Oleh:
Kelompok 2
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul “AKUNTANSI MUSYARAKAH” sebagai tugas mata kuliah Akuntansi Syariah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr . Agung Budi Sulistiyo, Ak, CA,
CIQaRyang telah membimbing kami dalam mata kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu kami
juga mengucapkanterimakasih kepada teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, serta seluruh pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.Harapankami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB IPENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari musyarakah
2. Mengetahui dan memahami standar akuntansi yang dipakai untuk akad musyarakah
3. Mengetahui dan memahami perlakuan akuntansi musyarakah
BAB II PEMBAHASAN
Musyarakah adalah akad kerja sama antara para pemilik modal yang mencampurkan
modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-
sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan
maupun yang baru. selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil
atau keuntungan yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada
bank.Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-
kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten. Setiap mitra dapat meminta
mitra lainnya untuk meyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja karena
setiap mitra tidak dapat menjamin modal mitra lainnya.
Laba musyarakah dibagi antara para mitra, baik secara proporsional sesuai dengan
modal yang disetorkan atau sesuai nisbah yang disepakati oleh semua mitra. Sedangkan rugi
dibebankan secara proporsional sesuai dengan modal yang disetorkan. Musyarakah dapat
bersifat musyarakah permanen maupun menurun. Dalam musyarakah permanen, bagian
modal setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal bank akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra sehingga bagian modal bank akan menurun dan pada akhir masa mitra akan
menjadi pemilik usaha tersebut. Rukun musyaralah adalah :
Penyaluran dana bank syariah yang mempergunakan prinsip bagi hasil selain pembiayaan
mudharabah adalah pembiayaan musyarakah. Musyarakah adalah kerja kerja sama antara
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (modal) dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Modal yang diserahkan oleh mitra kepada
proyek tersebut tidak hanya dalam bentuk uang tunai tetapi dapat berupa modal non-kas
(barang). Dalam menjalankan kegiatan masing-masing mitra ikut terlibat dalam pengelolaan
usaha tersebut. Setiap keuntungan mitra harus dibagi secara proporsional atas seluruh
keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditetapkan bagi seorang mitra dan seorang mitra boleh
mengusulkan bahwa jika keuntungan meleihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu
diberikan kepadanya.
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan
b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan
kerja sebagai wakil
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis
normal
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset
e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk
kepentingan sendiri
3. ObyekAkad
a. Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. Modal
dapat terdiri dari asset perdagangan seperti barang-barang, property dan sebagainya.
Jika modal berbentuk asset, harus lebih dulu dinilai dengan uang tunai dan
disepakati oleh para pihak.
Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau
menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar
kesepakatan.
Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk
menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.
b. Kerja
Partisipasi para pihak dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah,
akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Salah satu pihak boleh
melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini boleh
menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.
Setiap pihak melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil
dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan
dalam kontrak
c. Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasikan dengan jelas untuk menghindarkan pebedaan
dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah
Setiap keuntungan masing-masing pihak harus dibagikan secara proporsional atas
dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang
ditetapkan bagi para pihak
Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntunganmelebihi jumlah tertentu,
kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya
Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad
d. Kerugian
Kerugian harus dibagi antara para pihak secara proporsional menurut saham masing-
masing dalam modal. Sedangkan biaya operasional dibebankan pada modal bersama.
a) Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas,
pada: isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
b) Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
Modal harus berbentuk tunai dan bisa berupa emas atau perak yang setara. Menurut
para Fuqaha tidak ada perbedaan mengenai hal ini. Modal bisa saja berbentuk trading assets
seperti barang, properti, dan peralatan lainnya. Modal mungkin saja juga berbentuk hak tak
berwujud, seperti hak paten, hak gadai, paten dan lain-lain. Kalangan Fuqaha menyetujui
pemberian modal berbentuk tipe-tipe asset di atas, asalkan nilai aset itu sebanding dengan
nilai uang tunai dan disepakati bersama . Mazhab Syafi`i dan Maliki mengatakan bahwa dana
yang diperoleh dari mitra harus dicampur agar tidak ada hak istimewa di antara mereka.
Meskipun demikian mazhab Hanafi tidak menentukanpembagian dana dalam bentuk tunai,
dan mazhab Hambali tidak mensyaratkan adanya percampuran modal. Partisipasi dari para
mitra dalam pekerjaan Musyarakah merupakan dasar hukum dan dilarang salah satu pihak
untuk menghindari atau tidak mau terlibat. Meskipun demikian, persamaan pekerjaan bukan
merupakan hal yang pokok. Salah-satu mitra diperbolehkan untuk melakukan lebih banyak
usaha dibandingkan dengan mitra lainnya dan diperbolehkan untuk mengisyaratkan bagi
dirinya sendiri bagian ekstra keuntungan.
Modal Musyarakah diatur oleh sekelompok asas, di mana yang terpenting adalah:
Saham mitra haruslah diketahui, yang ditetapkan dan disepakati pada waktu pengadaan akad,
dan harus ada dalam bentuk tunai/semacamnya, namun tidak dalam bentuk hutang, untuk
menghindarkan penipuan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan dalam menggunakan modal.
Sesuai dengan hukum perundang-undangan Syari`ah, apabila modal berada dalam bentuk
aset terwujud maupun tidak terwujud, maka dalam hal ini asas Syari`ah akan mensyaratkan
nilai aset tak berwujud berdasarkan perjanjian dengan para mitra, dan jumlah saham bank
dalam Musyarakah akan diukur dengan nilai pasar yang sebenarnya, yakni jumlah yang telah
dibayarkan atau di mana jumlah ini telah dinilai pada saat mengadakan akad. Penilaian
tersebut harus dilakukan oleh orang yang ahli dan atas persetujuan kedua belah pihak.
Ada dua alasan untuk tidak menggunakan nilai historis dalam mengukur aset non
moneter yang mewakili saham Bank Islam dalam Musyarakah, yaitu:
Pertama: Penerapan nilai aset yang sudah disepakati kedua belah pihak harus menerima
hasildari penilaian akuntansikeuangan yang objektif dan dibukukan dalam
Pernyataan Objektif
Kedua: Penerapan nilai sesungguhnya untuk mengukur aset secara ini akan menjurus
ke penerapan konsep kejujuran penyajian sesuai dengan Pernyataan Konsep.
Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas ataupenyerahan aset nonkas
kepada mitra aktif musyarakah.
b) dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui
sebagai: (i) keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau
(ii) kerugian pada saat terjadinya.
Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang
diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang
diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan.
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan)
tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra.
B) Selama akad
Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra di
akhir akad dinilai sebesar :
a) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
dikurangi dengan kerugian (apabila ada)
b) Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha
musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila ada)
Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana
mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah
pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra dan kerugian (apabila ada).
Dalam ketentuan tersebut jelas bahwa pembiayaan musyarakah atau modal syirkah
yang diserahkan oleh bank syariah tidak hanya dalam bentuk uang tunai saja tetapi dapat juga
dalam bentuk non-kas atau aktiva yang sejalan dengan usaha yang akan dilaksanakan. Begitu
juga penyerahan modal musyarakah dalam dilakukan secara bertahap atau secara sekaligus.
Untuk memberikan gambaran yang jelas atas transaksi modal musyarakah tersebut dapat
dijelaskan dalam contoh berikut :
1) Tanggal 01 Agustus pada saat pembiayaan musyakah disetujui dan disepakati oleh
Tuang Abullah, bank syariah mempunyai kewajiban yang berupa komitmen atas
pembiayaan musyarakah sebesar Rp. 70.000.000,-
2) Tanggal 15 Agustus, bank syariah menyerahkan modal dalam bentuk uang tunai
kepada syirkah sebesar Rp. 20.000.000,-
Db. Investasi musyarakah Rp20.000.000,-
Dengan junal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar
dan neraca sebagai berikut:
3) Tanggal 20 Agustus pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada syirkah
A. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas nilai buku / harga
perolehan. Mesin pertama discrahkan dengan harga pasar / wajar sebesar Rp.
30.000.000,- mesin tersebut dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp.
32.500.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar
dan neraca sebagai berikut:
Keuntungan tangguhan penyerahan aktiva dalam musyarakah ini akan
diamortisasi selama jangka waktu akad. Misalnya dalam contoh diatas akad musyarakah
untuk jangka waktu 20 bukan maka keutungan tangguhan penyerahan aktiva msuyarakah
diamortisasi per bulannya sebagai berikut : Rp. 5.000.000 : 20 = Rp. 250.000., sehingga
jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
4) Tanggal 05 Agustus 2008 - pada saat pengeluaran biaya dalam rangka akad
musyarakah