Sururi 1
Audit Sampling
Audit sampling adalah penerapan prosedur
audit atas sampel dari populasi bukti audit.
Sampel
Populasi Bukti
Audit
Bukti Audit
Sururi 2
Mengapa Sampel?
1. Karena pemeriksa bekerja dalam konstrain
waktu, tenaga, dan biaya
2. Karena diprediksi hasil pengujian atas
sampel tidak akan berbeda dengan
pengujian terhadap populasi
3. Validitas pengujian berdasarkan sampel
dapat diuji secara ilmiah dan bisa diterima
secara umum
4. Sebagian besar keputusan ekonomi, bisnis,
sosial, dan politik didasarkan pada hasil
analisis dan pengujian atas sampel
Sururi 3
Jenis Pengujian Audit
Pengujian sistem pengendalian interen,
yaitu pengujian atas efektifitas standar
prosedur proses bisnis
Pengujian substantif, yaitu pengujian atas
Sururi 4
Metoda Sampling
1. Sampling Non-Statistika
Adalah sampling yang diterapkan dengan
tanpa secara eksplisit menggunakan model-
model statistika, melainkan hanya
menggunakan kekuatan pertimbangan
profesional
2. Sampling Statistika
Adalah sampling yang diterapkan dengan
menggunakan model dan parameter statistika,
pertimbangan profesional tetap digunakan
Sururi 5
Mana yang Terbaik?
1. Kedua sampling sama-sama baik dan
sama-sama bisa digunakan. Efektifitas
sampling ditentukan oleh tingkat
kompetensi pengguna metode sampling
Sururi 6
Dasar Pemilihan Metoda Sampling
Sururi 7
Sampling vs Prosedur Audit
Pilihan sampling non-statistika dan
statistika tidak mempengaruhi prosedur
audit dan kompetensi bukti audit
Sururi 8
Penerapan Sampling
1. Attribute Sampling, yaitu sampling
untuk pengujian sistem pengendalian.
Sampling unit berupa atribut dari sistem
pengendalian interen.
2. Variable Sampling, yaitu sampling untuk
pengujian substantif, atau pengujian
transaksi dan saldo rekening. Sampling
unit berupa jumlah rupiah transaksi atau
jumlah rupiah saldo rekening.
Sururi 9
Risiko Sampling
Pada Pengujian Pengendalian:
The risk of assessing control risk too low,
juga disebut dengan the risk of overreliance
atau risiko terlampau percaya terhadap SPI
atau risiko membuat kesimpulan SPI efektif
padahal tidak efektif.
The risk of assessing control risk too high,
juga disebut dengan the risk of underreliance
atau risiko terlampau tidak percaya terhadap
SPI atau risiko membuat kesimpulan SPI tidak
efektif padahal efektif.
Sururi 10
Resiko Sampling
Pada Pengujian Substantif:
The risk of incorrect acceptance atau risiko
menerima kesimpulan yang salah --> saldo
rekening mengandung salah saji material
disimpulkan tidak mengandung salah saji
material.
The risk of incorrect rejection atau risiko
menolak kesimpulan yang benar --> saldo
rekening tidak mengandung salah saji material
disimpulkan sebagai mengandung salah saji
material.
Sururi 11
Risiko Pengujian SPI
Sururi 12
Risiko Pengujian Substantif
Sururi 13
Risiko Non Sampling
Adalah risiko sampling yang tidak disebabkan
oleh kesalahan dalam pengambilan sampel.
Sumber risiko non-sampling antara lain:
Human mistakes, seperti kegagalan
mendeteksi kesalahan dalam dokumen.
Penerapan prosedur audit yang tidak sesuai
dengan tujuan audit.
Kesalahan interpretasi hasil sampel.
Mengandalkan kepada informasi salah dari
fihak lain, seperti kesalahan jawaban
konfirmasi.
Sururi 14
Risiko Non Sampling
Sururi 15
Attribute Sampling
Attribute sampling hanya digunakan jika
terdapat bukti dokumenter dalam
pelaksanaan prosedur pengendalian,
seperti: prosedur otorisasi, dokumen
dan catatan, dan prosedur pemeriksaan
independen.
Sururi 16
Langkah-langkah Sampling
Menentukan tujuan pemeriksaan, misalnya
dalam transaksi pembelian, untuk menguji
risiko pengendalian atas eksistensi dan
terjadinya transaksi, atau untuk menguji
kelengkapan dokumen dan otorisasi transaksi.
Mendefinisikan populasi dan sampling unit,
misalnya populasi untuk kelengkapan
transaksi pembelian, adalah approved
vouchers.
Menentukan kriteria efektifitas pengendalian
interen, sesuai dengan pemahaman pemeriksa
terhadap standar SPI yang berkaku.
Sururi 17
Identifikasi Kriteria Efektifitas SPI
Kriteria Penjelasan Kriteria
A Keberadaan copy faktur pembelian yang
didukung dengan dokumen permintaan pembelian
dan pesanan pembelian.
B Otorisasi pembelian oleh personel yang
berwenang
C Verifikasi oleh bagian pesanan pembelian atas
kesesuaian antara permintaan pembelian dengan
pesanan pembelian seperti kuantitias, deskripsi
barang yang dibeli, dan harga barang.
D Verifikasi kesesuaian laporan penerimaan
barang dengan kuantitas dan spesifikasi barang
yang dibeli
Sururi 18
Menentukan Sample Size
Sururi 19
Tabel Ukuran Sampel
TABEL UKURAN SAMPEL
(Untuk Populasi 35.000 units)
Sururi 20
Tabel Ukuran Sampel
Tabel 2. 10% Risk of Assesing Control Risk Too Low
Expected
Population Tolerable Deviation Rate
Deviation
Rate (%) 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
0.00 114 76 57 45 38 32 28 25 22
0.50 194 129 96 77 64 55 48 42 38
1.00 * 176 96 77 64 55 48 42 38
1.50 * * 132 105 64 55 48 42 38
2.00 * * 198 132 88 75 48 42 38
2.50 * * * 158 110 75 65 58 38
3.00 * * * * 132 94 65 58 52
4.00 * * * * * 149 98 73 65
5.00 * * * * * * 160 115 78
Sururi 21
The Risk of Assessing Control Risk too Low
Potensi risiko pemeriksaan dihindari dengan
menempatkan the risk of assessing control risk too low
pada tingkat yang lebih rendah.
Pemeriksaan yang tidak efektif bisa berakibat sangat
serius, sementara pengujian pengendalian bisa jadi
menjadi sumber bukti yang utama tentang
kemungkinan adanya penyimpangan.
Auditor juga dimungkinkan menetapkan tingkat risiko
secara bervariasi, semuanya didasarkan pada risiko
pengendalian yang direncanakan (planned control risk).
The risk of assessing control risk too low berhubungan
terbalik dengan ukuran sampel, semakin rendah
tingkat risiko, semakin besar jumlah sampelnya.
Sururi 22
Tolerable Deviation Rate
Tolerable deviation rate adalah maksimum
tingkat penyimpangan pengendalian yang
bisa diterima oleh pemeriksa untuk tetap
menggunakan planned control risk
Tolerable deviation rate ditentukan dengan
mempertimbangkan hubungan
penyimpangan dengan:
Catatan akuntansi yang diuji
Pengendalian interen yang terkait
Tujuan evaluasi
Sururi 23
Tolerable Deviation Rate
Sururi 24
Expected Population Deviation Rate
Expected population deviation rate didasarkan
pada:
Tingkat penyimpangan sampel pada tahun
yang lalu, yang disesuaikan dengan
perubahan efektifitas pengendalian tahun
berjalan.
Prakiraan penyimpangan berdasarkan
prakiraan awal tentang efektifitas sistem
pengendalian tahun berjalan.
Prakiraan penyimpangan berdasarkan
evaluasi atas sampel pendahuluan terhadap
kurang lebih 50 item.
Sururi 25
Metode Pengambilan Sampel
Sururi 26
Random Sampling
Contoh:
Auditor akan mengambil 10 sampel dari
Sururi 27
Penggunaan Tabel Angka Random
Baris Kolom
(1) (2) (3) (4) (5)
1 04734 4 39426 91035 54839 76873
2 10417 5 19688 83404 42038 48226
3 07514 48374 10 35658 38971 53779
4 52305 86925 16223 25946 90222
5 96357 6 11486 30102 82679 57983
6 Mulai 92870 7 05921 65698 27993 86406
7 1 00500 75924 38803 05386 10072
8 2 34862 93784 52709 15370 96727
9 3 25809 8 21860 36790 76883 20435
10 77487 9 38419 20631 48694 12638
Sururi 28
Systematic Sampling
Systematic Sampling, adalah pengambilan sampel
secara sistematis dengan kelipatan atau interval
angka tertentu, misalnya kelipatan 10, 20, 30 dst.
Angka interval yang dilewati disebut dengan skip
interval. Angka interval dapat dihitung dengan
cara membagi populasi dengan jumlah sampel,
sehingga jika sampel sebanyak 40 unit akan
diambil dari populasi sebanyak 2000 unit, maka
skip interval adalah 50 unit (2000 unit : 40 unit).
Selanjutnya titik awal dari pemilihan sampel
adalah nomor sampling unit yang jatuh pada
range antara 1 – 50 pada tabel angka random.
Sururi 29
Evaluasi hasil sampling
Penyimpangan yang ditemukan
selanjutnya ditabulasi, diringkas,
dan dievaluasi.
Selanjutnya, pertimbangan
profesional diperlukan dalam
mengevaluasi seluruh faktor yang
akan mempenaruhi kesimpulan
atas hasil sampling.
Sururi 30
Tingkat Penyimpangan Sampel
Sururi 31
Pertimbangan Kualitatif
Sururi 32
SAMPLING STATISTIKA
PENGUJIAN SUBSTANTIF
PROBABILITY-PROPORTIONAL-TO-SIZE
(PPS) SAMPLING
PPS sampling dimaksudkan untuk
membuat kesimpulan tentang jumlah
rupiah, bukan kesimpulan tentang
tingkat penyimpangan (rate of
deviation), digunakan baik untuk
pengujian substantif kelompok
transaksi maupun saldo rekening.
Sururi 33
Menentukan Ukuran Sampel
BV X RF
n = ---------------------
TM – (AM x EF)
Sururi 34
Reliability Factor
RF diperoleh dari tabel dan ditentukan oleh the
risk of incorrect acceptance yang diambil atau
ditentukan oleh auditor.
TABEL RELIABILITY FACTOR
Risk of Incorrect Acceptance
1% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 37% 50%
Reliability 4.16 3.00 2.31 1.90 1.61 1.39 1.21 1.00 0.70
Factor
Sururi 35
Risk of Incorrect Acceptance
Jika tingkat risiko pengendalian rendah, dan
hasil prosedur audit menyatakan tidak ada salah
saji material, akuntan dapat mengambil risk of
incorrect acceptance lebih tinggi, misalnya 30%.
Sebaliknya, jika risiko pengendaliannya tinggi,
maka risk of incorrect acceptance-nya rendah,
misalnya 5%.
Risk of incorrect acceptance berhubungan
Sururi 36
Tolerable Misstatement (TM)
Sururi 37
Anticipated Misstatement (AM)
Sururi 38
Expansion Factor (EF)
Expansion Factor (EF) diperoleh dari
tabel dan hanya diperlukan jika salah saji
bisa diantisipasi. EF berhubungan terbalik
dengan the risk of incorrect acceptance
TABEL EXPANSION FACTOR
Risk of Incorrect Acceptance
1% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 37% 50%
Expansion 1.9 1.6 1.5 1.4 1.3 1.25 1.2 1.15 1.0
Factor
Sururi 39
Cara Menentukan Ukuran Sampel
Misalnya:
BV = Rp600.000,00
AM = Rp6.000,00
RF = 3.0 (dari tabel)
EF = 1.6 (dari tabel).
TM = Rp30.000,00
Rp600.000,00 x 3.0
n = ----------------------------------- = 88
Rp30.000,00 – (Rp6.000.00 x 1.6)
Sururi 40
Metode Pengambilan Sampel
Metode yang paling umum untuk PPS adalah
Systematic Sampling. Logical unit dipilih dari
setiap interval.
BV
Sampling interval (SI) = -----
n
Contoh:
Book value = Rp600.000,00
Sampel (n ) = 88 unit
Sampling interval (SI)= (Rp600.000,00 : 88)
= Rp6,818.00
Sururi 41
Proses pemilihan sampel
Logical Nilai Buku Saldo Unit Nilai Buku
Unit (Nomor Kumulatif Rupiah Sampel
Pelanggan) Dipilih Dipilih
01001 1.200 1.200
01025 6.043 7.243 5.000 6.043
01075 2.190 9.433 +6.818
01140 3.275 12.708 11.818 3.275
01219 980 13.688 +6.818
01365 1.647 15.335
01431 4.260 19.595 18.636 4.260
01592 480 20.075 +6.818
01667 7.150 27.225 25.454 7.150
* * * *
* * * *
Total 600.000
Sururi 42
Evaluasi Hasil Sampling
Sururi 43
UML pada saat tidak ada salah saji
PM = 0 (nol).
ASR hanya terdiri dari satu faktor, disebut
Basic Precision (BP).
BP = RF (reliability factor) x SI (sampling
interval).
Untuk contoh kasus sebelumnya, BP = RF
X SI
BP = 3.0 X Rp6,818.00 = Rp20.454,00
Karena PM = 0, maka UML = ASR, dalam
hal ini Rp20.454.00. Jumlah UML lebih
kecil dari TM, yang berjumlah
Rp30.000,00, kesimpulan tidak ada
salah saji material
Sururi 44
UML pada saat terjadi beberapa salah saji
Sururi 45
UML pada saat terjadi beberapa salah saji
Contoh:
PPS untuk piutang dagang (dari contoh sebelumnya) menunjukkan
salah saji sebagai berikut:
PM
BV AV TP SI (TP X SI)
atau
(BV-AV)
950 855 10 6.818 682
2.500 1.250 50 6.818 3.409
7.650 6.885 N/A N/A 765
5.300 5.035 5 6.818 341
8.000 0 N/A N/A 8.000
24.000 14.025 13.197
Sururi 46
Allowance for Sampling Risk (ASR)
ASR = BP + IA
BP = Basic precision
IA = Incremental allowance akibat
dari misstatement (salah saji).
Ada atau tidak ada salah saji dalam
sampel, perhitungan BP adalah sama,
maka dalam contoh ini, BP = Rp20.454.
Sururi 47
Langkah penghitungan IA
IA hanya dihitung untuk logical units yang nilai
bukunya kurang dari sampling interval (SI).
Jumlah Reliability Perubahan Perubahan
oversta- Factor incremental incremental
tement minus satu
0 3.00 - -
1 4.75 1.75 0.75
2 6.30 1.55 0.55
3 7.76 1.46 0.46
4 9.16 1.40 0.40
Sururi 48
Langkah Penghitungan IA
TABEL RELIABILITY FACTOR UNTUK
EVALUASI HASIL PPS SAMPLE
Jml. Risk of Incorrect Acceptance
Over 1% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 37% 50%
Stat.
0 4.61 3.00 2.31 1.90 1.61 1.39 1.21 1.00 0.70
1 6.64 4.75 3.89 3.38 3.00 2.70 2.44 2.14 1.68
2 8.41 6.30 5.33 4.72 4.28 3.93 3.62 3.25 2.68
3 10.05 7.76 6.69 6.02 5.52 5.11 4.77 4.34 3.68
4 11.61 9.16 8.00 7.27 6.73 6.28 5.90 5.43 4.68
5 13.11 10.52 9.28 8.50 7.91 7.43 7.01 6.49 5.68
6 14.57 11.85 10.54 9.71 9.08 8.56 8.12 7.56 6.67
7 16.00 13.15 11.78 10.90 10.24 9.69 9.21 8.63 7.67
8 17.41 14.44 13.00 12.08 11.38 10.81 10.31 9.68 8.67
9 18.79 15.71 14.21 13.25 12.52 11.92 11.39 10.74 9.67
10 20.15 16.97 15.41 14.42 13.66 13.02 12.47 11.79 10.67
Sururi 49
Langkah penghitungan IA
Merangking PM untuk logical units kurang dari
SI dari besar ke kecil, kemudian
mengkalikannya dengan faktor perubahan
incremental yang sesuai, kemudian
menjumlahkannya
Ranking PM Perubahan Incremental
incremental RF allowance
minus satu
Rp3.409,00 0.75 Rp2.557,00
682,00 0.55 375,00
341,00 0.46 157,00
Jumlah Rp3.089,00
Sururi 50
Perhitungan UML
ASR = BP + IA
= Rp20.454,00 + Rp3.089,00 =
Rp23.543,00
Sururi 51
Kesimpulan Akhir
Apapun hasil sampel, sebelum membuat kesimpulan final
auditor harus mempertimbangkan aspek kualitatif.
Pertimbangan Kualitatif
Salah saji disebabkan oleh perbedaan penerapan prinsip
akuntansi ataukah disebabkan karena adanya kesalahan atau
ketidakberesan.
Kesimpulan Akhir
Auditor harus menggunakan kemahiran profesionalnya di dalam
membuat kesimpulan akhir, misalnya untuk UML lebih besar dari
TM:
Sampel mungkin tidak mewakili populasi.
Jumlah anticipated misstatement mungkin tidak cukup
untuk tingkat tolerable misstatement yang diambil,
untuk membatasi risiko sampling.
Memang telah terjadi salah saji melebihi TM.
Sururi 52
Terimakasih
Sururi 53