Anda di halaman 1dari 6

UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

UJIAN AKHIR SEMSESTER TA.2019/2020

Nama : Rizki Isnani Fadhila Saragih


NIM : 0502172300
Mata Kuliah : Akuntansi Asuransi Syariah
Semsters/Kelas : Akuntansi Syariah VI/ E
Jurusan : Akuntansi Syariah
DosenPenguji : Facrul Rozi SE.M.Si

1. Coba anda sebutkan dan jelaskan jenis akad dalam penerapan asuransi
syariah di Indonesia?
Jawaban :
Akad yang diterapkan dalam asuransi syariah adalah Akad yang sesuai dengan
syariah, yaitu akad yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian),
riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. (Fatwa
DSN No.21/DSN-MUI/X/2001) antara lain :
1. Akad Tabarru’ (Fatwa DSN No.53/DSN-MUI/III/2006)
Akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar
peserta pemegang polis. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah akad yang
dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong
antar peserta, bukan untuk tujuan komersial. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta
memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta atau
peserta lain yang tertimpa musibah. Perusahaan asuransi bertindak sebagai
pengelola dana hibah, atas dasar akad wakalah dari para peserta selain
pengelolaan investasi.
Kontribusi yang dibayarkan oleh peserta (premi) terdiri dari dana tabarru’ (untuk
kepentingan peserta) dan ujrah (fee) untuk kepentingan pengelola (perusahaan
asuransi).
2. Akad Wakalah bil Ujrah (Fatwa DSN No.52/DSN-MUI/III/2006)
Akad Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi dengan
peserta, Akad Wakalah bil Ujrah untuk asuransi, yaitu salah satu bentuk akad
Wakalah di mana  peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi dengan
imbalan pemberian ujrah (fee), Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk
asuransi yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’ (non-
saving). Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat
kuasa) untuk mengelola dana, sedangkan Peserta (pemegang polis), dalam produk
saving dan tabarru’, bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola
dana, Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib menginvestasikan dana
yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah, Hasil
investasi dari dana tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam
akun tabarru’, Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah
dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah atau akad
Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad
Wakalah bil ujrah.

3. Akad Mudharabah (Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001)


Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak
sebagai mudharib(pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul
mal (peserta), Peserta memberikan kuasa kepada Pengelola (Perusahaan asuransi)
untuk mengelola dana tabarru’ dan/atau dana investasi peserta, sesuai dengan
kuasa dan wewenang yang diberikan dengan mendapatkan imbalan berupa bagi
hasil (nisbah) yang besarnya telah disepakati bersama.

4. Akad Mudharabah Musytarakah (Fatwa DSN No.51/DSN-


MUI/III/2006)
Akad Mudharabah Musytarakah, yaitu perpaduan dari akad Mudharabah dan akad
Musyarakah, Perusahaan asuransi sebagai mudharib menyertakan modal atau
dananya  dalam investasi bersama dana peserta, Modal atau dana perusahaan
asuransi dan dana peserta diinvestasikan secara bersama-sama dalam portofolio,
Perusahaan asuransi sebagai mudharib mengelola investasi dana tersebut. Hasil
investasi dibagi antara perusahaan asuransi (sebagai mudharib) dengan peserta
(sebagai shahibul mal) sesuai dengan nisbah yang disepakati  atau dibagi secara
proporsional antara perusahaan asuransi (sebagai musytarik) dengan peserta
berdasarkan porsi modal atau dana masing-masing.

2. Penyusunan laporan keuangan asuransi syariah menggunakan asumsi


dasar, yaitu akrual dan going concern, bagaimanakah maksud dari
pernyataan asumsi tersebut? Jelaskan.

Jawaban :

Asumsi going concern adalah salah satu asumsi yang dipakai dalam
menyusun laporan keuangan. Asumsi ini mengharuskan perusahaan secara
operasional memiliki kemampuan memperahankan kelangsungan hidup
perushaannya. Hal ini adalah syarat suatu laporan keuangan disusun dengan
menggunakan accrual basis. Jika suatu entitas bisnis tidak memiliki kemampuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka laporan keuangan entitas tesebut
wajib disusun berdasarkan asumsi likuidasi dengan basis nilai realisasi.
Asumsi dasar laporan keuangan akuntansi syariah masih menetapkan
kelangsungan usaha (going concern) dan sistem accrual. Dua asumsi tersebut
sangat bertentangan dengan prinsip dan akhlak syariah bahkan tujuan laporan
keuangan akuntansi syariah. Asumsi kelangsungan usaha memang memiliki
pendekatan akuntabilitas berbasis entity theory yang mementingkan pemilik
modal dan investor saja. Sedangkan dalam asumsi dasar akrual tidak sepenuhnya
dapat digunakan secara langsung. Seperti diketahui bahwa prinsip akrual
melakukan pencatatan fakta (merekam arus kas masa kini), potensi (merekam arus
kas masa depan) dan konsekuensi (merekam arus kan masa lalu) khusus mengenai
pencatatan potensi menggunakan prinsip present value yang sarat dengan
penghitungan bernuansa riba dan gharar.
Unsur laporan keuangan akuntansi syariah terutama laba masih
menggunakan konsep income yang memang merupakan konsekuensi
digunakan entity theory. Tidak menyesuaikan konsep income berdasarkan
pada shariate enterprise theory yang menggunakan konsep nilai tambah yang
sesuai prinsip transaksi syarah. Pengakuan unsur-unsur dalam laporan keuangan
akuntansi syariah masih didasarkan pada prinsip akuntansi konvensional, proses
seperti ini akan berdampak pada hilangnya paradigma transaksi syariah dan
akhlak (seperti tidak mengandug unsur riba,gharar,haram dan prinsip syariah
lainnya).

3. Coba jelaskan apa yang anda ketahui fungsi Laporan Surplus Defisit
Dana tabarru’?.
Jawaban :
Surplus Underwriting
1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru’, maka boleh
dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut:
- Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru’.
- Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian
lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen
risiko.
- Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian
lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati
oleh para peserta. 53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 7 Dewan
Syariah Nasional MUI
2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus disetujui
terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam akad.

Defisit Underwriting
- Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru’ (defisit tabarru’),
maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi kekurangan tersebut
dalam bentuk Qardh (pinjaman).
- Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari
dana tabarru’.

Fungsi dari laporan surplus deficit dana tabarru’ adalah sebagai bukti konkret
bahwa telah disetujui nya alternative jika terjadi surplus atau deficit dana tabarru’.
Karena harus disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam akad.
Dengan begini, akan lebih terjamin kualitas sistemnya.

4. Coba anda jelaskan fungsi Laporan Sumber dan Penggunaan dana


kebajikan?.

Jawaban :
Entitas menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: 
(a) sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan infak, sedekah, hasil
pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku,
pengembalian dana kebajikan produktif, denda; dan pendapatan nonhalal. 
(b) penggunaan dana kebajikan untuk: dana kebajikan produktif, sumbangan; dan
penggunaan lainnya untuk kepentingan umum. 
(c) kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan;
(d) saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan
(e) saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.

Jadi menurut saya, fungsi dari adanya laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan adalah, agar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan menjadi
transparan, karena adanya bukti yang nyata dan jelas. Hal itu akan semakin
membuat para nasabah/peserta percaya terhadap produk syariah/ system syariah
itu sendiri. Tidak akan terjadi dugaan-dugaan yang menimbulkan pertikaian
nantinya jika terjadi suatu permasalahan karena memiliki bukti konkret, untuk apa
saja dana kebajikan disalurkan/ dipergunakan pada hal-hal yang sepantasnya.

Anda mungkin juga menyukai