk perusahaan pada saat pengalihan
terakhir pada pembukuan badan usaha d) Hak dan kewajiban perpajakan induk
yang mengalihkan harta perusahaan tidak dapat dialihkan kepada
d) Hak dan kewajiban perpajakan dialihkan anak perusahaan dalam rangka
kepada badan yang menerima pemekaran usaha yang memenuhi
pengalihan harta, namun apabila yang persyaratan
mengalihkan dan yang menerima
menggunakan metode pembukuan yang
berbeda, maka Kepala Kanwil DJP akan
menentukan metode mana yang akan
dipakai
e) Penyusutan atau amortisasi dihitung
secara prorata berdasarkan jumlah bulan
yang tersisa dalam tahun pajak setelah
penggabungan atau peleburan usaha
tsb.
4. Metode Pencatatan

No. Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1 Metode Penyatuan Kepentingan PMK No. 43/PMK.03/2008 tanggal 13 Maret
 Aktiva dan kewajiban perusahaan yang 2008 mengenai pengalihan harta dalam
bergabung dibukukan sebesar nilai yang rangka penggabungan atau peleburan
tercatat pada buku perusahaan yang usaha
bergabung
 Laba ditahan perusahaan-perusahaan  WP yang melakukan merger dapat
yang bergabung juga digabungkan dalam menggunakan nilai buku
perusahaan gabungan  WP yang melakukan pemekaran usaha
 Perhitungan laba rugi dari usaha yang dapat menggunakan nilai buku
gabungan pada periode terjadinya adalah :
penggabungan harus melaporkan seluruh a) WP yang belum Go Public yang akan
periode dimana penggabungan melakukan penawaran umum
dilakukan, seakan-akan penggabungan perdana
telah dilakukan di awal periode b) WP yang telah Go Public sepanjang
 Saldo ekuitas pemegang saham dari seluruh badan usaha hasil
perusahaan yang bergabung tetap pemekaran melakukan penawaran
dipertahankan sebesar nilai bukunya, umum perdana
sehingga semua biaya penerbitan saham  WP yang menggunakan nilai buku wajib
menjadi beban perusahaan gabungan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
2 Metode Pembelian a) Mengajukan permohonan kepada
Penilaian terhadap aktiva dan kewajiban Dirjen Pajak dengan melampirkan
perusahaan yang diakuisisi : alasan dan tujuan melakukan merger
 Surat berharga yang diperjualbelikan : dan pemekaran usaha
Harga pasar b) Melunasi seluruh utang pajak dari
 Surat berharga yang tidak tiap badan usaha yang terkait
diperjualbelikan : Nilai estimasi dengan  Memenuhi persyaratan tujuan bisnis
mempertimbangan price earning ratio,  Yang dimaksud nilai buku adalah nilai
pembagian dividen dan tingkat buku fiskal
pertumbuhan  WP yang melakukan merger dengan
 Piutang jangka panjang : Nilai sekarang menggunakan nilai buku tidak boleh
dari jumlah kas dan setara yang akan mengkompensasikan kerugian/sisa
diterima kerugian dari WP yang menggabungkan
 Piutang jangka pendek : Nilai kas dan diri/WP yang dilebur
setara kas yang diterima yang tidak  WP yang menerima pengalihan harta
didiskontokan mencatat nilai perolehan harta tersebut
 Persediaan barang jadi : Harga jual sesuai dengan nilai sisa buku
dikurangi biaya penjualan taksiran sebagaimana tercantum dalam
keuntungan pembukuan pihak atau pihak-pihak yang
 Persediaan bahan baku : Biaya pengganti mengalihkan
 Tanah dan bangunan untuk tujuan  Penyusutan atas harta yang diterima
penggunaan sebelumnya : Nilai pasar dilakukan berdasarkan masa manfaat
sesuai dengan tujuannya yang tersisa sebagaimana yang
 Tanah dan bangunan untuk tujuan yang tercantum dalam pembukuan pihak atau
berbeda dari sebelumnya : Nilai pasar pihak-pihak yang mengalihkan
sesuai dengan tujuan penggunaan  Nilai buku akan dihitung kembali
 Tanah dan bangunan akan dijual : Nilai berdasarkan nilai pasar apabila dalam
realisasi neto jangka waktu 5 tahun DJP menemukan
 Pabrik dan peralatan untuk digunakan : bahwa merger atau pemekaran usaha
Nilai pasar yang ditentukan appraisal tidak memenuhi syarat
 Pabrik dan paralatan untuk digunakan  Apabila merger atau pemekaran usaha
sementara : harga terendah antara biaya dilakukan dalam tahun berjalan, maka
penggantian dengan nilai realisasi neto jumlah angsuran PPh Pasal 25 dari pihak
 Pabrik dan peralatan untuk dijual : nilai yang menerima pengalihan tidak boleh
realisasi neto lebih kecil dari jumlah angsuran yang
 Aktiva tidak berwujud : nilai taksiran mengalihkan harta
 Aktiva neto atau kewajiban pensiun  Pembayaran, pemungutan dan
manfaat pasti : nilai sekarang aktuaria pemotongan PPh yang dilakukan oleh
dari manfaat pensiun yang disajikan pihak yang mengalihkan harta dapat
dikurangi nilai wajar aktiva program dipindahbukukan menjadi pembayaran,
pensiun pemungutan dan pemotongan PPh yang
 Tagihan dan kewajiban pajak : sesuai menerima pengalihan
dengan peraturan perundang-undangan  WP yang akan melakukan pemekaran
yang berlaku terkait dengan usaha dan akan menjual sahamnya di
penggabungan bursa efek, selambat-lambatnya dalam
 Hutang usaha, wesel bayar, kewajiban, jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
akrual dan hutang lainnya jangka panjang memperoleh persetujuan dari DJP
: nilai sekarang dari jumlah kas dan
setara kas yang akan dibayarkan
 Hutang usaha, wesel bayar, kewajiban,
akrual dan hutang lainnya jangka
pendek : nilai kas atau setara kas yang
dibayarkan yang tidak didiskontokan
 Kewajiban sehubungan dengan
penutupan pabrik, pemutusan hubungan
kerja dikarenakan akuisisi : nilai sekarang
dari jumlah kas dan setara kas yang akan
dibayarkan

I. INVESTASI

Investasi adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, dimana dari aktiva tersebut
diharapkan akan dapat memberikan manfaat baik berupa penghasilan langsung (misalkan bunga,
dividen, royalti, sewa dsbnya) atau karena keuntungan berupa kenaikan atau apresiasi nilai aktiva
terkait dan manfaat lainnya termasuk untuk menjalin atau menjaga hubunngan bisnis dengan
perusahaan lain, menguasai atau mengendalikan operasi dan pengelolaan perusahaan lain. Investasi
yang paling populer di pasar modal Indonesia adalah saham. Ada beberapa sudut pandang untuk
membedakan saham :

1. Ditinjau dari segi keampuan dalam hak tagih atau klaim


a. Saham biasa (common stock)
b. Saham preferen (preferred stock)
2. Ditinjau dari cara peralihannya
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)
b. Saham Atas Nama (Registered Stock)
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan
a. Saham Unggulan (Blue-Chip Stock)
b. Saham Pembagi Dividen (Income Stock)
c. Saham Pertumbuhan (Growth Stocks)
d. Saham Spekulasi (Speculative Stocks)
Pengertian Dividen

Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1) Bagian laba atau pendapatan 1) Pembagian laba baik secara langsung
perusahaan yang besarnya ditetapkan ataupun tidak langsung, dengan nama
oleh direksi serta disahkan oleh rapat dan bentuk apapun
pemegang saham untuk dibagikan 2) Pembayaran kembali karena likuidasi
kepada para pemegang saham yang melebihi jumlah modal yang disetor
2) Sejumlah uang yang berasal dari hasil 3) Pemberian saham bonus yang dilakukan
keuntungan yang dibayarkan kepada tanpa penyetoran termasuk saham
pemegang saham sebuah perseroan bonus yang berasal dari kapitalisasi agio
saham
4) Pembagian laba dalam bentuk saham
5) Pencatatan tambahan modal yang
dilakukan tanpa penyetoran
6) Jumlah yang melebihi jumlah setoran
sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian
kembali saham-saham oleh perseroan
yang bersangkutan
7) Pembayaran kembali seluruhnya atau
sebagian dari modal yang disetorkan,
jika dalam tahun-tahun yang lampau
diperoleh keuntungan, kecuali jika
pembayaran kembali itu adalah akibat
dari pengecilan moal dasar (statuter)
yang dilakukan secara sah
8) Pembayaran sehubungan dengan tanda-
tanda laba, termasuk yang diterima
sebagai penebusan tanda-tanda laba
tersebut
9) Bagian laba sehubungan dengan
pemilikan obligasi
10) Bagian laba yang diterima oleh
pemegang polis
11) Pembagian berupa sisa hasil usaha
kepada anggota koperasi
12) Pengeluaran perusahaan untuk
keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan

Sistem Pencatatan

No. Menurut Akuntansi Menurut Perpajakan


1. Pengukuran dan/atau Penilaian Perlakuan Perpajakan Terhadap Keuntungan
Tata cara pengukuran dan penilaian saham dan Kerugian atas Penjualan Investasi
yang aktif diperdagangkan di bursa efek Saham
adalah pemegang saham harus mengetahui
berapa nilai wajar saham. PSAK No. 50 a. Atas keuntungan dari penjualan saham
menyatakan bahwa nilai wajar dari suatu yang tidak tercatat/diperdagangkan di
sekuritas dianggap tersedia apabila : bursa, terutang Pajak Penghasilan
a. Untuk sekuritas yang diperdagangkan di berdasarkan ketentuan umum UU PPh
bursa efek di Indonesia, jika harga jual b. Atas kerugian dari penjualan saham yang
atau harga penawaran dan permintaan tidak tercatat/diperdagangkan di bursa,
telah terbentuk di bursa efek dapat diakui dan dikompensasikan
b. Untuk sekuritas yang diperdagangkan di dengan penghasilan laiinya dalam tahun
bursa efek di luar negeri, jika bursa efek pajak yang sama, sepanjang saham
di luar negeri memiliki volume dan tersebut dimiliki dan dipergunakan
aktivitas perdagangan yang sebanding dalam perusahaan atau dimiliki untuk
atau lebih baik dari bursa efek di mendapatkan, menagih, dan
Indonesia memelihara penghasilan yang
2. Metode Pencatatan merupakan Objek Pajak dan tidak
a. Menggunakan metode konsolidasi dikenakan PPh yang bersifat final
apabila perusahaan mempunyai saham c. Apabila pada suatu tahun pajak WP
lebih besar dari 50% dengan demikian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dapat mengendalikan sepenuhnya ayat (3) huruf g UU PPh memperoleh
perusahaan yang dimilikinya keuntungan dari pengalihan saham,
b. Menggunakan metode ekuitas jika maka penghasilan tersebut merupakan
perusahaan dapat dikatakan objek PPh dan bunga pinjaman yang
mempengaruhi secara signifikan berkaitan dengan investasi saham yang
perusahaan yang dimilikinya atau saham dijual tersebut dalam tahun penjualan
yang dimilikinya lebih dari 20% dan dapat dibebankan sebagai biaya dengan
kurang dari 50% menambahkan pada harga pokok saham
c. Apabila perusahaan hanya mempunyai
saham kurang dari 20%, maka metode
pencatatan yang digunakan
menggunakan metode biaya (cost
method)

Anda mungkin juga menyukai