Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

PSAK NO. 106 AKAD

MUSYARAKAH

DOSEN PENGAMPU : Dr. NURLINDA., Ak., M.Si., CA

NAMA KELOMPOK :

KETUA : TAUFIK KURAHMAN (1905161014)

ANGGOTA : ANTIKA DEWI (1905161043)

KURNIA WATI (1905161009)

YUSITA IRLIANI (1905161018)

PRODI D-IV PERBANKAN DAN KEUANGAN SYARIAH

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2020
i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................2

KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................2

BAB III.....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

A. Defenisi Musyarakah.............................................................................................3
B. Karakteristik Musyarakah......................................................................................3
C. Pengakuan dan Pengukuran....................................................................................4
D. Penyajian................................................................................................................5
E. Pengungkapan........................................................................................................5
BAB IV.....................................................................................................................................6

KESIMPULAN........................................................................................................................6

Contoh Kasus............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya melakukan kerja sama usaha, salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan kerja sama dengan akad
musyarakah. Musyarakah dapat diaplikasikan pada kerja sama usaha secara
umum, ataupun pembiayaan. Sebagai salah satu dari instrument lembaga
keuangan syariah, musyarakah memiliki karakteristik tersendiri, baik dari segi
pengertian, sumber hukum, jenis, syarat atau rukun dan pencatatatn dalam
akuntansi. Akad kerja sama ini dalam bahasa yang lebih sederhana disebut
usaha patungan. Hal ini karena untuk mencapai tujuan usaha tersebut, setiap
pihak memberikan kontribusi yang dimiliki.1
Tentu dalam pencatatannya, akad musyarakah memiliki aturan
tersendiri. Secara singkat tentang musyarakah telah disebutkan di atas, namun
penjelasan yang lebih padat tentang musyarakah masih banyak yang belum
diketahui. Dalam tulisan ini akan dibahas pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan akuntansi musyarakah.

1
https://www.academia.edu/9934991/Akuntansi_Musyarakah diakses pada
Selasa, 24 November 2020 pukul 07.00.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkan PSAK 106 :

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan
kerugian berdasarkan kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset non
kas yang diperkenankan oleh syariah.

Menurut Antonio (2011:90) :

Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.

Menurut Antonio (2011: 91), ayat-ayat Al Quran yang mendasari perserikatan


dalam musyarakah adalah :

“… maka mereka berserikat pada sepertiga…” (QS. An-Nisa’ : 12)

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian


mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh.” (QS. As-Shaad: 24)2

2
https://repository.widyatama.ac.id diakses pada Rabu, 25 November 2020 pukul 08.13

2
BAB III

PEMBAHASAN
A. Defenisi Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana
tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana
setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa
akad.
Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah
musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan
secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan
menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi
pemilik penuh usaha tersebut.
Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah,
baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra
tersebut.
Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.
B. Karakteristik Musyarakah
Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk
mendanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah
berjalan maupun yang baru. Selanjutnya salah satu mitra dapat
mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati
nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain.
Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya,
maka setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan
jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang
menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja adalah: (a) pelanggaran
terhadap akad, antara lain, penyalahgunaan dana investasi, manipulasi

3
biaya dan pendapatan operasional; atau (b) pelaksanaan yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah.
Keuntungan usaha musyarakah dibagi di antara para mitra secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun
aset nonkas) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra.
Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana
yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas).
Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari
mitra lainnya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat
memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk keuntungan
lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang lebih besar
dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnnya.
Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan
nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode
akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.
C. Pengakuan dan Pengukuran
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai
dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola
usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk
usaha musyarakah tersebut.
Akuntansi untuk Mitra Aktif
a) Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset
nonkas untuk usaha musyarakah.
b) Pengukuran investasi musyarakah: (a) dalam bentuk kas dinilai
sebesar jumlah yang diserahkan; dan (b) dalam bentuk aset nonkas
dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai
wajar dan nilai buku aset nonkas, maka selisih tersebut diakui
sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas. Selisih
penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad
musyarakah.
c) Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar
disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan:
(a)

4
penyusutan yang dihitung dengan model biaya historis; ditambah
dengan (b) penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian
kembali saat penyerahan aset nonkas untuk usaha musyarakah.
d) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, bank
syariah) diakui sebagai investasi musyarakah dan di sisi lain
sebagai dana syirkah temporer sebesar: (a) dana dalam bentuk kas
dinilai sebesar jumlah yang diterima; dan (b) dana dalam bentuk
aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan disusutkan selama masa
akad atau selama umur ekonomis jika aset.
D. Penyajian
Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan
usaha musyarakah dalam laporan keuangan: (a) Kas atau aset nonkas yang
disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra pasif disajikan
sebagai investasi musyarakah; (b) Aset musyarakah yang diterima dari
mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah temporer untuk; (c)
Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur
ekuitas.
Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan
usaha musyarakah dalam laporan keuangan: (a) Kas atau aset nonkas yang
diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah; (b)
Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan
pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari
investasi musyarakah.
E. Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah,
tetapi tidak terbatas, pada: (a) isi kesepakatan utama usaha musyarakah,
seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah,
dan lain-lain; (b) pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan (c)
pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.3

3
Ikatan Akuntan Indonesia, Graha Akuntan : (Jakarta Dewan Standar Akuntansi
Keuangan:2007),1-9.

5
BAB IV

KESIMPULAN
Musyarakah merupakan pembiayaan dilakukan oleh dua pihak yang
bermitra untuk melakukan suatu usaha, setiap pihak saling menyediakan modal
untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang
akan dijalankan. Selanjutnya para pihak dapat mengembalikan modal usaha yang
diberikan tersebut berikut penerimaan bagi hasil yang telah disepakati secara
bertahap atau sekaligus. Dalam mekanisme akuntansi pembiayaan musyarakah
terbagi kepada 2 pihak yang dinamakan sebagai pihak mitra aktif dan pihak mitra
pasif, dimana dua pihak ini mempunyai hak-hak dan kewajiban dalam usaha
bersama.

6
Contoh Kasus
Pada tanggal 01 Agustus 2008 LKS Anugrah Gusti sepakat untuk melakukan
usaha bersama dengan Amirullah dalam bidang pabrik textil. Dalam usaha
bersama tersebut telah disepakati hal-hal sbb:

1. Modal usaha (syirkah) keseluruhan sebesar Rp.150.000.000,- dimana LKS


Anugrah Gusti mendapatkan porsi modal sebesar Rp.60.000.000,-.
2. Jangka waktu kontrak akad musyarakah selama 2 tahun dan disepakati
LKS Anugrah Gusti hanya menyetor modal dan sebagai pengelola
usaha adalah Amirullah.
3. Pembagian hasil usaha (nisbah), untuk LKS Anugrah Gusti sebesar 70%
dan untuk Amirullah sebesar 30% dari pendapatan yang diperoleh
(revenue sharing).
4. Modal usaha yang menjadi porsi LKS Anugrah Gusti sebagai mitra
pasif sebesar Rp.90.000.000,- dibayar dengan tahapan sbb:
 Tgl 15 Agustus 2008 dibayarkan dalam bentuk kas Rp.36.000.000
 Tgl 20 Agustus 2008 diserahkan modal non kas berupa sebuah
mesin pemintal “Yamato” sebesar Rp.30.000.000,- (nilai wajar saat
penyerahan) dengan nilai tercatat sebesar Rp.32.500.000,- dan,
 Tgl 25 Agustus 2008 dieserahkan modal non kas berupa sebuah
mesin tenun “Yanmar” sebesar Rp.24.000.000,- (nilai wajar saat
penyerahan) dengan nilai tercatat sebesar Rp.18.000.000,-.\
5. Modal musyarakah yang menjadi porsi Amirullah sebagai mitra
aktif sebesar Rp.60.000.000,- dilakukan dengan tahapan sbb:
 Tgl 2 Agustus 2008 diserahkan dalam bentuk kas/uang
tunai Rp.15.000.000.
 Tgl 5 Agustus 2008 diserahkan “mesin rajut” merk Daitzu seharga
Rp.30.000.000,- (nilai wajar saat penyerahan) dengan nilai
tercatat Rp.27.600.000.
 Tgl 10 Agustus 2008 diserahkan “mesin pewarna” merk Fujitzu
seharga Rp.15.000.000,- (nilai wajar saat penyerahan) dengan
nilai tercatat Rp.16.200.000,-.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9934991/Akuntansi_Musyarakah diakses pada Selasa,


24 November 2020 pukul 07.00.
https://repository.widyatama.ac.id diakses pada Rabu, 25 November 2020 pukul
08.13.
Ikatan Akuntan Indonesia, Graha Akuntan: (Jakarta Dewan Standar Akuntansi Keuangan:
2007),1-9.

Anda mungkin juga menyukai