REFORMASI PAJAK
Disusun Oleh :
Dominike Sole Sanwig Naur 2110020117
Pande Ketut Ardra Pattryarsa 2110020140
Rossanly Loniwati Fankari 2110020144
Sesilia Anastasya Cori Dima 2110020145
Yumitra Rambu Dawi Ngana 2110020146
Melati Putri Haji Husin 2110020147
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenanan-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Hukum Pajak, dengan judul “Reformasi Pajak”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini, baik itu teman-teman, dosen, dan semua yang telah
membantu yang tidak bisa disebut satu per-satu
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami
mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis maupun para pembaca.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
ISI...........................................................................................................................................................5
A. REFORMASI PAJAK.............................................................................................................5
B. Pajak-Pajak Yang Berlaku Sebelum Reformasi...................................................................6
C. Reformasi Pajak 1983............................................................................................................10
D. Reformasi Pajak 1994............................................................................................................10
E. Reformasi Pajak 2000............................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................................12
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. REFORMASI PAJAK
5
B. Pajak-Pajak Yang Berlaku Sebelum Reformasi
Beberapa jenis pajak di Indonesia sebelum reformasi perpajakan dibedakan menjadi pajak
negara dan pajak daerah yang secara singkat dijelaskan di bagian berikut ini:
2. Bea Material
Bea Meterai yang selama ini dipungut berdasarkan Aturan Bea Meterai 1921
(Zegelverordening 1921) tidak sesuai lagi dengan keperluan dan perkembangan
keadaan di Indonesia. Dengan mencabut Aturan Bea Meterai 1921 (Zegelverordening
1921) (Staatsblad Tahun 1921 Nomor 498) sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang-undang Nomor 2 Prp Tahun 1965 (Lembaran Negara Tahun
1965 Nomor 121), yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1960 (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 38).
6
Undang-Undang ini diundangkan tanggal 29 Mei 1997, dan mulai berlaku
tanggal 1 Januari 1998. Dengan berlakunya undang-undang ini , ordonansi bea balik
nama staatsblad 1924 nomor 291 dengan segala perubahannya sepanjang mengenai
pungutan bea balik nama atas pemindahan harta tetap yang berupa tanah dan atau
bangunan, dinyatakan tidak berlaku. Undang-undang ini terdiri dari 12 Bab dan 28
Pasal.
9. Pajak Radio
Pasal 5, 20, 23 dan pasal IV Aturan Peralihan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia dan Maklumat Wakil Presiden tanggal 16 Oktober 1945 No. X;
7
Dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat. semua pesawat
penerimaan radio dipungut pajak yang dinamai "Pajak Radio".
Dalam jaman pemerintah Belanda siaran radio diurus oleh N.V. "NIROM" dan iuran-
iuran dari pemegang-pemegang pesawat radio dipungut oleh badan itu. Siaran radio
sekarang diselenggarakan oleh Pemerintah, yang mengeluarkan biaya tidak sedikit .
Oleh karena itu,sudah selayaknya jika pemerintah sekarang memungut iuran sebagai
dimaksud dengan mengganti sifatnya sebagai pajak atas pesawat penerimaan radio.
16. Tata Cara Pemungutan PPd, PKK dan PPs atau Tata CaraMPS – MPO
a. bahwa tata cara pemungutan menurut ketentuan-ketentuan dalam Ordonansi Pajak
Pendapatan 1944, Ordonansi Pajak Kekayaan 1932 dan Ordonansi Pajak Perseroan
1925 yang berlaku pada dewasa ini kurang menjamin kelancaran serta ketertiban
pemungutan pajak-pajak langsung tersebut di atas;
b. bahwa dengan tidak mengurangi urgensi dan sambil menunggu adanya Undang-
undang Pokok Perpajakan, demi untuk mengamankan penerimaan pajak-pajak
langsung, maka perlu diadakan tata cara pemungutan yang lebih effektif dan effisien,
yang mencerminkan kegotong-royongan Nasional.
c. bahwa untuk mencapai maksud tersebut di atas dianggap perlu segera diadakan
perubahan dan penyempurnaan tata cara pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak
Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925.
Undang-undang tentang perubahan dan penyempurnaan tata cara pemungutan
pajak pendapaten 1944,pajak kekayaan 1932,dan pajak perseroan 1925 Pasal 1
Dengan Undang-undang ini dirubah dan disempurnakan tata cara pemungutan Pajak
Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925 dengan tata cara
Menghitung Pajak Sendiri (M.P.S.) dan Menghitung Pajak Orang Lain (M.P.O.).
Pasal 2 Yang dimaksud dengan tata cara Menghitung Pajak Sendiri (M.P.S.)
dan Menghitung Pajak Orang Lain (M.P.O.) tersebut pada pasal 1 diatas ialah: a.
9
Menghitung Pajak Sendiri (M.P.S.) ialah tata cara, dimana wajib pajak menghitung
dan membayar sendiri jumlah pajak-pajak; Pendapatan/Kekayaan/Perseroan yang
menurut ordonansi-ordonansi pajak yang bersangkutan terhitung dalam suatu masa
pajak.
C. Reformasi Pajak 1983
Reformasi pajak (tax reform) atau pembaruan perpajakan telah dilakukan sejak
tanggal 1 januari 1984. Bersamaan dengan dikeluarkannya serangkaian undang-undang
sebagai berikut:
1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Kedua undang-
undang di atas berlaku sejak 1 Januari 1948.
3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, direncanakan diberlakukan tahun 1984 juga, tetapi
karena masih ada sesuatu yang harus dipersiapkan lebih matang, maka undang-undang
tersebut diberlakukan mulai 1 April 1985.
4 Undang-undang Nomor 12 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
5 Undang-undang Nomor 13 tentang Bea Meterai.
Reformasi perpajakan tidak berhenti begitu saja, tetapi gterus dilakukan perubahan dan
penyempurnaan sesuai dengan tuntutan perubahan sistem perekonomian. Pada tahun 1991
perubahan pertama dilakukan terhadap Pajak Penghasilan. Kemudian, pada tahun 1994
setelah satu dasarwasa peraturan pajak dilakukan lagi serangkaian perubahan terhadap
peraturan perpajakan. Undang-undang pajak yang dikeluarkan adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 12 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Selanjutnya, pada tahun 1997 dikeluarkan lagi serangkaian undang-undang baru unyuk
melengkapi undang-undang yang telah ada, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Restribusin Daerah
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan
Bangunan
10
E. Reformasi Pajak 2000
Pada tahun 2000, seiring dengan perkembangan sosial dan ekonomi, pemerintah
Kembali mengeluarkan seranggkain undang-undang untuk mengubah undang-undang yang
telah ada, yaitu
1. UU No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No.6 Tahun 1983
tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2. UU No.17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan.
3. UU No. 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No.8 Tahun 1983
tentang PPN dan PPnBW.
4. UU No.19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No.19 Tahun 1997 tentang
PPSP (Penagihan Pajak dengan Surat Paksa).
5. UU No.20 Tahun 2000 tentang BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan)
6. UU No. 32 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Untuk lebih memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum, pada tahun
2002: UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
27 juli 2007: UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas UU No.6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2008: Pajak Penghasilan diubah dengan UU No.36 Tahun 2008
2009: - PPN dan PPnBW diubah dengan UU No.22 Tahun 2009
- UU No.28 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pajak Daerah &
Retribusi Daerah
Terhadap kegiatan ekonomi system perpajakan harus netral dan tidak distorsi agar sumber
daya optimal dan sesuai dengan dinamika pasar dan pajak dapat mendorong atau
mengendalikan. Untuk itu harus dijalankan dengan fungsi sebagai berikut :
Fungsi Regulernd : system pajak harus dapat mendorong kegiatan dan pertumbuhan
ekonomi nasional dengan mendorong investasi dari luar serta mengamankan
penerimaan negara.
Fungsi Budgeter : memperluas cakupan subjek dan objek pajak dan meminimalkan
kemungkinan transfer pricing dan pembatasan-pembatasan pengenaan pajak
penghasilan final.
Reformasi perpajakan 2000 menghasilkan banyak perubahan dan diharapkan tidak
membuat bingung wajib pajak. Kebingungan ini disebabkan karena dari sisi wajib pajak
dituntut untuk lebih mematuhi aturan perpajakan tapi di sisi lain, yang kadang terabaikan
adalah perbaikan mental dari aparat pajak. Tanpa perlu memandang mana yang perlu
dibenahi terlebih dahulu. Marilah Bersama-sama baik Wajib Pajak, apparat pajak maupun
masyarakat untuk secara sungguh-sungguh melaksanakan Undang-Undang Perpajakan demi
tercapainya tujuan pembangunan nasional.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak adalah sumber terpenting penerimaan negara, dan oleh karena itu, reformasi
pajak harus dilaksanakan secara objektif dengan target dan sasaran yang jelas. Reformasi
pajak/pembarauan perundang-undangan pajak dilakukan karena undang-undang yang berlaku
pada saat itu (tahun 1983 dan sebelumnya) dibuat di zaman kolonial mempunyai landasan,
pemikiran, jiwa, sasaran dan tujuan yang dirasakan tidak sesuai lagi dengan harkat, hakikat,
dan jiwa kehidupan bangsa Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat. Tujuan utama dari
pembaruan perpajakan adalah untuk lebih menegakkan kemandirian kita dalam membiayai
Pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan
dari dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan penerimaan negara melalui
perpajakan dari sumber-sumber di luar minyak bumi dan gas alam.
Reformasi pajak juga harus memperhatikan aspek keadilan, daya saing ekonomi di dalam
negeri ataupun dengan negara-negara pesaing, kelancaran dan kemudahan dalam
pelaksanaannya, serta dengan biaya yang efisien. Kebijakan perpajakan nasional telah
mengalami tiga tahap reformasi yaitu reformasi perpajakan nasional pertama tahun 1983
sampai dengan tahun 1985, reformasi kedua tahun 1994 sampai tahun 1997 dan reformasi
ketiga tahun 2000.
B. Saran
Dalam hal pemungutan pajak diharapkan agar para wajib pajak, apparat pajak,
maupun masyarakat secara bersama-sama dapat bersunguh-sungguh melaksanakan Undang-
Undang Perpajakan demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Selain itu pelanggaran-
pelanggaran bidang pajak sebaiknya juga diselesaikan menggunakan hukum pidana yang
berlaku agar para pelaku jera.
12
Daftar Pustaka
https://www.pajak.go.id/id/artikel/perlunya-reformasi-pajak (1-5)
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/53639/perpu-no-54-tahun-1960 (6)
https://riau.bpk.go.id/wp-content/uploads/2009/06/perda-6-th-1996.pdf (7)
https://carapedia.com/perubahan_tambahan_ordonansi_pajak_pendapatan_1944_thn_info1135.ht
ml (8)
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/25253/uu-no-12-tahun-1947 (9)
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1947_14.pdf (10)
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/51662/uudrt-no-12-tahun-1950 (11)
http://www.wikiapbn.org/pajak-penjualan/ (12)
https://tsaniataxindonesia.wordpress.com/sejarah-pajak-di-indonesia/ (13)
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/51466/uu-no-19-tahun-1959 (14)
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/52867/uu-no-74-tahun-1958 (15)
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1967_8.pdf (16)
13