PERTEMUAN KE-2
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pertemuan 3 mengenai kewajiban menyelenggarakan
pembukuan dan pencatatan, mahasiswa diharapkan mampu mengklasifikasikan wajib
pajak yang diwajibkan menyelenggarakan pembukuan dan wajib pajak yang
diperbolehkan menyelenggarakan pencatatan
B. URAIAN MATERI
1. Definisi Pencatatan
Menurut Pasal 28 ayat 9 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 mengenai
Ketentuan Umum Cara Perpajakan, pencatatan merupakan : “Pengumpulan data
secara teratur tentang peredaran bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar
untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan
objek pajak dan/atau yang dikenakan pajak bersifat final.
Sedangkan yang wajib melakukan pencatatan sesuai dengan Undang-
Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 28 ayat (12) jo. PMK-
197/PMK.03/2007 adalah : “yang wajib melakukan pencatatan adalah wajib pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, untuk
menghitung penghasilan neto menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto (dengan peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari 4,8 miliar”
Bentuk dan tata cara pencatatan juga diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan nomor 197/PMK03/2007, pasal 1 yang menyatakan:
“wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan
tetapi wajib menyelenggarakan pencatatan adalah :
a. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan dapat menghitung
penghasilan netto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto
Akuntansi Perpajakan 13
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
b. Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2017,
syarat-syarat pencatatan diantaranya adalah :
a. Pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
b. Pencatatan harus diselenggarakan dengan menggunakan huruf latin, angka
arab, satuan Mata Uang Rupiah dan disusun dalam Bahasa Indonesia
c. Pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara kronologis
d. Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang
peredaran dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak terutang , termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan yang
dikenakan pajak bersifat final
e. Selain kewajiban menyelenggarakan pencatatan sebagaimana dimaksud pada
hurf (d), wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan
bebas juga harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban
f. Buku, catatan dan dokumen yang menjadi dasar serta dokumen lain wajib
disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu tempat kegiatan atau tempat
tinggal wajib pajak yang bersangkutan
2. Definisi Pembukuan
Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
pasal 1 angka 29, Pembukuan adalah : “suatu proses pencatatam yang dilakuakn
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang/jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut”
Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas dan
wajib pajak badan di Indonesia dikenakan kewajiban menyelenggarakan
pembukuan dengan tujuan agar wajib pajak dapat menghitung besarnya yang
terutang serta pajak lainnya.
Akuntansi Perpajakan 14
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
Akuntansi Perpajakan 15
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
itu, stelsel kas yang d zinkan dalam ketentuan pajak adalah stelsel kas campuran.
Yang dimaksud dengan stelsel kas campuran di sini adalah bahwa meskipun
stelsel kas campuran digunakan, tetapi:
a. Perhitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus mencakup seluruh
penjualan, baik tunai maupun kredit. Saat menghitung harga pokok penjualan
seluruh pembelian dan persediaan harus diperhitungkan;
b. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya‐biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat
dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi;
c. Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten). Dengan
demikian, penyelenggaraan pembukuan menurut ketentuan perpajakan boleh
menggunakan stelsel akrual atau stelsel kas campuran.
Akuntansi Perpajakan 16
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
tahun buku dimulai atau bagi wajib pajak baru terhitung sejak tanggal
pendirian
b. Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan dengan melampirkan :
1) Fotokopi SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan tahun terakhir (untuk
wajib pajak yang telah berdiri lebih dari satu tahun)
2) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan fotokopi akta pendirian
atau dokumen lain yang serupa
Akuntansi Perpajakan 17
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
Akuntansi Perpajakan 18
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
28 Tahun 2007, yang berbunyi “Tahun Pajak adalah sama dengan tahun
kalender kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun kalender”
f. Konsep Taat Asas
Dalam konsep ini, penggunaan metode akuntansi dari satu periode ke periode
lainnya haruslah sama atau konsisten. Misalnya jika tahun 2017 menggunakan
metode penyusutan garis lurus, maka pada tahun 2018 dan seterusnya juga
harus menggunakan metode penyusutan garis lurus. Konsep inipun diatur
dalam ketentuan perpajakan dalam pasal 28 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 yang berbunyi “pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat
asas”
g. Konsep Materialitas
Pengertian material menurut Akuntansi akan dijelaskan pada ilustrasi berikut ini
: menurut standar akuntansi, aktiva tetap kecuali tanah harus disusutkan. Pada
kenyataannya, aktiva tetap sejenis kalkulator yang dapat digunakan lebih dari
satu tahun dan tergolong dalam aktiva tetap tidak disusutkan karena ga
perolehannya yang tidak material. Ketentuan perpajakan pasal 9 ayat 2
Undang-Undang No 36 Tahun 2008 mendukung konsep ini, dimana pasal
tersebut berbunyi “pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak
diperbolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan harus dibebankan
melalui penyusutan atau amortisasi”
h. Konsep Konservatisme
Dalam konsep ini, penghasilan hanya dapat diakui melalui pertukaran.
Sebaliknya kerugian sudah dapat diakui walaupun belum terjadi. Dalam
ketententuan perpajakan Pasal 9 ayat (1) huruf C Undang-Undang No 36 Tahun
2008 menyatakan “untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi
wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan
pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak
tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa
guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan
perusahaan anjak piutang”
Akuntansi Perpajakan 19
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
i. Konsep Realisasi
Dalam konsep ini, jika telah terjadi penjualan maka penghasilan baru boleh
dilaporkan atau dicatat. Penghasilan yang masih dalam bentuk potensi tidak
boleh diakui terlebih dahulu. Hal ini didukung pula oleh ketentuan perpajakan
dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No 36 Tahun 2008, yang berbunyi
“yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima (cash basis) dan diperoleh (akrual basis)
wajib pajak, baik penghasilan yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia , yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun”
4. Sanksi Administrasi
Sanksi administratif terkait dengan tidak dipenuhinya kewajiban
menyelenggarakan pembukuan diatur dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (3)
Undang-Undang tentang KUP yang menyatakan :
“apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (ketentuan mengenai
pembukuan) atau pasal 29 (ketentuan mengenai pemeriksaan) tidak dipenuhi
sehingga tidak diketahui besarnya pajak terutang, maka atas kekurangan
pembayaran pajak tersebut ditagih melalui Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
diatambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun
pajak
b. 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi
tidak atau kurang disetor, dan
c. 100% dari Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah yang
tidak atau kurang dibayar”
Akuntansi Perpajakan 20
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
5. Sanksi Pidana
Sanksi pidana berkaitan dengan tidak dipenuhinya kewajiban
menyelenggarakan pembukuan diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf, huruf g dan
huruf h Undang-Undang KUP, yang berbunyi :
“Setiap orang yang dengan sengaja :
a. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya;
b. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
c. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan
secara program aplikasi on-line di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11) sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit
dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak
empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar”
Akuntansi Perpajakan 21
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
Akuntansi Perpajakan 22
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
C. LATIHAN SOAL
Pilih dan berikan penjelasannya !
1. Dari wajib pajak dibawah ini, yang diperbolehkankan untuk memilih
menyelenggarakan pencatatan adalah :
a. Yayasan Yatim Piatu
b. Koperas Unit Desa Makmur
c. Tuan Sembodo, seorang peternak ikan dengan peredaran usaha Rp
3.000.000.000 per tahun
d. CV Ogah Rugi
2. Dari wajib pajak dibawah ini, yang memiliki kewajiban menyelenggarakan
pembukuan adalah :
a. H. Muhyidin, seorang pemilik restoran Enak dengan peredaran bruto Rp
6.000.000.000,- per tahun
b. Dino, seorang karyawan bengkel otomotif
c. Joko pinter, direktur utama CV Suka Makmur
Akuntansi Perpajakan 23
Akuntansi Perpajakan Akuntansi S-1
D. REFERENSI
Akuntansi Perpajakan 24