Anda di halaman 1dari 14

Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Pembiayaan Musyarakah pada Bank

Syariah Indonesia KCP Medan Djuanda

Widya Yunisa1, Syawla Andina Auliya2, Jihan Reswita3, Faras Abiyu Zhafran4, Anggun
Debana Maharani5

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

ABSTRACT

This study looks at how Musyarakah financing is treated in the accounting at Bank Syariah
Indonesia (BSI) KCP Medan Juanda to see if the Musyarakah contract is being implemented in
accordance with PSAK No. 106. The primary and secondary data for this study were gathered
through field observations, documentation, interviews with bank managers, and qualitative
descriptive research. The aftereffects of this study demonstrate that the bookkeeping treatment at
BSI KCP Medan Juanda in regards to acknowledgment, estimation, and exposure follows PSAK
No. 106. However, the presentation-related accounting treatment does not follow PSAK No. 106
on the grounds that BSI presents money and resources as musyarakah receivables, while in light
of PSAK 106, section 35 states that money or resources gave over to dynamic accomplices are
introduced as musyarakah ventures. It is anticipated that BSI KCP Medan Juanda will be able to
guarantee Musyarakah financing under PSAK No. 106.

PENDAHULUAN

Musyarakah adalah kerjasama antara pemilik modal yang menggabungkan modalnya


dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Dana yang diserahkan dapat berupa uang tunai atau
aset fisik yang diperbolehkan oleh hukum Syariah. Akad Musyarakah sendiri menyatakan bahwa
setiap mitra harus menyediakan modal kerja untuk mendirikan usaha dan masing-masing mitra
harus menggunakan modalnya untuk keperluan bisnis dan bukan untuk keuntungan pribadi. Selain
itu, setiap mitra diharapkan memberikan rincian akuntansi sebagai bentuk pertanggungjawaban
atas modal Musyarakah yang digunakan, sehingga membutuhkan standar akuntansi berbasis
syariah untuk memandu pembukuan. (Sri & Wasilah, 2015).

Bank Syariah adalah Organisasi Keuangan Islam (Islamic Financial Banking) dan lebih
dari sekedar bank (selain perbankan) berdasarkan Al-Quran dan Hadits (Nabi Muhammad SAW)
yang mengacu pada aturan muamalah, terutama yang diperbolehkan. lakukan, kecuali tidak ada
larangan dalam Al-Quran-Quran dan Hadits yang mengatur hubungan yang berkaitan dengan
keuangan, masyarakat dan politik (Ikatan Bankir Indonesia, 2014). Menurut Pasal 3 Undang-
Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 Republik Indonesia, disebutkan bahwa bank
syariah harus mematuhi hukum Syariah dalam operasi bisnisnya dan, dalam hal ini, mengikuti
fatwa yang dikeluarkan oleh badan agama yang diakui. Dewan Syariah Nasional (DSN) di bawah
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, bank syariah juga
menghimpun tabungan nasional dan menyalurkannya kepada masyarakat. Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dibentuk untuk memastikan kegiatannya sesuai dengan prinsip syariah.

Berikut adalah skema dari pembiayaan musyarakah:

Sumber: Antonio (2001)

Gambar 1. Skema Akad Musyarakah

Menempatkan dana di bank syariah adalah investasi, pengembalian modal yang


diinvestasikan secara inheren tidak dapat diprediksi karena bisnis mungkin menguntungkan atau
tidak menguntungkan. Hanya persentase bagi hasil antara bank dan nasabahnya yang dapat
ditentukan (Ikatan Bankir Indonesia, 2014). Berbeda dengan menginvestasikan uang di bank
tradisional yang sekarang lebih aman karena tingkat bunga biasanya tetap dan pasti (Miftahuddin,
2019). Pedoman investasi yang digunakan bank syariah dapat mendamaikan kepentingan yang
bertentangan antara pemilik modal yang menginginkan spread besar untuk memaksimalkan spread
bunga dan deposan yang menginginkan return tinggi atau besar. Tujuannya agar bank dapat
memaksimalkan keinginan pengguna aset berbunga rendah yang tetap menghasilkan keuntungan
yang signifikan (Ginting, 2015). Mempertimbangkan semua keunggulan sistem perbankan syariah
dan perkembangannya yang memuaskan, diharapkan bank syariah akan terus beroperasi dengan
sukses di masa depan. Tidak adanya bunga pada bank syariah merupakan keuntungan yang jelas,
karena bunga pada bank syariah dilarang sebagai “bunga”, tetapi disebut bagi hasil (Rasiam, 2014).

Lembaga keuangan Islam (LKI) menetapkan sistem berurusan dengan pekerjaan untuk
menghilangkan sistem suku bunga. Untuk itu, Anda membangun sistem bagi hasil berdasarkan
prinsip syariah yang dilaksanakan melalui empat akad: mudharabah, musyarakah, muzara'ah dan
musaqah (Tomisa, 2014). Namun sistem bagi hasil seringkali menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah (Idris, 2020). Pembiayaan dengan akad mudharabah dan musyarakah dianggap
pembiayaan yang ideal karena pembiayaan ini menggunakan prinsip bagi hasil dan bagi hasil
(Rohmi, 2015).

Lembaga keuangan memerlukan standarisasi untuk menjalankan operasionalnya, yang


dapat dijadikan lensa Akuntansi Pembiayaan Musyarakah. Oleh karena itu, PSAK No. 106
ditetapkan sebagai standar pelaporan pemerintah. PSAK No. 106 Dalam kaitannya dengan
akuntansi musyarakah, musyarakah dicirikan oleh kepentingan-kepentingan sebagai berikut: “(1)
mitra saling menyediakan dana untuk mendukung usaha tertentu, baik yang sudah ada maupun
yang baru; (2) Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk uang tunai, setara kas, atau aset
nontunai; (3) ) Keuntungan komersial Musyarakah dibagi antara para mitra menurut dana yang
disimpan (uang atau bagian non-moneter) atau menurut nisbah yang disepakati.Dalam menghitung
kerugian, jumlah yang diinvestasikan digunakan sebagai pengganda ( moneter dan non-moneter)
(Yusuf, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab
pembiayaan Musyarakah BSI KCP Medan Juanda dan apakah pelaksanaan akad Musyarakah
sesuai dengan PSAK No. 106. Pelajari lebih dalam pemahaman kami tentang akuntansi
pembiayaan Musyarakah di BSI KCP Medan Juanda.

KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengertian Perlakuan Akuntansi

Setiap transaksi atau peristiwa akuntansi diproses dalam akuntansi. Akad musyarakah
memiliki metode akuntansi tersendiri, sama seperti transaksi atau peristiwa lainnya. Gagasan
pencatatan, penilaian, penyajian dan penyajian merupakan bagian dari konsep yang berkaitan
dengan perlakuan akuntansi (Rahman, 2013).

Pendekatan akuntansi untuk transaksi Musyarakah dianggap dari perspektif peserta aktif
dan pasif. Mitra aktif dalam pengelolaan Musyarakah adalah yang mengelola dirinya sendiri atau
memilih mitra lain untuk menanganinya atas namanya. Mitra yang secara pasif menjalankan bisnis
adalah mitra (biasanya lembaga keuangan) yang tidak terlibat dalam bisnis. Pada prinsipnya, semua
transaksi Musyarakah harus dicatat secara terpisah dari pencatatan lainnya (Lara et al., 2021).

Perlakuan akuntansi mempengaruhi “hasil laporan keuangan yang disajikan dan


diterbitkan oleh perusahaan, sehingga merupakan langkah penting dalam pengelolaan laporan
keuangan menurut standar akuntansi. Jika perlakuan akuntansi tidak diterapkan dan tidak diubah
oleh standar akuntansi, niscaya akan mempengaruhi kesalahan dan aturan perusahaan, sehingga
menyulitkan pengguna laporan keuangan untuk memahami laporan keuangan perusahaan dan
mengambil keputusan (Lestariani, 2019).

PSAK 106 Tentang Musyarakah

Pedoman akuntansi untuk musyarakah menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) No. 106 meliputi:

a. Karakteristik pembiayaan Musyarakah


1) Mitra (syarik) secara bersama-sama mengalokasikan dana untuk membiayai suatu
usaha tertentu, baik usaha yang sudah ada maupun usaha baru dalam musyarakah.
Selain itu, mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan nisbah bagi hasil yang
telah disepakati kepada masyarakat (mitra lain) sebagian atau seluruhnya
sekaligus.
2) Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk uang tunai, tunai atau aset
natura, termasuk aset tidak berwujud seperti lisensi dan paten.
3) Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra
dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau
kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan yang
disengaja ialah:
a) pelanggaran terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana investasi,
manipulasi biaya, dan pendapatan operasional; atau
b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
4) Apabila para pihak yang bersengketa tidak mencapai kata sepakat, maka delik
kesengajaan harus dibuktikan dengan keputusan pejabat yang berwenang.
5) Pendapatan komersial Musyarakah dibagi antara para mitra secara proporsional
sesuai dengan dana yang disimpan (baik dalam bentuk tunai atau dalam bentuk
non-moneter lainnya) atau menurut nisbah yang disepakati antara para mitra. Pada
saat yang sama, kerugian dihitung secara proporsional dengan dana yang disimpan
(baik tunai maupun non tunai).
6) Jika salah satu mitra berpartisipasi dalam akad musyarakah atau memiliki nilai
lebih dari mitra lainnya, maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih.
Bentuk kelebihan keuntungan ini dapat berupa bagian yang lebih besar dari
keuntungan unit dana atau keuntungan tambahan lainnya.
7) Bagian mitra dari total keuntungan ditentukan oleh proporsi yang disepakati dari
keuntungan komersial yang diperoleh selama periode kontrak, bukan berdasarkan
jumlah investasi bersama.
8) Pengelola musyarakah mengelola transaksi bisnis yang berkaitan dengan investasi
musyarakah yang dibukukan tersendiri.

Artinya dalam pembiayaan musyarakah ini para mitra telah sepakat untuk mengumpulkan
modal mereka dan bersama-sama menjalankan suatu usaha tertentu, investasi dapat berupa
kas atau non kas, dan apabila ada kerugian maka akan ditanggung bersama, olehkarena itu
mitra diwajibkan untuk memberikan jaminan sebagai alat pengaman dalam suatu akad.

b. Pengakuan dan Pengukuran pembiayaan musyarakah


1) Pendaftaran keuangan Musyarakah berarti bahwa investasi Musyarakah
didaftarkan pada saat kas dibayarkan atau aset non-moneter dialihkan ke mitra
musyarakah aktif. Intinya dana yang diberikan kepada anggota dalam pembiayaan
musyarakah diakui sebagai salah satu jenis investasi BMT.
2) Pengukuran pembiayaan musyarakah
a) Aset musyarakah dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan, aset musyarakah non kas:
i. diukur pada nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar
dan nilai buku aset tidak berwujud, selisih tersebut diakui sebagai
laba ditangguhkan dan diamortisasi selama periode kontrak; atau
jika terjadi kerugian.
ii. Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar aset
yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban
penyusutan atas aset yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi
keuntungan tangguhan.
iii. Biaya yang timbul dari akad musyarakah (seperti biaya studi
kelayakan) tidak dapat dianggap sebagai bagian dari investasi
musyarakah kecuali disetujui oleh semua mitra musyarakah..

Artinya, dana yang diberikan kepada anggota dinilai berdasarkan jumlah yang
diberikan. Misalnya, pembiayaan dalam bentuk barang diperkirakan berdasarkan harga
barang pada saat penyerahan.

c. Penyajian dan pengungkapan pembiayaan musyarakah


1) Penyajian pembiayaan musyarakah mitra aktif menyajikan hal-hal yang terkait
dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan. Maksudnya adalah pencatatan
pembiayaan musyarakah dalam laporan keuangan dicatat secara rinci terkait
dengan usaha musyarakah.
2) Pengungkapan pembiayaan musyarakah
a) Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi
tidak terbatas, pada:
i. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi
penyertaan, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah,
dan lain-lain;
ii. pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena yang
dialami subjek, seperti perilaku, persepsi, motivasi, aktivitas, dll dan Narbuko, 2015; Moleong,
2016). Metode ini dipilih karena peneliti ingin mengkaji dan mendeskripsikan fenomena di
lapangan secara lebih tepat, transparan dan komprehensif.

Sumber Data

Informasi dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Sumber informasi
primer adalah sumber informasi yang diperoleh peneliti dalam suatu bidang yang berhubungan
langsung dengan pokok bahasan yang diteliti. Data utama penelitian ini berasal dari wawancara
dengan pengelola BSI tentang perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah. Mengenai data
sekunder diperoleh dari buku, dokumen dan website yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi.

a. Observasi Adapun observasi yang dilakukan peneliti adalah menggunakan observasi


partisipasi.
b. Wawancara Peneliti melakukan wawancara dengan pihak terkait yaitu dengan nasabah dan
karyawan bagian pembiayaan musyarakah.
c. Dokumentasi Dokumen yang diperoleh dari BSI KCP Medan Juandaberupa brosur laporan
keuangan serta standar operasional prosedur (SOP) di BSI KCP Medan Juanda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a) Perlakuan Akuntansi terhadap Pembiayaan Musyarakah di Bank Syariah Indonesia


(BSI) KCP Medan Juanda
Untuk mengetahui perlakuan akuntansi yang mencakup pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan terhadap pembiayaan musyarakah di BSI Medan Juanda,
penulis membuat simulasi sebuah kasus sebagai berikut:
Misalnya, harga rumah yang ingin dibeli nasabah adalah Rp300.000.000.
Dropping (penyediaan dana) yang diberikan oleh BSI KCP Medan Juanda sebesar
Rp234.000.000 (78%) dan biaya yang dibayarkan oleh nasabah sebesar Rp66.000.000
(22%), jangka waktu perjanjian atau penyelesaian akad tersebut adalah 120 bulan. Estimasi
yield (keuntungan yang diinginkan oleh bank) sebesar 10,5%, dari nilai syirkah yang
disepakati menghasilkan nilai sewa senilai Rp 3.157.479 setiap bulan, dengan porsi
kepemilikan rumah untuk BSI KCP Medan Juanda (78%) dan nasabah (22%), dari
perhitungan ini dapat dihasilkan porsi nisbah bagi hasil untuk BSI (64,84%) dan nasabah
(35,16%).
Perlakuan akuntansi terhadap kasus di atas mencakup pengakuan, pengukuran,
penyaji an, dan pengungkapan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran pembiayaan musyarakah di BSI KCP Medan Juanda:
a) Pada saat awal akad Perlakuan akuntansi pada saat awal akad di mana jumlah yang
disepakati telah diketahui oleh kedua belah pihak yaitu antara bank dan nasabah. Adapun
pencatatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Pencatatan pada saat awal akad

Keterangan Debit Kredit

Pembiayaan musyarakah Rp234.000.000

Rekening nasabah Rp234.000.000

Piutang Rp234.000.000

Kas Rp234.000.000

b) Pada saat Pembelian Porsi Bank


Pengertian indeks bagi hasil di BSI KCP Medan Juanda didaftarkan sesuai haknya,
disesuaikan dengan kesepakatan awal antara mitra dengan BSI KCP Medan Juanda. Bagi
hasil pembiayaan musyarakah KCP BSI Medan Juanda menggunakan bagi hasil yang
ditentukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi dengan biaya usaha
pengelola musyarakah. Dalam akuntansi, persentase yang disepakati pada awal akad antara
bank dengan nasabah digunakan untuk pembelian saham bank, pencatatannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Pencatatan pada saat Pembelian Porsi Bank
Keterangan Debit Kredit

Rekening nasabah Rp 3.157.479

Pembiyaan musyarakah Rp 2.407.500

Pendapatan bagi hasil Rp 1.109.979


musyarakah

Diketahui:
Angsuran nasabah setiap bulan: Rp 3.157.479
Bagi hasil untuk BSI KCP Medan Juanda: 64,84%
Bagi hasil untuk nasabah: 35,16%
Angsuran nasabah setiap bulan x bagi hasil untuk BSI KCP Medan Juanda:
= 3.157.479 x 64,84%
= 2.047.500
Angsuran nasabah setiap bulan x bagi hasil untuk nasabah:
= 3.157.479 x 35,16%
= 1.109.979
(Hasil penggenapan sesuai kalkulator kredit)

c) Pada saat akad berakhir


Pada saat akad pembiayaan musyarakah berakhir, dimana kepemilikan nasabah
telah menunjukkan 1% atau mendekati 0%, maka transaksi akad musyarakah dinyatakan
selesai dan kepemilikan rumah menjadi milik nasabah 100%.

Tabel 3. Pencatatan pada saat akad berakhir

Keterangan Debit Kredit

Rekening nasabah Rp3.157.479

Pembiayaan Musyarakah Rp3.130.091

Pendapatan bagi hasil Rp27.388


Musyarakah

Diketahui:
Angsuran setiap bulan x 1%
= 3.157.479 x 1%
= 27.388
(Hasil penggenapan sesuai kalkulator kredit)
2. Penyajian dan Pengungkapan
a) Penyajian

Sebagai mitra pasif, BSI KCP Medan Juanda menghadirkan rekening tunai dan
non tunai baik untuk pembiayaan musyarakah maupun saat nasabah membayar cicilan
dan bagi hasil.

BSI KCP Medan Juanda melaporkan pembiayaan musyarakah dalam laporan


keuangan di bawah aset neraca dan untuk pembagian laba disajikan dalam laporan laba
rugi yang dikelompokkan dalam laba rugi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan oleh Kepala cabang BSI KCP Medan Juanda.

“Pembiayaan musyarakah kami sajikan dalam bentuk laporan keuangan, namun


untuk menjaga rahasia dagang, kami belum siap untuk memberikan laporan keuangan
kepada anda, kami menyajikan pembiayaan musyarakah dalam neraca aset, dan bagi
hasil, laporan laba rugi ini diperkenalkan”.

b) Pengungkapan
Menurut informasi yang diterima dari sumber, semua informasi tentang
pembiayaan musyarakah, mulai dari pendapatan, biaya, laba rugi, akan diungkapkan
dalam catatan atas akun tahunan sesuai dengan transaksi.
a) Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah di Bank Syariah
Indonesia (BSI) KCP Medan Juandadengan PSAK 106
Analisis kesesuaian perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah dengan PSAK
106, sebagai berikut:
1. Pengakuan dan Pengukuran
a) Pada saat awal akad
BSI KCP Medan Juanda mengakui pembiayaan musyarakah pada awal akad
dengan membebankan biaya pembiayaan musyarakah yang diakui atas pembiayaan
musyarakah dan mengkredit rekening nasabah. PSAK nomor 106 (paragraf 14)
menjelaskan bahwa “Investasi musyarakah dicatat pada saat aset moneter atau
nonmoneter dibuat untuk bisnis musyarakah” dan PSAK nomor 106 (paragraf 15)
menjelaskan bahwa “Pembiayaan musyarakah adalah jumlah yang dikirim ke nilai
yang dinilai. ." Perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh BSI KCP Medan Juanda
sehubungan dengan akuntansi dan penilaian disajikan sesuai dengan PSAK 106.
b) Pada saat porsi bank
BSI KCP Medan Juanda menandatangani kesepakatan persentase keuangan dan
bagi hasil pembiayaan musyarakah. BSI KCP Medan Juanda mencerminkan
pembagian keuntungan dari keuntungan pendapatan dan dikurangkan dari biaya-biaya
usaha keuangan musyarakah. Pendaftaran dan evaluasi pembiayaan Musyarakah, jika
pembagian keuntungan dinyatakan sesuai dengan PSAK No. 106 (ayat 23), yaitu
“Keuntungan kegiatan musyarakah mitra aktif dicatat sebesar haknya sesuai akad
pendapatan usaha musyarakah, sedangkan hasil usaha bagi mitra pasif yang diakui
sebagai mitra pasif dalam pembagian keuntungan dan tanggung jawab.
c) Pada saat akad berakhir
BSI KCP Medan Juanda mengakui bahwa pembiayaan musyarakah berakhir pada
saat nasabah telah melunasi cicilan pokok, namun jika bank belum menerimanya maka
bank akan mendaftarkannya sebagai tagihan. Mempertimbangkan paragraf 33 PSAK
106, hal ini dianggap tepat.
2. Penyajian dan Pengungkapan
a) Penyajian
BSI KCP Medan Juanda memberikan presentasi terkait sarana
pembiayaan musyarakah tunai dan non tunai. Pembiayaan musyarakah dilaporkan
dalam laporan keuangan pada bagian aset pada laporan posisi keuangan (SPF),
sedangkan bagi hasil dilaporkan dalam laporan laba rugi. Semua acara
musyarakah disajikan dalam lampiran laporan tahunan. Perlakuan akuntansi
terkait penyajian ini diduga melanggar PSAK 106, karena BSI KCP Medan Juanda
menyajikan kas dan aset sebagai piutang musyarakah, sedangkan menurut PSAK
106 (paragraf 35), disajikan “Kas atau aset yang dialihkan kepada mitra aktif
investasi musyarakah”. Ke arah yang lebih baik, diusulkan agar BSI KCP Medan
Juanda sesuai dengan yang ditentukan dalam PSAK 106 (33).
b) Pengungkapan
Perlakuan akuntansi terkait dengan pengungkapan oleh BSI KCP Medan
Juanda telah sesuai PSAK 106 paragraf 37.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan akuntansi pada awal akad, dimana jumlah yang disepakati diketahui kedua
belah pihak (bank dan nasabah), adalah mendebet pembiayaan musyarakah dan mengkredit
rekening nasabah, serta mendebet piutang dan mengkredit kas. Akuntansi pembagian saham bank
dengan persentase yang disepakati di awal akad antara bank dan nasabah dilakukan dengan
mendebet rekening nasabah dan pelunasan pembiayaan musyarakah dan bagi hasil musyarakah.
Pada akhir akad keuangan musyarakah, dimana bagian kepemilikan klien telah menunjukkan 1%
atau mendekati 0, transaksi akad musyarakah diakui telah selesai dan hak kepemilikan atas
pembelian barang/rumah menjadi milik klien 100 % . Untuk tujuan penyajian, pembiayaan
musyarakah dilaporkan di neraca yaitu. pada sisi aset, dalam laporan keuangan dan untuk tujuan
pembagian laba dalam bentuk laporan laba rugi yang dikelompokkan dalam laba rugi. Selanjutnya
informasi mengenai pembiayaan musyarakah mulai dari pendapatan, beban, laba rugi, akan
diungkapkan sesuai transaksi dalam catatan atas perhitungan tahunan. Pengaruh pembiayaan
musyarakah di BSI KCP Medan Juanda adalah masyarakat merasa terbantu dalam mengalokasikan
dana untuk pengembangan usahanya, perekonomian nasabah juga terbantu dengan sistem
musyarakah, dan usaha yang dikelola nasabah dapat berkembang sesuai dengan keinginannya.
kebutuhan tujuan pengembangan, sehingga lowongan terbuka di sepanjang lapangan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan musyarakah BSI KCP Medan Juanda memiliki
nilai positif bagi pertumbuhan ekonomi nasabah. Perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah di
BSI KCP Medan Juandaa sejak awal akad pembiayaan yang meliputi pencatatan, evaluasi,
penyajian dan pengungkapan, tidak sepenuhnya sesuai dengan PSAK No. 106 tentang akuntansi
musyarakah. Perlakuan akuntansi pada saat penyajian tidak sesuai dengan PSAK No. 106, karena
BSI KCP Medan Juanda menyajikan uang dan harta kekayaan sebagai tagihan musyarakah,
sedangkan pada PSAK 106 (35) disebutkan bahwa “Uang atau harta kekayaan dialihkan kepada
sekutu aktif .disajikan sebagai investasi musyarakah.

Saran

Perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah BSI KCP Medan Juanda pada saat
pengajuan tentu tidak sesuai dengan PSAK No. 106, karena BSI KCP Medan Juanda melaporkan
uang dan harta sebagai tanda terima musyarakah, sedangkan menurut PSAK 106 (ayat 35) justru
laporan “Uang atau aset yang diberikan kepada mitra aktif dilaporkan musyarakah sebagai
investasi. Untuk hasil yang lebih baik, BSI KCP Medan Juanda merekomendasikan penyesuaian
uang yang ditugaskan berdasarkan PSAK No. 106. Peneliti saat ini memiliki keterbatasan nyata
dalam akuntansi. Teori terapi pembiayaan musyarakah. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya
disarankan untuk mempertimbangkan produk keuangan lain selain musyarakah, seperti
mudharabah, murabahia, dll.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bank Syariah


Indonesia KCP Medan Juanda dan semua pihak yang terlibat selama proses dan publikasi hasil
penelitian ini
REFERENSI

Abdul Wahab, Solichin.2004. Policy Analysis: From Formulation to Implementation of State


Policy. Jakarta: Bumi Aksara

Achmadi, A., & Narbuko, C. (2015). Metodologi Penelitian. Bumi Aksara.

Fatriani, R. (2018). Bentuk-bentuk Produk Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia.
Ensiklopedia of Journal, 1(1).

Febriani, R. (2022). Jenis-Jenis Kredit Bank, Ini Kegunaan dan Jangka Waktunya.

Ginting, M. A. P. (2015). Analisis Perilaku Masyarakat terhadap Keinginan Memperoleh


Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah pada Bank Syariah di Kota Medan.
Skripsi.Universitas Sumatra Utara.

Idris, M. (2020). Mengenal Prinsip Bagi Hasil di Bank Syariah.

Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Memahami bisnis bank syariah. Gramedia Pustaka Utama.

Lara, M., Misdar, M., & Atika, A. (2021). Analisis Perlakuan Akuntansi pada Pembiayaan
Musyarakah Mutanaqishah di bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Pangkalpinang.
Budgeting: Jurnal Akuntansi Syariah, 2(2), 106–118.

LESTARIANI, S. (2019). Analisis perlakuan akuntansi pada laporan keuangan neraca.

Miftahuddin, M. (2019). Perbandingan Konsep Keuangan pada Bank Syariah dan Bank
Konvensional. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 2(2), 213–
228.

Moleong, L. J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya.

Rahman, P. (2013). Pengantar Akuntansi 1. Erlangga.

Rasiam, R. (2014). Rasionalisasi Pengharaman Bunga Bank. Muqtasid: Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syariah, 5(1), 145–161.

Rohmi, P. K. (2015). Implementasi Akad Musyarakah Mutanaqishah pada Pembiayaan


Kepemilikan Rumah di Bank Muamalat Lumajang. Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam,
4(1), 17–37.

Sri, N., & Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat.
Tomisa, M. E. (2014). Mampukah Akad Syariah Menghindarkan Persoalan Riba. IQTISHADUNA:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 3(2), 850–872.

Yusuf, M. (2012). Analisis Penerapan Akuntansi Musyarakah Terhadap PSAK 106 pada Bank
Syariah X. Binus Business Review, 3(1), 273–285

Anda mungkin juga menyukai