Widya Yunisa1, Syawla Andina Auliya2, Jihan Reswita3, Faras Abiyu Zhafran4, Anggun
Debana Maharani5
ABSTRACT
This study looks at how Musyarakah financing is treated in the accounting at Bank Syariah
Indonesia (BSI) KCP Medan Juanda to see if the Musyarakah contract is being implemented in
accordance with PSAK No. 106. The primary and secondary data for this study were gathered
through field observations, documentation, interviews with bank managers, and qualitative
descriptive research. The aftereffects of this study demonstrate that the bookkeeping treatment at
BSI KCP Medan Juanda in regards to acknowledgment, estimation, and exposure follows PSAK
No. 106. However, the presentation-related accounting treatment does not follow PSAK No. 106
on the grounds that BSI presents money and resources as musyarakah receivables, while in light
of PSAK 106, section 35 states that money or resources gave over to dynamic accomplices are
introduced as musyarakah ventures. It is anticipated that BSI KCP Medan Juanda will be able to
guarantee Musyarakah financing under PSAK No. 106.
PENDAHULUAN
Bank Syariah adalah Organisasi Keuangan Islam (Islamic Financial Banking) dan lebih
dari sekedar bank (selain perbankan) berdasarkan Al-Quran dan Hadits (Nabi Muhammad SAW)
yang mengacu pada aturan muamalah, terutama yang diperbolehkan. lakukan, kecuali tidak ada
larangan dalam Al-Quran-Quran dan Hadits yang mengatur hubungan yang berkaitan dengan
keuangan, masyarakat dan politik (Ikatan Bankir Indonesia, 2014). Menurut Pasal 3 Undang-
Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 Republik Indonesia, disebutkan bahwa bank
syariah harus mematuhi hukum Syariah dalam operasi bisnisnya dan, dalam hal ini, mengikuti
fatwa yang dikeluarkan oleh badan agama yang diakui. Dewan Syariah Nasional (DSN) di bawah
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, bank syariah juga
menghimpun tabungan nasional dan menyalurkannya kepada masyarakat. Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dibentuk untuk memastikan kegiatannya sesuai dengan prinsip syariah.
Lembaga keuangan Islam (LKI) menetapkan sistem berurusan dengan pekerjaan untuk
menghilangkan sistem suku bunga. Untuk itu, Anda membangun sistem bagi hasil berdasarkan
prinsip syariah yang dilaksanakan melalui empat akad: mudharabah, musyarakah, muzara'ah dan
musaqah (Tomisa, 2014). Namun sistem bagi hasil seringkali menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah (Idris, 2020). Pembiayaan dengan akad mudharabah dan musyarakah dianggap
pembiayaan yang ideal karena pembiayaan ini menggunakan prinsip bagi hasil dan bagi hasil
(Rohmi, 2015).
Setiap transaksi atau peristiwa akuntansi diproses dalam akuntansi. Akad musyarakah
memiliki metode akuntansi tersendiri, sama seperti transaksi atau peristiwa lainnya. Gagasan
pencatatan, penilaian, penyajian dan penyajian merupakan bagian dari konsep yang berkaitan
dengan perlakuan akuntansi (Rahman, 2013).
Pendekatan akuntansi untuk transaksi Musyarakah dianggap dari perspektif peserta aktif
dan pasif. Mitra aktif dalam pengelolaan Musyarakah adalah yang mengelola dirinya sendiri atau
memilih mitra lain untuk menanganinya atas namanya. Mitra yang secara pasif menjalankan bisnis
adalah mitra (biasanya lembaga keuangan) yang tidak terlibat dalam bisnis. Pada prinsipnya, semua
transaksi Musyarakah harus dicatat secara terpisah dari pencatatan lainnya (Lara et al., 2021).
Artinya dalam pembiayaan musyarakah ini para mitra telah sepakat untuk mengumpulkan
modal mereka dan bersama-sama menjalankan suatu usaha tertentu, investasi dapat berupa
kas atau non kas, dan apabila ada kerugian maka akan ditanggung bersama, olehkarena itu
mitra diwajibkan untuk memberikan jaminan sebagai alat pengaman dalam suatu akad.
Artinya, dana yang diberikan kepada anggota dinilai berdasarkan jumlah yang
diberikan. Misalnya, pembiayaan dalam bentuk barang diperkirakan berdasarkan harga
barang pada saat penyerahan.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena yang
dialami subjek, seperti perilaku, persepsi, motivasi, aktivitas, dll dan Narbuko, 2015; Moleong,
2016). Metode ini dipilih karena peneliti ingin mengkaji dan mendeskripsikan fenomena di
lapangan secara lebih tepat, transparan dan komprehensif.
Sumber Data
Informasi dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Sumber informasi
primer adalah sumber informasi yang diperoleh peneliti dalam suatu bidang yang berhubungan
langsung dengan pokok bahasan yang diteliti. Data utama penelitian ini berasal dari wawancara
dengan pengelola BSI tentang perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah. Mengenai data
sekunder diperoleh dari buku, dokumen dan website yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Piutang Rp234.000.000
Kas Rp234.000.000
Diketahui:
Angsuran nasabah setiap bulan: Rp 3.157.479
Bagi hasil untuk BSI KCP Medan Juanda: 64,84%
Bagi hasil untuk nasabah: 35,16%
Angsuran nasabah setiap bulan x bagi hasil untuk BSI KCP Medan Juanda:
= 3.157.479 x 64,84%
= 2.047.500
Angsuran nasabah setiap bulan x bagi hasil untuk nasabah:
= 3.157.479 x 35,16%
= 1.109.979
(Hasil penggenapan sesuai kalkulator kredit)
Diketahui:
Angsuran setiap bulan x 1%
= 3.157.479 x 1%
= 27.388
(Hasil penggenapan sesuai kalkulator kredit)
2. Penyajian dan Pengungkapan
a) Penyajian
Sebagai mitra pasif, BSI KCP Medan Juanda menghadirkan rekening tunai dan
non tunai baik untuk pembiayaan musyarakah maupun saat nasabah membayar cicilan
dan bagi hasil.
b) Pengungkapan
Menurut informasi yang diterima dari sumber, semua informasi tentang
pembiayaan musyarakah, mulai dari pendapatan, biaya, laba rugi, akan diungkapkan
dalam catatan atas akun tahunan sesuai dengan transaksi.
a) Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah di Bank Syariah
Indonesia (BSI) KCP Medan Juandadengan PSAK 106
Analisis kesesuaian perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah dengan PSAK
106, sebagai berikut:
1. Pengakuan dan Pengukuran
a) Pada saat awal akad
BSI KCP Medan Juanda mengakui pembiayaan musyarakah pada awal akad
dengan membebankan biaya pembiayaan musyarakah yang diakui atas pembiayaan
musyarakah dan mengkredit rekening nasabah. PSAK nomor 106 (paragraf 14)
menjelaskan bahwa “Investasi musyarakah dicatat pada saat aset moneter atau
nonmoneter dibuat untuk bisnis musyarakah” dan PSAK nomor 106 (paragraf 15)
menjelaskan bahwa “Pembiayaan musyarakah adalah jumlah yang dikirim ke nilai
yang dinilai. ." Perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh BSI KCP Medan Juanda
sehubungan dengan akuntansi dan penilaian disajikan sesuai dengan PSAK 106.
b) Pada saat porsi bank
BSI KCP Medan Juanda menandatangani kesepakatan persentase keuangan dan
bagi hasil pembiayaan musyarakah. BSI KCP Medan Juanda mencerminkan
pembagian keuntungan dari keuntungan pendapatan dan dikurangkan dari biaya-biaya
usaha keuangan musyarakah. Pendaftaran dan evaluasi pembiayaan Musyarakah, jika
pembagian keuntungan dinyatakan sesuai dengan PSAK No. 106 (ayat 23), yaitu
“Keuntungan kegiatan musyarakah mitra aktif dicatat sebesar haknya sesuai akad
pendapatan usaha musyarakah, sedangkan hasil usaha bagi mitra pasif yang diakui
sebagai mitra pasif dalam pembagian keuntungan dan tanggung jawab.
c) Pada saat akad berakhir
BSI KCP Medan Juanda mengakui bahwa pembiayaan musyarakah berakhir pada
saat nasabah telah melunasi cicilan pokok, namun jika bank belum menerimanya maka
bank akan mendaftarkannya sebagai tagihan. Mempertimbangkan paragraf 33 PSAK
106, hal ini dianggap tepat.
2. Penyajian dan Pengungkapan
a) Penyajian
BSI KCP Medan Juanda memberikan presentasi terkait sarana
pembiayaan musyarakah tunai dan non tunai. Pembiayaan musyarakah dilaporkan
dalam laporan keuangan pada bagian aset pada laporan posisi keuangan (SPF),
sedangkan bagi hasil dilaporkan dalam laporan laba rugi. Semua acara
musyarakah disajikan dalam lampiran laporan tahunan. Perlakuan akuntansi
terkait penyajian ini diduga melanggar PSAK 106, karena BSI KCP Medan Juanda
menyajikan kas dan aset sebagai piutang musyarakah, sedangkan menurut PSAK
106 (paragraf 35), disajikan “Kas atau aset yang dialihkan kepada mitra aktif
investasi musyarakah”. Ke arah yang lebih baik, diusulkan agar BSI KCP Medan
Juanda sesuai dengan yang ditentukan dalam PSAK 106 (33).
b) Pengungkapan
Perlakuan akuntansi terkait dengan pengungkapan oleh BSI KCP Medan
Juanda telah sesuai PSAK 106 paragraf 37.
Kesimpulan
Perlakuan akuntansi pada awal akad, dimana jumlah yang disepakati diketahui kedua
belah pihak (bank dan nasabah), adalah mendebet pembiayaan musyarakah dan mengkredit
rekening nasabah, serta mendebet piutang dan mengkredit kas. Akuntansi pembagian saham bank
dengan persentase yang disepakati di awal akad antara bank dan nasabah dilakukan dengan
mendebet rekening nasabah dan pelunasan pembiayaan musyarakah dan bagi hasil musyarakah.
Pada akhir akad keuangan musyarakah, dimana bagian kepemilikan klien telah menunjukkan 1%
atau mendekati 0, transaksi akad musyarakah diakui telah selesai dan hak kepemilikan atas
pembelian barang/rumah menjadi milik klien 100 % . Untuk tujuan penyajian, pembiayaan
musyarakah dilaporkan di neraca yaitu. pada sisi aset, dalam laporan keuangan dan untuk tujuan
pembagian laba dalam bentuk laporan laba rugi yang dikelompokkan dalam laba rugi. Selanjutnya
informasi mengenai pembiayaan musyarakah mulai dari pendapatan, beban, laba rugi, akan
diungkapkan sesuai transaksi dalam catatan atas perhitungan tahunan. Pengaruh pembiayaan
musyarakah di BSI KCP Medan Juanda adalah masyarakat merasa terbantu dalam mengalokasikan
dana untuk pengembangan usahanya, perekonomian nasabah juga terbantu dengan sistem
musyarakah, dan usaha yang dikelola nasabah dapat berkembang sesuai dengan keinginannya.
kebutuhan tujuan pengembangan, sehingga lowongan terbuka di sepanjang lapangan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan musyarakah BSI KCP Medan Juanda memiliki
nilai positif bagi pertumbuhan ekonomi nasabah. Perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah di
BSI KCP Medan Juandaa sejak awal akad pembiayaan yang meliputi pencatatan, evaluasi,
penyajian dan pengungkapan, tidak sepenuhnya sesuai dengan PSAK No. 106 tentang akuntansi
musyarakah. Perlakuan akuntansi pada saat penyajian tidak sesuai dengan PSAK No. 106, karena
BSI KCP Medan Juanda menyajikan uang dan harta kekayaan sebagai tagihan musyarakah,
sedangkan pada PSAK 106 (35) disebutkan bahwa “Uang atau harta kekayaan dialihkan kepada
sekutu aktif .disajikan sebagai investasi musyarakah.
Saran
Perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah BSI KCP Medan Juanda pada saat
pengajuan tentu tidak sesuai dengan PSAK No. 106, karena BSI KCP Medan Juanda melaporkan
uang dan harta sebagai tanda terima musyarakah, sedangkan menurut PSAK 106 (ayat 35) justru
laporan “Uang atau aset yang diberikan kepada mitra aktif dilaporkan musyarakah sebagai
investasi. Untuk hasil yang lebih baik, BSI KCP Medan Juanda merekomendasikan penyesuaian
uang yang ditugaskan berdasarkan PSAK No. 106. Peneliti saat ini memiliki keterbatasan nyata
dalam akuntansi. Teori terapi pembiayaan musyarakah. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya
disarankan untuk mempertimbangkan produk keuangan lain selain musyarakah, seperti
mudharabah, murabahia, dll.
Fatriani, R. (2018). Bentuk-bentuk Produk Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia.
Ensiklopedia of Journal, 1(1).
Febriani, R. (2022). Jenis-Jenis Kredit Bank, Ini Kegunaan dan Jangka Waktunya.
Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Memahami bisnis bank syariah. Gramedia Pustaka Utama.
Lara, M., Misdar, M., & Atika, A. (2021). Analisis Perlakuan Akuntansi pada Pembiayaan
Musyarakah Mutanaqishah di bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Pangkalpinang.
Budgeting: Jurnal Akuntansi Syariah, 2(2), 106–118.
Miftahuddin, M. (2019). Perbandingan Konsep Keuangan pada Bank Syariah dan Bank
Konvensional. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 2(2), 213–
228.
Rasiam, R. (2014). Rasionalisasi Pengharaman Bunga Bank. Muqtasid: Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syariah, 5(1), 145–161.
Sri, N., & Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat.
Tomisa, M. E. (2014). Mampukah Akad Syariah Menghindarkan Persoalan Riba. IQTISHADUNA:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 3(2), 850–872.
Yusuf, M. (2012). Analisis Penerapan Akuntansi Musyarakah Terhadap PSAK 106 pada Bank
Syariah X. Binus Business Review, 3(1), 273–285