Anda di halaman 1dari 3

1.

(lolita) bagaimana cara asuransi konvensional menghadapi masalah devisit


underwriting...apakah hal ini juga terjadi di asuransi syariah walaupun nama nya berbeda
Jawaban : Perusahaan asuransi konvensional dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
 Untuk menutup defisit diambilkan dari cadangan dana pemegang polis,apabila dana
masih ada
 Meminjam kepada perusahaan asuransi atau pihak ketiga, dimana hutang tersebut
akan dibayarkan kembali dengan surplus operasional dimasa datang
 Meminta kepada pemegang polis untuk menanggung defisit operasional secara
proporsional
 Meningkatkan premi asuransi pada masa datang secara proporsional
sedangkan dalam asuransi syariah defisit underwriting juga kadang terjadi. Ketika
dana tabarru’ mengalami kekurangan atau defisit. Pemilik perusahaan wajib memberikan
pinjaman sukarela (tanpa bunga) kepada perusahaan yang disebut dengan Qardh. Nah
pinjaman kepada pemilik ini akan di kembalikan ketika perusahaan asuransi syariah
mengalami surplus underwriting.
http://penaauditsyariahsebi.blogspot.com/2013/04/surplus-underwriting-asuransi-
syariah.html

2. (maulina) pada keunggulan asuransi syariah itu kan ada pengelolaan dana peserta secara
islami dengan menghindarkan riba(bunga), maisir(judi), dan gharar( ketidak jelasan) nah
contohnya tuh seperti apa sih ?
 Riba (bunga), misalnya ada peserta asuransi yang baru bergabung dan baru
membayar beberapa kali, dan peserta itu sakit kemudian mengklaim jumlah
asuransi/biaya pengobatan yang lebih banyak dari yang dia bayarkan. Dari
kelebihan jumlah klaim tersebut yang dapat dikatakan sebagai riba.
 Maisir (judi), Contoh maisir dalam asuransi Ketika seorang pemegang polis
mendadak kena musibah sehingga memperoleh hasil klaim, padahal baru sebentar
menjadi klien asuransi dan baru sedikit membayar premi. Jika ini terjadi, nasabah
diuntungkan atau juga sebaliknya. Letak maisir berada pada adanya salah satu pihak
yang untung namun dilain pihak justru mengalami kerugian.
 Gharar (ketidak jelasan), asuransi dalam islam dapat dikatakan sebagai jual-beli.
Karena kita tahu ada kejelasan seberapa besar kita membayar dan seberapa besar
yang akan kita terima. Dalam asuransi kita tahu banyaknya yang kita bayar tetapi
kita tidak tahu seberapa yang akan kita terima (sesuai dengan jumlah
pertanggungan). Contohnya kita bayar premi asuransi dengan jumlah yang jelas
setiap bulannya. Tetapi yang kita terima belum jelas ( tentang apa yang akan terjadi
dengan kita dihari esok) misalnya sakit dan lain-lain.
http://ahmad-fauziii.blogspot.com/2013/01/maisir-judi-dalam-asuransi-syariah.html

https://www.kompasiana.com/sofiarisky/5a9aa167caf7db6626346353/gharar-
dalam-praktik-asuransi-konvensional?page=2
3. (Martina) Perjanjian polis itu bentuknya seperti apa ya? Dan apakah perjanjian polis masih
bisa dilanjutkan apabila pemilik asuransi meninggal? Jika bisa caranya bagaimana?
Jawab : Contoh bentuk perjanjian polis dilampirkan dalam file.
Perjanjian polis akan berlanjut atau tidak ketika pemilik asuransi meninggal dunia itu
tergantung dengan asuransi yang diikutinya. Contohnya pada asuransi jiwa, ketika pemilik
asuransi meninggal, maka pihak wali dari pemilik dapat mengklaim asuransinya dan
perjanjian polis akan berakhir.
Contoh lain asuransi pendidikan anak. Apabila sewaktu-waktu terjadi risiko di mana anak
meninggal dunia, perusahaan asuransi akan membayar sejumlah uang pertanggungan jiwa
dan ditambah dengan sejumlah nilai tunai yang jumlahnya disesuaikan dengan isi polis anak
tersebut. Dan perjanjian polis akan berakhir juga.
https://www.cermati.com/artikel/nasib-asuransi-pendidikan-seandainya-anak-meninggal

https://www.axa-mandiri.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Ringkasan-Informasi-Produk-
Asuransi-Mandiri-Sejahtera-Mapan.pdf
4. (Dwi Sulis) Dari kedua jenis asuransi yakni asuransi konvensional dan konvensi syariah,
menurut kelompok penyaji asuransi manakah yang lebih diminati oleh masyarakat dan
apakah keunggulan dari pemilihan asuransi tersebut?
Jawab : karena mayoritas msyarakat di Indonesia adalah islam, menurut saya asuransi yang
paling diminati adalah asuransi syariah. Karena sesuai dengan keunggulan yang di jelaskan
pada ppt materi asuransi bahwa asuransi syariah menjauhkan dari berbagai hal yang
menurut islam tidak dibenarkan, contohnya; riba, maisir dan gharar. Selain itu dalam
asuransi syariah alokasi dana ketika surplus underwriting akan di kembalikan pada peserta.
http://www.asei.co.id/id/asuransi-syariah/

5. Lala Bisa kita lihat banyak sekali kasus mengenai perusahaan asuransi yang tidak memenuhi
kewajibannya kepada tertanggung atau biasa disebut sebagai kasus gagal bayar asuransi,
sedangkan sudah banyak peraturan yang dibuat, apakah berati peraturan yang dibuat di
Indonesia masih lemah ? lalu bagaimana solusi yang harus dilakukan jika berkaca dari kasus
tersebut ?
Jawab : Kebijakan di indonesia sangat lemah dalam mengatasi kecurangan di bidang
keuangan. Sehingga fraud sering terjadi pada perusahaan asuransi dan mengakibatkan gagal
bayar. Solusinya dengan memperketat pengawasan terhadap perusahaan asuransi, dan
menghukum secara tegas para pelaku fraud asuransi tersebut.

6. (IIN) Terkait pembagian keuntungan pada asuransi syariah, semua keuntungan yang
didapatkan oleh perusahaan terkait dana asuransi akan dibagikan kpd semua peserta
asuransi. nah bagaimana tata cara pembagian dana tersebut? apakah dana pembagian
tersebut dibagikan secara merata ataukah ada perbedaan dalam pembagiannya??
Jawab:
a. Apabila terjadi Surplus Underwriting, maka Peserta sepakat untuk mengalokasikan
Surplus Underwriting sebagai berikut :
 50 % untuk Kumpulan Dana Tabarru’;
 20 % untuk Peserta yang memenuhi kriteria;
 30 % untuk Perusahaan sebagai operator.
b. Surplus Underwriting akan didistribusikan kepada Peserta paling lambat 90 hari
kalender setelah perhitungan selesai dilakukan.
c. Pembagian dari hasil Surplus Underwriting hanya diberikan kepada Peserta yang
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Peserta tidak pernah mengajukan klaim pada tahun perhitungan
surplus/defisit underwriting.
 Tidak sedang mengajukan klaim pada tanggal perhitungan surplus/defisit
underwriting.
d. Apabila jumlah Surplus Underwriting yang akan didistribusikan kepada setiap
Peserta lebih kecil dari Rp50.000,- maka Surplus Underwriting tersebut dimasukkan
kedalam kumpulan Dana Tabarru’.
http://www.asei.co.id/id/asuransi-syariah/

Anda mungkin juga menyukai