Sifat dari akun Kantor Cabang adalah sama dengan akun Investasi,
yaitu didebit ketika terjadi penambahan dan dikredit ketika terjadi
pengurangan. Secara lebih spesifik, akun Kantor Cabang oleh kantor pusat
akan didebit ketika kantor pusat mentransfer aset (kas, barang dagangan,
aset tetap, dan aset lainnya) ke kantor cabang atau ketika kantor cabang
melaporkan laba bersih kepada kantor pusat. Sebaliknya, akun Kantor
Cabang akan dikredit ketika kantor pusat menerima transfer aset dari
kantor cabang atau ketika kantor cabang melaporkan rugi bersih kepada
kantor pusat.
Sifat dari akun Kantor Pusat adalah sama dengan akun Modal, yaitu
dikredit ketika terjadi penambahan dan didebit ketika terjadi
pengurangan. Akun Kantor Pusat oleh kantor cabang akan dikredit ketika
kantor cabang menerima transfer aset dari kantor pusat atau ketika
kantor cabang memperoleh laba bersih. Sebaliknya, akun Kantor Pusat akan
didebit ketika kantor cabang mentransfer aset ke kantor pusat atau
ketika kantor cabang mengalami kerugian. Lihat Peraga 1.1 berikut ini.
Buku Kantor Pusat
KANTOR CABANG (R/K – KC)
a. Aset ditransfer ke kantor cabang b. Ada Transfer Aset dr kantor Cabang
c. Laba bersih kantor cabang d. Rugi bersih kantor cabang
Kantor cabang dibentuk sebagai kepanjangan tangan kantor pusat dalam memasarkan dan
menjualkan barang dagangan milik kantor pusat. Oleh karena itu, barang dagangan yang terdapat
di kantor cabang pada umumnya berasal dari kiriman kantor pusat. Namun demikian, tidak
menutup kemungkinan kantor pusat memberi wewenang kepada kantor cabang untuk membeli
barang dagangan dari pihak luar (pihak independen). Transaksi pembelian barang dagangan yang
dilakukan kantor cabang kepada pihak eksternal dicatat sebagaimana perusahaan membeli barang
dagangan, yaitu mendebit akun Pembelian jika kantor cabang menggunakan sistem sediaan
periodik atau akun Sediaan jika kantor cabang menggunakan sistem sediaan perpetual.
Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang dapat difaktur sesuai
kosnya atau lebih tinggi dari kosnya (misalnya kos ditambah markup). Berikut ini uraian untuk
kedua kemungkinan tersebut.
Barang Dagangan Difaktur Sesuai Kos. Jurnal untuk mencatat pengiriman barang
dagangan ke kantor cabang yang difaktur sesuai kos tergantung pada apakah perusahaan
menggunakan sistem sediaan periodik atau perpetual. Sebagai ilustrasi, misalnya kantor pusat
mengirim barang dagangan ke kantor cabang dengan kos Rp5.000, maka jurnal untuk mencatat
transaksi ini adalah sebagai berikut.
Pada kasus tersebut, transfer aset dari kantor pusat ke kantor cabang berupa barang dagangan
meningkatkan pertanggungjawaban kantor cabang kepada kantor pusat. Selain itu, transaksi
tersebut tidak mempengaruhi pendapatan, karena bukan transaksi antar pihak-pihak yang
independen, melainkan hanya transfer barang dagangan di dalam perusahaan yang sama.
Apabila sistem sediaan periodik digunakan oleh perusahaan, dua akun resiprokal tambahan
dibuka untuk mencatat transfer barang dagangan, yaitu akun Pengiriman ke Kantor Cabang pada
buku kantor pusat dan akun Pengiriman dari Kantor Pusat pada buku kantor cabang. Pada
laporan laba rugi kantor pusat, saldo akun Pengiriman ke Kantor Cabang dikurangkan dari jumlah
sediaan awal dan pembelian untuk merefleksikan fakta bahwa pengiriman barang ke kantor
cabang mengurangi kos barang tersedia untuk dijual di kantor pusat. Pada buku kantor cabang,
akun Pengiriman dari Kantor Pusat adalah setara dengan akun Pembelian. Pembedaan nama akun
dilakukan untuk membedakan antara barang dagangan yang diterima dari kantor pusat dan barang
dagangan yang dibeli dari pihak luar. Untuk tujuan kepraktisan, pada uraian selanjutnya hanya
digunakan sistem sediaan periodik.
Kos pengiriman (kos angkut) yang terjadi dalam pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke
kantor cabang merupakan unsur kos. Secara teori kos angkut harus ditambahkan ke kos barang
dagangan yang dikirim ke kantor cabang. Namun demikian, kos angkut yang berlebihan akibat
inefisiensi harus diperlakukan sebagai biaya. Hanya ongkos angkut yang bersifat normal yang
seharusnya ditambahkan ke kos barang dagangan. Selisih kos angkut di atas kos angkut normal
harus dicatat sebagai biaya tahun berjalan. Namun demikian, dari sudut pandang kepraktisan, kos
angkut yang tidak material dapat diperlakukan sebagai biaya tahun berjalan dengan cara
mendebit akun Biaya Angkut pada buku kantor cabang. Asumsi ini yang akan digunakan pada
uraian-uraian selanjutnya.
Jurnal-jurnal untuk mencatat transaksi tersebut tampak sebagai berikut: ( dalam ribuan rupiah )
Kantor Pusat Kantor Cabang
R/K KC 1.000 Kas 1.000
Kas 1.000 R/K KP 1.000
Jurnal penutup
Ikhtisar laba rugi 2.900
R/K KP 2.900