Anda di halaman 1dari 11

Latar Belakang

Premi asuransi syariah adalah dana kontribusi yang dihibahkan oleh nasabah
untuk saling menanggung risiko (sharing risk). Di dalam asuransi syariah, pihak
asuransi berperan sebagai pemegang amanah dan pengelola dana kontribusi
tersebut.
Sama seperti asuransi konvensional, premi umumnya dibayarkan setiap
bulan tergantung dari jatuh tempo sesuai dengan yang tertera dalam perjanjian
atau polis asuransi. Besaran premi dalam asuransi syariah bervariasi tergantung
beberapa faktor seperti jenis produk, usia nasabah, hingga tempat nasabah
membeli polis.
Risiko adalah sesuatu yang dapat mengancam aktifitas perusahaan dan dapat
menyebabkan gagalnya tujuan. Bagi perusahaan asuransi, risiko adalah ketika
terjadi klaim dari peserta. Dengan adanya klaim maka perusahaan akan
mengeluarkan sejumlah dana untuk pembayaran klaim tersebut sesuai dengan
manfaat yang dijanjikan. Untuk itu, Proses underwriting harus dilakukan dengan
cermat dan akurat agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

2.1 Pengertian Premi dalam asuransi syariah


Premi adalah kewajiban peserta asuransi syariah dengan membayarkan
sejumlah dana kepada perusahaan sesuai kesepakatan dalam akad. Tak jauh
berbeda dengan asuransi konvensional, tujuan utama dari pembayaran premi
dalam asuransi syariah adalah memberikan jaminan perlindungan atas berbagai
risiko kerugian yang diderita satu pihak.
Prinsip asuransi syariah sendiri tolong-menolong dengan memanfaatkan
dana tabarru’ yang merupakan dana kumpulan para peserta. Peserta asuransi
syariah akan mendapatkan kepastian surplus underwriting yaitu selisih dari total
dana kontribusi (premi) yang dibayar pemegang polis dan diberikan kepada
pemegang polis dalam bentuk dana tabarru’.
Artinya, hanya dengan mengeluarkan biaya dalam jumlah tertentu,
Tertanggung tidak perlu menanggung, mengganti, atau membayar sendiri
kerugian yang jumlahnya tak tentu akibat musibah yang dialami.
Begitupun pada asuransi syariah, di mana sebagian dana kontribusi (premi
asuransi) digunakan sebagai alat untuk menolong nasabah lain yang sedang
tertimpa musibah. Sebab, dana yang dibayarkan peserta sebagai kontribusi
(premi) ini bisa “dipinjamkan” kepada peserta lain yang sedang membutuhkan.
Pinjaman ini artinya sebagai klaim yang diperoleh peserta tersebut.

2.2 Jenis-jenis premi asuransi syariah


Jenis premi asuransi syariah sebenarnya tidak berbeda jauh dengan asuransi
konvensional. Untuk lebih jelasnya, berikut ini jenis-jenis premi asuransi yang
berdasarkan prinsip Islam di Indonesia:
1. Asuransi jiwa syariah
Premi asuransi jiwa syariah dibayarkan untuk membantu nasabah dalam
mengantisipasi risiko kematian tulang punggung keluarga yang dikelola sesuai
syariat. Beberapa perusahaan menawarkan berbagai varian, misalnya asuransi
jiwa kredit syariah dan asuransi jiwa untuk pergi haji.
2. Asuransi kesehatan syariah
Dengan membayar sejumlah dana kontribusi asuransi kesehatan syariah,
maka biaya perawatan medis nasabah akan ditanggung dengan prinsip syariah.
Jika nasabah jatuh sakit, perusahaan asuransi akan menanggung biaya pengobatan
di rumah sakit.
3. Asuransi umum syariah
Asuransi umum syariah akan menanggung berbagai risiko kerugian dalam
kehidupan dengan prinsip syariah. Beberapa produk asuransi umum syariah
seperti asuransi mobil syariah dan asuransi pendidikan syariah.
4. Reasuransi syariah
Reasuransi syariah adalah perusahaan jasa yang melayani jasa asuransi
kepada perusahaan asuransi dengan prinsip syariah. Jadi, reasuransi bakal
menjamin risiko perusahaan asuransi, yaitu klaim dari nasabah. Sederhananya,
jenis ini bakal membantu asuransi membayarkan klaim nasabahnya.
Manfaatkan asuransi mobil syariah agar kamu terjamin dari tagihan dari
bengkel dengan tetap mengedepankan pengelolaan keuangan sesuai ketentuan
syariat.

2.3 Faktor yang mempengaruhi nilai kontribusi


Besar kecilnya nilai kontribusi atau premi, tergantung pada berbagai faktor,
antara lain:
1. Jenis asuransi yang diambil oleh pemegang polis.
2. Profil tertanggung: usia, pekerjaan, jenis kelamin, riwayat penyakit, dan lain-lain.
3. Jenis dan nilai aset atau harta benda yang diasuransikan.
4. Cakupan pertanggungan, mulai dari pertanggungan utama hingga rider
(pertanggungan tambahan).

2.4 Prinsip bagi hasil pada asuransi syariah


Pada asuransi syariah, salah satu prinsip yang dipegang teguh adalah sistem
bagi hasil di mana kontribusi atau premi yang disetorkan kepada pihak asuransi
akan menjadi hak dari semua nasabah, terutama jika ada klaim yang diajukan.
Keuntungan bisa diperoleh ketika kontribusi yang dimiliki lebih besar
dibandingkan nilai klaim yang ada. Sebaliknya, jika klaim lebih besar, akan
terjadi defisit dan kerugiannya pun harus dibagikan juga kepada setiap nasabah.
Adapun aturan sistem bagi hasil dari konsep asuransi syariah adalah sebagai
berikut.
60 persen ditahan sebagai saldo tabarru’
30 persen dibagikan kepada nasabah
10 persen menjadi hak perusahaan asuransi sebagai pengelola dana.
Menariknya, pada asuransi syariah, pembagian hasil keuntungan dilakukan
secara profesional alias tidak sama rata. Nasabah akan mendapatkan hasil
keuntungan sesuai dengan jumlah nilai kontribusi yang dibayarkan. Ini berarti,
semakin besar nilai kontribusinya, porsi keuntungan yang didapatkan pun menjadi
makin besar.
Ketika mengalami defisit, kerugian tidak langsung dibebankan kepada
nasabah dengan pembagian secara profesional. Perusahaan asuransi akan
mengatasinya dengan mengambil dana tabarru’ yang ada.
Jika masih tidak mencukupi, maka akan diadakan akad qardh kepada pihak
asuransi untuk mengajukan pinjaman demi menutupi kerugian yang ada. Defisit
yang terjadi pada perusahaan akan menentukan bagi hasil keuntungan. Bagi hasil
hanya bisa dilakukan jika defisit telah berhasil diselesaikan sepenuhnya. Jika
tidak, maka harus ditangguhkan.

2.5 Ketentuan pengelolaan dana kontribusi atau premi


Pengelolaan dana menjadi hal dasar yang menentukan perbedaan jenis
asuransi syariah dan konvensional. Asuransi syariah dikelola sesuai hukum dan
prinsip syariat Islam. Kontribusi (premi) tersebut sebagian menjadi milik
perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dana dan sebagian lagi menjadi
milik pemegang polis secara kolektif atau individual.
Pengelolaan dana kontribusi peserta akan dikumpulkan sesuai akad dan
dibagi secara adil dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Dikelola dengan prinsip Islam
Hal utama yang harus ditekankan pada asuransi syariah adalah pengelolaan
dana yang harus mempertahankan prinsip-prinsip fiqh Islam dengan
menghindarkan dari maisir (judi), gharar (ketidakpastian), riba (bunga), dan tidak
mengandung unsur-unsur penipuan.
Begitu pula terkait penempatan dana investasi peserta asuransi yang
dilarang menginvestasikannya pada saham dari emiten yang memiliki kegiatan
usaha perdagangan/jasa yang dilarang menurut prinsip syariah.
2. Pengelolaan harus amanah dan transparan
Amanah merupakan prinsip yang harus dipegang teguh oleh perusahaan
asuransi syariah saat mengelola dana kontribusi anggotanya.Perusahaan asuransi
syariah juga wajib mengelola dananya dengan transparan, baik kontribusi
penggunaan dananya, pembagian hasil investasi, maupun jika terjadi surplus
underwriting.
Cara kerjanya perusahaan asuransi syariah memperoleh bagi hasil dari
pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah). Dari
perolehan ujrah atau fee ini berasal dari pengelolaan dana akad tabarru’ atau
hibah. Dalam hal transparansi ini, asuransi syariah akan diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS) sebagai pemantau segala aktivitas asuransi. DPS ini
bertanggung jawab langsung kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Asuransi kesehatan syariah mengedepankan pengelolaan keuangan dengan
tetap mentaati syariat sesuai fatwa MUI.
3. Premi asuransi syariah tidak akan hangus
Ketentuan berikutnya terkait pengelolaan dana kontribusi yaitu tidak
mengenal dana hangus. Artinya, dana yang disetorkan sebagai tabarru’ dalam
asuransi syariah tidak hangus meskipun tidak terjadi klaim selama masa
perlindungan.
Dana yang telah dibayarkan oleh pemegang polis tersebut akan tetap
diakumulasikan dan merupakan milik pemegang polis (peserta) secara kolektif.
4. Adanya surplus underwriting
Surplus underwriting merupakan hal yang menjadi keunggulan asuransi
syariah. Arti surplus underwriting adalah selisih lebih dari total kontribusi
pemegang polis ke dalam dana tabarru’ setelah ditambah recovery klaim dari
reasuransi dikurangi pembayaran santunan/klaim, kontribusi reasuransi, dan
penyisihan teknis, dalam satu periode tertentu.
Dalam asuransi syariah, surplus underwriting dapat dibagikan ke dana
tabarru’, pemegang polis yang memenuhi kriteria, dan perusahaan asuransi sesuai
dengan persentase yang ditetapkan di dalam polis.
Di Indonesia, perusahaan asuransi yang menawarkan produk syariah
terhitung banyak. Masing-masing perusahaan menawarkan besaran premi yang
bervariasi tergantung manfaat asuransi syariah yang diperoleh.
Kalau kamu membeli produk asuransi syariah di Lifepal, maka premi yang
dibayarkan akan semakin murah.
Berikut ini beberapa pilihan asuransi syariah di Indonesia dengan
premi murah:
1. Sinarmas Syariah
Asuransi Sinarmas Syariah merupakan rekomendasi perusahaan asuransi
yang dikenal memberikan dana kontribusi yang terjangkau. Pasalnya, perusahaan
ini sangat memperhatikan sistem manajemen keuangan syariah dengan detail.
Produk yang ditawarkan Sinarmas Syariah pun tidak hanya dikhususkan
untuk pemilik asuransi jiwa dan kesehatan saja. Tetapi ada juga produk asuransi
umum. Di Lifepal, harga premi beda tergantung produknya. Misalnya, premi
asuransi TLO syariah dari Sinarmas Syariah seharga Rp30 ribuan saja perbulan
dan Rp170 ribuan untuk all risk. Sementara, untuk asuransi kesehatan syariah,
pembayaran dana kontribusi Sinarmas Syariah mulai dari Rp100 ribuan saja.

2. Takaful Keluarga
Perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan asuransi pertama di Indonesia
yang pengelolaannya berdasarkan prinsip Islam pertama di Indonesia. Produk
yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Takaful Personal, Takaful Korporat,
Takaful Bancassurance, dan Asuransi Haji.
Nilai kontribusinya juga terbilang terjangkau. Perusahaan yang berdiri pada
tahun 1994 ini menawarkan Takaful Personal yang meliputi asuransi jiwa,
asuransi pendidikan, asuransi perjalanan umroh dengan premi mulai dari Rp250
ribu per tahun.

3. PRUSyariah
Dikenal sebagai produk asuransi yang memiliki kantor cabang tersebar di
seluruh Indonesia, Asuransi Prudential juga memiliki produk asuransi yang
berdasarkan prinsip Islam di Indonesia, yaitu PRUSyariah. Premi asuransi syariah
dari PRUSyariah tergantung produknya, yaitu:
Asuransi Jiwa, produk asuransi ini memberikan perlindungan dari risiko
meninggal dunia, baik untuk mereka yang masih di dalam kandungan hingga
dewasa. Produk-produk ini terdiri dari PRUtotal & Permanent Disablement
Syariah, PRUpersonal Accident Death & Disablement Syariah, dan PRUpersonal
Accident Death & Disablement Plus Syariah. Minimum dana kontribusi: Rp400
ribu per bulan.
Asuransi Pendidikan, produk asuransi ini memberikan perlindungan kepada
anak-anak dengan usia masuk mulai 1-15 tahun. Besar biaya premi yang harus
dibayarkan mulai Rp500 ribu per bulan. Nama produk tersebut adalah PRUlink
Syariah Edu Protection.
Asuransi Kesehatan, produk ini memberikan perlindungan selama menjalani
perawatan seperti rawat inap, rawat jalan, operasi, dan sebagainya. Asuransi
kesehatan syariah ini terdiri dari PRUmed Cover Syariah, PRUhospital&surgical
Cover Plus Syariah, PRUprime Healthcare Syariah, dan PRUcritical Hospital
Cover Syariah.
4. AXA Mandiri Syariah
Perusahaan AXA Mandiri, juga memiliki asuransi yang berdasarkan prinsip
Islam memberi perlindungan dalam hal asuransi jiwa dan penyakit kritis.
Misalnya, Asuransi Mandiri Proteksi Kesehatan Syariah memberikan manfaat
berupa santunan harian atas biaya rawat inap, ICU, pembedahan, dan transportasi
ke rumah sakit, hingga santunan meninggal dunia.
Produk ini menawarkan menawarkan biaya premi yang sangat terjangkau
yaitu hanya Rp3,6 juta per tahun dengan masa tanggungan hingga 100 tahun.

2.6 Konsep Underwriting


Underwriting disebut juga seleksi risiko adalah proses penaksiran dan
penggolongan tingkat risiko yang ada pada seorang calon tertanggung.
Berdasarkan tingkat risiko yang ada pada calon tertanggung suatu permohonan
asuransi dapat ditolak atau diterima . Terlaksana atau tidaknya suatu akad kontrak
oleh perusahaan amat tergantung pada proses underwriting yang mengidentifikasi
kelayakan calon tertanggung.
Memahami sebuah konsep underwriting dengan baik merupakan hal yang
amat esensial untuk dapat melakukan identifikasi risiko secara baik, tepat dan
akurat, mengingat tanggung jawab utama dari underwriter dalam seleksi risiko
adalah memastikan bahwa tidak ada risiko yang bisa menimbulkan masalah besar
yang memberatkan bagi perusahaan di kemudian hari, sehingga proses seleksi
risiko yang dilakukan oleh underwriter berkorelasi dengan tujuan perusahaan
yakni maksimalisasi laba.
Underwriting menurut pengertian asuransi jiwa adalah proses penaksiran
dan klasifikasi mortalitas atau morbiditas calon tertanggung untuk menetapkan
apakah akan menerima atau menolak calon peserta. Mortalitas adalah jumlah
kejadian meninggal relatif diantara sekelompok orang tertantu, sedangkan
morbiditas adalah jumlah kejadian relatif sakit atau penyakit diantara sekelompok
orang tertentu .
Dari definisi diatas ada dua elemen pokok dalam underwriting pertama
Seleksi yaitu proses dimana perusahaan mengevaluasi proposal individu mengenai
ganti rugi untuk menentukan tingkat risiko yang disajikan pemohon. Kedua
Klasifikasi yaitu proses penetapan peserta pada kelompok individu yang secara
tepat memiliki kesamaan probabilitas kerugian yang diperkirakan.

2.7 Tugas Underwriting


Tugas underwriting antara lain adalah melakukan proses penyelesaian dan
pengelompokan risiko yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan elemen yang
esensial dalam operasi perusahaan asuransi. Sebab, maksud underwriting adalah
mendatangkan laba melalui distribusi risiko yang diperkirakan akan men datang
laba. Tanpa underwriting yang efisien perusahaan asuransi tidak akan mampu
bersaing.
Dalam prakteknya untuk menarik nasabah harus ada proporsi yang sama
antara risiko yang baik dengan risiko yang kurang menguntungkan dalam
kelompok yang diasuransikan . Peranan lain underwriter dalam perusahaan
asuransi adalah sebagai berikut:
a. mempertimbangkan risiko yang diajukan
b. memutuskan menerima atau menolak risiko yang diajukan
c. menentukan syarat dan beberapa ketentuan serta lingkup ganti rugi
d. Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta
e. Mempertahankan, meningkatkan dan mengamankan marjin profit
2.8 Jenis-Jenis Risiko Yang Mempengaruhi Underwriting
Sebelum menetapkan suatu kondisi underwriting terhadap calon
tertanggung, underrwriter harus mempertimbangkan dari segi pengaruh risiko dan
jenis polis yang diinginkan oleh calon tertanggung. Jenis-jenis risiko yang
mempengaruhi penetapan underwriting adalah sebagi berikut:
a. Increasing risk (risiko menarik) Ada beberapa penyakit tertentu, misalnya
besarnya risiko akan bertambah berat sesuai dengan kenaikan umur calon
tertanggung
b. Risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun pertama polis. Makin lama polis
berjalan, risiko semakin menurun
c. Constant extra risk (risiko ekstra yang menetap), pada jenis ini, risiko tambahan
berada pada tingkat yang tetap selama masa pertanggungan.

2.9 Tujuan Underwriting


Kewenangan underwriter adalah menyetujui dan menerbitkan polis. Polis
yang diterbitkan yang harus memenuhi 3 (tiga) kriteria yaitu: adil bagi nasabah
(equitable to the client) dapat dijual oleh agen (deliverable by the agent)
menguntungkan perusahaan (profitable to the company).
a. Equitable to the client
Salah satu prinsip dasar adalah bahwa tertanggung harus membayar
sejumlah premiyang proporsional dengan tingkat risiko tertanggung yang
diasumsikan perusahaan. Bila permohonan asuransi diterima, perusahaan asuransi
harus menentukan tingkat risiko dan harus mengenakan suatu jumlah premi yang
wajar untuk risiko ini.
b. Deliverable by the agent
Konsumen membuat keputusan terakhir mengenai apakah polis asuransi
tertentu dapat diterima. Jika konsumen memutuskan untuk tidak menerima polis
sewaktu agen berusaha menyerahkannya, polis tersebut disebut tidak dapat
diserahkan (undeliverable) atau tidak diambil (not taken)
Agar polis diterima oleh pembeli, maka harus memenuhi tiga persyaratan
dasar, yaitu:
1) Polis tersebut harus menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhan konsumen
2) Biaya polis untuk pertanggungan yang disediakan oleh polis harus sesuai dengan
kemampuan konsumen
3) Tingkat premi yang dikenakan untuk pertanggungan harus kompetitif dipasar
c. Profitable to the company
Akhirnya seorang underwriter harus mengambil keputusan yang akan
menguntungkan perusahaan selama perusahaan asuransi me merlukan underwriter
yang sehat untuk menjamin hasil yang memuaskan dalam segi keuangan.
Maka tujuan utama underwriting Adalah untuk melindungi perusahaan
seleksi risiko yang merugikan. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa tujuan
underwriter adalah menjamin ganti rugi yang dikeluarkan atas dasar term and
condition dan pada rate kontribusi asuransi syariah dengan maksud merefleksi
secara akurat tingkat risiko yang diberikan kepada perusahaan.

Kesimpulan
Proses underwriting asuransi kesehatan kumpulan dilakukan secara simple.
Seleksi risiko tidak dilakukan pada tiap individu sehingga seleksi risiko tidak
serumit dan sekompleks seperti pada produk lainnya. Pada asuransi kesehatan
kumpulan juga tidak dilakukan seleksi risiko secara medis tapi hanya secara
administratif, sehingga bila informasi yang di peroleh perusahaan dinilai wajar
maka polis asuransi segara bisa di keluarkan.
Faktor-faktor risiko asuransi kesehatan kumpulan diawasi dan dievaluasi
secara ketat mulai dari sejak akad asuransi disepakati sampai akad tersebut
berakhir, dan jika terjadi klaim maka, klaim tersebut juga menjadi bahan evaluasi
apakah apakah klaim tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai