Anda di halaman 1dari 5

PENCATATAN DAN PEMBUKUAN

A. PENCATATAN
Pencatatan untuk tujuan perpajakan merupakan pengumpulan data secara teratur tentang
peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. Tujuan penyelenggaraa pencatatan untuk
tujuan perpajakan adalah : untuk pengisian SPT, penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan
Penghitungan PPN dan PPnBM

Wajib pajak yang wajib melakukan/menyelenggarakan pencatatan adalah :


1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
2. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
memiliki peredaran bruto secara keseluruhan dikenakan PPh Final
3. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
memiliki peredaran bruto secara keseluruhan tidak melebihi Rp4.800.000.000 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

Syarat dalam melakukan pencatatan untuk tujuan perpajakan adalah sebagai berikut :
1. Pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Wajib pajak orang pribadi yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan
melakukan pencatatan, wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari Tahun Pajak yang bersangkutan. Dan apabila
wajib pajak baru terdaftar pada Tahun Pajak yang bersangkutan, pemberitahuan
penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dilakukan paling lambat pada 3 (tiga)
bulan sejak saat terdaftar; atau pada akhir Tahun Pajak, tergantung peristiwa yang terjadi
terlebih dahulu.
3. Pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
4. Pencatatan harus dibuat secara lengkap dan benar, serta didukung dengan dokumen yang
dijadikan dasar penghitungan peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan
bruto serta penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan
pajaknya bersifat final.
5. Pencatatan harus dapat menggambarkan :
a. Jumlah peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang
diterima dan/atau diperoleh
b. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final
6. Pencatatan dalam satu tahun pajak meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan, mulai
tangal tanggal 1 Januari sampai 31 Desember dan diselenggaran secara kronologis

CHAPTER 3 – PENCATATAN DAN PEMBUKUAN 1


7. Apabila wajib pajak memiliki lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha, pencatatan
harus dapat menggambarkan secara jelas jumlah peredaran atau penerimaan bruto untuk
masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.
8. Pencatatan yang dilakukan oleh wajib pajak harus mencakup harta dan kewajiban
9. Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat tinggal
wajib pajak atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan selama 10 tahun
(sepuluh) tahun.

B. PEMBUKUAN
Pembukuan dalam tujuan perpajakan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut. Tujuan pembukuan untuk tujuan perpajakan adalah :
a. Pengisian SPT (Surat Pemberitahun)
b. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
c. Penghitungan PPN dan PPnBM
d. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas

Wajib pajak yang wajib menyelenggarakan Pembukuan adalah :


1. Wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang memiliki
peredaran bruto dalam satu tahun lebih dari Rp 4.800.000.000 (empat milyar delapan ratus
juta rupiah)
2. Wajib Pajak badan.

Syarat-syarat dalam melakukan pembukuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :


a. Pembukuan harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
b. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia.
c. Pembukuan harus diselenggarakan secara konsisten dengan prinsip taat asas dan dengan
stelsel akrual atau stelsel kas :
• Taat asas mengandung pengertian harus sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
• Stelsel akrual berarti suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang
• Stelsel kas mengandung arti suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas
penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai.

Prinsip taat asas dalam metode Pembukuan dapat berupa:


1. Stelsel pengakuan penghasilan;
2. Tahun buku;
3. Metode penilaian persediaan; atau
4. Metode penyusutan dan amortisasi.

CHAPTER 3 – PENCATATAN DAN PEMBUKUAN 2


d. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. Perubahan tersebut harus diajukan kepada
Direktur Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan
penyampaian alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.
e. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang. Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang
lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan kecuali
peraturan perundang-undangan perpjakan menentukan lain.
f. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat
diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
g. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun
di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau
di tempat kedudukan Wajib Pajak badan

Pembukuan selain dapat dihitung besarnya Pajak Penghasilan, pajak lainnya juga harus dapat
dihitung dari pembukuan tersebut. Pasal 28 ayat (7) UU KUP menjelaskan agar Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dapat dihitung dengan benar
harus memenuhi hal-hal berikut ini:
1. Pembukuan harus mencatat juga jumlah harga perolehan atau nilai impor,
2. Jumlah harga jual atau nilai ekspor,
3. Jumlah harga jual dari barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,
4. Jumlah pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean,
5. Jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan.

Sanksi pidana terkait dengan pencatatan dan pembukuan untuk tujuan perpajakan diatur pada
Pasal 39 ayat (1) huruf f, g, h UU KUP yang menyebutkan barang siapa yang dengan sengaja :
a. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
b. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan
atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
c. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia

C. PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH


Pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat dilakukan oleh :
1. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing dan Bentuk Usaha Tetap
Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing dan Bentuk Usaha Tetap dapat
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah

CHAPTER 3 – PENCATATAN DAN PEMBUKUAN 3


Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi Kantor Pelayanan pajak tempat
wajib pajak terdaftar atau unit lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak secara
elektronik melalui laman Direktorat Jenderal Pajak atau saluran lain yang terintegrasi
dengan system Direktorat Jenderal pajak sesuai dengan contoh format pada lampiran
huruf A PER DJP No.24 Tahun 2020. Wajib pajak yang melakukan penyelenggaraan
pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat harus memenuhi syarat berikut ini:
a. Permohonan izin kepada Kepala Kantor Kantor Wilayah, paling lambat 3 (tiga) sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat dimulai atau Sejak tanggal pendirian bagi wajib pajak
baru untuk tahun bagian tahun pajak
b. Mengajukan permohonan ditandatangani secara digital dengan disyaratkan, yaitu:
• Pernyataan bahwa pembukan wajib pajak akan menggunakan bahasa Inggris
serta, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan biaya dicatat dalam satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat sesuai dengan contoh format tercantum dalam lampiran B
dalam peraturan PER DJP No.24 Tahun 2020.
• Memiliki Surat Keterangan Fiskal yang masih berlaku pada saat permohonan
diajukan

2. Wajib pajak badan tertentu dan wajib pajak yang terikat perjanjian dengan pemerintah
Wajib pajak badan tertentu dan wajib pajak yang terikat perjanjian dengan pemerintah
dapat menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi Kantor Pelayanan pajak tempat
wajib pajak terdaftar atau unit lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak secara
elektronik melalui laman Direktorat Jenderal Pajak atau saluran lain yang terintegrasi
dengan system Direktorat Jenderal pajak sesuai dengan contoh format pada lampiran
huruf A PER DJP No.24 Tahun 2020. Wajib pajak yang melakukan penyelenggaraan
pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat harus memenuhi syarat berikut ini:
a. Permohonan izin kepada Kepala Kantor Kantor Wilayah, paling lambat 3 (tiga) sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat dimulai atau Sejak tanggal pendirian bagi wajib pajak
baru untuk tahun bagian tahun pajak
b. Mengajukan permohonan ditandatangani secara digital dengan disyaratkan, yaitu:
• Pernyataan bahwa pembukan wajib pajak akan menggunakan bahasa Inggris
serta, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan biaya dicatat dalam satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat sesuai dengan contoh format tercantum dalam lampiran B
dalam peraturan PER DJP No.24 Tahun 2020.
• Memiliki Surat Keterangan Fiskal yang masih berlaku pada saat permohonan
diajukan
c. Surat keterangan dari bursa efek luar negeri yang menyatakan bahwa emisi saham
wajib pajak pemohon didaftarkan dibursa efek tersebut, bagi wajib pajak yang
mendaftarkan emisi sahamnya baik sebahagian maupun seluruhnya dibursa efek luar
negeri.
d. Surat Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran dari Otoritas Jasa Keuangan
atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

CHAPTER 3 – PENCATATAN DAN PEMBUKUAN 4


undangan pasar modal atas penerbitan reksadana oleh Kontrak Investasi Kolektif yang
bersangkutan, bagi wajib pajak Kontrak Investasi Kolektif.
e. Prospektus penawaran atas reksadana yang diterbitkan dalam satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat, bagi wajib pajak Kontrak Investasi Kolektif
f. Surat keterangan atau pernyataan dari Perusahaan induk diluar negeri, bagi wajib
pajak yang berafiliasi langsung dengan Perusahaan induk diluar negeri
g. Perjanjian kerjasama yang menyaratkan pembukuan Kerja Sama Operasi (KSO) yang
diselenggarakan dengan menggunakan Bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat, bagi wajib pajak yang melakukan Kerja Sama Operasi (KSO) namun
tidak semua anggota Kerja Sama Operasi (KSO) tidak mendapatkan Izin Menteri
Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat.
h. Surat pernyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa mata uang fungsional yang
digunakan wajib pajak sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia
adalah satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, bagi wajib pajak yang menyajikan
laporan keuangan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan memberikan Keputusan atas
permohonan tersebut, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan dari Wajib Pajak
diterima secara lengkap, jika dalam jangka waktu 30 (tiga pulu) hari telah lewat dan Direktorat
Jenderal Pajak belum memberikan Keputusan maka permohonan dianggap diterima dan
Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan pemberian izin
untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat. Bagi wajib pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat berlaku ketentuan konversi ke satuan mata uang Dollar Amerika Serikat.

CHAPTER 3 – PENCATATAN DAN PEMBUKUAN 5

Anda mungkin juga menyukai