Anda di halaman 1dari 30

Pembukuan / Pencatatan &

Pemeriksaan Dan Penyidikan Pajak

Disusun oleh:
Martatia Angela R 2022100011
Agus Prasetyo Budi S 2022100021
Pembukuan / Pencatatan
DASAR HUKUM PEMBUKUAN
Pasal 28 UU KUP

PP No. 80 Tahun 2007

PMK No. 196/PMK.03/2007


PEMBUKUAN dengan Bahasa Asing dan
Satuan Mata Uang Selain Rupiah

PMK No. 197/PMK.03/2007


Bentuk dan Tata Cara PENCATATAN bagi WP OP
PENGERTIAN PEMBUKUAN/PENCATATAN:
Menurut UU KUP No. 16 tahun 2009 Pasal 1 angka 29 :
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yg dilakukan secara teratur untk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yg meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang/jasa,
yg ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba
rugi untuk periode tahun pajak tersebut. Laporan keuangan tsb wajib dilampirkan
dalam penyampaian SPT Tahunan sesuai Pasal 4 ayat(4),(4a),(4B) UU KUP.

Menurut UU KUP No. 16 tahun 2009 Pasal 28 ayat (9)


Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yg terutang, termasuk
penghasilan yg bukan objek pajak dan/atau yg dikenakan pajak yang bersifat final.
AKUNTANSI PAJAK

Pasal 4 (4) UU KUP


SPT Tahunan PPh Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus
dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta
keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasiian Kena Pajak

Pasal 28 (7) UU KUP


Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan
perundang-undang perpajakan menentukan lain.
PASAL 13 UU KUP – SANKSI TIDAK MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN

SKPKB + KENAIKAN:
a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak
atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau
c. 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
Kewajiban Pembukuan :

Menurut UU KUP No. 16 tahun 2009 Pasal 28 ayat 1 yg wajib melakukan pembukuan:
 WPOP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas
 WP Badan
Hal tsb dilakukan supaya WP dapat menghitung besarnya pajak yg terhutang,
menghitung besarnya PPh maka besarnya pajak yg lain juga dapat diketahui.
Syarat menyelenggarakan pembukuan :
Diatur dalam Ps 28 ayat (3),(4),(5), dan (7) UU KUP :
1. Pembukuan haruslah diselenggarakan dng memperhatikan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan/kegiatan usaha yg sebenarnya (full disclosure).
2. Pembukuan haruslah diselenggarakan di Ind dng menggunakan huruf latin, angka
arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia/bahasa asing
yg diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pembukuan diselenggarakan dng prinsip taat asas (consistency) dan stelsel akural
atau setelsel kas.
4. Perubahan terhdp metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapatkan
persetujuan DJP.
5. Pembukuan yg diselenggarakan sedikitnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjulan dan pembelian, sehingga
dapat dihitung besarnya pajak yg terhutang.
6. Buku, catatan, dan dokumen yg menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain,
termasuk hasil perolehan data dari pembukuan yg dikelola secara elektronik atau
secara program aplikasi online , wajib disimpan selama 10 tahun di Ind, yaitu
ditempat kegiatan atau tempat tinggal WPOP, atau tempat kedudukan WP Badan.
Prinsip taat asas mengharuskan WP menggunakan prinsip yg sama dalam metode
pembukuan yg konsisten dng tahun-tahun sebelumnya. Tujuannnya adalah mencegah
penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dpt diterapkan dalam hal :
a.Pengajuan penghasilan
b.Tahun buku
c.Metode penilaian persediaan
d.Metode penyusutan amortisasi

Stelsel akrual : metode perhitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui
pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terhutang, sehingga tdk tergantung pada
kapan penghasilan diterima dan kapan biaya dibayar secara tunai.
Stelsel kas : metode yang perhitungannya berdasarkan pada penghasilan yg diterima
dan biaya yg dibayarkan secara tunai , sehingga penghasilan baru dianggap penghasilan
apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam periode tertentu dan biaya baru
dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam periode
tertentu.
Yg dikecualikan diatur dalam Ps 28 ay 8 UU KUP jo PMK-196/PMK.03/2007
yaitu WP yg dpt melakukan pembukuan dng bahasa asing (bhs Inggris) dan mata
uang selain rupiah (USD)

● WP dlm rangka PMA yg beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


undangan PMA;
● WP dlm rangka Kontrak Karya yg beroperasi berdasarkan ketentuan perundang-
undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
● WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) yg beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
● BUT sebgm dimaksud ps 2 ay 5 UU PPh atau sebgm diatur dlm P3B terkait;
● WP yg berafiliasi langsung dng persh induk di luar negeri.
Syarat untk menyelenggarakan pembukuan bhs asing:

1. WP hrs minta izin tertulis dari Menteri Keuangan, dng mengajukan surat
permohonan kepada Kepala Kanwil paling lambat 3 bln sebelum th buku dng bhs
Inggris dan satuan mata uang dolar AS dimulai sejak tgl pendirian bagi WP baru
untk bg tahun pajak/tahun pajak pertama.
2. Permohonan izin kepada Menteri Keuangan hrs dilampiri dengan:
 Fotokopi SPT tahunan PPh badan th terakhir (WP yg telah berdiri lebih dari 1
tahun)
 Fotokopi NPWP dan fotokopi Akta Pendirian atau dokumen lainnya yg serupa
(WP BUT/WP yg baru berdiri dalam tahun berjalan)

Keputusan yg akan diberikan paling lama 1 bln sejak permohonan dari WP


diterima secara lengkap. Jika lewat waktu 1 bln belum memberi keputusan maka
permohonan tsb dianggap diterima.
Pembukuan Dengan Komputer :

Ketentuan yg hrs dipenuhi sehub. Dng penggunaan komputer dlm pembukuan WP,
antara lain:
1. Pembukuan tsb memenuhi ketentuan yg diatur dlm Ps 28 UU KUP.
2. Hasil cetak (print-out) komputer yg berkenaan dng pembukuan persh dpt tersedia
dng cepat bila diperlukan dlm pemeriksaan.
3. Kewajiban bagi WP yg memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau
pencatatan dan dokumen sebagaimana diatur dlm Pasal 29 ayat (3) huruf a UU
KUP berlaku pula untk memperlihatkan dan meminjamkan semua sarana atau
perangkat sehub dng kegiatan penyelenggaraan pembukuan dng komputer,
sebagai contoh :
 memberikan jenis program komputer yg digunakan
 menjelaskan mekanisme sistem pembukuan dan prosedur/ arus dokumen
 memberikan kata sandi (password) yg digunakan.
 memperlihatkan dan meminjamkan segala dokumen yg dipakai sebagai masukan
(input) komputer, termasuk keluaran (output) program dlm bentuk kartu punch
(punch kartu), floppy disket, maupun dlm bentuk pita (tape)
Kewajiban Pencatatan:

Menurut UU PPh No. 36 tahun 2008 Pasal 28 ayat (12) jo PMK-197/PMK.03/2007 yg


wajib melakukan pencatatan:
WPOP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas, untk menghitung
penghasilan neto dng menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto (yg
peredaran bruto dlm 1 tahun kurang dari 4,8 Milyar) dan
WPOP yg tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Kewajiban pencatatan untk WPOP diatur dlm SE-1/PJ/2009 yg berlaku mulai 1
Januari 2009
Syarat menyelenggarakan pencatatan :
1. Pencatatan hrs diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yg
sebenarnya
2. Pencatatan dlm 1 tahun hrs diselenggarakan secara kronologis.
3. Catatan dan dokumen dan dokumen yg menjadi dasar pencatatan harus disimpan
ditempat tinggal WP/tempat kegiatan usaha/pekerjaan bebas dilakukan selama 10
tahun.
4. Pencatatan harus dapat menggambarkan antara lain:
 peredaran/penerimaan bruto dan/atau juml penghasilan bruto yg diterima dan/atau
diperoleh; dan
 Penghasilan yg bukan objek pajak dan/atau penghasilan yg pengenaan pajaknya
bersifat final.
5. WP yg memp. Lebih dari 1 jenis usaha dan/atau tempat usaha, maka pencatatan hrs
dpt menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan /atau tempat
usaha yg bersangkutan.
6. WP yg diwajibkan menyelenggarakan pencatatan diharuskan menyelenggarakan
pencatatan atas aset dan kewajiban.
Pemeriksaan Dan Penyidikan Pajak
Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat


Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak
yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pemeriksaan pajak.
Tujuan Pemeriksaan

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan


untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang – undangan perpajakan.
Pemeriksaan dapat dilakukan jika :
 Surat pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi
 Surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh dirjen
Pajak
 Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak
2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –
undangan perpajakan.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka :
 Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan
 Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
 Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak
 Wajib Pajak mengajukan keberatan
 Pencocokan data dan alat keterangan
 Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terkecil
HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK
1) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda
pengenal yang dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta
memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.

2) Buku, catatan dan dokumen,serta data yang diperlukan oleh Wajib Pajak
paling lama 1 bulan sejak permintaan disampaikan

3) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :


 Memperlihatkan atau meminjamkan buku. Dokumen yang menjadi dasarnya
 Memberikan kesepatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang
perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan
 Memberikan keterangan lain yang diperlukan
Perwakilan Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Pajak.

1) Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal berikut :
 Badan oleh pengurus
 Badan yang dinyatakan pailit oleh kurator
 Badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan

2) Wakil dari Wajib Pajak bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran pajak
yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan Dirjen Pajak
bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani
tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut.
3) Orang pribadi atau Badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenehi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
4) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa diatur dengan
atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
5) Termasuk dalam pengertian pengurus adalah seorang yang nyata-nyata
mempunyai wewenang ikut menentukan kebijakan atau mengambil
keputusan dalam menjalankan perusahaan
Ruang Lingkup Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Sederhana, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak


dalam rangka kerja sama operasi untuk seluruh jenis pajak atau jenis-jenis pajak
tertentu, termasuk Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) , yang
dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot
kedalaman yang sederhana.
Pemeriksaan Sederhana dilakukan melalui pemeriksaan berikut ini:
a. Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK), yaitu Pemeriksaan Sederhana yang
dilakukan terhadap Wajib Pajak di kantor Unit Pelaksana Pemeriksaan Sederhana,
untuk satu jenis pajak tertentu, baik untuk tahun berjalan atau tahun-tahun
sebelumnya.
b. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL), yaitu Pemeriksaan Sederhana yang
dilakukan terhadap Wajib Pajak di lapangan dan di kantor Unit Pelaksana
Pemeriksaan Sederhana, untuk seluruh jenis pajak atau jenis-jenis pajak tertentu
atau untuk tujuan lain, baik untuk tahun berjalan atau tahuntahun sebelumnya.
2) Pemeriksaan Lengkap (PL), yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib
Pajak dalam rangka kerja sama, di lapangan dan di kantor Unit Pelaksana
Pemeriksaan Pajak Lengkap, untuk seluruh jenis pajak, termasuk Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), baik untuk tahun berjalan atau tahun-
tahun sebelumnya, yaitu yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik
pemeriksaan pada umumnya.
Langkah-Langkah Pemeriksaan Pajak

1) Program pemeriksaan pajak


2) Teknik pemeriksaan pajak :
 Menelusuri
 Mencari
 Mengumpulkan
 Mengolah menjadi data
3) Prosedur Pemeriksaan
 Mengevaluasi
 Menguji keterkaitan
 Memanfaatkan informasi dan data dari pihak ketiga
 Menguji kebenaran fisik
4) Metode pemeriksaan
• Metode langsung : Menguji kebenaran angka SPT melalui penelusuran laporan
keuangan , neraca buku besar dsb
• Metode tidak langsung : Menganalisis laporan keuangan 2 tahun sebelumnya,
transaksi-transaksi tunai , transaksi bank,sumber penggunaan dana, kekayaan bersih.
Arus produksi biaya hidup, dan lain lain

5) Hasil pemeriksaan  Laporan Hasil Pemeriksaan  Tingkat kepatuhan administrative


 Tingkat kepatuhan materil dan yuridis formal  Selesih koreksi
HAK-HAK WAJIB PAJAK APABILA DILAKUKAN PEMERIKSAAN

a) Meminta pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa


b) Meminta tindasan surat perintah pemeriksaan pajak
c) Menolak diperiksa pemeriksa tidak bisa memperlihatkan identitas dan surat perintah
pemeriksaan
d) Meminta penjelasan maksud dari pemeriksaan
e) Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku serta dokumen yang dipinjam oleh
pemeriksa pajak
PENYIDIKAN PAJAK

Penyidikan tindakan pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan.

WEWENANG PENYIDIK

 Menerima, mencari, mengumpulkan, meneliti keterangan dan laporan


 Menerima, mencari, mengumpulkan keterangan pribadi atau badan.
 Meminta keterangan bahan bukti dari orang pribadi atau badan.
 Menerima buku, catatan, dokumen di bidang perpajakan
 Melakukan penggeledahan dan penyitaan terhadap barang bukti
 Meminta bantuan tenaga ahli dalam tugas
 Memberhentikan atau melarang pergi seseorang di dalam ruangan yang diperiksa
PENGHENTIAN PENYIDIKAN

Penyidikan diberhentikan dalam hal berikut ini:


1) Tidak terdapat cukup bukti
2) Peristiwa bukan tindak pidana di bidang perpajakan
3) Peristiwa telah kadaluarsa
4) Tersangka meninggal dunia
5) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri keuangan, Jaksa
Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling
lama 6 bulan sejak tanggal surat permintaan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai