Anda di halaman 1dari 16

Audit Pajak

Pertemuan 9

Kewajiban WP yang
Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan

Dosen : Badar Murifal SE.,MM, CFRM, Ak


Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Dalam Pasal 1 angka 29 UU KUP, disebutkan bahwa
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode tahun pajak tersebut.
Pencatatan merupakan pengumpulan data secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final. Hal ini
sesuai dengan Pasal 28 ayat (9) UU KUP.
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan

Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan

1. Pengisian SPT;
2. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak;
3. Penghitungan PPN dan PPnBM;
4. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui
posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha/pekerjaan
bebas.
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan
Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di
Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Kewajiban
pembukuan ini diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) dengan
omzet > 4.8 milyar per tahun.
Namun, kewajiban pembukuan itu dikecualikan bagi wajib pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (NPPN). Hal
ini sesuai dengan Pasal 28 ayat (2) UU KUP.
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi yang
menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah bruto
dalam setahun kurang dari Rp4,8 miliar. Sebagai penggantinya, wajib pajak
dengan kriteria di atas tetap wajib melakukan pencatatan. Kewajiban
pencatatan ini juga berlaku bagi wajib pajak yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
Pengecualian tersebut dilakukan berdasarkan prinsip kesederhanaan,
terutama bagi pengusaha skala kecil dan menengah. Sebab, dari sebagian
dari mereka umumnya tidak mengetahui adanya kewajiban
menyelenggarakan pembukuan, tidak memahami bagaimana
menyelenggarakan pembukuan, atau tidak mempunyai karyawan yang
berkompetensi dalam membuat pembukuan.Untuk itu, mereka hanya
diwajibkan untuk melakukan pencatatan yang lebih sederhana dibanding
pembukuan.
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Ketentuan Pembukuan dan Pencatatan
UU KUP mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dalam
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan pembukuan
harus memenuhi ketentuan berikut:
1. diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya;
2. diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan
oleh Menteri Keuangan;
3. diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas;
4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan; dan
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang.
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Wajib pajak yang melakukan pencatatan, harus memenuhi syarat-
syarat berikut, yaitu:
1. pencatatan harus menggambarkan antara lain:
o peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan
bruto yang diterima dan/atau diperoleh;
o penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final;
2. bagi wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha
dan/atau tempat usaha, pencatatan harus menggambarkan secara
jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang
bersangkutan; dan
3. selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, wajib pajak
orang pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan
kewajiban.
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah
Wajib pajak diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa asing dan mata uang selain rupiah yaitu bahasa Inggris dan satuan mata uang
dolar Amerika Serikat (AS). Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
196/PMK.03/2007 yang telah diubah terakhir dengan PMK No. 1/PMK.03/2015,
wajib pajak yang diperkenankan menggunakan Bahasa Inggris dan mata uang dolar
AS adalah:
1. wajib pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu wajib pajak
yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan PMA;
2. wajib pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RIsebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan
minyak dan gas bumi;
3. wajib pajak dalam rangka kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah
4. bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
UU Pajak Penghasilan (PPh) atau menurut perjanjian penghindaran pajak berganda
(P3B) yang terkait;
5. wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;
6. kontrak investasi kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi mata
uang dolar AS dan telah memperoleh surat pemberitahuan efektif pernyataan
pendaftaran dari badan pengawasa pasar modal-lembaga keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;
7. wajib pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b UU PPh; atau wajib pajak
yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan
satuan mata uang dolar AS sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia.
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Tata Cara Penyelenggaran Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain
Rupiah
Untuk dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang dolar AS, wajib pajakharus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri
Keuangan, kecuali wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau wajib pajak dalam rangka
kontraktor kontrak kerja sama.
Izin tertulis tersebut dapat diperoleh wajib pajak dengan mengajukan surat permohonan kepada
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil), paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AStersebut
dimulai atau sejak tanggal pendirian bagi wajib pajak baru untuk bagian tahun pajak atau tahun
pajak pertama.
Kepala Kanwil atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan tersebut
paling lama 1 bulan sejak permohonan dari wajib pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka
waktu tersebut telah lewat dan KepalaKanwil Ditjen Pajak belum memberikan keputusan maka
permohonan wajib pajak tersebut dianggap diterima dan Kepala Kanwilatas nama Menteri
Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS.
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
Tempat Penyimpanan Buku/Catatan/Dokumen
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program online wajib disimpan
selama 10 tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau
tempat tinggal wajib pajak orang pribadi, atau di tempat
kedudukan wajib pajak badan. Perubahan tahun buku dan
metode pembukuan perubahan terhadap metode pembukuan
dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari
direktur jenderal pajak.*
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan

METODE PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK YG MENYELENGGARAKAN


PEMBUKUAN

Ada 2 metode yang digunakan untuk memeriksa WP yg


menyelenggarakan pembukuan :
1. Metode Langsung

Pelaksanaan pemeriksaan dengan metode langsung ini dilakukan


sesuai dgn program pemeriksaan yg terinci utk setiap pos Neraca
dan Rugi laba yang menjadi sumber utama atau berkaitan dengan
angka-angka dalam SPT
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
2. Metode tidak langsung .

Dipergunakan untuk melengkapi metode langsung, atau dlm keadaan


dimana pemakaian metode lsg tdk dpt / tdk dpt sepenuhnya dilaksanakan.
Penerapan metode tidak langsung perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Kalau dipakai lebih daripada satu metode tidak langsung maka dalam
pengambilan kesimpulan atas hasil pemeriksaan harus dipertimbangkan
secara seksama
b. Kalau dipakai metode pemeriksaan tdk langsung sebagai pelengkap
maupun sebagai alat pengecekan terhadap metode pemeriksaan langsung,
maka kalau timbul perbedaan jumlah hasil perhitungan, perlu didiskusikan
dengan WP dan dipertimbangkan secara seksama
c. Hasil perhitungan dari pemakaian metode pemeriksaan tidak langsung
baru merupakan petunjuk, untuk dapat mengambil kesimpulan tentang
ketidakbenaran angka-angka dalam SPT diperlukan pembuktian
secukupnya
Audit Pajak ( Pemeriksaan Pajak ), Pertemuan 9.
Kewajiban WP yang Menyelenggarakan Pembukuan atau
Pencatatan
2. Metode tidak langsung .
Teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian
atas kebenaran pos-pos Surat Pemberitahuan (SPT) termasuk
lampirannya, yang dilakukan secara tidak langsung melalui suatu
pendekatan penghitungan tertentu.

Metode Tidak Langsung yang digunakan oleh Pemeriksa Pajak


terdiri atas pendekatan:

a. Transaksi Tunai dan Bank;


b. Sumber dan Penggunaan Dana;
c. Penghitungan Rasio;
d. Satuan dan/atau Volume;
e. Pertambahan Kekayaan Bersih (Net Worth);
f. Penghitungan Biaya Hidup

Anda mungkin juga menyukai