PENDAHULUAN
Pembukuan merupakan salah satu elemen yang penting dalam sebuah perusahaan. Mengapa
pembukuan merupakan elemen yang penting dalam perusahaan? Karena melalui pembukuan yang baik,
seorang pemilik bisnis (owner) dapat mengetahui keuntungan secara pasti, mengontrol biaya operasional,
memantau aset-aset perusahaan, bahkan dapat membuat prediksi keuangan untuk jangka pendek
maupun panjang.
Sepintas pembukuan mungkin terlihat rumit, dan tidak sedikit yang mengabaikannya. Sebenarnya
menghindari pembukuan dalam bisnis bukanlah solusi yang tepat, karena sesuai dengan amanat Pasal 28
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas diatas jumlah tertentu dan Wajib Pajak badan (WP
Badan) di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Menurut UU KUP, Pembukuan adalah suatu
proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut.
1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan Penanaman Modal Asing;
2. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan
Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
3. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
4. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang PPh atau
sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) terkait;
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek
luar negeri;
6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pasar modal;
7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu perusahaan
anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent
company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (4) huruf a dan huruf b Undang-Undang PPh; atau
8. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia.
1. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai;atau
2. Sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
pertama.
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan
tersebut, paling lama 1 bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap. Apabila dalam
jangka waktu 1 bulan dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan keputusan maka permohonan
dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan
pemberian izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat.
1. Fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya atau dokumen lain yang serupa bagi
Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap;
2. Fotokopi Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
bagi Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing;
3. Fotokopi surat keterangan/penunjukan kantor perwakilan Indonesia dari kantor pusat bagi Wajib
Pajak Bentuk Usaha Tetap;
4. Surat keterangan dari bursa efek luar negeri yang menyatakan bahwa emisi saham Wajib Pajak
pemohon didaftarkan di bursa efek tersebut bagi Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya
baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar negeri;
5. Fotokopi Surat Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan atas penerbitan reksadana oleh Kontrak Investasi Kolektif yang
bersangkutan bagi Wajib Pajak Kontrak Investasi Kolektif;
6. Fotokopi prospektus penawaran atas reksadana yang diterbitkan dalam satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat bagi Wajib Pajak Kontrak Investasi Kolektif;
7. Surat keterangan/pernyataan dari perusahaan induk (parent company) di luar negeri dan laporan
keuangan konsolidasi (consolidated financial statement) perusahaan induk (parent company) di
luar negeri bagi Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri;
8. Fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang terakhir, kecuali bagi
Wajib Pajak baru terdaftar yang belum wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan;
9. Surat Pernyataan (bermeterai Rp6000,00) bahwa transaksi penjualan dan biaya yang dilakukan
perusahaan didominasi oleh satuan mata uang Dollar Amerika dan pembukuan menggunakan
bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal, pendapatan, dan biaya seluruhnya dicatat
dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat; dan
10. Fotokopi Bukti Penyetoran Modal Awal dalam Dollar Amerika Serikat bagi Wajib Pajak baru untuk
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama.
11. Surat Pernyataan (bermeterai Rp6000,00) dari Wajib Pajak yang menyatakan bahwa mata uang
fungsional yang digunakan Wajib Pajak sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia adalah satuan mata uang Dollar Amerika Serikat bagi Wajib Pajak yang menyajikan
laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia dengan
menggunakan format sesuai dengan Lampiran VI PER - 10/PJ/2012
Surat pemberitahuan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan
format sebagaimana Lampiran I PER-11/PJ/2010 paling lambat 3 (tiga) bulan:
1. Fotokopi Kontrak Karya bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya;
2. Fotokopi Kontrak Kerja Sama bagi Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
Ketentuan penyampaian pemberitahuan secara tertulis juga berlaku bagi Kerja Sama Operasi
(KSO) sepanjang dipersyaratkan dalam perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO dan semua anggota KSO
telah mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan melampirkan:
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan atas izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan
syarat:
a. Disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sebelum
tahun buku berakhir;
b. Mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Undang-Undang PPh untuk Tahun Pajak pertama
penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat adalah sebesar Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam satuan mata uang Rupiah yang dikonversikan
dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku :
1. Pada akhir tahun buku sebelum dimulainya pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat untuk konversi Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang PPh;
2. Pada saat penyampaian atau batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak sebelum dimulainya pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat untuk konversi Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang PPh;atau
3. Pada saat surat ketetapan pajak diterbitkan untuk Tahun Pajak sebelum dimulainya pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat untuk konversi
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang PPh dan pada
saat penetapan penghitungan besarnya angsuran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (6) Undang-Undang PPh.
Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 serta Pajak Penghasilan Final yang dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak yang memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, dapat dilakukan dalam satuan
mata uang Rupiah. Apabila Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 dalam satuan mata uang
Rupiah, Wajib Pajak harus mengkonversikan pembayaran dalam satuan mata uang Rupiah tersebut ke
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam keputusan
Menteri Keuangan yang berlaku pada tanggal pembayaran.
Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan beserta lampirannya dalam bahasa Indonesia kecuali lampiran
berupa laporan keuangan, dan menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat. Apabila terdapat
bukti pembayaran atau pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 dengan
menggunakan satuan mata uang Rupiah yang akan dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PPh
Wajib Pajak Badan, harus dikonversi ke dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada tanggal
pembayaran atau pemotongan/pemungutan pajak tersebut.
Contoh 1
PT. SPT merupakan Wajib Pajak Badan yang menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa
Indonesia dan mata uang Rupiah dengan tahun buku/ tahun pajak 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Pada tanggal 1 Januari 1998 membeli sebuah aktiva dengan harga perolehan sebesar $1,000,000.00
dengan kurs Rp 2.000,00 per USD yang temasuk dalam harta berwujud bukan bangunan kelompok III
dengan masa manfaat 16 tahun. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus (straight-
line method) dimana tarif penyusutannya ditetapkan sebesar 6,25% (enam koma dua pukuh lima persen).
Penghitungan akumulasi penyusutan untuk tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 dan nilai sisa buku
awal tahun 2002 adalah sebagai berikut :
Kemudian PT SPT diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang Dollar amerika Serikat untuk tahun buku/ tahun pajak 2002 dengan menggunakan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 533/KMK.04/2000, dimana dalam penghitungan konversi ke mata
uang Dollar Amerika Serikat menggunakan kurs historis (Rp 2.000,00 per USD), sehingga penghitungannya
adalah sebagai berikut :
Sesuai dengan permohonan Wajib Pajak, maka izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat dicabut dan mulai tahun buku/tahun
pajak 2008 wajib menyelenggarakan kembali pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
mata uang Rupiah (kurs yang berlaku pada akhir tahun 2007 adalah Rp 8.0000,00 per USD), sehingga
penghitungannya adalah sebagai berikut :
Nilai sisa buku awal tahun 2008 yang dikonversi ke dalam mata uang Rupiah :
Contoh 2
Sebagaimana contoh 1, apabila pada akhir tahun 2007 PT SPT melakukan revaluasi aktiva tetap sehingga
nilai aktiva menjadi Rp 1.750.000.000,00 (kurs yang berlaku pada saat revaluasi adalah Rp 10.000,00 per
USD) :
Kemudian PT SPT diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat untuk tahun buku/tahun pajak 2008 dengan menggunakan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.03/2007, maka penghitungannya adalah sebagai berikut :
Nilai sisa buku akhir Tahun 2007 ( Rp 750.000.000,00 : Rp 2.000,00/ US$) = $ 375,000.00
Selisih lebih revaluasi (Rp 1.000.000.000,00 : Rp 10.000,00/ US$) = $ 100,000.00
Pada suatu kegiatan usaha dan/atau pekerjaan yang dipengaruhi hubungan istimewa, dimungkinkan
adanya suatu transaksi yang dilakukan diluar batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan
pedagang yang baik. Dalam kegiatan usaha seperti jual beli harta, harga perolehan harta bagi pihak
pembeli adalah harga yang sesungguhnya dibayar dan harga penjualan bagi pihak penjual adalah
harga yang sesungguhnya diterima. Namun, dengan adanya hubungan istimewa hal itu dapat
menyebabkan penghasilan yang dilaporkan kurang dari semestinya bagi pihak penjual ataupun
pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya bagi pihak pembeli, sehingga penghindaran pajak
dapat dengan mudah dilakukan bagi para pihak yang memiliki hubungan istimewa. Untuk memahami
lebih lanjut terkait dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam aspek perpajakan,
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan.
Hubungan Istimewa adalah hubungan istimewa sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (4)
UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan atau Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
Pihak Afiliasi adalah pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan Wajib Pajak.
Transaksi Afiliasi adalah transaksi yang dilakukan Wajib Pajak dengan Pihak Afiliasi.
Dalam akuntansi keuangan, tentang pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa diatur oleh
PSAK 7 tahun 1994, yang telah direvisi terakhir pada tahun 2010, tentang Pengungkapan Pihak-pihak
Berelasi, efektif mulai pada tahun buku 2011.
II. PEMBAHASAN
Berdasarkan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh dan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang PPN,
Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi karena ketergantungan atau keterikatan satu
dengan yang lain. Adapun dijelaskan pada Pasal 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan pajak Penghasilan Dalam
Tahun Berjalan, ketergantungan atau keterikatan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung
berkenaan dengan usaha, pekerjaan, atau kepemilikan atau penguasaan, yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang bersangkutan. Penjelasan terkait Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
adalah sebagai berikut:
a) Tuan Andi merupakan direktur PT XYZ dan Tuan Banu merupakan pegawai PT XYZ. Dalam hal
ini, antara PT XYZ dengan Tuan Andi dan/atau Tuan Banu terdapat hubungan pekerjaan
langsung. Jika Tuan Andi dan/atau Tuan Banu menerima bantuan atau sumbangan dari PT XYZ
atau sebaliknya, maka bantuan atau sumbangan tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan
bagi yang menerima karena antara PT XYZ dengan Tuan Andi dan/atau Tuan Banu mempunyai
hubungan pekerjaan langsung.
b) Tuan Joe bekerja sebagai petugas dinas luar asuransi dari perusahaan asuransi PT IND.
Meskipun Tuan Joe tidak berstatus sebagai pegawai PT IND, namun antara PT IND dan Tuan
Joe dianggap mempunyai hubungan pekerjaan tidak langsung. Jika Tuan Joe menerima
bantuan atau sumbangan dari PT IND atau sebaliknya, maka bantuan atau sumbangan
tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan bagi pihak yang menerima karena antara PT IND
dan Tuan Joe mempunyai hubungan pekerjaan tidak langsung.
3. Berkenaan kepemilikan atau penyertaan modal
Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan kepemilikan atau
penguasaan antara Wajib Pajak pemberi dengan Wajib Pajak penerima terjadi apabila terdapat
kepemilikan atau penyertaan modal; atau adanya penguasaan melalui manajemen atau
penggunaan teknologi. Selain itu, hubungan istimewa di antara Wajib Pajak orang pribadi dapat
pula terjadi karena adanya hubungan darah atau perkawinan. Berikut penjelasan mengenai
penyebab Hubungan istimewa:
a) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25%
(dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau
hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir.
Misalnya, PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT B. Pemilikan saham oleh PT A
merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya, apabila PT B mempunyai 50% (lima puluh
persen) saham PT C, PT A sebagai pemegang saham PT B secara tidak langsung mempunyai
penyertaan pada PT C sebesar 25% (dua puluh lima persen). Dalam hal demikian, antara PT
A, PT B, dan PT C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT A juga memiliki 25% (dua
puluh lima persen) saham PT D, antara PT B, PT C, dan PT D dianggap terdapat hubungan
istimewa. Hubungan kepemilikan seperti di atas dapat juga terjadi antara orang pribadi dan
badan.
b) Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui
manajemen atau penggunaan teknologi walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan.
Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di bawah
penguasaan yang sama. Demikian juga hubungan di antara beberapa perusahaan yang berada
dalam penguasaan yang sama tersebut.
1) Penguasaan manajemen secara langsung:
Tuan A dan Tuan B, adalah direktur PT X, sedangkan Tuan C adalah komisaris PT X. Selain
itu, Tuan C juga menjadi direktur di PT Y, dan Tuan B sebagai komisaris di PT Y. Tuan B
Junior adalah direktur PT AB, sedangkan Tuan E sebagai komisaris PT AB. Tuan B Junior
adalah anak dari Tuan B yang menjadi direktur PT X dan komisaris PT Y.
C) Jika Tuan B Jr (anak) menerima bantuan atau sumbangan atau harta hibahan dari
Tuan B (ayah) maka bantuan atau sumbangan atau harta hibahan tersebut
dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan, karena yang mempunyai hubungan
penguasaan manajemen adalah antara PT Y dengan PT AB, bukan antara Tuan B
(ayah) dan Tuan B Junior (anak). Dengan demikian, hubungan penguasaan
manajemen hanya terjadi antara entitas yang pengurusnya sama atau memiliki
hubungan keluarga. Sedangkan antara pengurus dalam entitas tersebut tidak
memiliki hubungan penguasaan.
Tuan Eko adalah direktur PT GRD, dan Tuan Akri sebagai komisaris PT GRD. Tuan Eko dan
Tuan Akri nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijaksanaan
dan/atau mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan PT GO, misalnya
berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dan
sebagainya walaupun Tuan Eko dan/atau Tuan Akri tidak tercantum namanya dalam
susunan pengurus yang tertera dalam akte pendirian maupun akte perubahan PT GO.
Dalam contoh di atas, antara PT GRD dan PT GO mempunyai hubungan penguasaan
manajemen secara tidak langsung. Jika PT GO menerima bantuan atau sumbangan dari
PT GRD atau sebaliknya maka bantuan atau sumbangan tersebut merupakan objek pajak
bagi pihak yang menerima.
c) Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
dan/atau ke samping satu derajat. Hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan ke samping satu derajat adalah saudara. Kemudian, yang dimaksud dengan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri,
sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping satu derajat
adalah ipar. Apabila antara suami istri mempunyai perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan, maka hubungan antara suami istri tersebut termasuk dalam pengertian
hubungan istimewa.
Terkait dengan penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib
Pajak dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa dapat disimak pada Peraturan: PER -
32/PJ/2011.
III. PENUTUP
Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi karena ketergantungan atau keterikatan satu
dengan yang lain baik dilakukan secara langsung atau tidak langsung berkenaan dengan usaha,
pekerjaan; atau kepemilikan atau penguasaan. Terkait dengan kepemilikan atau penguasaan terdiri
dari 3 (tiga) hal yaitu (1) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak
dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau
hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; (2) Wajib Pajak menguasai Wajib
Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung
maupun tidak langsung; atau (3) terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam
garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
IV. Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan
Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan.